1 Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan/sebelum partus, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan
(Nugraha,2010). Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah spontan yang
terjadi pada sembarang usia kehamilan sebelum persalinan dimulai (William,
2001). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu
apabila pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm danpada multipara kurang
dari 5 cm (Mohtar,1998). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapattanda persalinan dan ditunggu satu jam belum di mulainya tanda
persalinan (Manuaba,2001). Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan berupa
air darivagina setelah kehamilan berusia 22 minggu sebelum prosespersalinan
berlangsung dan dapat terjadi pada kehamilanpreterm sebelum kehamilan 37
minggu maupun kehamilanaterm (Saifudin,2002).
KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya
melahirkan (Nugraha,2010).
KPD merupakan komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang
bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal pada
bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan kurang dari 34
minggu sangat komplek, bertujuan untuk menghilangkan kemungkinan
terjadinya prematuritas dan RDS (Respiration Dystress Syndrome)
(Nugraha,2010).
1.2 Etiologi
Menurut Nugraha (2010), penyebab KPD masih belum diketahui dan dapat
ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan KPD, namun faktor-faktor mana yang lebih berperan
sulit diketahui.
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah:
1
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenderen
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya
KPD.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh karena
kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curettage)
3. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramniom, gamelli.
4. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya disertai
infeksi.
5. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah.
6. Keadaan sosial ekonomi : kejadian ketuban pecah sebelum waktunya dapat
disebabkan oleh kelelahan dalam bekerja
7. Multigraviditas atau pritas tinggi merupakan salah satu dari penyebab
terjadinya kasus ketuban pecah sebelum waktunya. (kedokteran dan
linux,KPD,2008)
8. Faktor lain:
a. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak
sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan
jaringan kulit ketuban
b. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu
c. Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum
d. Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin C)
Beberapa faktor resiko dari KPD:
1. Inkompetensi serviks (leher rahim)
2. Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
3. Riwayat KPD sebelumnya
4. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
2
5. Kehamilan kembar
6. Trauma
7. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu)
8. Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vaginosis
1.3 Patofisiologi
Ketuban pecah dini berhubungan dengan kelemahan menyeluruh
membran fetal akibat kontraksi uteri dan peregangan berulang. Membran
yang mengalami ruptur prematur ini tampak memiliki defek fokal. Daerah
dekat tempat pecahnya membran ini disebut “restricted zone of extreme
altered morphology” yang ditandai dengan adanya pembengkakan dan
kerusakan jaringan kolagen fibrilar pada lapisan kompakta, fibroblast
maupun spongiosa. Daerah ini akan muncul sebelum ketuban pecah dini
dan merupakan daerah yang rusak pertama kali. Patogenesis terjadinya
ketuban pecah dini secara singkat ialah akibat adanya penurunan
kandungan kolagen dalam membran sehingga memicu terjadinya ketuban
pecah dini dan ketuban pecah dini preterm terutama pada pasien risiko
tinggi.
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini adalah selaput ketuban
tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi. Bila
terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat lemah dan mudah
pecah dengan mengeluarkan air ketuban (Manuaba,1998).
3
warna darah. Biasanya agak keruh dan bercampur dengan lanugo (rambut
halus pada janin) serta mengandung verniks caseosa (lemak pada kulit bayi).
3. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak
di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara.
4. Demam, bercak vagina banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah
cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
4
1.6 Penatalaksanaan
Macam-macam penatalaksanaan untuk ketuban pecah dini adalah
(Nugraha,2010) :
1. Konservatif:
a. Rawat dirumah sakit
b. Beri antibiotika: bila ketuban pecah > 6 jam berupa: Ampisillin 4x500mg
atau Gentamycin 1x80mg.
c. Umur kehamilan <32-34 minggu: dirawat selama air ketuban masih keluar
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Bila usia kehamilan 32-34 minggu, masih keluar air ketuban, maka usia
kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan (hal
sangat tergantung pada kemampuan perawatan bayi premature).
e. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterine).
f. Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid selama untuk memacu
kematangan paru-paru janin.
2. Aktif:
a. Kehamilan > 35 minggu: induksi oksitosin, bila gagal dilakukan seksio
sesaria.
3. Cara induksi: 1 ampul syntocinon dalam Dektrose 5% dimulai 4 tetes /menit,
tiap 1/4 jam dinaikkan 4 tetes sampai maksimum 40 tetes/menit.
a. Pada keadaan CPD, letak lintang dilakukan Seksio sesaria.
b. Bila ada tanda-tanda infeksi: beri antibiotika dosis tinggi dan persalinan
diakhiri.
1.7 Pencegahan
1. Melakukan ANC secara rutin (melakukan pemeriksaan USG)
2. Ibu harus curiga jika ada cairan yang keluar secara berlebihan atau sedikit
tetapi terus menerus melalui vagina, biasanya berbau agak amis, warnanya
jernih dan tidak kental. Kemngkinan besar cairan tersebut keluar/merembes
5
karena selaput ketuban mengalami robekan. Konsultasi segera untuk
memastikan apakah itu cairan ketuban/bukan
3. Lakukan perawatan perineum dan personal hygiene dengan benar
4. Konsumsi zat
1.8 Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada ketuban pecah dini antara lain (Nugraha,2010) :
1. Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distress pernafasan (RDS : Respiration Dystress
Syndrome), yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir
2. Resiko infeksi meningkatkan pada kejadian KPD
3. Selain itu kejadian prolapse atau keluarnya tali pusat dapat terjadi pada KPD
4. Resiko kecacatan dan kematian janin meningkatkan pada KPD preterm
5. Hypoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm.
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi pada
usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
6. Partus preterm : persalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan
yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu ( antara 20 – 37 minggu )
atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram ( Manuaba, 1998 : 221).
6
1.9 Pathway
2
overdistensi uterus. Kelainan Kelainan letak Servik yang
Misal: trauma, infeksi
pada uterus (sungsang) inkompetensi
3
hidramniom, gamelli a
Terjadi
Kontraksi dan tidak ada bagian kanalis
peningkatan
peregangan terendah yang servikalis
aktifitas iL – 1
berulang pd uterus menutupi PAP yang
dan
selalu
prostaglandin
terbuka
Penurunan tekanan terhadap
kolagen pd membran bagian
Kolagenase jaringan
membran bawah terhalangi
Depolimerasi
kolagen pada selaput pembengkakan dan
korion atau amion kerusakan jaringan
kolagen fibrilar pada
lapisan kompakta,
Ketuban tipis, fibroblast dan
lemah dan mudah spongiosa
pecah spontan
Kelainan
menyeluruh
membran fetal
2.1 Pengkajian
1. Biodata klien
Biodata klien berisi tentang : nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku,
agama, alamat, no. medical record, nama suami, umur, pendidikan, pekerjaan ,
suku, agama, alamat, tanggal pengkajian.
2. Keluhan utama : keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau /
kecoklatan sedikit / banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air
ketuban sudah kering, inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput
ketuban tidak ada dan air ketuban sudahkering
3. Riwayat haid : umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang
keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan
tanggal partus
4. Riwayat Perkawinan : kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa,
apakah perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua
5. Riwayat Obstetris : berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil
laboraturium : USG , darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi
emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan
yang diperoleh
6. Riwayat penyakit dahulu : penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu,
bagaimana cara pengobatan yang dijalaninya, dimana mendapat pertolongan,
apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang
7. Riwayat kesehatan keluarga : adakah anggota keluarga yang menderita
penyakit yang diturunkan secara genetic seperti panggul sempit, apakah
keluarga ada yg menderita penyakit menular, kelainan congenital atau
gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga
8. Kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan
nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan
8
b. Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeri pada daerah
pinggang sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah
terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum)
c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin),hilangnya kontrol
blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa
takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB,
freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan
penggunaan toilet.
d. Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan
wajah
e. Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena klien dengan KPD
di anjurkan untuk bedresh total
f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan
yang membuat fresh dan relaks.
Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan kesadaran klie, BB/TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu
b. Head to toe
1) Rambut : warna rambut, jenis rambut, baunya, apakah ada luka lesi/lecet
2) Mata : sklera nya apakah ikterik/tdk, konjungtiva anemis/tidak, apakah
palpebra oedema/tidak,bagaimana fungsi penglihatan nya baik/tidak,
apakah klien menggunakan alat bantu penglihatan/tidak. Pada umumnya
ibu hamil konjungtiva anemis
3) Telinga : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat
serumen/tidak, apakah klien menggunakan alat bantu pendengaran/tidak,
bagaimana fungsi pendengaran klien baik/tidak
4) Hidung : apakah klien bernafas dengan cuping hidung/tidak, apakah
terdapat serumen/tidak, apakah fungsi penciuman klien baik/tidak
9
5) Mulut dan gigi : bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab
atau kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan pendarahan,
apakah ada karies gigi/tidak, keadaan lidah klien bersih/tidak, apakah
keadaan mulut klien berbau/tidak. Pada ibu hamil pada umum nya
berkaries gigi, hal itu disebabkan karena ibu hamil mengalami penurunan
kalsium
6) Leher : apakah klien mengalami pembengkakan tiroid
7) Paru-paru
I : warna kulit, apakah pengembangan dada nya simetris kiri dan kanan,
apakah ada terdapat luka memar/lecet, frekuensi pernafasan nya
P : apakah ada teraba massa/tidak , apakah ada teraba pembengkakan/tidak,
getaran dinding dada apakah simetris/tidak antara kiri dan kanan
P : bunyi Paru
A : suara nafas
8) Jantung
I : warna kulit, apakah ada luka lesi / lecet, ictus cordis apakah
terlihat/tidak
P : frekuensi jantung berapa, apakah teraba ictus cordis pada ICS%
Midclavikula
P : bunyi jantung
A : apakah ada suara tambahan/tidak pada jantung klien
9) Abdomen
I : keadaan perut, warna nya, apakah ada/tidak luka lesi dan lecet
P : tinggi fundus klien, letak bayi, persentase kepala apakah sudah masuk
PAP/belum
P : bunyi abdomen
A : bising usu klien, DJJ janin apakah masih terdengar/tidak
10) Payudara : puting susu klien apakah menonjol/tidak,warna aerola, kondisi
mamae, kondisi ASI klien, apakah sudah mengeluarkan ASI /belum
11) Ekstremitas
10
Atas : warna kulit, apakah ada luka lesi/memar, apakah ada oedema/tidak
Bawah : apakah ada luka memar/tidak, apakah oedema/tidak
12) Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema/tidak pada
daerah genitalia klien
13) Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik/tidak
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan secara langsung cairan yang merembes tersebut dapat
dilakukan dengan kertas nitrazine, kertas ini mengukur pH (asam-basa). pH
normal dari vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes
tersebut dapat memiliki hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan
trikomonas, darah, semen, lendir leher rahim, dan air seni. Pemeriksaan melalui
ultrasonografi (USG) dapat digunakan untuk mengkonfirmasi jumlah air ketuban
yang terdapat di dalam rahim.
2. Diagnosa : Resiko tinggi gawat janin b.d partus yang tidak segera
Tujuan : Gawat janin tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Janin dapat diinduksi
b. Tidak keluar cairan berwarna putih dan keruh dari vagina
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Pantau posisi janin 1. Menghindari janin dalam posisi
sungsang
2. Monitor DJJ tiap 5-10 menit 2. Mengontrol keadaan janin
Kolaborasi
Lakukan induksi persalinan Mencegah terjadinya fetal death
3. Diagnosa : Resiko tinggi cedera pada janin yang berhubungan dengan
melahirkan bayi prematur/tidak matur
Tujuan : Tidak terjadi cedera pada janin
Kriteria hasil :
Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda cedera (kondisi fisik normal, RR
normal, tidak ada tanda-tanda infeksi)
Intervensi Rasional
14
Mandiri
1. Monitor DJJ sesuai indikasi 1. Mengontrol keadaan janin
2. Pantau tentang pertumbuhan janin 2. Mengetahui perkembangan janin
dan tinggi fundus uteri janin sehingga dapat menentukan waktu
persalinan
Kolaborasi
1. Pantau pemeriksaan USG 1. Memantau keadaan janin
16
DAFTAR PUSTAKA
17