NIM : 1901040019
Kelas : 3A
Prodi : PBSI
UAS SEMANTIK
Petunjuk
1. Berdoalah sebelum mengerjakan jawaban soal!
2. Bacalah soal dengan teliti!
3. Jawaban diketik rapi dan diunggah pada onclass dalam bentuk word atau pdf.
Jika ada kesulitan/ gangguan teknis jawaban dikirim melalui email
tututtugiati59@gmail.com
4. Jawaban soal copy paste dianggap tidak mnyerahkan.
5. Tuliskan hasil kerja Saudara secara mandiri dan hasil olah pikir asli sendiri!
6. Batas wktu unggah Kamis, 14 Januari 2021 pukul 19.30.
Soal
1. Medan Makna merupakan bagian sistem semantik yang menggambarkan
realita tertentu dan direalisasikan oleh unsur (ciri) leksikon yang maknanya
berhubungan. Komponen makna mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur
leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur (ciri) leksikal yang sama (+).
Analisis komponen makna bermanfaat mendifinisikan kata yang
sinonim/serumpun secara rinci, mendalam. (a) Analisislah dua-tiga kata yg
sinonim/serumpun disertakan referennya/fotony! Pembagian sumber data
berdasarkan angka akhir NIM, (b) Susunlah difinisi/ pengertian dua-tiga kata
tersebut secara rinci, mendalam berdasarkan adanya unsur (ciri) pembeda (+),
dan (c) Tentukan medan maknanya!
11,21,31,41,51: buah
12,22,32,42,52: hewan
13,23,33,43,53: transportasi non-mesin
14,24,34,44,54: uang rupiah
15,25,35,45,55: transportasi mesin d darat
16,26,36,46,56: transportasi mesin d air
17,27,37,47,57: alas kaki
18,28,38,48,58: alam semesta
19,29,39,49,59: tempat tinggal manusia
20,30,40,50,60: sholat
61,71,81,91,101: tempat duduk
62,72,82,92,102: penutup kepala pria/wanita
63,73,83,93,103: nama minuman
64,74,84,94,104: nama makanan
65,75,85,95,105: alat tulis terbuat dari kertas
66,76,86,96,106: media sosial
67,77,87,97,107: nama pakaian pria/wanita
68,78,88,98,108: transportasi udara
69,79,89,99,109: alat tulis untuk menulis manual
70,80,90,100,110: alas tidur. (Bobot 2)
2
Soebroto. Ia melewati pintu pemeriksaan protokol kesehatan. Sambil
menunggu urutan nomor antri, ia menyimak tauziah "Pintu Tobat" d YouTube
dari telepon genggamnya.
Pembahasan berdasarkn teori:...(Bobot 3)
3. Jenis makna beragam. Makna dasarny: denotasi, konotasi, dan fiqurasi (kias).
a. Tulislah puisi pribadi dengan menerapkn kata yang bermakna denotatif,
konoratif dn fiquratif (kias). Kata-kata bermakna tersebut ditandai huruf
tebal.
b. Jelaskn kata-kata bermakna denotatif, konotatif, dan fiquratif(kias)
berdasarkan teori. (Bobot 3)
3
JAWABAN
4
yang kurang lebih sama dalam kaitannya dengan kata" untuk
menggambarkan sinonim. Dari segi makna tidak dapat diterapkan
sepenuhnya, dapat dikatakan bahwa walaupun memiliki arti yang
sama, namun masih terdapat perbedaan yang mencolok saat
menggunakan kata tersebut.
5
9 Penginapan - +
10 Makan dan minum - +
6
dikatakan bahwa rumah dan hotel merupakan medan makna kolokasi
yaitu sama-sama dalam tempat tinggal manusia.
2. Tulislah wacana dengan menggunakan relasi makna hiponim, homonim
dan polisemi tersebut! Tulis pembahasannya.
TEKS WACANA
Buah mangga milik Pak Ajis yang merupakan prajurit militer
memiliki dua rasa yang berbeda yaitu manis dan asam. Tampak ada anak
sedang memetik mangga menaiki genting rumah Pak Ajis dan tiba-tiba
jatuh, hal ini membuat situasi menjadi genting. Anak berumur 6 tahun itu
operasi pada bagian lutut akibat cidera dan dalam waktu dekat Pak Ajis
ditugaskan melaksanakan operasai Tinombala di Poso.
Secara harfiah, kata "hiponim" berarti nama yang terkandung "di
bawah" nama lain. Di Semantik Verhaar dalam (Chaer, 2002: 98)
menunjukkan bahwa kata inferior adalah ungkapan (biasanya kata, tapi
mungkin bisa berupa frase atau kalimat), yang artinya dianggap sebagai
bagian dari makna hal-hal lain. Kata Soedjito selanjutnya adalah kata-
kata yang lebih rendah dari yang menjadi kata-kata superior atau superior
(kelas atas). dan Hypernim adalah sebuah kata, dan artinya termasuk arti
kata lain. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kata manis dan
asam merupakan hiponim sedangkan rasa merupakan hipernim. Hal ini
karena manis dan asam adalah kata-kata yang tingkatannya di bawah
kata yang superordinatnya hipernim yaitu rasa.
Homonim sebenarnya adalah nama yang sama dalam hal yang
berbeda (Pateda, 2001: 211). Sinonim adalah kata-kata yang bentuk atau
bunyinya sama atau mirip dengan benda lain Namun maknanya berbeda
(Sudaryat, 2008: 42). Parera (2004: 81) menganggap homonim
merupakan pengucapan dua kata dengan pengucapan dan / atau kata /
teks yang sama. Pada saat yang sama, Putrayasa (2010: 118)
mengemukakan bahwa homonim terdiri dari dua kata atau bentuknya
sama, tapi artinya berbeda. Oleh karena itu, bentuk homonimnya bisa itu
7
dibedakan dengan pengucapan dan tulisan. Verhaar (dalam Pateda, 2001:
211) menganggap homonim sebagai alat ekspresi (kata atau Frase atau
kalimat), sama dengan ungkapan lain, tetapi dengan arti yang berbeda Di
antara dua ekspresi. Dengan kata lain bentuknya sama (bahkan di BI
sama, pengucapannya sama), tetapi artinya berbeda. Dari penjelasan para
ahli di atas jelas bahwa dari kata genting merupakan sebuah homonim
yaitu kata yang sama lafal dan ejaannya, tetapi berbeda maknanya karena
berasal dari sumber yang berlainan. Dalam kata genting di atas memiliki
dua makna yang berbeda yaitu tentang keadaan yang sedang tegang
ataupun berbahaya dan makna tutup atap rumah yang terbuat dari tanah
liat yang dicetak dan dibakar.
Kata-kata polisemi makna yang banyak mengandung makna,
namun makna tersebut masih berkaitan dengan makna dasarnya yang
disebut juga berbagai kata (Sudaryat, 2009: 43). Menurut Keraf (1980:
36) istilah polisemi adalah Satu bentuk memiliki banyak arti. Kata
polisemi adalah kata dengan banyak arti, yang masih diasosiasikan
dengan Terkait dengan arti dasarnya. Biasanya, kata-kata mengandung
arti, tetapi dalam Sebuah kata memiliki banyak arti, kita berurusan
dengan kata dengan banyak atau beberapa arti Meski masih terkait
dengan makna dasarnya. Dari uraian di atas jelas bahwa kata operasi
merupakan makna polisemi. Hal ini karena kata operasi pada wacana di
atas merupakan bentuk bahasa yaitu kata yang bermakna lebih dari satu.
Adapun makna operasi pada teks di atas yaitu yang pertama bedah untuk
mengobati anak yang cidera lutut karena terjatuh dan makna seseorang
yang ditugaskan untuk melakukan operasi suatu kemiliteran ke daerah
poso. Dari penjabaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kata
operasi pada teks wacana di atas merupakan makna polisemi.
3. Jenis makna beragam. Makna dasarny: denotasi, konotasi, dan figurasi
(kias).
8
a. Tulislah puisi pribadi dengan menerapkn kata yang bermakna
denotatif, konoratif dan fiquratif (kias). Kata-kata bermakna tersebut
ditandai huruf tebal.
KETIKA TAMPAK
9
lain, kata yang digunakan tidak sejajar dengan kata lain. Saat
menentukan kalimat, itu mengandung makna terlihat apakah
berkonotasi dari keselarasan kata yang digunakan. Walker dan
Laura Walker (2012: 1226) dalam buku harian mereka Judulnya
adalah "Korespondensi ukuran dan kecerahan: crosstalk dan
konsistensi dimensi makna konotatif "menunjukkan harmoni
makna antar dimensi dapat dilihat dari panjang, lebar, tinggi, Dan
luas benda. Jika benda tersebut tidak memiliki ukuran dalam
keseimbangan, tidak dapat dikatakan bahwa objek tersebut
harmonis, masalah ini Sama dengan satu kata. Jika kata yang
digunakan dalam kalimat tersebut tidak Sesuai dan tidak sesuai
konteks, kalimatnya tidak harmonis.
Dalam puisi di atas pada larik pertama terdapat sajak
“Ketika wakil rakyat memperebutkan kursi pemerintah”. Kalimat
pertama pada puisi di atas mengandung makna konotatif. Hal ini
dapat dilihat dari segi penggunaan kata kursi. Kata kursi pada
puisi tersebut tidak memiliki makna yang sebenarnya. Kata kursi
berarti dan berfungsi sebagai tempat duduk. Sedangkan yang
dimaksud dalam teks tersebut yaitu jabatan. Hal ini dikarenakan
maksud kursi dalam konteks tersebut bertujuan agar mempunyai
nilai rasa yang tinggi daripada kata jabatan.
2) Bermakna denotatif
Makna denotatif adalah makna referensial, karena makna
referensial ini biasanya dimaknai sebagai makna berdasarkan
pengamatan berdasarkan penglihatan, penciuman, pendengaran,
sensasi atau pengalaman lain (Chaer, 2013: 65). Makna denotatif
sering dikenal dengan istilah makna denotasi. Dalam KBBI,
denotasi merupakan makna kata atau kelompok kata yang
didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu yang ada di
luar bahasa atau sesuatu yang didasarkan atas konvensi tertentu dan
bersifat objektif.
10
Kalimat kedua kaliamat “Tampak mahasiswa sedang duduk
di kursi kuliah” pada puisi di atas mengandung makna denotatif.
Hal ini dapat dilihat dari segi konteksnya, yakni kalimat tersebut
mengandung makna sebenarnya. Hal ini dijelaskan pada
pernyataan kata di kursi. Maksud kata kursi dalam teks tersebut
sesuai dengan maksud yang ada dalam konteks kalimat tersebut.
Kata kursi dalam puisi itu memiliki arti yang sama, yaitu sebagai
tempat duduk. Dapat disimpulkan bahwa, kursi merupakan
penggunaan kata denotatif. Kata kursi merupakan kata denotatif
karena mengacu pada makna sebenarnya yang bermakna benda
yang berfungsi sebagai tempat duduk.
3) Bermakna figuratif (kias)
Figuratif berasal dari bahasa Latin Figura yang artinya
bentuk dan bentuk. Figura berasal dari istilah figere yang artinya
fashion. Istilah-istilah ini paralel (Scott dalam Imron, 2009: 59).
Waluyo (dalam Imron, 2009: 59-60) menunjukkan bahasa kiasan
atau Apa yang dikatakan sastrawan dalam bahasa klasik Cara
tidak langsung untuk mengungkapkan makna. Pada dasarnya,
bahasa klasik digunakan oleh para penulis Dapatkan dan buat
gambar. Adanya bahasa kiasan (kiasan Bahasa) menarik perhatian
karya sastra dan membangkitkan segar, hidup, terutama untuk
membuat pikiran jernih (Pradopo, 2009: 62).
Menurut Imron (2009: 60), bahasa kiasan adalah retoris
Sastra yang sangat dominan. Bahasa kiasan adalah cara
penulisnya gunakan bahasa untuk mencapai efek estetika
mengekspresikan dengan jelas ide-ide yang mengandung makna
literal (arti literal). Bahasa Metafora dalam penelitian gaya karya
sastra Ini dapat mencakup kiasan, idiom, dan peribahasa. Tiga
bentuk pilihan bahasa kiasan didasarkan pada tiga premis ini
adalah sarana pendukung sastra pikiran penulis. Selain itu,
11
meragukan ketiga bentuk bahasa kiasan Penulis menggunakan
banyak hal dalam karyanya.
Majas perbandingan atau yang sering kita sebut simile
merupakan bentuk-bentuk perbandingan yang bersifat jelas.
Perbandingan eksplisit berarti perbandingan ekspresikan sesuatu
secara langsung dengan membuat perbandingan eksplisit dengan
preposisi dan konjungsi, misalnya, seperti, sumpama, laksana, dll.
(Keraf, 2010: 138). Menurut Nurgiyantoro (2014: 219) majas
perbandingan (simile) adalah metafora yang menggunakan kata-
kata bandingkan secara langsung atau eksplisit untuk
membandingkan berbagai hal dan lain-lain. Perbandingan ini
dibuat untuk tidak Sama, terlihat sama.
Pradopo (2012: 62) mengatakan membandingkan angka
atau alegori (figur) adalah bahasa kelas gunakan kata-kata untuk
menyandingkan satu hal dengan hal lainnya pembanding,
misalnya, suka, suka, suka, suka, misalnya, bandingkan dengan
kata lain. Pidato komparatif atau analogi ini bisa dikatakan
sebagai bahasa yang paling langsung dan langsung banyak
digunakan.
Dalam larik atau kalimat ketiga pada puisi di atas terdapat
majas perbandingan atau simile. Hal ini dapat kita lihat pada
kalimat “Ketika wakil rakyat seperti laksana dewa ibukota”.
Laksana dikatakan sebagai majas perbandingan atau yang dapat
dikatakan juga majas simile membandingkan atau mempersamakan
wakil rakyat dengan dewa ibukota. Pemakaian kata laksana
sebagai pembanding langsung membuat pengiasan lebih terasa
hidup dan konkret dan menciptakan gambaran pembanding yang
tepat.
Dapat kita katakana bahwa wujud majas perbandingan atau
simile dalam puisi di atas mengungkapkan sesuatu dengan
perbandingan secara langsung yang dinyatakan dengan memakai
12
kata awalan atau kata penghubung seperti laksana. Dalam
pembandingan tersebut bertujuan untuk membuat hal yang tidak
sama agar kelihatannya terlihat sama.
4. Penjelasan perubahan makna penghalusan di tiga bidang profesi dengan
satu contoh tiap bidangnya.
Penghalusan adalah ditampilkanya kata-kata atau bentuk-bentuk
yang dianggap mempunyai arti yang lebih halus, atau lebih sopan dari
pada yang akan digantikan atau kata yang digunakan sebelumnya
(Nursida, 2014:2). Perubahan makna dengan menampilkan gejala kata-
kata atau bentuk yang dianggap memiliki makna lebih halus atau lebih
sopan dari kata yang digantikan. Seperti kata penjara atau bui diganti
menjadi kata yang lebih halus yaitu lembaga pemasyarakatan, atau kata
buta dihaluskan menjadi tunanetra, tuli diganti menjadi tunarungu,
gelandangan diganti menjadi tunawisma (Chaer, 1990:144).
a. Bidang
Contoh:
Perempuan yang bekerja sebagai pembantu (pelayan) di rumah tangga
orang disebut babu sekarang berubah menjadi asisten rumah tangga.
Pada kata asisten rumah tangga merupakan bentuk
penghalusan makna. Kata asisten rumah tangga memiliki makna asal
dalam KBBI “babu” lalu dalam konteks kalimat digunakan untuk
mengganti bentuk “tidak dipakai lagi” yang lebih kasar. Dalam
perubahan makna, kata-kata dengan ciri ini digunakan untuk
menghaluskan kata. Kata ini merupakan ekspresi yang lebih halus
daripada ekspresi kasar yang dianggap berbahaya atau tidak
menyenangkan. Kata ini dapat dianggap bahasa komparatif,
menggantikan makna dengan kata yang memiliki makna yang hampir
sama untuk menghindari pantangan atau kesopanan.
b. Bidang
Contoh:
13
Perempuan yang bekerja menjual diri atau sebelumnya disebut pelacur
sekarang sekarang berubah makna menjadi tunasusila.
Pada kata tunasusila merupakan bentuk penghalusan makna.
Kata tunasusila memiliki makna asal dalam KBBI “pelacur” lalu
dalam konteks kalimat digunakan untuk mengganti bentuk “tidak
dipakai lagi” yang lebih kasar. Perubahan makna penghalusan pada
kata tersebut menunjukkan kata atau dianggap memiliki bentuk yang
lebih halus atau sopan daripada akan diganti. Kata pelacur diganti
dengan kata atau ungkapan yang dianggap memiliki arti Lebih halus
adalah bahwa pelacur telah dirubah menjadi tunasusila.
c. Bidang
Contoh:
Anak laki-laki yang bekerja dan dijadikan pesuruh
sebelumnya dikatakan sebagai kacung dan mengalami penghalusan
menjadi pelayan. Pada kata pelayan termasuk kelas kata verba yang
merupakan bentuk penghalusan makna. Kata pelayan memiliki makna
asal dalam KBBI “kacung” lalu dalam konteks kalimat digunakan
untuk mengganti bentuk “tidak dipakai lagi” yang lebih kasar. Kata
kacung diganti dengan kata atau ungkapan yang dianggap memiliki
arti Lebih halus yaitu pelayan.
14