Anda di halaman 1dari 6

Sajak-sajak Umam Hudaya

GEBYAK CAH ANGON

Kultur pusaka leluhur ini


Memuliakan lukisan suatu bukti
Gebyak cah angon jati diri etik tradisi
Ratusan tahun silam yang tak pernah kelam tiba kini
Mahajana berkontribusi menangani pusaka negeri

Entitas dan realitas sosialitas


Pengembala berperan disegala awang-awang panas, dan rinai deras
Badan pagan dibawah terik yang membakar
Badan pagan dibawah guncangan halilintar
Pemiara tetap berlangsung demi keberlangsungan napas

Mahajana tradisi menilik dikasihi Tuhan Yang Esa


Menilik cah angon insan yang merdeka
Lembu dan kambing merupakan pusaka
Pengembala, dan warga yang mayoritas petani desa
Tak terpisah dinamika desa dalam kepolosannya

Tampak diujung daksina


Pesisir berpasir lampas
Mandala penyangga idiom lokal berjenama Brasengaja
Guna mengembala piara
Semenjak beratus-ratus tarikh lampau berada

Purwokerto, 2021
INGKUNG SURAN

Kultur suran kuwarisan


Tradisi bentuk menjulang leluhuran
Bermuhasabah, memestakan haul Syekh Ibrahim Asmorokondi
Wujud kamsia dan karahayon Halikuljabbar
Kongsi memobilisasi ingkung pitik terkonsentrasi di tajuk Banyumudal

Muharam para puak melantaskan kultur suran


Kemaslahatan dan faedah invensi kehidupan yang simultan
Memestakan suran mencorakkan pijakan perbalahan
Antuk memancangkan petuah Islam
Mewariskan dinamis mengulas hasrat dan musabaqah

Legiun mencorakkan kunci


Legiun mencorakkan sentral
Legiun mencorakkan pokok
Legiun mencorakkan pusat
Bala mencorakkan kunci, sentral, pokok, pusat silih pergumulan

Kegaliban yang tak bisa mengirat


Tabiat yang tak bisa melarat
Kultur suran satu pusaka fadilat Selam
Bagaikan persabungan yang termuat dalam faedah suran
Tak bisa mati dan tak bisa hilang, belaka pijakan perjuangan

Purwokerto, 2021
JANENGAN

Terbetik bunyi melengking


Terbetik nada-nada menjulang tinggi
Perpaduan musik Jawa dan syi’iran
Ragam dialek jawa menyelimuti lantunan yang begitu idionsinkratis
Insan menyeru janengan

Shalawat dan syi’ir jawa begitu memabukkan


Tuling, kemeng, ukel, gong, dan kendang bersatu padu membangun kongsi
Teknik pukul yang beriringan menjelma simultan
Alat musik ritmis begitu harmonis
Mengalun tanpa henti, terbawa perasaan pada nada yang terkesan

Semakin lama kudengar


Semakin lama rasa ini semakin hangat
Semakin lama terlena dengan nada-nada mempesona
Semakin lama terasa terisi tanpa sepi
Semakin lama hingga ku jatuh hati dengan betikan nada tinggi

Betikan nada yang membawa arti


Tentang keimanan, perihal mengemban syariat islami
Begitu dalam sampai jauh ke lubuk hati
Hati terasa terisi tanpa henti
Dengan lantunan shalawat dan pujian perihal nabi

Purwokerto, 2021
PANJER

Adipati Panjer
Tatkala kau berkuasa dibelahan bumi
Kadipaten Panjer kau kepalai
Awal mula titah
Ayam kau adu berlumur darah

Sang waktu lampau


Pergolakan adu ayam kacau balau
Bangsal kadipaten melahirkan saksi bisu
Gendam Asmarandhana tiba asal udik Jalas
Rupa elok mendatangkan gemetar induk beras

Nyai menilik elok Gendham Asmarandhana


Adipati murka berhasrat melenyapkanya
Belati mendatangkan terperanjat
Sabetan Asmarandhana menancapkan pedang
Adipati Panjer sekarat larikan diri menyasar Danau Kalasan

Rasa takut menyelimuti dan mencekam


Gendam Asmarandhana mengabah kalasan
Prajurit tak beroleh Gendam yang hilang
Mengestimasi menjelma danyang
Memestakan kelahiran sebongkah batu bertulis Smaradana

Purwokerto, 2021
SROTONG

Rasam berevolusi
Yang tinggal tidak lain catatan imaji
Langka dan punah mulai mengintimidasi
Bait beton mensubstitusi
Bait srotong menginjak terganti

Srotong diperjual beli


Pranata lasat melesap di janabijana ini
Pola pikir dan gaya hidup mengonversi
Mahajana menjelma menjadi modernis, individualis, dan praktis
Tidak lebih dari semotif ekonomis

Bait srotong terkikis


Rasam teriris lantaran invidualis
Apa pasal janabijana ku jadi begini? Belenceh tragis
Praja budaya serupa secorak imajinis
Keangkuhan, keegoisan, merangsangkan ketragisan

Daku hendaklah apa?


Etiket yang tak piawai ku piara
Praja budaya menjelma tak berupa
Srotong kau kemana?
Ku berhasrat kau ada! Mencagarkan olak di bucu pura

Purwokerto, 2021
BIODATA PENULIS

Umam Hudaya, lahir di Kebumen, 1 Maret 2000. Mahasiswa Pendidikan


Bahasa dan Sastra Indonesia (S1). Ia saat ini tinggal di Poncowarno, Kebumen.
Ia dapat dihubungi melalui ig: umam_hudaya. Tak banyak mengenai ku, aku
adalah orang biasa yang hidup dalam kehidupan biasa.

Anda mungkin juga menyukai