Anda di halaman 1dari 2

Pelayanan Kefarmasian 3

Pelayanan kefarmasian: bertanggung jawab langsung pada pasien dengan tujuan pengobatan yang
jelas dan dapat dinilai, outcome yang didapat tidak hanya kesembuhan pasien, namun
meningkatkan kualitas hidup pasien.
Kegiatan farmasi klinis meliputi:

1. Pengkajian dan pelayanan resep (skrining resep)


2. Penelusuran riwayat penggunaan obat
3. Rekonsiliasi obat
4. PIO
5. Konseling
6. Visite
7. Pemantauan terapi obat
8. MESO (perawat yang mencatat dilaporkan ke apoteker)
9. Evaluasi penggunaan obat
10. Dispensing sediaan steril (perlu ruangan steril)
11. Pemantauan kadar obat dalam darah (setiap orang berbeda ADME, lihat ketercapaian MEC)

Formulasi RPK (Rencana Pelaksanaan Kegiatan)

1. Rekomendasi terapi obat untuk setiap DRP lengkap dengan dosisnya


2. Rencana monitoring terapi obat
3. Rencana konseling

Implementasi RPK

1. Menghubungi profesi kesehatan lain untuk klarifikasi ataupun menyampaikan rekomendasi


untuk modifikasi resep ataupun memulai terapi
2. Bekerjasama dengan pasien untuk memaksimalkan efek terapi obat dengan meningkatkan
pemahaman dan keterlibatan dalam RPK a.l: melalui edukasi/konseling
3. Mendokumentasikan aksi yang diambil dalam penerapan RPK
4. Mengkomunikasikan RPK dengan tenaga kesehatan lain seperti bidan dan ahli gizi. Berbagi
informasi demi tercapainya perubahan terapi

Monitoring dan modifikasi RPK

1. Secara reguler memantau ada- tidaknya perubahan informasi subyektif (gejala seperti nyeri)
maupun obyektif (data lab)
2. Bila ada perubahan segera dimodifikasi RPK
3. Secara terus-menerus memantau pencapaian outcome dan melakukan modifikasi bila
rekomendasi berdampak buruk (terjadi ESO) untuk pasien.

Monitoring Terapi obat

1. Pengamatan kondisi klinik pasien seperti keadaan umum (demam, nyeri), penampilan pasien,
tingkat kesadaran pasien dll melalui wawancara
2. Pengamatan tanda-tanda vital (TD, denyut nadi, respiratory rate, suhu tubuh) dari hasil
observasi perawat
3. Pengamatan hasil lab
4. Pengamatan kadar obat dalam darah terutama untuk obat-obat dengan indeks terapi sempit

Monitoring terapi obat

1. Efektivitas: Dinilai berdasarkan tercapai tidaknya tujuan terapi


2. Farmakokinetik klinik: pemantauan obat dalam darah untuk melihat efektivitas terapi maupun
ESO serta toksisitas, Direkomendasikan pada pasien yang respon obatnya minimal padahal
sudah mendapat dosis yang maksimal
3. ADR: mengidentifikasi ADR yang potensial dengan mengenali gejala ESO
4. Interaksi obat: Dikenali setelah muncul gejala dan tanda yang menetap pada pasien
5. Toksisitas: Terjadi karena dosis yang berlebihan, interaksi yang potensial dengan obat lain.

Kesan yang timbul dari Pharmaceutical care

1. Dokter: farmasis hadir di bangsal, gangguan farmasi pada resep obat


2. Perawat: akses yang cepat pada obat akan mempercepat pekerjaan perawat. Farmasis
merupakan ahli obat sehingga menjadi tempat bertanya perawat tentang obat
3. Farmasis: bekerja berjam-jam, peran berkembang pesat dengan selalu belajar, mendapatkan
ilmu baru, tekanan mental yang berkelanjutan untuk memberikan yang terbaik sepanjang waktu
4. Pasien: terkesan dan senang karena diperhatikan, fenomena ivory tower (tidak tampil di depan
layar)

Masalah yang sering timbul

1. Tulisan dokter yang tidak terbaca


2. Rekomendasi tidak diterima
3. Perbedaan literatur
4. Komunikasi
5. Kekosongan obat

Harusnya antar tenaga kesehatan tidak berebut wewenang dan berebut lahan tetapi berbagi resiko
dan tanggung jawab untuk mendapatkan outcome yang terbaik untuk pasien

Anda mungkin juga menyukai