Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

FIQIH MUAMALAH
“SYIRKAH, MUDHRABAH, MUSYARAKAH, MUZARAH”

Dosen Pengampu:
Qoshid Al-Hadi, ME

Disusun Oleh:
Ahmad Abdullah Majidi (2005020027)
Akhmad Fiqri Maulana (2005020152)
Eka Meiliya Ariyanti (200502077)
Khairun nisa (2005020029)
Mariatul Ulfah (2005020012)
Muhammad Aldy Hafiz Ansari (2005020075)
Muhammad Ihya Ulumuddin (2005020151)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI
BANJARMASIN
2020/21
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Evolusi Ilmu
Manajemen ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Fiqih Muamalah. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Evolusi Ilmu Manajemen
bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada
bapak Qoshid Al-Hadi, ME selaku dosen mata kuliah Fiqih Muamalah yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studiyang kami tekuni.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga Kami dapat
menyelesaikan makalah ini.Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh
dari katasempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikandemi kesempurnaan makalah ini.

Banjarbaru,
April 2021

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 5
C. Tujuan ............................................................................................................................... 5
BAB II ........................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 5
A. Pengertian Syirkah ............................................................................................................ 5
B. Pengertian Mudharabah..................................................................................................... 8
C. Pengertian Musyarakah ................................................................................................... 11
D. PengertianMuzara‟ah ...................................................................................................... 12
BAB III........................................................................................................................................ 15
PENUTUP ................................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 15
B. Saran................................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Muamalah adalah satu aspek dari ajaran yang telah melahirkan
peradaban Islam yang maju di masa lalu. Ia merupakan satu bagian dari
syariat Islam, yaitu yang mengatur kehidupan manusia dalam hubungan
dengan manusia, masyarakat dan alam berkenaan dengan kebendaan dan
kewajiban . Diantara permasalahan yang paling berkembang dalam
kehidupan bermasyarakat hari ini adalah masalah muamalah, khususnya
muamalah maliyah atau interaksi sesama manusia yang berkaitan dengan
uang dan harta dengan segala bentuk macam transaksinya. Hal ini tidak
dapat kita bendung, sebab perubahan itu terjadi seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi. Dalam persoalan
muamalah syariat Islam lebih banyak memberikan penjelasan terkait prinsip
dan kaidah secara umum dibandingkan jenis dan bentuk muamalah secara
perinci. Memang telah kita ketahui, manusia adalah makhluk sosial yang
tidak lepas dari kegiatan muamalah. Namun tidak semua masyarakat
mengetahui secara kaffah akan peraturan-peraturan dalam bermuamalah,
misalnya dalam kasus jual beli. Terdapat larangan atas memperjual belikan
barang yang najis.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang, maka dapat dibuat
beberapa rumusan masalah sebagai berikut.
1. Pengertian Syirkah
2. Pengertian Mudharabah
3. Pengertian Musyarakah
4. Pengertian Muzarah

C. Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penyusun dapat menjelaskan
mengenai tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian Syirkah
2. Mengetahui pengertian Mudharabah
3. Mengetahui pengertian Musyarakah
4. Mengetahui pengertian Muzarah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Syirkah
Syirkah menurut bahasa berarti al-ikhtilath yang artinya campur atau
percampuran. Maksud percampuran disini adalah seseorang mencampurkan hartanya
dengan harta orang lain sehingga tidak mungkin untuk dibedakan. Menurut defenisi
syariah, syirkah adalah transaksi antara dua orang atau lebih yang bersepakat untuk
melakukan suatu usaha finanssial dengan tujuan mencari keuntungan (Taqiyyudin,1996)
Menurut istilah yang dimaksud dengan syirkah, para fuqaha berbeda pendapat.
Abdurrahman al-Jaziri dalam Suhendi merangkum pendapat-pendapat tersebut antara
lain, menurut Sayyid Sabiq syirkah ialah akad antara dua orang berserikat pada pokok
harta (modal) dan keuntungan. Menurut Muhammad al-Syarbini alKhatib yang
dimaksud dengan Syirkah ialah ketetapan hak pada suatu untuk dua orang atau lebih
dengan cara yang masyhur atau diketahui. Menurut Syihab al-Din al-Qalyubi wa
Umaira yang dimaksud dengan syirkah adalah penetapan hak pada sesuatu bagi dua
orang atau lebih. Imam Taqiyuddin Abi Bakr Ibn Muhammad alHusaini pula
mengatakan bahwa syirkah ibarat penetapan suatu hak pada sesuatu yang satu untuk dua
orang atau lebih dengan cara yang diketahui. Pendapat Imam Hasbie Ash-Shidieqie
bahwa yang dimaksud dengan syirkah ialah akad yang berlaku antara dua orang atau
lebih untuk ta‟awun dalam bekerja pada suatu usaha dan membagi keuntungannya.
Sedangkan Idris Muhammad menyebutkan syirkah sama dengan syarikat dagang yakni
dua orang atau lebih sama-sama berjanji akan bekerja sama dalam dagang dengan
menyerahkan modal masing-masing di mana keuntungan dan kerugiannya
diperhitungkan menurut besar kecilnya modal masing-masing. Setelah diketahui
definisi-definisi syirkah menurut para ulama kiranya dapat dipahami bahwa yang
dimaksud dengan syirkah adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam berusaha,
yang keuntungan dan kerugiannya ditanggung bersama.
Dasar Hukum, Rukun dan Syarat Syirkah
Pada dasarnya hukum syirkah adalah mubah atau boleh. Hal ini ditunjukkan
oleh dibiarkannya praktik syirkah oleh baginda Rasulullah yang dilakukan masyarakat
Islam saat itu (Majid, 1986). Beberapa dalil Al-Quran dan hadist yang menerangkan
tentang syirkah antara lain: “Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang ber-syirkah
itu, sebahagian mereka berbuat zalim terhadap sebagahian yang lain, kecuali orang yang
beriman dan mengerjakan amal salih.” (QS Shad 38:24) Imam al-Bukhari meriwayatkan
bahwa Abu Manhal pernah mengatakan: “Aku dan syirkah ku pernah membeli sesuatu
secara tunai dan hutang. Kemudian kami didatanggi oleh Barra‟ bin Azib. Kami lalu
bertanya kepadanya. Ia menjawab, “Aku dan Zaid bin Arqam juga mempraktikkan hal
yang demikian. Selanjutnya kami bertanya kepada Nabi saw tentang tindakan kami
tersebut. Beliau menjawab, “Barang yang diperoleh secara tunai, silahkan kalian ambil,
sedangakan yang diperoleh secara hutang silahkan kalian kembalikan.” (HR alBukhari)
Syirkah boleh dilakukan antara sesama Muslim, antara sesama kafir dzimmi atau
antara seorang Muslim dan kafir dzimmi. Maka dari itu, seorang Muslim juga boleh
melakukan syirkah dengan orang yang beda agama seperti Nasrani, Majusi dan kafir
dzimmi yang lainnya selagi apa-apa yang di-syirkah-kan adalah usaha yang tidak
diharamkan bagi kaum Muslim. Seperti dikatakan sebuah hadist oleh Muslim dari
Abdullah bin Umar: “Rasulullah saw pernah mempekerjakan penduduk Khaibar-mereka
adalah Yahudi-dengan mendapatkan bagian hasil panen buah dan tanaman.” (HR
Muslim)
Rukun syirkah diperselisihkan oleh para ulama. Menurut ulama Hanafiyah
bahwa rukun syirkah ada dua, yaitu ijab dan qabul atau bahasa lainya adalah akad. Akad
yang menentukan adanya syirkah..
Menurut ulama mazhab Malikiyah syarat-syarat bertalian yang bertalian dengan
orang yang melakukan akad ialah merdeka, baligh dan pintar. Syafi‟iyah berpendapat
bahwa syirkah yang sah hukumnya hanyalah syirkah inan sedangkan syirkah yang
lainnya batal.
Dijelaskan pula oleh Abd al-Rahman al-Jaziri bahwa rukun syirkah
adalah dua orang yang berserikat, subyek dan objek akad syirkah baik harta
maupun kerja. Syarat-syarat syirkah dijelaskan oleh Idris Achmad berikut ini :
1. Mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan izin masing-masing anggota
serikat kepada pihak yang akan mengendalikan harta itu.
2. Anggota serikat itu saling mempercayai sebab masing-masing mereka adalah
wakil yang lainnya.
3. Mencampurkan harta sehingga tidak dapat dibedakan hak masing-masing baik
berupa mata uang maupun bentuk yang lainnya.
Macam dan Jenis Syirkah Syirkah
secara garis besar terbagi atas dua jenis yaitu syirkah hak milik (syirkah
al-amlak) dan syirkah transaksi (syirkah al-uqud). Syirkah hak milik adalah
syirkah terhadap zat barang, seperti syirkah dalam suatu zat barang yang
diwarisi oleh dua orang atau yang menjadi pembelian mereka atau hibah bagi
mereka. Adapun syirkah transaksi adalah syirkah yang objeknya adalah
pengembangan hak milik. Syirkah transaksi bisa diklasifikasikan menjadi lima
macam yaitu „inan, „abdan, mudharabah, wujuh dan mufawadhah.
Syirkah „inan adalah syirkah di antara dua orang atau lebih yang masing-
masing pihak berinvestasi secara barsama-sama mengelola modal yang
terkumpul dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko kerugian
ditanggung bersama.
Syirkah „abdan disebut juga dengan syirkah a‟mal atau syirkah sana‟i.
Syirkah „abdan adalah syirkah antara dua orang atau lebih dengan masing-
masing pihak hanya menyerahkan kontribusi berupa tenaga atau keahlian tanpa
investasi modal.
Syirkah mudharabah disebut juga dengan qiradh. Syirkah ini terbentuk
antara dua belah pihak dimana pihak pertama menyerahkan keseluruhan modal
(shahib almal) dan pihak kedua adalah orang yang mengelola modal tersebut
(mudharib).
Syirkah wujuh yang diakui dalam Islam ada dalam dua bentuk yaitu
berupa syirkah antara dua orang pengelola (mudharib).
Syirkah mufawadhah adalah antara dua syirkah atau pengabungan antara
beberapa syirkah sekaligus. Misalnya seseorang memberikan modal untuk dua
orang insiyur dengan tujuan membangun rumah untuk di jual. Kedua orang
insyur akan bekerja sekaligus akan mendapatkan rumah sebagai keuntungan
seperti yang telah disepakati di awal. Dalam hal ini terdapat pengabungan antara
syirkah „inan, „abdan, mudharabah dan wujuh.
Mengakhiri Syirkah
Menurut Ahmad Azhar Basyir terdapat enam penyebab utama
berakhirnya syirkah yang telah diakadkan oleh pihak-pihak yang melakukan
syirkah, yaitu :
1. Syirkah akan berakhir apabila terjadi hal-hal dimana jika salah satu pihak
membatalkannya meskipun tanpa persetujuan pihak yang lainnya. Hal ini
disebabkan syirkah adalah akad yang terjadi atas dasar rela sama rela dari kedua
belah pihak yang tidak ada kemestian untuk dilaksanakan apabila salah satu
pihak tidak menginginkannya lagi.
2. Salah satu pihak kehilangan kecakapan untuk bertasharruf (keahlian
mengelola harta) baik karena gila ataupun karena alasan lainnya.
3. Salah satu pihak meninggal dunia. Tetapi apabila anggota syirkah lebih dari
dua orang yang batal hanyalah yang meninggal saja. Syirkah berjalan terus pada
anggota-anggota yang masih hidup. Apabila ahli waris anggota yang meninggal
menghendaki turut serta dalam syirkah tersebut maka dilakukan perjanjian baru
bagi ahli waris yang bersangkutan.
4. Salah satu pihak ditaruh dibawah pengampuan. Pengampuan yang dimaksud
di sini baik karena boros yang terjadi pada waktu perjanjian syirkah tengah
berjalan maupun sebab yang lainnya.
5. Salah satu pihak jatuh bangkrut yang berakibat tidak berkuasa lagi atas harta
yang menjadi saham syirkah. Pendapat ini dikemukakan oleh Mazhab Maliki,
Syafi‟i dan Hambali. Hanafi berpendapat bahwa keadaan bangkrut itu tidak
membatalkan perjanjian yang dilakukan oleh yang bersangkutan.
6. Modal para anggota syirkah lenyap sebelum dibelanjakan atas nama Syirkah.
Bila modal tersebut lenyap sebelum terjadi percampuran harta hingga tidak
dapat dipisah-pisahkan lagi yang menanggung resiko adalah para pemilikya
sendiri. Apabila harta lenyap setelah terjadi percampuran yang tidak bisa
dipisah-pisahkan lagi menjadi resiko bersama. Kerusakan yang terjadi setelah
dibelanjakan menjadi resiko bersama. Apabila masih ada sisa harta Syirkah
masih dapat berlangsung dengan kekayaan yang masih ada.

B. Pengertian Mudharabah
Menurut Ulama Fiqih kerjasama “mudharabah” (perniagaan) sering juga
disebut dengan “Qiradh”. Dalam Fiqhus Sunnah juga disebutkan bahwa mudharabah
bisa dinamakan dengan qiradh yang artinya memotong. Karena pemilik modal
memotong sebagian hartanya agar diperdagangkan dengan memperoleh sebagian
keuntungan. Mudharabah berasal dari kata dharb yang berarti memukul atau berjalan.
Dalam bidang ekonomi Islam, pengertian memukul atau berjalan lebih tepatnya adalah
proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya. Sedangkan secara
istilah, mudharabah merupakan akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola
dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai
kesepakatan sedangkan kerugian finansialnya hanya ditanggug oleh pengelola dana.
Pada Mazhab kita, Mazhab Syafi'i Mudharabah adalah suatu akad yang memuat
penyerahan modal kepada orang lain untuk mengusahakannya dan keuntungannya
dibagi antara mereka berdua. Sedangkan dasar hukum Mudharabah, yaitu Al-Qur‟an
dan Al Hadist.
Macam-macam Mudharabah
a. Mudharabah Mutlaqah
Mudharabah mutlaqah yaitu penyerahan modal tanpa syarat. Pengusaha atau
mudharib bebas mengelola modal itu dengan usaha apa saja yang menurutnya akan
mendatangkan keuntungan dan di daerah mana saja yang mereka inginkan. Dalam bank
teknik mudharabah mutlaqah adalah kerjasama antara bank bank dengan mudharib atau
nasabah yang mempunyai keahlian atau keterampilan untuk mengelola suatu usaha yang
produktif dan halal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi bersama
berdasarkan nisbah yang disepakati.
b. Mudharabah Muqayyadah
Mudharabah muqayyadah yaitu penyerahan modal dengan syarat-syarat tertentu.
Dalam akad dicantumkan bahwa modal tersebut hanya untuk usaha yang telah
ditentukan (terikat pada usaha tertentu). Pengusaha atau nasabah harus mengikuti
syarat-syarat yang dikemukakan oleh pemilik modal, selain dari syarat-syarat yang
dikemukakan maka dana shahibul maal tidak diperkenankan untuk dipakai. Dalam
teknis perbankan yang dimaksudkan dengan mudharabah muqayyadah adalah akad
kerja sama antara shahibul maal dengan bank. Modal yang diterima, dikelola oleh bank
untuk diinvestasikan dalam proyek yang sudah ditentukan oleh shahibul maal.
Pembagian bagi hasil keuntungan dilakukan sesuai nisbah yang disepakati bersama,
diantara pihak-pihak yang terlibat dalam kerja sama tersebut.
Jenis mudharabah muqayyadah ini dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Mudharabah Muqayyadah On Balance Sheet (investasi terikat) Mudharabah
muqayyadah On Balance Sheet (investasi terikat) yaitu pemilik dana
(shahibul maal) membatasi atau memberi syarat kepada mudharib dalam
penglolaan dana seperti misalnya hanya melakukan mudharabah bidang
tertentu, cara, waktu dan tempat tertentu saja.
2) Al Mudharabah Muqayyadah Of Balance Sheet Mudharabah Muqayyadah
Of Balance Sheet ini merupakan jenis mudharabah dimana penyaluran dana
mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak
sebagai perantara (arranger) yang mempertemukan antara pemilik dana
dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syaratsyarat
tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang
akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya.
Syarat Rukun Mudharabah
a. Syarat Mudharabah
 Masing-masing pihak memenuhi persyaratan kecakapan wakalah.
 Modal (ra‟s al-mal) harus jelas jumlahnya, berupa tsaman (harga tukar)
tidak berupa barang dagangan, dan harus tunai dan diserahkan
seluruhnya kepada pengusaha.
 Prosentase keuntungan dan periode pembagian keuntungan harus
dinyatakan secara jelas berdasarkan kesepakatan bersama. Sebelum
dilakukan pembagian seluruh keuntungan milik bersama.
 Pengusaha berhak sepenuhnya atas pengelolaan modal tanpa campur
tangan pihak pemodal. Sekalipun demikian pada awal transaksi pihak
pemodal berhak menetapkan garis-garis besar kebijakan pengelolaan
modal.
 Kerugian atas modal ditanggung sepenuhnya oleh pihak pemodal.
Sedangkan pihak pekerja atau pengusaha sama sekali tidak
menanggungnya, melainkan ia menanggung kerugian pekerjaan.
b. Rukun Mudharabah
 Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)
 Obyek mudharabah (modal dan kerja).
 Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul).
 Nisbah keuntungan.

Manfaat Mudharabah
 Bank atau lembaga keuangan syariah lainnya akan menikmati peningkatan bagi
hasil pada saat usaha nasabah meningkat.
 Bank atau lembaga keuangan syariah lainnya tidak berkewajiban membayar bagi
hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan
pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak pernah mengalami negatif spread.
 Pengembangan pokok pembiayaan disesuaikan dengan cosh flow atau arus kas
usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
 Bank atau lembaga keuangan syariah lainnya akan lebih selektif dan hati-hati
mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan, karena
keuntungan yang kongkret dan benarbenar terjadi itulah yang akan dibagikan.
 Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap,
dimana bank atau lembaga keuangan konvensional (non bank) akan menagih
penerima pembiayaan dalam jumlah bungatetap berapa pun keuntungan yang
dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

C. Pengertian Musyarakah
Musyarakah atau sering disebut syarikah atau syirkah berasal dari fi‟il
madhi
(‫ ) شرك – ي شرك – شرك ا – و شرك ة‬yang mempunyai arti: sekutu atau teman
peseroan,
perkumpulan, perserikatan (Munawwir). Syirkah dari segi etimologi
berarti: ‫ ال خ تال ط‬mempunyai arti: campur atau percampuran. Maksud dari
percampuran disini adalah seseorang mencampurkan hartanya dengan harta
orang lain sehingga antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya sulit
untuk dibedakan lagi.
Definisi syirkah menurut mazhab Maliki adalah suatu izin ber-tasharruf
bagi masing-masing pihak yang bersertifikat. Menurut mazhab Hambali, syirkah
adalah persekutuan dalam hal hak dan tasharruf. Sedangkan menurut Syafi‟i,
syirkah adalah berlakunya hak atas sesuatu bagi dua pihak atau lebih dengan
tujuan persekutuan. Sayyid Sabiq mengatakan bahwa
syirkah adalah akad antara orang Arab yang berserikat dalam hal modal dan
keuntungan. M. Ali Hasan mengatakan bahwa syirkah
adalah suatu perkumpulan atau organisasi yang beranggotakan orang-orang atau
badan hukum yang bekerja sama dengan penuh kesadaran untuk meningkatkan
kesejahteraan anggota atas dasar sukarela secara kekeluargaanJadi, syirkah
adalah kerjasama antara dua orang atau lebih dalam suatu
usaha perjanjian guna melakukan usaha secara bersama-sama serta keuntungan
dan kerugian juga ditentukan sesuai dengan perjanjian.

Syarat dan rukun musyarakah


Adapun mengenai syarat-syarat syirkah menurut Idris Ahmad adalah:
o mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan izin masing-masing
anggota serikat kepada pihak yang akan mengendalikan harta
serikat,
o anggota serikat itu saling mempercayai, sebab masing-masing
mereka adalah wakil dari yang lain,
o mencampurkan harta sehingga tidak dapat dibedakan hak masing-
masing, baik berupa mata uang maupun bentuk yang lain.

Tujuan dan manfaat musyarakah


Tujuan dari pada syirkah itu sendiri adalah memberi keuntungan kepada
karyawannya, memberi bantuan keuangan dari sebagian hasil usaha koperasi
untuk mendirikan ibadah, sekolah dan sebagainya. Salah satu prinsip bagi hasil
yang banyak dipakai dalam perbankan syariah adalah musyarakah. Dimana
musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah
dan bank secara bersama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek
tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut
bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank
Adapun manfaat-manfaat yang muncul dari pembiayaan Musyarakah
adalah meliputi:
 lembaga keuangan akan menikmati peningkatan dalam jumlah
tertentu pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat,
 pengembalian pokok
pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas usaha nasabah,
sehingga
tidak memberatkan nasabah,
 lembaga keuangan akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang
benar-benar halal, aman dan menguntungkan,
 prinsip
bagi hasil dalam musyarakah atau musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga
tetap dimana bank akan menagih pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap
berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan
terjadi krisis ekonomi.
Resiko yang terjadi dalam pembiayaan musyarakah, relatif tinggi, meliputi:
1. nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebutkan dalam
kontrak
2. nasabah sering lalai dalam usaha dan melakukan kesalahan yang
disengajaguna kepentingan diri sendiri,
3. penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur
dan pihak lembaga keuangan sulit untuk memperoleh data sebenarnya

D. PengertianMuzara’ah
Menurut bahasa, al-muzara‟ah diartikan wajan ‫ ا ة‬dari kata ‫ ال‬yang sama
artinya dengan ‫( ا ا‬menumbuhkan). Muzara‟ah dinamai pula dangan mukhabarah
dan muhaqalah. Orang irak memberikan istilah muzara‟ah dengan istilah al-qarah.
Dalam kamus istilah ekonomi muzara‟ah ialah akad kerja sama pengelolaan
pertanian antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan menyerahkan
lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan
tertentu (nisbah) dari hasil panen yang benihnya berasal dari pemilik lahan; pemilik
tanah menyerahkan sekaligus memberikan modal untuk mengelola tanah kepada
pihak lain. Sedangkan mukhabarah adalah pemilik tanah menyerahkan kepada pihak
orang yang mengelola tanah, tetapi modalnya ditanggung oleh pengelola tanah
dengan pembayaran 1/3 atau ¼ hasil panen.
Rukun dan syarat Muzara’ah
Ulama Hanafiah berpendapat bahwa rukun muzara‟ah adalah ijab dan kabul
yang menujukan keridhaan diantara keduanya. Dan Secara rinci yakni:
a. Tanah,
b. Perbuatan pekerja,
c. Modal,
d. Alat-alat untuk menanam.

Adapun syaratnya:
o Syarat yang menyangkut orang yang berakad ialah keduanya harus sudah
baligh dan berakal.
o Syarat menyangkut benih yang akan ditanam harus jelas dan dapat
menghasilkan.
o Syarat yang menyangkut tanah;
 Batas-batas tanah itu jelas.
 Tanah itu diserahkan sepenuhnya kepada petani untuk digarap.
Apabila disyaratkan bahwa pemilik tanah ikut mengolah
pertanian itu maka akad muzara‟ah tidak sah.
o Syarat menyangkut hasil panen ;
 Pembagian panen masing-masing pihak harus jelas
 Hasil itu benar-benar milik bersama orang yang berakad tanpa
boleh ada pengkhususan
 Pembagian hasil panen itu ditentukan, misalnya ½, 1/3, atau ¼,
sejak dari awal akad, sehingga tidak timbul perselisihan
dikemudian hari, dan penentuannya tidak boleh berdasarkan
jumlah tertentu secara mutlak.
o Syarat menyangkut jangka waktu yang disesuaikan adat setempat.

Menurut Abu Yusuf dan Muhammad (sahabat Abu Hanifah), berpendapat


bahwa muzara‟ah memiliki beberapa syarat yang berkaitan dengan aqid (orang yang
melangsungkan akad), tanaman, tanah yang ditanami, sesuatu yang dikeluarkan dari
tanah, tempat akad, alat bercocok tanam, dan waktu bercocok tanam.
a. Syarat aqid (orang yang melangsungkan akad)
1. Mumayyiz, tetapi tidak disyaratkan baligh.
2. Imam abu hanifah mensyaratkan bukan orang murtad, tetapi ulama Hanafiyah
tidak mensyaratkannya.
b. Syarat tanaman
Diantara para ulama terjadi perbedaan pendapat, tetapi kebanyakan menganggap lebih
baik jika diserahkan kepada pekerja.
c. Syarat dengan garapan
1.Memungkinkan untuk digarap, yakni pabila ditanami tanah tersebut akan
menghasilkan.
2. Jelas.
3.Ada penyerahan tanah.
d. Syarat-syarat tanaman yang dihasilkan
1) Jelas ketika akad
2) Diharuskan atas kerja sama dua orang yang akad
3) Ditetapkan ukuran diantara keduanya, seperti 1/3, ½ dan lain-lain.
4) Hasil dari tanaman harus menyeluruh diantara dua orang yang akan
melangsungkan akad. Tidak dibolehkan mensyaratkan bagi salah satu
yang melangsungkan akad hanya mendapatkan sekadar pengganti biji.
e.Tujuan akad
Akad dalam muzara‟ah harus didasarkan pada tujuan syara‟ yaitu untuk memanfaatkan
tanah.
f. Syarat alat bercocok tanam di bolehkan menggunakan alat tradisional atau moderen
dengan maksud sebagai konsekuensi atas akad. Jika hanya bermaksud menggunakan
alat dan tidak dikaitkan dengan akad, muzara‟ah dipandang rusak.
g. Syarat muzara‟ah
Dalam muzara‟ah harus menetapkan waktu. Jika waktu tidak ditetapkan,
muzara‟ah dipandang tidak sah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas tentang Akad Syirkah pada
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah dalam Perspektif Madzhab
Maliki, maka ditarik kesimpulan yaitu Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah memperbolehkan semua bentuk akad syirkah
yang meliputi syirkah inan, syirkah abdan, syirkah wujuh,
syirkah mufawadhah dan syirkah mudharabah. Madzhab Maliki
memperbolehkan syirkah inan, syirkah abdan dan syirkah
mufawadhah tetapi tidak dengan syirkah wujuh. Syirkah wujuh
tidak sah karena syirkah hanya berhubungan dengan nilai harta
dan kerja, sementara dua unsur pokok ini tidak terdapat dalam
syirkah wujuh. Madzhab Maliki juga tidak memasukkan
mudharabah sebagai salah satu bentuk syirkah, karena
mudharabah merupakan akad tersendiri dalam bentuk
kerjasama lain, dan tidak dinamakan dengan syirkah.
Mudharabah adalah salah satu bentuk akad pembiayaan yang
akan di berikan kepada nasabah dalam suatu Bank. secara
umum Mudharabah terbagi kepada dua jenis, yaitu:
Mudharabah Muthlaqah dan Mudharabah Muqayyadah. Dalam
sistem Mudharabah ini akadnya adalah kerja sama usaha antara
dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola, keuntungan usaha
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.
Manfaat dari Mudharabah ini adalah Bank akan menikmati
peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah
meningkat Akad Mudharabah harus bejalan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan syari‟ah dimana si pengelola harus
menjalankan usahanya dengan rasa tanggung jawab yang
tinggi, sesuai dengan prisip Syari‟ah dan berupaya agar
usahanya tidak terjadi kerugian. Kerugian bisa di akibatkan
oleh beberapa hal, yaitu: 1. Disebabkan oleh resiko bisnis; 2.
Disebabkan oleh musibah atau bencana alam dan 3. Disebabkan
oleh kelalaian atau penyimpangan yang dilakukan oleh
sipengelola. Apabila kerugian terjadi disebabkan oleh resiko
bisnis dan bencana alam maka atas kerugian tersebut
ditanggung sepenuhnya oleh si pemilik modal tetapi kalau
kerugian itu terjadi disebabkan oleh kelalaian atau
penyimpangan yang sengaja dilakukan oleh sipengelola maka,
atas segala kerugian itu harus ditanggung oleh si mudharib
sepenuhnya dan modal yang diberikan harus dikembalikan oleh
mudharib sepenuhnya. Oleh karena itu untuk memperkecil
kesempatan terjadinya kerugian yang disebabkan oleh kelalaian
atau penyimpangan yang dilakukan oleh mudharib atau
sipengelola maka, shahibul mal harus dapat membuat aturan
atau peringatan yang dapat mengurangi kesempatan mudharib
untuk melakukan tindakan yang merugikan. Pembiayaan
mudharabah dipengaruhi oleh faktor langsung dan faktor tidak
langsung. Adapun tujuan akhir dari pembiayaan mudharabah
adalah memperoleh keuntungan.
Musyarakah adalah akad kerja sama yang terjadi antara para
pemilik modal (mitramusyarakah) untuk menggabungkan
modal dan melakukan usaha secara bersama dalamsuatu
kemitraan, dengan nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan,
sedangkan kerugianditanggung secara proporsional sesuai
dengan kontribusi modal. Musyarakah dapat berupa
musyarakah permanen maupun menurun. Musyarakahpermanen
modalnya tetap sampai akhir masa musyarakah, musyarakah
menurun modalnyasecara beransur-ansur menurun karena dibeli
oleh mitra musyarakah. Keuntungan ataupendapatan
musyarakah dibagi berdasarkan kesepakatan awal, sedangkan
kerugianmusyarakah dibagi secara proporsional berdasarkan
modal yang disetor. Setiap mitra dapatmeminta mitra lainnya
untuk menyediakan jaminan. Kelalaian atau kesalahan
pengeloladana, antara lain, ditunjukkan oleh : tidak
terpenuhinya persyaratan yang ditentukan dalamakad, tidak
terdapat kondisi di luar kemampuan yang lazim dan yang telah
ditentukandalam akad, atau hasil putusan dari pengadilan.

1. Sistem muzara’ah terhadap penggarapan sawah di Desa Atari Indah itu


mengandung beberapa unsur yang dimana akad yang didasarkan pada
kepercayaan anatar sesama pelaku kerjasama pemilik sawah dan penggarap,
penghasilan yang pada hal ini sistem bagi hasilnya telah sesuai dengan nialinilai
Islam dan rasa saling membutuhkan dan tolong-menolong sesama warga
dan masyarakat terjalin baik bagi sesama warga.
2. Kendala-kendala yang terdapat dalam melakukan prosedur muzara’ah terhadap
hasil dari penggarapan sawah di Desa Atari Indah diantaranya, kesalah
pahaman, kurang komunikasi, dan ketidakcocokan antara penggarap sawah dan
keegoisan dari masing-masing pihak sehingga terjadinya perselisihan diantara
mereka.
3. Solusi yang dilakukan oleh masyarakat untuk menyelesaikan kendala yang
dihadapi dalam melakukan prosedur muzara’ah terhadap hasil penggarapan
sawah diantaranya, sebaiknya dalam memecahkan masalah harus saling jujur
dan saling keterbukaan antara pemilik sawah dan penggarap agar di setiap
penggarapan tidak terjadi permasalahan dan menyelesaiakan dengan jalan
kekeluargaan atau musyawarah untuk mencari jalan keluar dari penyelesain

masalah tersebut agar masyarakat terjalin dengan baik dan tidak ada rasa
kesalah pahaman atau kebencian diantara mereka.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Semoga dalam penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para akademisi dalam
rangka penerapan dan pengembangan dalam muamalah. Dan dapat memberikan sumbangan
informasi yang bermanfaat khususnya bagi pihak yang terlibat dalam perbankan syari‟ah
dan umumnya kepada masyarakat.

2. Penulis berharap penelitian ini dapat dijadikan bahan tambahan bagi peneliti selanjutnya,
dan peneliti juga berharap agar peneliti selanjutnya dapat menyempurnakan kekurangan
yang ada pada hasil penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.bmtbismillah.com/web/page/view/apa-itu-syirkah.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Mudharabah
file:///C:/Users/User/Downloads/5_bab2.pdf
file:///C:/Users/User/Downloads/727-4702-1-PB(1).pdf
file:///C:/Users/User/AppData/Local/Temp/garuda857530%20(1).pdf
file:///C:/Users/User/Downloads/BAB%20II.pdf
https://www.coursehero.com/file/p5i4huf/BAB-III-PENUTUP-A-Kesimpulan-
Musyarakah-adalah-akad-kerja-sama-yang-terjadi/
https://www.coursehero.com/file/p55m58h/BAB-III-PENUTUP-31-Kesimpulan-
Mudharabah-adalah-salah-satu-bentuk-akad/

Anda mungkin juga menyukai