Mewujudkan Pembangunan Pertanian Inklusif Berorientasi Agribisnis
Pembangunan pertanian masih sangat penting untuk dikembangkan di Indonesia sebagai
negara agraris. Selain karena kontribusinya yang besar, sektor pertanian juga memberikan berbagai manfaat bagi pembangunan ekonomi dan lingkungan. Pertanian memiliki peran dalam menyediakan bahan pangan, menyediakan kesempatan kerja, menghasilkan bahan baku untuk industri, mengkonsumsi produk-produk industri selain menghasilkan devisa (Muhammad-Lawal, et al., 2009). Oleh karena itu, kebijakan yang pro-pertanian perlu semakin ditingkatkan untuk menyediakan pangan, memperluas kesempatan berusaha dan bekerja, menurunkan tingkat kemiskinan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di perdesaan dan di bahkan di tingkat nasional (Sedana dan Astawa, 2019). Selain itu, akselerasi pembangunan pertanian diharapkan membantu mengatasi tingginya angka pengangguran dan urbanisasi dan sekaligus mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di perdesaan. Pembangunan industri di dalam negeri juga memiliki keterkaitan yang kuat dan bahkan saling melengkapi dengan pembangunan pertanian, baik pada industri hulu maupun industri hilir. Dalam skala internasional, pembangunan pertanian juga memberikan kontribusi terhadap penerimaan negara (devisa) karena komoditas pertanian yang bersifat global dalam perdagangan internasional. Sektor pertanian memiliki kontribusi yang signifikan terhadap struktur perekonomian nasional, yaitu dalam Penerimaan Domestik Bruto. Seperti dilaporkan oleh Harian Kompas bahwa sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar ketiga dalam struktur PDB Indonesia, dimana porsinya adalah sebesar 12,84 persen pada kuartal pertama (Q1) 2020 (Anon., 2020). Oleh karena itu, sector pertanian perlu semakin dikembangkan dan diperkuat dalam upaya untuk mempercepat lagu pertumbuhan ekonomi guna mewujudkan kesejahteraan warga masyarakat Indonesia, khususnya di perdesaan. Pembangunan perdesaan merupakan integral dari pembangunan secara luas di tingkat nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi warga masyarakat, khususnya mereka yang relatif miskin. Secara konsep, pembangunan perdesaan diselenggarakan secara komprehensif dan multidimensi, dimana dapat mencakup pengembangan pertanian dan kegiatan sejenisnya, industri perdesaaan, kerajinan rumah tangga dan industri kecil, infrastruktur yang mendukung kegiatan sosial- ekonomi. Selain itu, pembangunan perdesaan juga meliputi layanan dan fasilitas masyarakat, pengembangan sumber daya manusia di perdesaan. Sektor pertanian merupakan sektor yang masih sangat penting dalam pembangunan ekonomi dan upaya pengentasan kemiskinan di banyak Negara, khususnya negara sedang berkembang (Yaghoubi et al, 2011; Adelman, 2001). Pertanian di negera-negara berkembang memiliki keterkaitan yang kuat dengan perkembangan ekonomi perdesaan (Khorami and Pierof, 2013) Kontribusi relatif dari sektor pertanian semakin berkurang terhadap pertumbuhan ekonomi, sehingga kadangkala focus perhatian pada sektor pertanian menjadi menurun demi perolehan kontribusi yang lebih tinggi dari sektor non-pertanian, misalnya industri (Gollin et al, 2002). dalam upaya mengatasi kemiskinan yang lebih banyak terjadi di sektor pertanian, maka pada tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan strategi pembangunan pertanian. Secara umum Pengalaman di Indonesia telah memberikan gambaran bahwa kontribusi sektor pertanian terhadap PDB selalu memiliki tren peningkatan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Namun, secara relatif, kontribusi sektor pertanian mengalami penurunan terhadap PDB secara nasional. Ada beberapa hal yang diduga menjadi faktor penyebabnya, di antaranya adalah ketimpangan kebijakan makro dan mikro ekonomi, sehingga potensi sektor pertanian yang besar belum dapat dikelola dan dimobilisasi secara optimal. Selain itu, masih dijumpai adanya pembangunan pertanian yang bias perkotaan. Artinya bahwa, pembangunan pertanian yang dilakukan melalui industrialisasi dan modernisasi pertanian lebih cendrung memberikan keuntungan warga masyarakat di perkotaan, karena para petani tidak memperoleh nilai tambah produk yang layak. Pemanfaatan dan aplikasi teknologi budidaya pertanian dan pasca-panen belum sepenuhnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas sehingga tujuan pembangunan pertanian belum dapat tercapai dan memiliki imbas pada pembangunan perdesaan.