Disusun Oleh:
RIMA DESI TRI KUSADARITA
(P1337424420111)
Menyetujui,
Pembimbing Klinik Mahasiswa
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
A. LATAR BELAKANG
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, bila dihitung saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional (Prawirohardjo, 2010).
Kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu).
Kehamilan wanita dibagi menadi tiga triwulan, yaitu triwulan pertama 0-12
minggu, triwulan kedua 13-27 minggu, triwulan ketiga 28-40 minggu.
Kehamilan trimester tiga adalah triwulan terakhir dari masa kehamilan yakni
usia 7 bulan sampai 9 bulan atau 28 minggu – 40 minggu (Prawirohardjo,
2014).Trimester tiga adalah trimester terakhir kehamilan, pada periode ini
pertumbuhan janin dalam rentang watu 28-40 minggu. Janin ibu sedang
berada didalam tahap penyempurnaan (Manuaba, 2015).
Selama kehamilan, beberapa wanita dihadapkan dengan beberapa
masalah yang menyumbang Angka Kematian Ibu (AKI). Angka Kematian Ibu
(AKI) merupakan tolak ukur keberhasilan kesehatan ibu di suatu wilayah.
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah sebagian besar
disebabkan oleh perdarahan 40-60% dan infeksi 20-30 % (Depkes RI, 2013).
AKI di Indonesia tahun 2015 sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup,
mengalami penurunan dari 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012
(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Meskipun mengalami penurunan, akan
tetapi jumlah AKI masih jauh dari tujuan ke 3 SDG’s yaitu mengurangi AKI
hingga dibawah 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (SDG 2030
Indonesia, 2017).
Asuhan antenatal pada ibu hamil penting dilakakukan, ibu hamil yang
tidak berkunjung untuk melakukan asuhan antenatal memiliki resiko lebih
tinggi untuk kematian maternal, dan komplikasi kehamilan. Asuhan antennal
rutin bertujuan untuk mendeteksi komplikasi pada kehamilan seperti anemia,
preeklmasia, diabetes mellitus gestasional, infeksi saluran kemih, bahkan
mengakibatkan lambatnya pertumbuhan janin. Modifikasi yang dilakukan di
era pandemi Covid 19 dapat dengan cara melakukan social distancing, untuk
mengurangi transmisi pada ibu hamil serta dapat mengetahui ibu hamil yang
di curigai atau sudah terkonfirmasi COVID-19 sedang melakukan isolasi
mandiri maupun memerlukan pelayanan di rumah sakit (Aziz, 2020).
Asuhan neonatal pada ibu hamil dianjurkan minimal 6 kali tatap muka
tanpa melihat zona di daerah tersebut, tetapi pada ibu hamil dengan resiko
tinggi frekuensi konsulatasi langsung sangat diperlukan bisa menggunakan
telfo/video call diluar jadwal yang telah ditentukan. Pada trimester III yang
dilakukan adalah skrining faktor resiko dapat dilakukan oleh dokter dengan
menerapkan protocol kesehatan, begitupun dengan ibu hamil serta
pendamping untuk selalu memcuci tangan dan menggunakan masker.
Amananesa dilakukan untuk mengetahui riwayat perjalanan, riwayat kontak
dnegan orang yang terpapar Covid-19 jika terdapat riwayat tersebut
dianjurkan untuk isolasi mandiri dirumah selama 14 hari dan dapat melakukan
komunikasi melalui telephone (Kemenkes RI, 2020).
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan adalah dengan
cara melakukan asuhan kebidanan pada kehamilan dengan pendekatan
holistik. Dalam asuhan kebidanan dengan pendekatan holistik, bidan
memberikan dukungan emosional dalam bentuk dorongan, pujian, kepastian,
mendengarkan keluhan ibu dan menyertai ibu sebagai kunci asuhan. Bidan
dalam melakukan pendekatan ini memberikan pelayanan yang sama terhadap
perempuan di semua kategori dan berdasarkan evidence based. Dengan
asuhan kebidanan ini diharapkan ibu dapat selalu terpantau keadaannya
sehingga dapat dilakukan pencegahan dan penanganan apabila ada keluhan
atau masalah. Melihat pentingnya asuhan kebidanan pada kehamilan, maka
Saya tertarik untuk melakukan “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Fisiologis Trimester III di Puskesmas Todanan Kabupaten Blora ”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan Fisiologis pada Kehamilan Trimester
satu di Puskesmas Todanan Kabupaten Blora?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melakukan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Fisiologis Pada
Kehamilan Trimester Satu di Puskesmas Todanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian berupa data subyektif.
b. Mampu melakukan pengkajian berupa data obyektif
c. Mampu menegakkan diagnosis berdasarkan data subjektif dan data
objektif dalam assesment
d. Menyusun perencanaan, implementasi, dan mengevaluasi respon ibu
terhadap tindakan dan asuhan yang telah diberikan
e. Mendokumentasikan hasil tindakan asuhan dalam bentuk catatan SOAP.
D. Ruang Lingkup
Dalam laporan ini membahas tentang Asuhan Kebidanan Ibu Hamil
Trimester satu
E. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Menambah pengalaman nyata dalam mengaplikasikan teori dan
evidence based practice pemberian asuhan kebidanan pada Ibu Hamil.
2. Bagi Lahan Praktik
Mamfaat asuhan ini bagi lahan praktik sebagai bahan untuk
memberikan gambaran dan masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di
lahan praktik dalam memberikan asuhan kebidanan.
3. Bagi Masyarakat/Klien
Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan yang bermutu sesuai dengan
standar pelayanan kebidanan dan evidence based practice
BAB II
TINJAUN TEORI
e. Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubhan warna menjadi
kemerahan, kusam dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah
payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama strie gravidarum.
Pada banyak perempuan kulit digaris pertengahan pertnya (linea alba)
akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra.
Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang berfariasi pada wajah
dan leher yang disebut cloasma atau melasma gravidarum. Perubahan ini
dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal yang
penyebab pastinya belum diketahui. Adanya peningkatan kadar serum
melanocye stimulating hormone pada akhir bulan kedua masih sangat di
ragukan sebagai penyebabnya. Esterogen dan progesteron diketahui
mempunyai peran dalma melagonesis dan diduga bisa menjadi faktor
pendorongnya (Prawirohardjo, 2014).
f. Perubahan metabolik
Pada trimester 2 dan trimester 3 pada ibu hamil dengan gizi baik
dianjurkan menambah berat badan perminggu sebesar 0,4 kg, sedangkan
untuk ibu hamil dengan gizi kurang atau lebih dianurkan menambah berat
badan perminggu masing-masing sebesar0,5 kg dan 0,3 kg
(Prawirohardjo, 2014).
g. Perubahan kardiovaskular.
Perubahan erpenting fungsi antung dalam kehamilan mulai
tampak selama 8 minggu pertama kehamilan. Perubahan tersebut yakni
teradi peningkatan curah jantung yang terjadi karena penurunan resistensi
vaskuler sistemik dan penurunan aliran atau tekana darah arteri serta
peningkatan frekuensi denyut jantung sedangkan volume darah, berat
badan bu dan laju metabolisme basal meningkat. Pada kehamilan
selanjutnya, curah jantung semakin meningkat dan tetap tinggi sampai
akhir kehamilan kemudian saat persalina kala 1 meningkat sedang dan
saat kala II dan awal pasca partum meningkat diatas curah jantung selama
kehamilan. Curah jantung awalnya akan sangat meningkat pada ibu saat
hamil lanjut dengan posisi telentang, karena besarnya uterus menekan
atau mengganggu aliran balik vena ke jantung. Namun, karena secara
terus menerus uterus yang besar menean sistem vena yang mengembalikan
darah dari ekstremitas bawah ke antung sehingga akhirnya pengisisan
jantung berkurang dan menyebakan curah jantung menurun. Dampak dari
keadaan ini ibu akan mengalami hipotensi bahkan hilang kesadaran,
kondisi ini sering disebut dengan sindrom hipotensi telentang. Curah
jantung ini dapat pulih apabila ibu melakukan posisimiring kekiri (Bidan
dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
Tekanan darah ibu perlahan akan meningkat seperti keadaan sebelum
hamil, pada trimester ketiga kehamilan. Namun, efek progesteron
merangsang relaksasi otot polos secara keseluruhan sehingga berperan
pada perubahan tekanan darah ibu. Rata-rata konsentrasi hemoglobin
menurun dari 13,3 g/dl pada kondisi tidak hamil menjadi 10,9 g/dl pada
usia kehamilan 36 minggu (Holmes & Philip N Baker, 2011).
h. Sistem respirasi
Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah ± 6 cm, tetapi
tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan dan volume
residu paru-paru karena pengaruh diafragma yang naik ±4 cm selama
kehamilan. Frekuensi pernapasan hanya mengalami sedikit perubahan
selama kehamilan, tetapi volume tidal, volume ventilasi per menit dan
pengambilan oksigen permenit akan bertambah secara signifikan pada
kehamilan lanjut. Perubahan ini akan mencapai puncaknya pada minggu
ke-37 dan akan kembali hampir seperti sedia kala dalam 24 minggu
setelah persalinan (Prawirohardjo, 2010).
i. Traktus Digestivus
Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan
bergeser. Apendiks juga akan bergeser ke arah atas dan lateral. Perubahan
yang nyata akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada tranktus
digestivus dan penurunan sekresi asam hidrokloroid dan peptin dilambung
sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn) yang
disebabkan oleh refluks asam lambung ke esofagus bawah sebagai akibat
perubahan posisi lambung dan menurunnya tonus sfringter esofagus
bagian bawah. Mual terjadi akibat penurunan asam hidroklorid dan
penurunan motilitas, serta konstipasi sebagai akibat penurunan motilitas
usus besar (Prawirohardjo, 2010).
Gusi akan menjadi lebih hiperemesis dan lunak sehingga dengan
trauma sedang saja bisa menyebabkan perdarahan. Epulis selama hamil
akan muncul, tetapi setelah persalinan akan berkurang secara spontan.
Hemmoroid juga merupakan suatu hal yang sering terjadi sebagai akibat
konstipasi dan peningkatan tekan vena pada bagian bawahkarena
pembesaran uterus. Sedangkan pada fungsi hati kadar alkalin fostafase
akan meningkat hampir dua kali lipat, sedangkan serum aspartat
transamin, alani transamin, y-glutamin transferase, albumin, dan bilirubin
akan menurun (Prawirohardjo, 2010).
j. Ginjal
Peningkatan progesteron selama kehamilan yang menyebabkan
vasodilatasi perifer pembuluh darah terjadi pula vasodilatasi pada saluran
kemih. Peningkatan volume darah serat plasma dan vasodilatasi
pembuluhdarah menyebabakan peningkatan aliran darah keseluruh organ
termasuk ginjal meningkat sebesar 60-70%. Kapasitas reabsorbsi tubulus
ginjal yang realtif tidaak meningkat sedangkan laju filtrasi glomerulus
meningkat menyebabkan penurunan reabsorbsi glukosa dari tubulus
proksimal. Hal ini sebagai dasar mengapa pemeriksaan reduksi urine
dianggap positif (++) atau berwarna kuning kehijauan sedangkan positif
(+) atau biur kehijauan masih dianggap fisiologis. Efek peningkatan laju
filtrasi glomerulus ini menyebabkan konsentrasi urenum dan kreatinin
serum lebih rendah dibanding saat tidak hamil. Volume urine didalam
ginjal dan ureter meningkat dua kali lipat pada akhir kehamilan, keadaan
ini sering menyebabkan resiko terjadinya infeksi ginjal akut pada ibu.
Kondisi ini terjadi akibat vasodilatasi dan obstruksi mekanis karena uterus
yang membesar yang menyebabkan kecepatan aliran urine menuju ureter
menurun (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
Saat uterus mulai membesar dan berat, akan menekan ureter pada
tepian pelviks. Ureter kanana dan kiri mengalami pembesaran karena
pengaruh progesteron. Akan tetapi, ureter kana lebih besar dari pada ureter
kiri. Pada trimester III akibat tekana pada ureter kanan tersebut, lebih
sering terjadi hidroureter. Wanita hamil cenderung lebih sering berkemih
dimalam hari karena saat berbaring menyebabkan mobilisasi cairan sangat
lancar kearah ginjal dan kemudian mengekskresikannya, sedangkan pada
siang hariwanita hamil meakumulasikan air dalam bentuk oedema
dependen pada tugkai akibat tekanan uterus pada pembulih darah panggul
dan vena kava inferior (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
k. Sistem Muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menadi bentuk yang umum pada
kehamilan. Akibat komensasi ari pembesaran uterus ke posisi anterior,
lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua tungkai.
Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya,
yang diperkirakan karena pengaruh pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut
dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya
menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung trutama
pada akhir kehamilan (Prawirohardjo, 2014).
l. Usus besar dan usus kecil
Relaksasi otot polos karena pengaruh progesteron menyebabkan
penuruanan tonus dan motilitas usus. Penurunan motilitas usus
menyebabakan peranjangan lama absorbsi nutrien dan mineral pada usus
halus. Peningkatan absorbsi ini terjadi karena pengaruh hipertrofi vili
duodenum. Waktu transit yang lama pada usus besar menyebabakan
absorbsi air semakin banyak sehingga menyebabkan konstipasi. Emoroid
sering terjdi dalam kehamilan disebabkan oleh konstipasi dan tekanan
vena-vena dibawah uterus meningkat.
Absorbsi kalsium di usus meningkat karena kebutuhan kalsium untuk
tulang janin. Ini dipengaruhi oleh PTH (plasma parathyroid hormon) yang
mneingkatkan sintesis 25-(OH)-D3 pada hati yangmerupakan metabolit
aktif vitamin D dan aktifitas 1 α – hidroksilase yang dihasilkan oleh
desidua dan plasenta, yang selanjutnya memastikan terdapatnya jumlah
D3 aktif yang cukup untuk mengoptimalkan kalsium dari makanan selama
kehamilan. Jika asupan kalsium dari makanan tercukupi, maka mobilisasi
kalsium tulang ibu hanya sedikit terjadi, namun jika tidak maka
mineralisasi tulang janin akan berlangsung dengan mengorbankan densitas
tulang ibu (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
5. Perubahan Psikologi Trimester III
Ketiga kali disebut periode menunggu dan waspada pada periode ini
ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya dan terkadang aku
merasa khawatir bahwa bayinya lahir sewaktu-waktu. hal ini menyebabkan
ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala
persalinan, munculnya perasaan bayinya akan lahir tidak normal, perasaan ini
semakin ingin menyelesaikan kehamilannya (Bidan dan Dosen Kebidanan
Indonesia, 2017).
Sering bermimpi dan berkhayal tentang bayinya, ada pula ibu yang
sedih karena akan berpisah dengan bayinya di dalam kandungan sehingga
hawatir akan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil.
Trimester ketiga ini hasrat seksual menurun karena abdomen yang semakin
membesar dan perasaan tidak nyaman seperti mudah lelah, kram pada
punggung dan keluhan muskuloskeletal lainnya (Bidan dan Dosen Kebidanan
Indonesia, 2017).
6. Ketidaknyamanan Trimester III
Bebagai masalah yang timbul pada kehamilan trimester III merupakan
masalah psikologis yang sering dikeluhkan oleh ibu hamil, seperti kecemasan
dan nyeri. Rasa tidak nyaman yang dikeluhkan ibu hamil berbeda-beda pada
setiap trimester kehamilan. Perubahan yang terjadi selama kehamilan sering
kali menjadi keluhan bagi ibu hamil diantaranya mual muntah pada awal
kehamilan, konstipasi, varises, vena (pembuluh balik), gangguan berkemih,
hemoroid dan pembengkakan pada tungkai dan kaki serta nyeri punggung
(Prawirohardjo, 2014).
a. Nyeri Punggung
Nyeri punggung pada ibu hamil trimester III disebabkan oleh berat
uterus yang semakin membesar, membungkuk yang berlebihan, berjalan
tanpa istirahat dan angkat beban. Gejala nyeri punggung ini juga
disebabkan oleh hormon esterogen dan progesteron yang mengendurkan
sendi, ikatan tulang dan otot pinggul (Manuaba, 2015). Nyeri merupakan
masalah yang sering terjadi pada kehamilan khususnya kehamilan
trimester III. Fenomena nyei saat ini telah menjadi masalah kompleks
yang didefinisikan oleh international society for the study of pain sebagai
“pengalaman sensorik dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial”.
Selama kehamilan relaksasi sendi dibagian sekitar panggul dan
punggung bawah ibu hamil kemungkinan terjadi akibat perubahan
hormonal. Sejalan dengan bertambahnya berat badan secara bertahap
selama kehamilan dan redistribusi pemusatan terdapat pengaruh hormonal
pada struktur otot yang terjadi selama kehamilan. Kedua faktor ini
mengakibatkan adanya perubahan postur tubuh pada ibu hamil. Perubahan
sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamlan semakin
bertambah. adaptasi muskuloskelatal ini mencakup peningkatan berat
badan, bergesernya pusat berat tubuh akibat pembesaran rahim, relaksasi
dan mbobilitas. Semakin besar kemungkinan instabitas sendi sakroiliaka
dan peningkatan lordosis lumbal, yang menyebabkan rasa sakit. Adanya
nyeri hebat menyebabkan reaksi reflekstorik pada otot-otot lumbo dorsal
terutama otot erector spine pada L4 dan L5 sehingga terjadi peningkatan
tonus yang terlokalisir (spasme) sebagai “gaurding” (penjagaan) terhadap
adanya gerakan. Jika spasme otot berlangsung lama maka otot akan
cenderung menjadi tightness. Keadaan tightness pada otot-otot erector
spine akan memperberat nyeri karena terjadi ischemic dan menyebabkan
alignment spine menjadi abnormal sehingga menimbulkan beban
stres/kompresi yang besar pada diskus intervertebralis yang cedera
(Manuaba, 2015).
Adanya kerusakan menyebabkan terlepasnya zat-zat iritan seperti
prostaglandin, bradykinin, dan histamin sehingga merangsang serabut
saraf Aδ dan tipe C (bermylein tipis). Impuls tersebut dibawa ke ganglion
dorsalis danmasuk kedalam medulla spinalis melalui cornu dorsalis, yang
kemudian dibawa ke level sistem saraf pusat yang lebih tinggi melalui
traktus spinothalamicus dan spinoreticularis. Adanya rangsangan pada
ganglion dorsalis akan memicu produksi “P” substance. Produksi
“P”substance akan merangsang terjadinya reaksi inflamasi. Hal ini
mengindikasikan adanya kecenderungan bagi otot untuk memendek jika
otot abdomen meregang sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan
otot disekitar panggul dan punggung bawah, dan tegangan tambahan dapat
dirasakan diatas ligamen tersebut. Akibatnya nyeri punggung yang
biasanya berasal dari sakroiliaka atau lumbar, dan dapat menjadi
gangguan punggung jangka panjang jika keseimbangan otot dan stabilitas
pelvis tidak dipulihkan setelah melahirkan dan postpartum. Diperkirakan
bahwa sekitar 50% wanita hamil mengeluhkan beberapa jenis nyeri
punggung di beberapa titik kehamilan atau selama periode postpartum
(Manuaba, 2015) .
Menurut (Zedadra et al., 2019) dalam penelitiannya disebutkan bahwa
saat kehamilan ketika membusungkan tubuh, rahim akan terdorong ke
depan, dan karena rahim hanya ditahan ligamen dari belakang dan bawah
(kanan), maka ligamen tersebut akan tegang dan menyebabkan rasa nyeri
di pangkal paha serta sebagian kecil punggung. Hormon progesteron dan
hormon relaksasi menyebabkan relaksasi jaringan ikat dan otot-otot. Hal
ini terjadi maksimal pada satu minggu terakhir kehamilan. Proses relaksasi
ini memberikan kesempatan pada panggul untuk meningkatkan
kapasitasnya sebagai persiapan persalinan, tulang pubis melunak
menyerupai tulang sendi, sambungan sendi sacrococcigus mengendur
membuat tulang koksigis bergeser ke arah belakang sendi panggul yang
tidak stabil. Pada ibu hamil, hal ini dapat menyebabkan sakit pinggang.
Postur tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan karena janin
membesar dalam abdomen sehingga untuk mengompensasi penambahan
berat badan ini, bahu lebih tertarik ke belakang dan tulang lebih
melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur dan dapat menyebabkan
nyeri punggung pada beberapa wanita. Gejala-gejala nyeri punggung
menurut West (2010) rasa sakit sepanjang punggung atau panggul, lemah
atau sakit pada bagian bokong dan kaki, sulit berjalan karena sakit pada
kaki.
Nyeri punggung pada ibu hamil dapat dikurangi dengan senam hamil.
Senam hamil berperan untuk memperkuat kontraksi dan mempertahankan
kelenturan otot-otot dinding perut, ligamen-ligamen, otot dasar panggul
dan lain-lain yang menahan tekanan tambahan dan berhubungan dengan
persalinan. Waktu pelaksanaan senam hamil dianjurkan saat kehamilan
memasuki trimester III. Tiga komponen inti dari senam hamil adalah
latihan pernapasan, latihan penguatan dan peregangan otot serta relaksasi
(Suryani & Handayani, 2018).
Senam hamil memiliki banyak manfaat untuk tubuh serta mengurangi
timbulnya berbagai gangguan akibat perubahan postur tubuh. Asuhan
kehamilan yang dapat dilakukan oleh bidan salah satunya adalah
mengajarkan ibu untuk melakukan senam hamil, mengingat pentingnya
manfaat senam hamil yaitu memperbaiki sirkulasi darah. Senam hamil
yang dilakukan untuk kesiapan kondisi fisik ibu dalam menghadapi
persalinan dan membantu mengatasi ketidaknyamanan pada trimester tiga.
Menurut (Prasetyono, 2010) senam hamil mempunyai manfaat dapat
mengurangi berat dan frekuensi nyeri punggung akibat kehamilan dengan
cara membantu mempertahankan postur tubuh yang lebih baik. Keluhan
ibu hamil yang memiliki pengurangan setelah melakukan senam hamil
adalah nyeri punggung, posisi tidur sulit tidur, kontraksi, kram kaki dan
cemas. Menurut (Suryani dan Handayani, 2018) dalam penelitiannya
disebutkan bahwa senam hamil yang dilakukan oleh ibu hamil trimester
III dapat mengurangi nyeri punggung dengan p value sebesar 0,03. Faktor
presdiposisi nyeri punggung meliputi pertumbuhan uterus yang
menyebabkan perubahan postur, penambahan berat badan, pengaruh
hormon relaksin terhadap ligamen, riwayat nyeri punggung terdahulu,
paritas dan aktivitas. Oleh karena itu latihan otot abdomen perlu diajarkan
pada masa antenatal untuk memastikan kembalinya bentuk otot ke bentuk
normal pascanatal dengan cepat, kemampuan mengejan yang efektif saat
persalinan dan mengurangi nyeri punggung selama kehamilan.
Menurut (Maryani et al., 2020) disebutkan bahwa ibu hamil trimester
III akan mengalami keluhan nyeri punggung. Idealnya nyeri punggung
selama kehamilan terjadi akibat perubahan antomis tubuh, nyeri dikatakan
fisiologis apabila nyeri segera hilang setelah istirahat. Nyeri punggung
dapat dicegah dengan melakukan latihan-latihan tubuh selama hamil yaitu
dengan teknik massage effleurage teknik pemijatan pada daerah punggung
atau sacrum dengan menggunakan pngkal telapak tangan. Pengurutan
dapat berupa meningkatkan relaksasi otot, menenangkan ujung-ujung
syaraf dan menghilangkan nyeri.
Menurut (Setiawati, 2019) dalam penelitiannya disebutkan bahwa
setelah dilakukan massage effleurage terdapat penurunan nyeri pada
seluruh sampel ibu hamil dengan p-value 0,003. Massage effleurage
mampu menurunkan nyeri punggung pada ibu hamil. Hal ini dikarenakan
teknik pemijatan ini dilakukan dengan tekanan tangan pada jaringan
lunak, biasanya otot, tendom, atau ligamentum yang dapat meredakan
nyeri, menghasilkan relaksasi, atas memperbaiki sirkulasi dan selanjutnya
rangsangan taktil dan perasaan positif, yang berkembang ketika dilakukan
bentuk sentuhan yang penuh perhatian dan empatik, bertindak
memperkuat efek massage untuk meningkatakan relaksasi otot,
menenangkan ujung-ujung saraf dan menghilangkan nyeri. Teknik
relaksasi mampu menurunkan nyeri punggung pada ibu hamil. Melakukan
relaksasi salah satu terapi komplementer yang dapat diberikan perawat
atau bidan dalam proses memberikan asuhan yang mengalami nyeri
punggung sehingga dapat memberikan efek rileks untuk memperlancar
aliran darah, menurunkan ketegangan otot, meregangkan dan
mengendurkan setiap kumpulan otot-otot sekaligus akan menghasilkan
relaksasi terhadap seluruh tubuh, selain itu bisa juga menenangkan pikiran
dengan melakukan peregangan pada setiap kelompok otot selama lima
detik dan memusatkan perhatiannya. Hal ini diikuti dengan bernafas
dalam-dalam lalu melepaskan tegangan sehingga otot menjadi benar-benar
lemas serta mengalami rasa nyaman tanpa ketergantungan pada hal atau
subjek diluar dirinya.
Penelitian tersebut juga diperkuat oleh teori (Merlyn, 2010) yang
mengatakan bahwa pemberian massage effleurage menstimulasi serabut
taktil dikulit sehingga sinyal nyeri dapat dihambat. Stimulasi kulit dengan
massage effleurage ini menghasilalkan pesan yang dikirim lewat serabut
A-delta serabut yang menghantarkan nyeri cepat yang mengakibatkan
gerbang nyeri tertutup sehingga korteks serebri tidak menerima sinyal
nyeri dan intensitas nyeri berubah atau kurang.
Penatalaksanaanya pada nyeri punggung ibu hamil trimester III
menurut penelitian yang dilakukan oleh (Maryani et al., 2020) bahwa
pregnancy massage atau pijat kehamilan merupakan terapi non
farmakologis untuk mensejahterahkan ibu dan janin sehingga dapat
meningkatkan kualitas tidur, mengurang nyeri pda punggung terhadap ibu
hamil trimester 3, dan mengurangi kecemasanan pada ibu tentang
persalinan. Pregnancy massage merupakan pemijatan yang dilakukan
dengan teknik lembut dan halus dapat membuat ibu merasa aman,
nyaman, dan meningkatkan kesejahteraan janin dan ibu dan dapat
membuat ibu merasa lebih bahagia. Teknik pijat dapat digunakan sebagai
salah satu cara yang efektif untuk menurunkan nyeri pada punggung dan
dapat dilakukan sendiri atau dilakukan oleh keluarga.
b. Oedema kaki
Edema kaki atau pembengkakan pada kaki ditemukan sekitar 80%
pada ibu hamil trimester III, terjadi akibat dari penekanan uterus
yang menghambat aliran balik vena dan tarikan gravitasi
menyebabkan retensi cairan semakin besar. Edema kaki fisiologis
menyebabkan ketidaknyamanan, perasaan berat, dan kram di malam hari
dalam. Edema bisa menunjukkan adanya tanda-tanda bahaya dalam
kehamilan apabila edema dimuka atau di jari, sakit kepala hebat,
penglihatan kabur sebagai akibat dari pre eklampsia . Edema cukup
berbahaya bagi ibu hamil karena bisa menyebabkan gangguan pada
jantung, ginjal dan lain sebagainya sehingga menyebabkan organ
tubuh tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
7. Pelaksanaan
Pelayanan terpadu merupakan pelayanan asuhan antenatal berkualitas
secara komperhensif dan terpadu baik promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitasi yang meliputi pelayanan KIA, gizi, pengendalian penyakit
menular, penanganan penyakit kronis sertabeberapa program local dan
spesifik lainnya sesuai kebutuhan. Pelayanan ini bertujuan untuk
menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas
termasuk konseling kesehatna, gizi ibu hamil, konseling keluarga berencana
(KB) dan pemberian asi susu ibu (ASI), memastikan ibu hamil mendapatkan
pelayanan sesuai standar, mendeteksi dini kelainan/penyakit/ganguan pada
ibu hamil serta melakukan rujukan kasus ke fasilitas kesehatan sesuai system
rujukan (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
Pelayanan antenatal terpadu meliputi hal sebagai berikut :
a. Memberi pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar
kehamilan berlangsung sehat.
b. Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi
kehamilan.
c. Menyiapkan persalinan bersih dan aman.
d. Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan
jika terjadi penyulit/komplikasi.
e. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu
jika diperlukan.
f. Melibatkan ibu dan keluarga terutama suami dalam menjaga kesehatan
dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan jika terjadi
penyulit dan komplikasi (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 97 Tahun 2014, untuk
melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan
pelayanan yang berkualitas sesuai standart pemeriksaan antenatal yang terdiri
dari:
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penimbangan berat badan ibu hamil setiap kali kunjungan ditujukan
guna mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan.
Berat badan ibu hamil yang naik, tetapi tidak lebih dari 9 kilo sampai
akhir kehamilan atau kurang dari 1 kilo setiap bulan diduga mengalami
gangguan pertambahan pertumbuhan janin. pengukuran tinggi badan ibu
hamil pada kunjungan pertama bertujuan untuk menepis adanya faktor
resiko terjadinya cephalopelvic disproportion (CPD) karena indikator
kemungkinan resiko ini adalah tinggi badan kurang dari 145 cm (Bidan
dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
2) Pemeriksaan tekanan darah
Pemeriksaan tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
berguna untuk mendeteksi adanya hipertensi dan pre eklampsia pada
kehamilan, tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2017).
3) Tentukan status gizi (ukur lingkar lengan atas)
Pemeriksaan tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
berguna untuk mendeteksi adanya hipertensi dan pre eklampsia pada
kehamilan, tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2017).
4) Tentukan tinggi fundus uteri/TFU
Pemeriksaan TFU dilakukan setiap kali kunjungan antenatal.
bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin atau
intra uterin growth retardation (IUGR). Pengukuran TFU dapat
dilakukan dengan pemeriksaan McDonald dengan menggunakan pita
ukur dalam cm yang dilakukan setelah umur kehamilan 24 minggu,
sedangkan pengukuran TFU dengan menggunakan pemeriksaan Leopold
dapat dilakukan setelah usia kehamilan 12 minggu (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2017).
5) Tentukan presentasi janin dan deyut jantung janin (DJJ)
Menentukan persentase janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini bertujuan
mengetahui letak janin. Kelainan letak, panggul sempit atau masalah lain
ditentukan apabila bagian terendah janin bukan kepala atau kepala janin
belum masuk pintu atas panggul pada trimester III. Penilaian DJJ
dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan
antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari
160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2017).
6) Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid
(TT)
Ibu hamil harus mendapatkan imunisasi TT, pada saat kontak
pertama ibu hamil di skrining status imunisasi TT nya. Pemberian
imunisasi TT pada ibu hamil disesuaikan dengan status imunisasi TT ibu
saat ini, ibu hamil minimal memiliki 100 unit assy TT agar mendapatkan
perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi
T5 ( TT long life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi (Zedadra et al.,
2019).
7) Pemberian tablet zat besi minimal90 tablet selama kehamilan
Ibu hamil harus mendapatkan tablet tambah darah untuk mencegah
anemia gizi besi minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan
sejak kontak pertama, selain itu penting untuk mengkonsumsi asam folat
selama hamil sebanyak 0,4 MG per hari atau sama dengan 2 gelas susu.
Asam folat sebaiknya dikonsumsi oleh ibu 3 bulan sebelum hamil
sebanyak 0,6 mg/hari. Fungsi asam folat adalah untuk pertumbuhan dan
pembelahan sel, jaringan, memperbaiki DNA, mencegah cacat tabung
saraf dan membantu membuat sel darah merah sehingga dapat mencegah
anemia (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
8) Tes laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. pemeriksaan laboratorium
rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap
ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah, dan pemeriksaan
spesifik darah endemis atau epidemi (malaria, HIV, sifilis dll). sementara
pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain
yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan
antenatal (protein urine, kadar gula darah, pemeriksaan BTA) (Bidan dan
Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
9) Tatalaksana kasus
Setiap kelainan yang diperoleh berdasarkan hasil pemeriksaan
antenatal harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan dan
dirujuk sesuai dengan sistem rujukan (Bidan dan Dosen Kebidanan
Indonesia, 2017).
10) Temu wicara (Konseling, termasuk perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca-persalinan
Konseling asuhan kehamilan adalah suatu proses bantuan oleh
bidan kemudian ibu hamil, yang dilakukan melalui tatap muka langsung
dalam bentuk wawancara yang bertujuan untuk memecahkan
permasalahan yang berkaitan dengan kehamilan, pemahaman diri,
permasalahan yang sedang dihadapi dan menyusun rencana pemecahan
masalah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki ibu (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2017).