Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN TRIMESTER III


PADA NY. P USIA 20 TAHUN G1P0A0 HAMIL 36 MINGGU
DI ERA PANDEMIC COVID 19 DI PUSKESMAS TODANAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Semester 1

Disusun Oleh:
Rima Desi Tri Kusadarita
P1337424420111

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TA. 2021/2022
2

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil TM III Fisiologis pada Ny. P
Usia 20 Tahun G1P0A0 Hamil 36 Minggu di Era Pandemik COVID 19 di UPTD
Puskesmas Todanan Kabupaten Blora” telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :

Blora, Agustus 2021


Pembimbing Klinik Mahasiswa

Pitrin Eko Wahyuni, S.ST.Keb Rima Desi Tri K


NIP: 1974112420000122002 NIM P1337424420111

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Intan Nugraheni, S.SiT.M.Kes


NIP. 19840424 201012 2 003
3

TINJAUN TEORI

A. Tinjauan Teori Medis


1. Definisi Kehamilan Trimester III
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi, bila dihitung saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 9 bulan menurut kalender internasional (Prawirohardjo, 2010).
Kehamilan berlangsung dalam waktu 280 hari (40 minggu).
Kehamilan wanita dibagi menadi tiga triwulan, yaitu triwulan pertama 0-12
minggu, triwulan kedua 13-27 minggu, triwulan ketiga 28-40 minggu.
Kehamilan trimester tiga adalah triwulan terakhir dari masa kehamilan yakni
usia 7 bulan sampai 9 bulan atau 28 minggu – 40 minggu (Prawirohardjo,
2014).Trimester tiga adalah trimester terakhir kehamilan, pada periode ini
pertumbuhan janin dalam rentang watu 28-40 minggu. Janin ibu sedang
berada didalam tahap penyempurnaan (Manuaba, 2015).
Trimester ketiga kehamilan sering disebut dengan periode penentuan.
Pada periode ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari
dirinya, dia menjadi tidak sabar untuk melihat bayinya (Manuaba, 2015).
2. Tanda Gejala Kehamilan
a. Tanda tidak pasti hamil
1) Rahim membesar
2) Tanda Chadwick, berupa adanya perubahan warna yang terjadi pada
bagian selaput lendir vulva dan juga vagina yang semakin ungu.
3) Tanda Hegar, berupa perlukaan pada daerah isthmus uteri, sehingga
daerah tersebut pada penekanan mempunyai kesan lebih tipis dan
uterus mudah difleksikan.
4) Tanda Piskacek, berupa pembesaran uterus yang tiada merata hingga
dapat terlihat menonjol dibagian uterus yang dekat implantasi plasenta.
5) Tanda Braxton hicks, berupa uterus berkontraksi bila di rangsang.
6) Tanda Goodell’s sign, berupa serviks yang menjadi lunak.
7) Ballotement, berupa adanya sesuatu yang memantul di uterus (Atiqoh,
2020).
b. Tanda kemungkinan hamil
1) Amenorhea, di tunjukan oleh berhentinya siklus menstruasi.
4

2) Naurea yaitu enek, emesis berati mual.


3) Miksi, sering buang air kecil
4) Rasa tergelitik, nyeri tekan, pembengkakan pada payudara.
5) Perubahan warna pada jaringan payudara dan serviks.
6) Areola berwarna lebih gelap dan kelenjar-kelenjar di sekitar putting
menjadi menonjol.
7) Pica atau mengidam.
8) Pembesaran rahim dan perut.
9) Kontraksi sebentar-sebentar terasa nyeri (Atiqoh, 2020).
c. Tanda pasti hamil
1) Gerakan Janin
Gerakan janin dapat dirasakan ibu primigravida pada umur kehamilan
18 minggu, sedangkan ibu multigravida pada usia kehamilan
16minggu.
2) Sinar Rontgen, pada pemeriksaan ini terlihat kerangka janin
3) Ultrasonografi (USG)
Terlihat gambran janin berupa kantong janin,panjang janin, da
diameter biparietal hingga dapat diperkirakan tuanya kehamilan
dengan menggunakan USG.
4) Palpasi, dapat dilakukan dengan palpasi menurut Leopold pada akhir
trimester II.
5) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Diketahui fetal electrocardiograph (pada kehamilan 12 minggu),
dengan Doppler (kehamilan 12 minggu), dan stetoskop (kehamilan 18-
20 minggu) (Atiqoh, 2020).
3. Tahapan Kehamilan trimester 3
Trimester ketiga kehamilan dimulai dari usia lebih dari 28 minggu sampai
dengan 40 minggu kehamilan pada masa ini pertambahan pesat pada jaringan
subkutan dan massa otot (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
a. Minggu ke-28
Pada minggu ini tidak ada ruang tersisa dalam rahim untuk bergerak,
palpasi abdominal tinggi rahim antara pertengahan pusat processus
xifodeus. Janin dapat bernafas menelan dan mengatur suhu, terbentuk
surfaktan dalam paru, janin sudah dapat menangis lemah dan bernapas
dengan susah, kelopak matanya terbuka alis dan bulu mata sudah tumbuh,
rambut di kepala sudah panjang dan lalu ku mulai menghilang serta warna
5

kulit berubah dari merah menjadi warna kulit manusia pada umumnya,
pada minggu ke 28 testis bayi laki-laki yang mulanya di perut mulai turun
ke bawah dan mencapai skrotum pada minggu ke 32, testis pada bayi
prematur biasanya belum turun tetapi akan turun dengan sendirinya 3
bulan kemudian (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
b. Minggu ke-29 sampai minggu ke-32
Denyut jantung telah teratur dan terdengar dengan jelas antara 120
sampai 160 denyut per menit, kadang terdengar suara dengan lembut yang
disebut funoc souffle, endapan lemak subkutan meningkat sehingga
bentuk Janet membulat atau menggemuk, vernix caseosa yang tebal
menutupi seluruh tubuh janin, rambut kepala terus tumbuh dan laluku
banyak sekali kecuali pada area wajah. kuku jari tangan sudah mencapai
ujungnya kuku kaki sudah mulai tumbuh tetapi belum mencapai ujungnya,
janin telah memiliki kendali terhadap gerak pernapasan yang berirama dan
temperatur tubuh (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
c. Minggu ke-33 sampai minggu ke-36
Pertumbuhan kepala maksimal, lingkaran kepala menjadi lingkar
terbesar dari seluruh badan bayi. Pertumbuhan dan perkembangan janin
telah dicapai, janin kini bulat sempurna dengan dada dan kelenjar
payudara menonjol. kedua testi setelah turun ke dalam skrotum pada akhir
bulan ini, lanugo telah menghilang pada hampir seluruh tubuh. Kuku
mulai mengeras melebihi kedua ujung jari dan jari kaki (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2017).
d. Minggu ke-37 sampai minggu ke-40.
Pertumbuhan dan perkembangan janin telah dicapai. Janin kini bulat
sempurna dengan dada dan kelenjar payudara menonjol. Kedua testis telah
turun kedalam skrotum pada akhir bulan ini.Lanugo telah menghilang
pada hampir seluruh tubuh.Kuku mulai mengeras melebihi kedua ujung
jari tangan dan jari kaki (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
4. Perubahan fisiologis
Kehamilan merupakan periode ketika ibu akan mengalami perubahan
secara struktur dan fungsi dalam tubuhnya. Beberapa wanita mengetahui
bahwa dirinya hamil berdasarkan perubahan siklus menstruasi, serta adanya
tanda dan gejala kehamilan. seorang wanita akan membuktikan bahwa dirinya
benar mengalami kehamilan dengan memeriksakan diri ke bidan atau dokter.
6

Alasan kunjungan wanita untuk memeriksakan kehamilan didasarkan adanya


perubahan pada siklus menstruasi, keyakinannya terhadap perubahan yang
dialami pada tubuhnya mengindikasikan adanya kehamilan. walaupun
terkadang beberapa tanda dan gejala yang dialami oleh wanita yang merasa
dirinya hamil setelah dibuktikan dengan pemeriksaan anamnesis dan
pemeriksaan klinis tidak menunjukkan tanda pasti kehamilan (Bidan dan
Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
Perubahan hormonal yang kompleks terjadi dalam kehamilan. selama
kehamilan kelenjar hipofisis mengalami pembesaran kira-kira 135%
dibandingkan kondisi tidak hamil. hormon yang memberi perubahan terhadap
tubuh ibu adalah hormon yang dihasilkan oleh produk kehamilan itu sendiri.
adanya HCG yang dihasilkan oleh sel-sel trofoblas menyebabkan peningkatan
produksi ovarian steroid hormon.Setelah plasenta terbentuk berbagai hormon
produk plasenta menggantikan hormon produk ovarian. efek dari hormon
yang dihasilkan plasenta tidak hanya berpengaruh terhadap sirkulasi maternal
tetapi juga berperan dalam sirkulasi janin. perubahan fisiologis yang terjadi
akibat adanya kehamilan merupakan bentuk penyesuaian tubuh terhadap
kehamilan. Beberapa produk hormon plasenta yang mempengaruhi fisiologis
pada ibu adalah HCG ( hormone chorionic gonadotropin ), HPL ( hormone
plasental lactogen), PGH (placental growth hormone), relaksasin, estrogen,
progesterone (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
Perubahan fisiologis dan hormonal sebagai indikasi kehamilan yaitu
amenorea, perubahan payudara, mual dan muntah serta perubahan pigmentasi
kulit. perubahan pada ibu hamil tidak hanya pada hormonal saja perubahan
anatomis juga berlangsung saat kehamilan yaitu pembesaran uterus,
perubahan tersebut terjadi akibat peningkatan hormon estrogen dan
progesteron sehingga selama kehamilan uterus berubah bentuk menjadi
sebuah organ muskular berdinding tipis dengan kapasitas yang cukup untuk
menampung janin, plasenta dan cairan amnion. perubahan selanjutnya yaitu
perubahan kardiovaskuler atau hemodinamik, perubahan tersebut yakni terjadi
peningkatan curah jantung karena penurunan resistensi vaskular sistemik dan
penurunan aliran atau tekanan darah arteri serta peningkatan frekuensi denyut
jantung sedangkan volume darah, berat badan ibu dan laju metabolisme basal
meningkat. perubahan ginjal merupakan peningkatan progesteron selama
kehamilan yang menyebabkan vasodilatasi perifer pembuluh darah terjadi
7

pula vasodilatasi pada saluran kemih, peningkatan volume darah serta plasma
dan vasodilatasi pembuluh darah menyebabkan peningkatan aliran darah ke
seluruh organ termasuk ginjal meningkat sebesar 60 sampai 70%. Perubahan
paru, selama kehamilan kegiatan paru bertambah untuk mencukupi kebutuhan
ibu dan janin perubahan ini meliputi pengaruh hormonal, efek progesteron
menyebabkan alkalosis respiratorik ringan yang dikonsumsi oleh peningkatan
ekskresi bikarbonat ginjal serta merelaksasi otot polos bronkial dan relaksasi
otot serta kartilago pada regio thorax, dan perubahan mekanis terjadi pada
diafragma yang terdorong akibat udah harus membesar sehingga menekan isi
abdomen ke atas. Perubahan pencernaan, saluran cerna terbentuk dari banyak
otot polos, selama kehamilan seluruh otot polos mengalami relaksasi di bawah
pengaruh hormon progesteron dampaknya seluruh saluran cerna mengalami
perubahan, perubahan ini untuk menyesuaikan pengangkutan zat nutrisi ke ibu
dan janin (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
Pada kehamilan trimester ketiga ada beberapa perubahan tubuh pada ibu
hamil sebagai bentuk adaptasi fisiologis antara laian :
a. Uterus
Menurut (Cunningham 2006) dalam (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2017) Perubahan anatomis saat kehamilan
pada sistem reproduksi, yaitu terjadi pembesaran uterus karena
hipertrofi otot-otot polos dan peningkatan panang serabut-serabut
otot yang mencapai lima belas kali lipat, pembulih darah arteri pada
uterus juga mengalami hipertrofi. Perubahan tersebut teradi karena
peningkatan hormon proesteron dan esterogen, sehingga selama
masa kehamilan uterus berubah bentuk menjadi organ muskular
berdinding tipis dengan kapasitas yang cukup untuk menampung
janin, plasenta dan cairan amnion.
Pada akhir kehamilan (40minggu) berat uterus menjadi 1000
gram (berat uterus normal 30 gram) dengan panjang 20/m dan
dinding 2,5 cm. Pada bulan-bulan pertama kehamilan bentuk uterus
seperti buah alpukat agak gepeng. Pada kehamilan 16 minggu,uterus
berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan kembali seperti
bentuk semula, lonjong seperti telur. Hubungan antara besarnya
uterus dengan tuanya kehamilan sangat penting diketahui antara
lain untuk membentuk diagnosis, apakah wanita tersebut hamil
8

fisiogik, hamil ganda atau menderita penyakit seperti molahidatidosa


dan sebagainya.
Pada kehamilan 28 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 3 ari diatas
pusat atau 1/3 jarak antara pusat ke prossus xipoideus. Pada kehamilan 32
minggu, fundus uteri terletak antara ½ arak puasat dan prossesus
xipoideus. Pada kehamilan 36 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 1 jari
dibawah prossesus xipoideus. Bila pertumbuhan janin normal, maka tinggi
fundus uteri pada kehamilan 28 minggu adalah 25 cm, pada 32 minggu
adalah 27 cm dan pada 36 minggu adalah 30 cm. Pada kehamilan 40
minggu, fundus uteri turun kembali dan terletak kira-kira 3 jari dibawah
prossesus xipoideus. Hal ini disesbabkan oleh kepala janin yang pada
primigravida turun dan masuk kedalam rongga panggul.
b. Mammae
Setelah bulan kedua kehamilan payudara akan bertambah besar
ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Puting
payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama
suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolostrum akan keluar.
Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi.
Meskipun dapat dikeuarkan, air susu belum dapat diproduksi karena
hormon prolaktin ditekan oleh prolactin inhibiting hormone. Setah
persalinan kadar progestron dan esterogen akan menurun sehingga
pengaruh inhibisis progesteron terhadap a-laktabumin akan hilang.
Peningkatan prolaktin akan merangsang sintesis laktose dan pada akhirnya
akan meningkatkan produksi air susu. Pada bulan yang sama areola akan
lebih besar dan kehitaman. Kelenjar montgomery, yaitu kelenjar sebasea
dari areola, akan membesar dan cenderung menonjol keluar. Jika
payudara makin membesar, strie akan muncul. Ukuran payudara sebelum
kehamilan tidak mempunyai hubungan dengan banyaknya air susu yang
akan dihasilkan (Prawirohardjo, 2010).
c. Serviks
Selama kehamilan, peningkatan jumlah dan besar pembuluh darah
pada daerah uterus menyebbakan vaskularisasi, kongesti dan edema yang
menyebabkan pelunakan serviks, yang menimbulkan adanya tanda hegar.
Selain itu, hiperplasia dan hipertrofi sel akibat pengaruh hormon estrogen
menstimulasi pertumbuhan sel epitelium kolumnar serviks dan terjadi
9

peningkatan vaskularisasi pada daerah serviks, vagina dan vulva membuat


serviks tampak membiru, demikian juga ada vagina dan vulva tampak
lebih merah dan kebiruan yang disebut tanda chadwick. Semakin
bertambah ukuran uterus, serviks mengalami pematangan secara bertahap,
dan kanal menalami dilatasi. Secara teoritis, pembukaan serviks terjadi
pada primigravida selama 2 minggu terakhir kehamilan, tetapi biasanya
terjadi pada multigravida hingga persalinan dimulai. Pembukaan serviks
merupakan mekanisme yang terjadi saat jaringan ikat serviks yang keras
dan panang seara progresif melunak dan memendek dari atas ke bawah
(Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
d. Vagina
Esterogen menyebabkan epitelium vagina menjadi lebih tebal dan
vaskular. Warna ungu pada vagina kemungkinan disebabkan oleh
hiperemia. Perubahan komposisi jaringan ikat yang mengelilingi
meningkatnya elastisitas vagina dan membuatnya lebih mudah mengalami
dilatasi ketika bayi lahir. Dinding vagina mengalami banyak perubahan
yang merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu
persalinan dengan meningkatkan penebalan mukosa, mengendornya
jaringan ikat, dan hipertrofi otot polos. Perubahan ini mengakibatkan
bertambah panjangnya dinding vagina. Peningkatan sekresi volume vagina
juga terjadi, karena sekresi akan berwarna keputihan menebal, dan PH
antara 3,5-6 yang merupakan hasil peningkatan produksi asam laktat
glokogen yang dihasilkan oleh epitel vagina sebagai aksi dari lactobacillus
acidopillus (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
e. Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubhan warna menjadi
kemerahan, kusam dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah
payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama strie gravidarum.
Pada banyak perempuan kulit digaris pertengahan pertnya (linea alba)
akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra.
Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang berfariasi pada wajah
dan leher yang disebut cloasma atau melasma gravidarum. Perubahan ini
dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal yang
penyebab pastinya belum diketahui. Adanya peningkatan kadar serum
melanocye stimulating hormone pada akhir bulan kedua masih sangat di
10

ragukan sebagai penyebabnya. Esterogen dan progesteron diketahui


mempunyai peran dalma melagonesis dan diduga bisa menjadi faktor
pendorongnya (Prawirohardjo, 2014).
f. Perubahan metabolik
Pada trimester 2 dan trimester 3 pada ibu hamil dengan gizi baik
dianjurkan menambah berat badan perminggu sebesar 0,4 kg, sedangkan
untuk ibu hamil dengan gizi kurang atau lebih dianurkan menambah berat
badan perminggu masing-masing sebesar0,5 kg dan 0,3 kg
(Prawirohardjo, 2014).
g. Perubahan kardiovaskular.
Perubahan erpenting fungsi antung dalam kehamilan mulai
tampak selama 8 minggu pertama kehamilan. Perubahan tersebut yakni
teradi peningkatan curah jantung yang terjadi karena penurunan resistensi
vaskuler sistemik dan penurunan aliran atau tekana darah arteri serta
peningkatan frekuensi denyut jantung sedangkan volume darah, berat
badan bu dan laju metabolisme basal meningkat. Pada kehamilan
selanjutnya, curah jantung semakin meningkat dan tetap tinggi sampai
akhir kehamilan kemudian saat persalina kala 1 meningkat sedang dan
saat kala II dan awal pasca partum meningkat diatas curah jantung selama
kehamilan. Curah jantung awalnya akan sangat meningkat pada ibu saat
hamil lanjut dengan posisi telentang, karena besarnya uterus menekan
atau mengganggu aliran balik vena ke jantung. Namun, karena secara
terus menerus uterus yang besar menean sistem vena yang mengembalikan
darah dari ekstremitas bawah ke antung sehingga akhirnya pengisisan
jantung berkurang dan menyebakan curah jantung menurun. Dampak dari
keadaan ini ibu akan mengalami hipotensi bahkan hilang kesadaran,
kondisi ini sering disebut dengan sindrom hipotensi telentang. Curah
jantung ini dapat pulih apabila ibu melakukan posisimiring kekiri (Bidan
dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
Tekanan darah ibu perlahan akan meningkat seperti keadaan sebelum
hamil, pada trimester ketiga kehamilan. Namun, efek progesteron
merangsang relaksasi otot polos secara keseluruhan sehingga berperan
pada perubahan tekanan darah ibu. Rata-rata konsentrasi hemoglobin
menurun dari 13,3 g/dl pada kondisi tidak hamil menjadi 10,9 g/dl pada
usia kehamilan 36 minggu (Holmes & Philip N Baker, 2011).
11

h. Sistem respirasi
Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah ± 6 cm, tetapi
tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan dan volume
residu paru-paru karena pengaruh diafragma yang naik ±4 cm selama
kehamilan. Frekuensi pernapasan hanya mengalami sedikit perubahan
selama kehamilan, tetapi volume tidal, volume ventilasi per menit dan
pengambilan oksigen permenit akan bertambah secara signifikan pada
kehamilan lanjut. Perubahan ini akan mencapai puncaknya pada minggu
ke-37 dan akan kembali hampir seperti sedia kala dalam 24 minggu
setelah persalinan (Prawirohardjo, 2010).
i. Traktus Digestivus
Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan
bergeser. Apendiks juga akan bergeser ke arah atas dan lateral. Perubahan
yang nyata akan terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada tranktus
digestivus dan penurunan sekresi asam hidrokloroid dan peptin dilambung
sehingga akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn) yang
disebabkan oleh refluks asam lambung ke esofagus bawah sebagai akibat
perubahan posisi lambung dan menurunnya tonus sfringter esofagus
bagian bawah. Mual terjadi akibat penurunan asam hidroklorid dan
penurunan motilitas, serta konstipasi sebagai akibat penurunan motilitas
usus besar (Prawirohardjo, 2010).
Gusi akan menjadi lebih hiperemesis dan lunak sehingga dengan
trauma sedang saja bisa menyebabkan perdarahan. Epulis selama hamil
akan muncul, tetapi setelah persalinan akan berkurang secara spontan.
Hemmoroid juga merupakan suatu hal yang sering terjadi sebagai akibat
konstipasi dan peningkatan tekan vena pada bagian bawahkarena
pembesaran uterus. Sedangkan pada fungsi hati kadar alkalin fostafase
akan meningkat hampir dua kali lipat, sedangkan serum aspartat
transamin, alani transamin, y-glutamin transferase, albumin, dan bilirubin
akan menurun (Prawirohardjo, 2010).
j. Ginjal
Peningkatan progesteron selama kehamilan yang menyebabkan
vasodilatasi perifer pembuluh darah terjadi pula vasodilatasi pada saluran
kemih. Peningkatan volume darah serat plasma dan vasodilatasi
pembuluhdarah menyebabakan peningkatan aliran darah keseluruh organ
12

termasuk ginjal meningkat sebesar 60-70%. Kapasitas reabsorbsi tubulus


ginjal yang realtif tidaak meningkat sedangkan laju filtrasi glomerulus
meningkat menyebabkan penurunan reabsorbsi glukosa dari tubulus
proksimal. Hal ini sebagai dasar mengapa pemeriksaan reduksi urine
dianggap positif (++) atau berwarna kuning kehijauan sedangkan positif
(+) atau biur kehijauan masih dianggap fisiologis. Efek peningkatan laju
filtrasi glomerulus ini menyebabkan konsentrasi urenum dan kreatinin
serum lebih rendah dibanding saat tidak hamil. Volume urine didalam
ginjal dan ureter meningkat dua kali lipat pada akhir kehamilan, keadaan
ini sering menyebabkan resiko terjadinya infeksi ginjal akut pada ibu.
Kondisi ini terjadi akibat vasodilatasi dan obstruksi mekanis karena uterus
yang membesar yang menyebabkan kecepatan aliran urine menuju ureter
menurun (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
Saat uterus mulai membesar dan berat, akan menekan ureter pada
tepian pelviks. Ureter kanana dan kiri mengalami pembesaran karena
pengaruh progesteron. Akan tetapi, ureter kana lebih besar dari pada ureter
kiri. Pada trimester III akibat tekana pada ureter kanan tersebut, lebih
sering terjadi hidroureter. Wanita hamil cenderung lebih sering berkemih
dimalam hari karena saat berbaring menyebabkan mobilisasi cairan sangat
lancar kearah ginjal dan kemudian mengekskresikannya, sedangkan pada
siang hariwanita hamil meakumulasikan air dalam bentuk oedema
dependen pada tugkai akibat tekanan uterus pada pembulih darah panggul
dan vena kava inferior (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).

k. Sistem Muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menadi bentuk yang umum pada
kehamilan. Akibat komensasi ari pembesaran uterus ke posisi anterior,
lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah dua tungkai.
Sendi sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya,
yang diperkirakan karena pengaruh pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut
dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya
menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung trutama
pada akhir kehamilan (Prawirohardjo, 2014).
l. Usus besar dan usus kecil
13

Relaksasi otot polos karena pengaruh progesteron menyebabkan


penuruanan tonus dan motilitas usus. Penurunan motilitas usus
menyebabakan peranjangan lama absorbsi nutrien dan mineral pada usus
halus. Peningkatan absorbsi ini terjadi karena pengaruh hipertrofi vili
duodenum. Waktu transit yang lama pada usus besar menyebabakan
absorbsi air semakin banyak sehingga menyebabkan konstipasi. Emoroid
sering terjdi dalam kehamilan disebabkan oleh konstipasi dan tekanan
vena-vena dibawah uterus meningkat.
Absorbsi kalsium di usus meningkat karena kebutuhan kalsium untuk
tulang janin. Ini dipengaruhi oleh PTH (plasma parathyroid hormon) yang
mneingkatkan sintesis 25-(OH)-D3 pada hati yangmerupakan metabolit
aktif vitamin D dan aktifitas 1 α – hidroksilase yang dihasilkan oleh
desidua dan plasenta, yang selanjutnya memastikan terdapatnya jumlah
D3 aktif yang cukup untuk mengoptimalkan kalsium dari makanan selama
kehamilan. Jika asupan kalsium dari makanan tercukupi, maka mobilisasi
kalsium tulang ibu hanya sedikit terjadi, namun jika tidak maka
mineralisasi tulang janin akan berlangsung dengan mengorbankan densitas
tulang ibu (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
5. Perubahan Psikologi Trimester III
Ketiga kali disebut periode menunggu dan waspada pada periode ini
ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya dan terkadang aku
merasa khawatir bahwa bayinya lahir sewaktu-waktu. hal ini menyebabkan
ibu meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala
persalinan, munculnya perasaan bayinya akan lahir tidak normal, perasaan ini
semakin ingin menyelesaikan kehamilannya (Bidan dan Dosen Kebidanan
Indonesia, 2017).
Sering bermimpi dan berkhayal tentang bayinya, ada pula ibu yang
sedih karena akan berpisah dengan bayinya di dalam kandungan sehingga
hawatir akan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil.
Trimester ketiga ini hasrat seksual menurun karena abdomen yang semakin
membesar dan perasaan tidak nyaman seperti mudah lelah, kram pada
punggung dan keluhan muskuloskeletal lainnya (Bidan dan Dosen Kebidanan
Indonesia, 2017).
6. Ketidaknyamanan Trimester III
14

Bebagai masalah yang timbul pada kehamilan trimester III merupakan


masalah psikologis yang sering dikeluhkan oleh ibu hamil, seperti kecemasan
dan nyeri. Rasa tidak nyaman yang dikeluhkan ibu hamil berbeda-beda pada
setiap trimester kehamilan. Perubahan yang terjadi selama kehamilan sering
kali menjadi keluhan bagi ibu hamil diantaranya mual muntah pada awal
kehamilan, konstipasi, varises, vena (pembuluh balik), gangguan berkemih,
hemoroid dan pembengkakan pada tungkai dan kaki serta nyeri punggung
(Prawirohardjo, 2014).
a. Nyeri Punggung
Nyeri punggung pada ibu hamil trimester III disebabkan oleh berat
uterus yang semakin membesar, membungkuk yang berlebihan, berjalan
tanpa istirahat dan angkat beban. Gejala nyeri punggung ini juga
disebabkan oleh hormon esterogen dan progesteron yang mengendurkan
sendi, ikatan tulang dan otot pinggul (Manuaba, 2015). Nyeri merupakan
masalah yang sering terjadi pada kehamilan khususnya kehamilan
trimester III. Fenomena nyei saat ini telah menjadi masalah kompleks
yang didefinisikan oleh international society for the study of pain sebagai
“pengalaman sensorik dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial”.
Selama kehamilan relaksasi sendi dibagian sekitar panggul dan
punggung bawah ibu hamil kemungkinan terjadi akibat perubahan
hormonal. Sejalan dengan bertambahnya berat badan secara bertahap
selama kehamilan dan redistribusi pemusatan terdapat pengaruh hormonal
pada struktur otot yang terjadi selama kehamilan. Kedua faktor ini
mengakibatkan adanya perubahan postur tubuh pada ibu hamil. Perubahan
sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamlan semakin
bertambah. adaptasi muskuloskelatal ini mencakup peningkatan berat
badan, bergesernya pusat berat tubuh akibat pembesaran rahim, relaksasi
dan mbobilitas. Semakin besar kemungkinan instabitas sendi sakroiliaka
dan peningkatan lordosis lumbal, yang menyebabkan rasa sakit. Adanya
nyeri hebat menyebabkan reaksi reflekstorik pada otot-otot lumbo dorsal
terutama otot erector spine pada L4 dan L5 sehingga terjadi peningkatan
tonus yang terlokalisir (spasme) sebagai “gaurding” (penjagaan) terhadap
adanya gerakan. Jika spasme otot berlangsung lama maka otot akan
cenderung menjadi tightness. Keadaan tightness pada otot-otot erector
15

spine akan memperberat nyeri karena terjadi ischemic dan menyebabkan


alignment spine menjadi abnormal sehingga menimbulkan beban
stres/kompresi yang besar pada diskus intervertebralis yang cedera
(Manuaba, 2015).
Adanya kerusakan menyebabkan terlepasnya zat-zat iritan seperti
prostaglandin, bradykinin, dan histamin sehingga merangsang serabut
saraf Aδ dan tipe C (bermylein tipis). Impuls tersebut dibawa ke ganglion
dorsalis danmasuk kedalam medulla spinalis melalui cornu dorsalis, yang
kemudian dibawa ke level sistem saraf pusat yang lebih tinggi melalui
traktus spinothalamicus dan spinoreticularis. Adanya rangsangan pada
ganglion dorsalis akan memicu produksi “P” substance. Produksi
“P”substance akan merangsang terjadinya reaksi inflamasi. Hal ini
mengindikasikan adanya kecenderungan bagi otot untuk memendek jika
otot abdomen meregang sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan
otot disekitar panggul dan punggung bawah, dan tegangan tambahan dapat
dirasakan diatas ligamen tersebut. Akibatnya nyeri punggung yang
biasanya berasal dari sakroiliaka atau lumbar, dan dapat menjadi
gangguan punggung jangka panjang jika keseimbangan otot dan stabilitas
pelvis tidak dipulihkan setelah melahirkan dan postpartum. Diperkirakan
bahwa sekitar 50% wanita hamil mengeluhkan beberapa jenis nyeri
punggung di beberapa titik kehamilan atau selama periode postpartum
(Manuaba, 2015).
Menurut (Zedadra et al., 2019) dalam penelitiannya disebutkan bahwa
saat kehamilan ketika membusungkan tubuh, rahim akan terdorong ke
depan, dan karena rahim hanya ditahan ligamen dari belakang dan bawah
(kanan), maka ligamen tersebut akan tegang dan menyebabkan rasa nyeri
di pangkal paha serta sebagian kecil punggung. Hormon progesteron dan
hormon relaksasi menyebabkan relaksasi jaringan ikat dan otot-otot. Hal
ini terjadi maksimal pada satu minggu terakhir kehamilan. Proses relaksasi
ini memberikan kesempatan pada panggul untuk meningkatkan
kapasitasnya sebagai persiapan persalinan, tulang pubis melunak
menyerupai tulang sendi, sambungan sendi sacrococcigus mengendur
membuat tulang koksigis bergeser ke arah belakang sendi panggul yang
tidak stabil. Pada ibu hamil, hal ini dapat menyebabkan sakit pinggang.
Postur tubuh wanita secara bertahap mengalami perubahan karena janin
16

membesar dalam abdomen sehingga untuk mengompensasi penambahan


berat badan ini, bahu lebih tertarik ke belakang dan tulang lebih
melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur dan dapat menyebabkan
nyeri punggung pada beberapa wanita. Gejala-gejala nyeri punggung
menurut West (2010) rasa sakit sepanjang punggung atau panggul, lemah
atau sakit pada bagian bokong dan kaki, sulit berjalan karena sakit pada
kaki.
Nyeri punggung pada ibu hamil dapat dikurangi dengan senam hamil.
Senam hamil berperan untuk memperkuat kontraksi dan mempertahankan
kelenturan otot-otot dinding perut, ligamen-ligamen, otot dasar panggul
dan lain-lain yang menahan tekanan tambahan dan berhubungan dengan
persalinan. Waktu pelaksanaan senam hamil dianjurkan saat kehamilan
memasuki trimester III. Tiga komponen inti dari senam hamil adalah
latihan pernapasan, latihan penguatan dan peregangan otot serta relaksasi
(Suryani & Handayani, 2018).
Senam hamil memiliki banyak manfaat untuk tubuh serta mengurangi
timbulnya berbagai gangguan akibat perubahan postur tubuh. Asuhan
kehamilan yang dapat dilakukan oleh bidan salah satunya adalah
mengajarkan ibu untuk melakukan senam hamil, mengingat pentingnya
manfaat senam hamil yaitu memperbaiki sirkulasi darah. Senam hamil
yang dilakukan untuk kesiapan kondisi fisik ibu dalam menghadapi
persalinan dan membantu mengatasi ketidaknyamanan pada trimester tiga.
Menurut (Prasetyono, 2010) senam hamil mempunyai manfaat dapat
mengurangi berat dan frekuensi nyeri punggung akibat kehamilan dengan
cara membantu mempertahankan postur tubuh yang lebih baik. Keluhan
ibu hamil yang memiliki pengurangan setelah melakukan senam hamil
adalah nyeri punggung, posisi tidur sulit tidur, kontraksi, kram kaki dan
cemas. Menurut (Suryani & Handayani, 2018) dalam penelitiannya
disebutkan bahwa senam hamil yang dilakukan oleh ibu hamil trimester
III dapat mengurangi nyeri punggung dengan p value sebesar 0,03. Faktor
presdiposisi nyeri punggung meliputi pertumbuhan uterus yang
menyebabkan perubahan postur, penambahan berat badan, pengaruh
hormon relaksin terhadap ligamen, riwayat nyeri punggung terdahulu,
paritas dan aktivitas. Oleh karena itu latihan otot abdomen perlu diajarkan
pada masa antenatal untuk memastikan kembalinya bentuk otot ke bentuk
17

normal pascanatal dengan cepat, kemampuan mengejan yang efektif saat


persalinan dan mengurangi nyeri punggung selama kehamilan.
Menurut (Maryani et al., 2020) disebutkan bahwa ibu hamil trimester
III akan mengalami keluhan nyeri punggung. Idealnya nyeri punggung
selama kehamilan terjadi akibat perubahan antomis tubuh, nyeri dikatakan
fisiologis apabila nyeri segera hilang setelah istirahat. Nyeri punggung
dapat dicegah dengan melakukan latihan-latihan tubuh selama hamil yaitu
dengan teknik massage effleurage teknik pemijatan pada daerah punggung
atau sacrum dengan menggunakan pngkal telapak tangan. Pengurutan
dapat berupa meningkatkan relaksasi otot, menenangkan ujung-ujung
syaraf dan menghilangkan nyeri.
Menurut (Setiawati, 2019) dalam penelitiannya disebutkan bahwa
setelah dilakukan massage effleurage terdapat penurunan nyeri pada
seluruh sampel ibu hamil dengan p-value 0,003. Massage effleurage
mampu menurunkan nyeri punggung pada ibu hamil. Hal ini dikarenakan
teknik pemijatan ini dilakukan dengan tekanan tangan pada jaringan
lunak, biasanya otot, tendom, atau ligamentum yang dapat meredakan
nyeri, menghasilkan relaksasi, atas memperbaiki sirkulasi dan selanjutnya
rangsangan taktil dan perasaan positif, yang berkembang ketika dilakukan
bentuk sentuhan yang penuh perhatian dan empatik, bertindak
memperkuat efek massage untuk meningkatakan relaksasi otot,
menenangkan ujung-ujung saraf dan menghilangkan nyeri. Teknik
relaksasi mampu menurunkan nyeri punggung pada ibu hamil. Melakukan
relaksasi salah satu terapi komplementer yang dapat diberikan perawat
atau bidan dalam proses memberikan asuhan yang mengalami nyeri
punggung sehingga dapat memberikan efek rileks untuk memperlancar
aliran darah, menurunkan ketegangan otot, meregangkan dan
mengendurkan setiap kumpulan otot-otot sekaligus akan menghasilkan
relaksasi terhadap seluruh tubuh, selain itu bisa juga menenangkan pikiran
dengan melakukan peregangan pada setiap kelompok otot selama lima
detik dan memusatkan perhatiannya. Hal ini diikuti dengan bernafas
dalam-dalam lalu melepaskan tegangan sehingga otot menjadi benar-benar
lemas serta mengalami rasa nyaman tanpa ketergantungan pada hal atau
subjek diluar dirinya.
18

Penelitian tersebut juga diperkuat oleh teori (Merlyn, 2010) yang


mengatakan bahwa pemberian massage effleurage menstimulasi serabut
taktil dikulit sehingga sinyal nyeri dapat dihambat. Stimulasi kulit dengan
massage effleurage ini menghasilalkan pesan yang dikirim lewat serabut
A-delta serabut yang menghantarkan nyeri cepat yang mengakibatkan
gerbang nyeri tertutup sehingga korteks serebri tidak menerima sinyal
nyeri dan intensitas nyeri berubah atau kurang.
Penatalaksanaanya pada nyeri punggung ibu hamil trimester III
menurut penelitian yang dilakukan oleh (Maryani et al., 2020) bahwa
pregnancy massage atau pijat kehamilan merupakan terapi non
farmakologis untuk mensejahterahkan ibu dan janin sehingga dapat
meningkatkan kualitas tidur, mengurang nyeri pda punggung terhadap ibu
hamil trimester 3, dan mengurangi kecemasanan pada ibu tentang
persalinan. Pregnancy massage merupakan pemijatan yang dilakukan
dengan teknik lembut dan halus dapat membuat ibu merasa aman,
nyaman, dan meningkatkan kesejahteraan janin dan ibu dan dapat
membuat ibu merasa lebih bahagia. Teknik pijat dapat digunakan sebagai
salah satu cara yang efektif untuk menurunkan nyeri pada punggung dan
dapat dilakukan sendiri atau dilakukan oleh keluarga.
b. Oedema kaki
Edema kaki atau pembengkakan pada kaki ditemukan sekitar 80%
pada ibu hamil trimester III, terjadi akibat dari penekanan uterus
yang menghambat aliran balik vena dan tarikan gravitasi
menyebabkan retensi cairan semakin besar. Edema kaki fisiologis
menyebabkan ketidaknyamanan, perasaan berat, dan kram di malam hari
dalam. Edema bisa menunjukkan adanya tanda-tanda bahaya dalam
kehamilan apabila edema dimuka atau di jari, sakit kepala hebat,
penglihatan kabur sebagai akibat dari pre eklampsia . Edema cukup
berbahaya bagi ibu hamil karena bisa menyebabkan gangguan pada
jantung, ginjal dan lain sebagainya sehingga menyebabkan organ
tubuh tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
7. Pelaksanaan
Pelayanan terpadu merupakan pelayanan asuhan antenatal berkualitas
secara komperhensif dan terpadu baik promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitasi yang meliputi pelayanan KIA, gizi, pengendalian penyakit
19

menular, penanganan penyakit kronis sertabeberapa program local dan


spesifik lainnya sesuai kebutuhan. Pelayanan ini bertujuan untuk
menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan berkualitas
termasuk konseling kesehatna, gizi ibu hamil, konseling keluarga berencana
(KB) dan pemberian asi susu ibu (ASI), memastikan ibu hamil mendapatkan
pelayanan sesuai standar, mendeteksi dini kelainan/penyakit/ganguan pada
ibu hamil serta melakukan rujukan kasus ke fasilitas kesehatan sesuai system
rujukan (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
Pelayanan antenatal terpadu meliputi hal sebagai berikut :
a. Memberi pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar
kehamilan berlangsung sehat.
b. Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi
kehamilan.
c. Menyiapkan persalinan bersih dan aman.
d. Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan
jika terjadi penyulit/komplikasi.
e. Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu
jika diperlukan.
f. Melibatkan ibu dan keluarga terutama suami dalam menjaga kesehatan
dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan jika terjadi
penyulit dan komplikasi (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 97 Tahun 2014, untuk
melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan harus memberikan
pelayanan yang berkualitas sesuai standart pemeriksaan antenatal yang terdiri
dari:
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penimbangan berat badan ibu hamil setiap kali kunjungan ditujukan
guna mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin dalam kandungan.
Berat badan ibu hamil yang naik, tetapi tidak lebih dari 9 kilo sampai
akhir kehamilan atau kurang dari 1 kilo setiap bulan diduga mengalami
gangguan pertambahan pertumbuhan janin. pengukuran tinggi badan ibu
hamil pada kunjungan pertama bertujuan untuk menepis adanya faktor
resiko terjadinya cephalopelvic disproportion (CPD) karena indikator
kemungkinan resiko ini adalah tinggi badan kurang dari 145 cm (Bidan
dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
20

2) Pemeriksaan tekanan darah


Pemeriksaan tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
berguna untuk mendeteksi adanya hipertensi dan pre eklampsia pada
kehamilan, tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2017).
3) Tentukan status gizi (ukur lingkar lengan atas)
Pemeriksaan tekanan darah pada setiap kali kunjungan antenatal
berguna untuk mendeteksi adanya hipertensi dan pre eklampsia pada
kehamilan, tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2017).
4) Tentukan tinggi fundus uteri/TFU
Pemeriksaan TFU dilakukan setiap kali kunjungan antenatal.
bertujuan untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin atau
intra uterin growth retardation (IUGR). Pengukuran TFU dapat
dilakukan dengan pemeriksaan McDonald dengan menggunakan pita
ukur dalam cm yang dilakukan setelah umur kehamilan 24 minggu,
sedangkan pengukuran TFU dengan menggunakan pemeriksaan Leopold
dapat dilakukan setelah usia kehamilan 12 minggu (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2017).
5) Tentukan presentasi janin dan deyut jantung janin (DJJ)
Menentukan persentase janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Pemeriksaan ini bertujuan
mengetahui letak janin. Kelainan letak, panggul sempit atau masalah lain
ditentukan apabila bagian terendah janin bukan kepala atau kepala janin
belum masuk pintu atas panggul pada trimester III. Penilaian DJJ
dilakukan pada akhir trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan
antenatal. DJJ lambat kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat lebih dari
160 kali/menit menunjukkan adanya gawat janin (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2017).
6) Skrining status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid
(TT)
Ibu hamil harus mendapatkan imunisasi TT, pada saat kontak
pertama ibu hamil di skrining status imunisasi TT nya. Pemberian
imunisasi TT pada ibu hamil disesuaikan dengan status imunisasi TT ibu
saat ini, ibu hamil minimal memiliki 100 unit assy TT agar mendapatkan
21

perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status imunisasi


T5 ( TT long life) tidak perlu diberikan imunisasi TT lagi (Zedadra et al.,
2019).
7) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
Ibu hamil harus mendapatkan tablet tambah darah untuk mencegah
anemia gizi besi minimal 90 tablet selama kehamilan yang diberikan
sejak kontak pertama, selain itu penting untuk mengkonsumsi asam folat
selama hamil sebanyak 0,4 MG per hari atau sama dengan 2 gelas susu.
Asam folat sebaiknya dikonsumsi oleh ibu 3 bulan sebelum hamil
sebanyak 0,6 mg/hari. Fungsi asam folat adalah untuk pertumbuhan dan
pembelahan sel, jaringan, memperbaiki DNA, mencegah cacat tabung
saraf dan membantu membuat sel darah merah sehingga dapat mencegah
anemia (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
8) Tes laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada ibu hamil adalah
pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus. pemeriksaan laboratorium
rutin adalah pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada setiap
ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah, dan pemeriksaan
spesifik darah endemis atau epidemi (malaria, HIV, sifilis dll). sementara
pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium lain
yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan
antenatal (protein urine, kadar gula darah, pemeriksaan BTA) (Bidan dan
Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
9) Tatalaksana kasus
Setiap kelainan yang diperoleh berdasarkan hasil pemeriksaan
antenatal harus ditangani sesuai dengan standar dan kewenangan dan
dirujuk sesuai dengan sistem rujukan (Bidan dan Dosen Kebidanan
Indonesia, 2017).
10) Temu wicara (Konseling, termasuk perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca-persalinan
Konseling asuhan kehamilan adalah suatu proses bantuan oleh
bidan kemudian ibu hamil, yang dilakukan melalui tatap muka langsung
dalam bentuk wawancara yang bertujuan untuk memecahkan
permasalahan yang berkaitan dengan kehamilan, pemahaman diri,
permasalahan yang sedang dihadapi dan menyusun rencana pemecahan
22

masalah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki ibu (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2017).

B. Modifikasi Asuhan Antenatal di era Pandemi Covid 19


Asuhan antenatal pada ibu hamil penting dilakakukan, ibu hamil yang tidak
berkunjung untuk melakukan asuhan antenatal memiliki resiko lebih tinggi untuk
kematian maternal, dan komplikasi kehamilan. Asuhan antennal rutin bertujuan
untuk mendeteksi komplikasi pada kehamilan seperti anemia, preeklmasia,
diabetes mellitus gestasional, infeksi saluran kemih, bahkan mengakibatkan
lambatnya pertumbuhan janin. Modifikasi yang dilakukan di era pandemi Covid
19 dapat dengan cara melakukan social distancing, untuk mengurangi transmisi
pada ibu hamil serta dapat mengetahui ibu hamil yang di curigai atau sudah
terkonfirmasi COVID-19 sedang melakukan isolasi mandiri maupun memerlukan
pelayanan di rumah sakit (Aziz, 2020).
Asuhan neonatal pada ibu hamil dianjurkan minimal 6 kali tatap muka tanpa
melihat zona di daerah tersebut, tetapi pada ibu hamil dengan resiko tinggi
frekuensi konsulatasi langsung sangat diperlukan bisa menggunakan telfo/video
call diluar jadwal yang telah ditentukan. Pada trimester III yang dilakukan adalah
skrining faktor resiko dapat dilakukan oleh dokter dengan menerapkan protocol
kesehatan, begitupun dengan ibu hamil serta pendamping untuk selalu memcuci
tangan dan menggunakan masker. Amananesa dilakukan untuk mengetahui
riwayat perjalanan, riwayat kontak dnegan orang yang terpapar Covid-19 jika
terdapat riwayat tersebut dianjurkan untuk isolasi mandiri dirumah selama 14 hari
dan dapat melakukan komunikasi melalui telephone (Kemenkes RI, 2020).
Ibu hamil disarankan untuk menghitung gerakan janin secara mandiri pada
kehamilan trimester ketiga > 28 minggu dengan metode Cardiff/WHO (Minimal
10 gerakan dalam 2 jam, jika 2 jam pertama gerakan janin belum mencapai 10
gerakan dapat diulang pemantauan 2jam berikutnya sampai maksimal dilakukan
hal tersebut selama 6x (dalam 12 jam)). Bila belum mencapai 10 gerakan selama
12 jam, ibu harus segera datang ke fasyankes untuk memastikan kesejahteraan
janin (Aziz, 2020).
Ibu hamil untuk ruitn mengkonsumsi obat yang telah diberikan seperti
asam folat, kalsium, vitamin D dan tablet penambah darah sesuai dengan
kebutuhan ibu hamil masing- masing. Pemeriksaan kehamilan pada trimester III
dilakukan guna merencanakan persiapan persalinan dan melakukan swab PCR,
23

selain itu keluarga ikut berpartipasi dengan masalah keshetan mental ibu hamil
(Kemenkes RI, 2020).
1. Penalataksanaan pemeriksaan kehamilan pada trimester III:
a. 28 minggu Tatap muka, bila diperlukan Evaluasi hasil pemeriksaan
laboratorium Pertumbuhan janin
b. 32 minggu Tatap muka yang di pantau Pertumbuhan janin, jumlah cairan
ketuban, lokasi plasenta
c. 36-40 minggu dengan tatap muka dan ANC rutin
2. Upaya Pencegahan Umum yang Dapat Dilakukan oleh Ibu Hamil
Menurut (Kemenkes RI, 2020) pencegahan yang dilakukan ibu hamil
dalam pencegahan penularan virus COVID 19 adalah:
1) Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan memakai sabun
selama 40 - 60 detik atau menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol
(hand sanitizer) selama 20 – 30 detik. Hindari menyentuh mata, hidung dan
mulut dengan tangan yang tidak bersih. Gunakan hand sanitizer berbasis
alkohol yang setidaknya mengandung alkohol 70%, jika air dan sabun tidak
tersedia. Cuci tangan terutama setelah Buang Air Besar (BAB) dan Buang
Air Kecil (BAK), dan sebelum makan (baca Buku KIA).
2) Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit
3) Saat sakit tetap gunakan masker, tetap tinggal di rumah atau segera ke
fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktivitas di luar.
4) Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tisu. Buang tisu
pada tempat yang telah ditentukan. Bila tidak ada tisu, lakukan sesuai etika
batuk-bersin.
5) Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang
sering disentuh.
6) Menggunakan masker adalah salah satu cara pencegahan penularan
penyakit saluran napas, termasuk infeksi COVID-19. Akan tetapi
penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melindungi seseorang
dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain.
Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-
usaha pencegahan lainnya, misalnya tetap menjaga jarak.
7) Penggunaan masker yang salah dapat mengurangi keefektivitasannya dan
dapat membuat orang awam mengabaikan pentingnya usaha pencegahan
lain yang sama pentingnya seperti hand hygiene dan perilaku hidup sehat
24

8) Masker medis digunakan untuk ibu yang sakit dan ibu saat persalinan.
Sedangkan masker kain dapat digunakan bagi ibu yang sehat dan
keluarganya
9) Cara penggunaan masker yang efektif :
 Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung,
kemudian eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara
masker dan wajah.
 Saat digunakan, hindari menyentuh masker.
 Lepas masker dengan teknik yang benar (misalnya: jangan menyentuh
bagian depan masker, tapi lepas dari belakang dan bagian dalam).
 Setelah dilepas jika tidak sengaja menyentuh masker yang telah
digunakan, segera cuci tangan.
 Gunakan masker baru yang bersih dan kering, segera ganti masker jika
masker yang digunakan terasa mulai lembab.
 Jangan pakai ulang masker yang telah dipakai.
 Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah medis
sesuai SOP.
10) Gunakan masker kain apabila dalam kondisi sehat. Masker kain yang
direkomendasikan oleh Gugus Tugas COVID-19 adalah masker kain 3
lapis. Menurut hasil penelitian, masker kain dapat menangkal virus hingga
70%. Disarankan penggunaan masker kain tidak lebih dari 4 jam.
Setelahnya, masker harus dicuci menggunakan sabun dan air, dan
dipastikan bersih sebelum dipakai kembali.
11) Keluarga yang menemani ibu hamil, bersalin, dan nifas harus
menggunakan masker dan menjaga jarak
12) Menghindari kontak dengan hewan seperti kelelawar, tikus, musang atau
hewan lain pembawa COVID-19 serta tidak pergi ke pasar hewan
13) Hindari pergi ke negara/daerah terjangkit COVID-19, bila sangat
mendesak untuk pergi diharapkan konsultasi dahulu dengan spesialis
obstetri atau praktisi kesehatan terkait.
14) Bila terdapat gejala COVID-19, diharapkan untuk menghubungi telepon
layanan darurat yang tersedia (Hotline COVID-19 : 119 ext 9) untuk
dilakukan penjemputan di tempat sesuai SOP, atau langsung ke RS
rujukan untuk mengatasi penyakit ini.
25

15) Rajin mencari informasi yang tepat dan benar mengenai COVID-19 dari
sumber yang dapat dipercaya.

C. Tinjauan Teori Asuhan Kehamilan


1. Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien Asuhan kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang
berurutan, yang di mulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir
dengan evaluasi. Tujuh langkah yang dikembangkan Helen Varney
tersebut membentuk kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan dalam
suatu situasi dan dapat dipertanggung jawabkan (Varney, 2012).
b. Tahapan Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan.
Menurut (Varney, 2012), manajemen kebidanan adalah proses pemecahan
masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan,
keterampilan-keterampilan dalam rangkaian/ tahapan yang logis untuk
pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Menurut (Varney, 2012), langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut
adalah:
1) Langkah I: Tahap pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini
harus bersifat komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil
pemeriksaan.

2) Langkah II : Interpretasi data dasar


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa
26

dan masalah yang spesifik. Diagnosa wanita hamil normal meliputi


nama, umur, gestasi (G) paritas (P) abortus (A), umur kehamilan,
tunggal, hidup, intra-uteri, letak kepala, keadaan umum baik.
3) Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang
telah diidentifikasikan.
4) Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
5) Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh,
ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar
yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6) Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan efisien dan aman
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah
kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
7) Langkah VII: Mengevaluasi hasil tindakan
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksanaannya.
2. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan Kehamilan
a. Pengkajian
1) Data subyektif
1. Biodata / Identitas
Hal utama yang penting dikaji pada ibu hamil adalah
(1) Nama
Nama digunakan untuk mengetahui nama pasien, menghindari
kesalahan pemberian asuhan kepada pasien lain serta
digunakan untuk memperlancar komunikasi dalam asuhan,
27

sehingga antara bidan dan pasien menadi lebih akrab (Walyani,


2015)
(2) Umur
Umur reproduksi sehat dan aman adalah umur 20  –  35 tahun
(Prawirohardjo, 2010). Pada umur < 20 tahun, fisiologis alat
reproduksi belum sepenuhnya matang dan  psikologis masih
belum stabil akibatnya meningkatkan risiko mengalami
penyulit saat hamil. Sedangkan pada umur > 35 tahun, fungsi
alat reproduksi dan organ lainnya sudah menurun, apalagi
wanita yang hamil pertama pada usia ini, memiliki risiko lebih
tinggi untuk mengalami preeklampsia.
(3) Alamat
Mempermudah mengetahui di mana tempat tinggal ibu,
mencegah kekeliruan alamat yang sama, memudahkan
menghubungi keluarga, menjadi petunjuk bila ada kunjungan
rumah. Kondisi lingkungan tempat tinggal ikut memberikan
pengaruh terhadap kesehatan istri dan suami pada masa
kehamilan (Marmi, 2012) .
(4) Pendidikan
Menurut Depkes RI (1995) bahwa Tingkat pendididkan
sangat berpengaruh pada tingkat intelektual seseorang,
kemampuan berfikir, sehingga bidan akan mampu
menyampaikan atau memberikan penyuluhan atau KIE pada
pasien sesuai tingkat pemahaman pasien dengan lebih mudah
(Marmi, 2012).
(5) Pekerjaan
Tujuannya untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi
ibu agar bidan dapat menyesuaikan dalam memberi nasehat
atau edukasi. Oleh karena pekerjaan merupakan jembatan
untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan
yang diinginkan. Pendapatan seseorang berpengaruh terhadap
kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan hidup, salah
satunya adalah kebutuhan nutrisi. Kondisi nutrisi yang kurang
baik dapat menyebabkan terjadinya anemia pada ibu hamil,
28

gangguan pertumbuhan janin dalam uterus, BBLR, dan


prematur (Marmi, 2012).
2. Riwayat Menstruasi
(1) Usia menarche: umumnya remaja wanita mengalami menarche
usia 12-16 tahun (Marmi, 2012).
(2) Siklusmenstruasi: siklus menstruasi merupakan waktu sejak
hari pertama menstruasi sampai datangnya menstruasi periode
berikutnya. Siklus yang klasik adalah 28 hari -30 hari
sedangkan pola haid dan lamanya perdarahan biasanya 3-8 hari
(Marmi, 2012).
(3) Keluhan saat haid :umumnya mengeluh nyeri haid/ dismenorea
(Prawirohardjo, 2014).
(4) Pengeluaran sekret: keputihan normal adalah tidak berbau,
berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan
gatal dicurigai adanya kemungkinan infeksi alat genital
(Prawirohardjo, 2014).
(5) Hari Pertama Haid Terakhir
Menghitung usia kehamilan dan Hari Perkiraan Lahir (HPL)
tenaga kesehatan didasari oleh beberapa pemeriksaan.
Penentuan usia kehamilan dan HPL dapat dilakukan dengan
pemeriksaan USG atau dengan perhitungan menggunakan
rumus Neagle dengan didasarkan pada Hari Pertama Haid
Terakhir (HPHT). Rumus ini biasanya hanya dipakai jika
siklus haid teratur 28-30 hari. HPL dapat ditentukan dengan
(Hari pertama haid+7), (Bulan terakhir haid – 3), (Tahun +1)
(Carudin & Apriningrum, 2018).
3. Riwayat Imunisasi
Skrining status imunisasi perlu dilakukan pada ibu hamil
terutama imuniasai TT. Indonesia merupakan salah satu negara
yang belum dapat mengeliminasi tetanus 100% sehingga status
imunisasi ibu/calon ibu harus selalu diskrining. Status imunisasi
lain yang perlu diskrining yaitu hepatitis B, HPV,
TORCH/Rubella, dan imunisasi penyakit lainnya yang memiliki
prevalensi tinggi di daerah tempat tinggal ibu.Tetanus Neonatorum
terbukti sebagai salah satu penyebab kesakitan dan kematian
29

neonatal, sesungguhnya dapat dicegah, pencegahan yang


dilakukan diantaranya adalah pemberian imunisasi Tetanus
Toksoid (TT). Imunisasi TT seharusnya diperoleh wanita usia
subur sebanyak 5 kali, kenyataannya masih belum optimal,
hal ini dipengaruhi faktor perilaku (Behavior Clauses) manusia
dari tingkat kesehatan, ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan, tradisi orang/ masyarakat yang bersangkutan
disamping lingkungan fisik, ketersediaan fasilitas, (sarana-
sarana kesehatan) sikap dan perilaku para petugas kesehatan
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
4. Riwayat Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi berhubungan dengan masa
kembalinya kesuburan pada perempuan. Organ reproduksi
memerlukan waktu untuk pemulihan setelah lepas/berhenti dari
pemakaian kontrasepsi. Hal ini seperti diungkapkan oleh (Harni &
Anita, 2017), bahwa lama kembalinya kesuburan dari wanita
pasca menggunakan KB suntik 3 bulan adalah 6 bulan dan yang
paling lama adalah 13 bulan.
5. Riwayat Obstetri Yang Lalu
Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas terdahulu yang
berkaitan dengan morbiditas, ditolong siapa, di mana
persalinannya, dan masalah-masalah lain adalah signifikan dan
perlu digali dengan cermat untuk menghasilkan riwayat yang
akurat sebelum memberikan nasihat tentang konsepsi (Marmi,
2012).
6. Riwayat Kesehatan Pasien
(1) Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi medis yang paling sering
mempengaruhi wanita usia subur (Bothamley & Boyle, 2012).
Penyakit hipertensi juga dikaitkan dengan peningkatan
persalinan  prematur dan retardasi pertumbuhan intrauterin
serta insiden mortalitas perinatal yang lenih tinggi. Penyakit ini
juga merupakan salah satu penyebab kematian ibu yang paling
sering. Tekanan darah harus distabilkan sebelum konsepsi dan
kemudian dipantau ketat selama masa kehamilan. Sebagian
30

besar wanita dengan hipertensi kronis dapat mengharapkan


kelahiran seorang  bayi yang normal dan sehat. Sasaran utama
pada periode  prakonsepsi ialah menghindarai penggunaan
penghambat ACE dan antogonis reseptor angiotensin. Wanita
harus diberi  pendidikan kesehatan tentang risio pereeklampsia
dan hambatan  pertumbuhan janin. Pada laki-laki tekanan darah
tinggi dapat menyebabkan masalah gangguan ereksi baik
secara langsung maupun karena efek samping obat.
(2) Diabetes Melitus
Diabetes disebabkan oleh tidak adanya atau terbatasnya
insulin yang meriupakan hormon penting untuk metabolisme
karbohidrat (Bothamley & Boyle, 2012).
Telah terbukti adanya suatu hubungan antara
hiperglikemia pada sekitar waktu konsepsi dengan kelainan
pembentukan organ, terutama tuba nueral, jantung, dan ginjal.
Komplikasi yang dapat timbul selama masa kehamilan
meliputi preeklamsia,  polihidramnion, dan persalinan
prematur. Oleh karena itu, wanita yang menderita diabetes
melitus perlu mendapat konseling dan memantau disbetesnya
dengan cermat, baik sebelum masa 33  prakonsepsi maupun
sepanjang masa usia subur (Prawirohardjo, 2010).
(3) Ginjal
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan
adaptif ginjal untuk mempersiapkan kehamilan (Bothamley &
Boyle, 2012).
Pada perempuan sebelum konsepsi, terdapat perubahan
adaptif ginjal untuk mempersiapkan kehamilan. Pada fase
luteal setiap siklus menstruasi, aliran darah ke ginjal dan laju
filtrasi glomerulus (LFG) meningkat hingga 10-20%. Jika
kehamilan terjadi, perubahan hemodinamik ini terus berlanjut.
Pada  pertengahan trimester kedua, aliran darah ke ginjal
meningkat hingga 70-80% jika dibandingkan wanita tidak
hamil, menyebabkan peningkatan LFG hingga 55%. Pada laki-
laki gagal ginjal kronis, terjadi kegagalan dalam  pembuangan
31

limbah tubuh. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas sperma dan


kesuburan (Bothamley & Boyle, 2012).
(4) Asma
Wanita dengan riwayat asma saat hamil dapat
berkurang gejalanya atau bertambah keparahannya. Untuk
menghindari  bertambah parahnya penyakit, hindarilah
kemungkinan terjadinya infeksi pernapasan dan upayakan
tekanan emosional tetap stabil. Asma juga merupakan salah
satu  penyakit yang dapat diturunkan secara genetik
(Prawirohardjo, 2014).
(5) Jantung
Pada kehamilan terdapat resiko gagal jantung, aritmia
dan tromboembolisme, beberapa ahli menyarankan pemberian
aspirin dosis rendah untuk menurunkan resiko tersebut
(Bothamley & Boyle, 2012).
Penyakit jantung pada kehamilan akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan.
Kehamilan dapat memperberat penyakit jantung. Kemungkinan
timbulnya payah jantung (dekompensasi cordis) pun dapat
terjadi. Pada ibu hamil yang rentan terhadap gangguan jantung,
stres pada perubahan fisiologis normal dapat mencetuskan
dekompensasi jantung. Tanda dan gejala penyakit jantung
(palpitasii, frekuensi jantung sangat cepat, sesak napas ketika
beraktivitas, dispnea, dan nyeri dada) harus dapat diketahui
agar dapat dilakukan penatalaksaan yang tepat. 35 Pada laki-
laki penyakit arteri koroner dapat menyebabkan masalah
dengan ereksi. Hal ini bisa disebabkan karena terjadinya
pengerasan pembuluh darah penis dan jantung.
(6) Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap wanita atau pasangan
dan mempunyai pengaruh buruk bagi janin dan ibu saat terjadi
kehamilan. Pengaruhnya dalam kehamilan dapat dalam bentuk
keguguran atau persalinan prematuritas dan kematian janin
dalam rahim (Prawirohardjo, 2010).
(7) IMS
32

Infeksi menular seksual adalah infeksi yang disebabkan


oleh bakteri, virus, parasit, atau jamur yang penularannya
terutama melalui hubungan seksual dari seseorang yang
terinfeksi kepada mitra seksualnya. Infeksi menular sekusual
merupakan salah atau penyebab Infeksi Saluran Reproduksi
(ISR). IMS seperti gonore, klamidiasis, sifilis, trikomoniasis,
herpes genitalis, kondiloma akuminata, bacterial vaginosis,
daninfeksi HIV.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat penyakit pada keluarga dapat menurun karena faktor
genetik, dan bisa menular kepada klien. Riwayat penyakit keluarga
memegang peran penting dalam mengkaji kondisi medis yang
diwariskan dan kelainan gen tunggal. Beberapa jenis kanker,
penyakit arteri koroner, diabetes melitus tipe 2, depresi, dan
trombofilia merupakan penyakit yang memiliki tendensi familial
dan dapat berpengaruh pada kesehatan reproduksi wanita dan laki-
laki (Marmi, 2012).
8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
(1) Nutrisi
Status nutrisi wanita akan mempengaruhi efek samping
langsung saat kehamilan dan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin disaat hamil (Marmi, 2012).
(2) Aktivitas
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi nomor PER.13/MEN/X/2011 Tahun 2011 Bab 1,
Pasal 1, Ayat 8: ”Nilai Ambang Batas” yang selanjutnya
disingkat NAB adalah standar faktor bahaya di tempat
kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu
(time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja
tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan,
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8
jam per hari.
(3) Personal hygiene
Personal hygiene yang buruk dapat menimbulkan infeksi pada
organ reproduksi. Mengganti pakaian dalam 2 kali sehari, tidak
33

menggunakan pakaian dalam yang ketat dan berbahan non


sintetik. Saat menstruasi normalnya ganti pembalut maksimal 4
jam sekali atau sesering mungkin .
(4) pola Istirahat
Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat berbeda
dalam melakukan suatu aktivitas. Tubuh memerlukan istirahat
yang cukup, artinya tidak kurang dan lebih.
Ketidakseimbangan istirahat/tidur, misalnya kurang istirahat,
dapat menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit.
Tidur/istirahat pada malam hari sangat baik dilakukan sekitar
7- 8 jam dan istirahat siang sekitar 2 jam. Wanita yang tidak
biasanya berolah raga harus memulai kegiatan fisik dan
intensitasnya rendah dan meningkatkan aktivitas secara teratur
(Marmi, 2012).
(5) Pola Kebiasaan Hidup Sehat
Seorang perokok pasif akan memiliki risiko yang sama
dengan perokok aktif. Hampir semua komplikasi pada plasenta
dapat ditimbulkan oleh rokok, seperti abortus, solusio plasenta,
infusiensi plasenta, plasenta previa dan BBLR. Selain itu dapat
menyebabkan dampak buruk bagi janin antara lain SIDS
(sindroma kematian bayi mendadak), penyakit paru kronis,
asma, otitis media . Konsumsi obat-obatan tertentu, kesalahan
subklinis tertentu atau defesiensi pada mekanisme intermediat
pada janinmengubah obat yang sebenarnya tiddak berbahaya
menjadi berbahaya, apalagi pada perkembangan janin (Marmi,
2012).
(6) Riwayat Pernikahan
Mengetahui riwayat pernikahan dulu dan berapa lama
usia pernikahan, alasan berpisah. Tujuannya mengetahui
jumlah pasangan sebelumnya dan hubungan dengan pasangan
sebelumnya yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan
pasangan sekarang. Ditanyakan untuk mengetahui berapa lama
pernikahan agar diketahui bagaimana keadaan alat reproduksi
internal ibu, misal dengan pernikahan yang lama belum pernah
hamil sehingga perlu penanganan khusus (Marmi, 2012).
34

(7) Riwayat psikososial budaya dan spiritual


Kondisi psikologis individu yang perlu di kaji saat
premarital psychological screening antara lain : kepercayaan
diri kedua pihak sebelum membangun sebuah keluarga,
kemandirian masing-masing calon dalam memenuhi
kebutuhan hidup sahari-hari misal bekerja atau kendaraan
dan tempat tinggal pribadi, tidak lagi selalu bergantung
pada orang tua, kemampuan komunikasi antara kedua belah
pihak yang dapat membantu menyelesaikan persoalan
dalam rumah tangga serta penentuan pengambil keputusan
dalam keluarga, efek masa lalu yang belum terselesaikan
harus dapat dikomunikasikan secara terbuka antara kedua
pihak. Selain itu hubungan antara kedua pihak keluarga,
seberapa jauhkeluarga besar dapat menerima kehamilan
tersebu.
2) Data Obyektif
Data objektif adalah data yang diperoleh melalui observasi dan
hasil pemeriksaan, pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Varney langkah pertama pengkajian data.
a) Pemeriksaan umum
Tanda-tanda vital, normal jika :
(1) Tekanan Darah, bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada
sistem kardiovaskuler. Normal 100/60-140/90 mmHg (Marmi,
2012).
(2) Nadi, untuk mengetahui fungsi jantung ibu, normalnya 80 – 90
x/ menit (Marmi, 2012).
(3) Suhu, digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta
membantu menentukan diagnosis penyakit. Normal antara
36,0°C – 37,0°C (Marmi, 2012).
(4) Respirasi, bertujuan untuk menilai frekuensi pernapasan
normal, irama, kedalaman, dan tipe/pola pernapasan.
Pernafasan normal antara 18-24 kali per menit (Marmi, 2012).
b) Antropometri
(1) Berat Badan
35

Penimbangan berat badan ibu hamil setiap kali kunjungan


ditujukan guna mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan
janin dalam kandungan. Berat badan ibu hamil yang naik,
tetapi tidak lebih dari 9 kilo sampai akhir kehamilan atau
kurang dari 1 kilo setiap bulan diduga mengalami gangguan
pertambahan pertumbuhan janin. pengukuran tinggi badan ibu
hamil pada kunjungan pertama bertujuan untuk menepis
adanya faktor resiko terjadinya cephalopelvic disproportion
(CPD) karena indikator kemungkinan resiko ini adalah tinggi
badan kurang dari 145 cm (Bidan dan Dosen Kebidanan
Indonesia, 2017).
(2) Tinggi Badan
TB yang normal yaitu >145cm. Pada calon ibu yang
memiliki TB <145cm (low high) akan meningkatkan resiko
panggul sempit (Laming, dkk, 2013).
Ukuran BB dan TB digunakan juga untuk menghitung
Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus :
Berat Badan
Indeks Massa Tubuh = 2
Tinggi Badan
(3) Lingkar lengan atas (LiLA)
Ukuran LiLA normal yaitu >23,5cm. Jika < 23,5 cm
merupakan indikator Ibu kurang gizi sehingga beresiko untuk
melahirkan BBLR (Marmi, 2012).
c) Pemeriksaan Fisik
(1) Wajah
Apakah ada oedema atau tidak, cyanosis atau tidak
(Marmi, 2012).
(2) Leher
Pembengkakan kelenjar getah bening merupakan tanda
adanya infeksi pada klien. Pembengkakan vena jugularis untuk
mengetahui adanya kelainan jantung, dan kelenjar tiroid untuk
menyingkirkan penyakit Graves dan mencegah tirotoksikosis
(Marmi, 2012).
(3) Payudara
Tidakterdapatbenjolan/ masa yang abnormal. Simetris
(Marmi, 2012).
36

(4) Abdomen
Menilai ada tidaknya massa abnormal dan ada tidaknya
nyeri, tekan, tidak ada bekas luka atau bekas operasi, striae
(Marmi, 2012).
(5) Genitalia
Tidak terdapat tanda-tanda IMS seperti bintil-bintil
berisi cairan, lecet, kutil seperti jengger ayam pada daerah
vulva dan vagina. Tidakterdapattanda-tanda keputihan
patologis (Marmi, 2012).
d) Pemeriksan Obstetri
(1) Pemeriksaan leopold
Pemeriksaan leopold I dilakukan untuk menentukan tinggi
fundus uteri dan bagian teratas janin. Leopold II digunakan
untuk menentukan bagian punggung janin dan bagian
ekstremitas janin. Leopold III untuk menentukan bagian
terbawah janin atau presentasi janin. Leopold IV untuk
menentukan apakah bagian terbawah janin sudah masuk
panggul atau belum (Manuaba, 2015).
(2) Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan untuk memantau
pertumbuhan janin dibanding dengan usia kehamilan.
Pengukuran dilakukan pada ibu hamil dengan posisi telentang
dan pastikan bahwa kandung kemih kosong. Hasil pengukuran
tinggi fundus uteri dikatakan normal apabila sesuai dengan usia
kehamilan (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
(3) Denyut Jantung Janin.
Pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ) dilakukan untuk
menilai kesejahteraan janin. Penilaian DJJ dilakukan ada akhir
trimester I dan selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. DJ
lambat kurang dari 10 x/menit atau DJ lebih cepat dari 160
x/menit menunjukkan adanya gawat janin (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2017).
e) Pemeriksaan Penunjang
(1) Pemeriksaan golongan darah
37

Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk


mengetahui jenis golongan darah ibu sekaligus untuk
mempersiapkan calon pendonor darah yang sewaktu-waktu
diperlukan apabila terjadi situasi kegawataruratan (Bidan dan
Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
(2) Hemoglobin
Pemeriksaan kadar hemoglobin darah ibu hamil dilakukan
minimal sekali pada trimester pertama dan sekali pada
trimester ketiga. Pemeriksaan ini dituukan untuk mengetahui
anemia atau tidak selama kehamilan, karena kondisi anemia
dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan proses tumbuh
kembang janin (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
(3) Pemeriksaan tes sifilis
Pemeriksaan sifilis dilakukan didaerah dengan resio tinggi dan
ibu hamil yang diduga menderita sifilis. Pemeriksaan sifilis
sebaiknya dilakukan sedini mungkin pada kehamilan (Bidan
dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017).
(4) Pemeriksaan HIV
Didaerah epidemi HIV meluas dan terkonsentrasi, tenaga
kesehatan difasilitas pelayanan kesehatanwajib menawarkan
tes HIV kepada seluruh ibu hamil secara inklusif pada
pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan
antenatal atau menjelang persalinan. Didaerah epidemi HIV
rendah, penawaran tes HIV oleh tenaga kesehatan di
prioritaskan pada ibu hamil dengan IMS dan TB secara inkusif
pada pemeriksaan laboratorium rutin lainnya saat pemeriksaan
antenatal atau menjelang persalinan (Bidan dan Dosen
Kebidanan Indonesia, 2017).
3) Perumusan Analisa diagnosis dan masalah
Analisa merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Varney langkah kedua, ketiga dan keempat, meliputi
diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan
kebutuhan segera yang harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan
melalui tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk
klien.
38

a) Diagnosis dan masalah


Langkah ini mengidentifikasi masalah yang ada Keluhan dan
masalah. Masalah yang diidentifikasi dilakukan pencegahan,
bidan diharapkan waspada dan siap dalam menangani masalah
atau kemungkinan masalah.
b) Kebutuhan
Masalah yang diidentifikasi dilakukan pencegahan, bidan
diharapkan waspada dan siap dalam menangani masalah atau
kemungkinan masalah, sesuai kebutuhan klien.
4) Pelaksanaan
Rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam
pengkajian, meliputi:
a) Memberi pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar
kehamilan berlangsung sehat.
b) Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi
kehamilan.
c) Menyiapkan persalinan bersih dan aman.
d) Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi.
e) Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat
waktu jika diperlukan.
f) Melibatkan ibu dan keluarga terutama suami dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan
kesiagaan jika terjadi penyulit dan komplikasi.
39

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN TRIMESTER III

Tanggal : 4 Agustus 2021


Jam : 09.20 WIB
Tempat : Ruang KIA Puskesmas Todanan
A. PENGKAJIAN

Identitas Pasien Penanggung Jawab: Suami


Nama : Ny. P Nama : Tn. M
Umur : 20 tahun Umur : 24 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Suku bangsa : Jawa, Indonesia Suku bangsa : Jawa, Indonesia
Alamat : Dringo 4/1 Alamat : Dringo 4/1

B. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin periksa hamil
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan kaki bengkak
3. Uraian keluhan utama
Kaki bengkak sejak 3 hari yang lalu dan tidak ada nyeri.
4. Riwayat Kesehatan
Riwayat / kondisi yang pernah atau sedang diderita:
Ibu mengatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit menurun
seperti asma, Diabetes Melitus (DM), Hipertensi. Ibu tidak sedang menderita
penyakit menular seperti HIV/AIDS (Acquired Immune Deficiency
Syndrome), TBC (Tuberculosis), dan Hepatitis. Ibu tidak pernah atau tidak
sedang menderita penyakit menahun dan sistemik seperti jantung, ginjal, dan
paru-paru.
40

Riwayat penyakit dalam keluarga (menular maupun keturunan) :


Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
menurun seperti asma, Diabetes Melitus (DM), Hipertensi. Keluarganya tidak
ada yang menderita penyakit menular seperti HIV/AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome), TBC (Tuberculosis), dan Hepatitis. Keluarganya
tidak ada yang menderita penyakit menahun dan sistemik seperti jantung,
ginjal, dan paru-paru.
5. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun Nyeri haid : Tidak nyeri
Siklus : 29 hari Banyaknya : 3x ganti pembalut/ hr
Lama : 6 hari Warna darah : Merah

b. Riwayat kehamilan sekarang


1) Hamil ke 1 usia 36 minggu
2) HPHT : 25-11-2020
3) HPL : 01-09-2021
4) Gerakan janin
a) Pertama kali : 16 minggu
b) Frekuensi/12 jam : 10 kali
5) Tanda bahaya : Tidak ada
6) Kekhawatiran khusus : Tidak ada
7) Imunisasi TT
TT3
41

8) ANC
ANC Tanggal Tempat Suplemen & Fe (Jenis masalah Tindakan/penkes
ke dan Jumlah)
1 28-12-2020 Bidan B6. Vitamin C, Fe Mual Penkes nutrisi (sedikitsedikit tapi sering), penkes
ketidaknyamanan trimester 1
2 26-01-2021 Puskesmas B6,Vitamin C, Fe Mual Penkes nutrisi (sedikitsedikit tapi sering), penkes
(Hb: 12,9 gr%, tanda bahaya trimester I
HIV (-),
Sifilis (-)
HbsAg (-)
3 20-02-2021 Puskesmas B6, Vitamin C, Fe Mual Penkes nutrisi (sedikit sedikit tapi sering)

4 22-03-2021 Bidan LC, Fe T.a.k Penkes tablet tambah darah, penkes nutrisi

5 21-04-2021 Bidan LC, Fe T.a.k Penkes tablet tambah darah, nutrisi

6 17-05-2021 Bidan LC, Fe T.a.k Penkes tablet tambah darah dan nutrsi serta
senam hamil atau olahraga ringan
7 05-06-2021 Puskesmas LC, Fe T.a.k Penkes gizi ibu hamil, senam hamil

8 07-07-2021 Puskesmas LC, Fe T.a.k Penkes stiker P4K

9 21-07-2021 Puskesmas LC, Fe T.a.k Penkes ketidaknyamanan trimester III dan tanda
bahaya trimester III

c. Riwayat kehamilan persalinan dan nifas yang lalu


Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama
42

6. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun. Rencana setelah
melahirkan ibu ingin menggunakan KB suntik 3 bulan.
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
Sebelum hamil
a. Nutrisi
1) Makan
a) Frekuensi makanan pokok : 3 x perhari
b) Komposisi
 Nasi : 3 x piring sedang
 Lauk : 3 x piring sedang, jenisnya tahu, tempe,
telur, ikan, ayam.
 Sayuran : 2-3 x mangkuk kecil, jenisnya bayam,
kangkung dan sayuran hijau lainnya.
 Buah : 1 x sehari, jenisnya pisang, jeruk, melon
dll.
 Camilan : 1-2 x sehari, jenis biskuit, snack ringan.
c) Pantangan : tidak ada
2) Minum
a) Jumlah total 7-8 gelas perhari
Jenis : air putih, susu dan terkadang teh
b) Susu 1 gelas per dua hari
Jenis susu prenagen
3) Perubahan selama hamil ini
Pada awal kehamilan porsi makan agak berkurang, memasuki 15
minggu nafsu makan mulai kembali normal.
b. Eiminasi
1) Sebelum hamil
a) Buang air kecil
 Frekuensi perhari : 3-4 kali warna jernih kekuningan.
 Keluhan/masalah : tidak ada
b) Buang air besar
 Frekuensi perhari : 1 x perhari
 Konsistensi : lembek
 Keluhan / masalah : tidak ada.
43

2) Perubahan selama hamil ini


Frekuensi BAK bertambah menjadi 4-6 x perhari.
c. Personal hygiene
1) Sebelum hamil
a) Mandi 2-3x perhari
b) Keramas 3 x perminggu
c) Gosok gigi 2 x perhari
d) Ganti akaian 2 x perhari : celana dalam 2 x perhari.
e) Kebiasaan memakai alas kaki : sellau memakai jika keluar
rumah
2) Perubahan selama hamil ini : tidak ada perubahan pola personal
gygiene
d. Hubungan seksual
1) Sebelum hamil :
a) Frekuensi 1 x perminggu
b) Contact bleeding : tidak ada
c) Keluhan lain : tidak ada.
2) Perubahan selama hamil
Selama hamil melakukan hubungan seksual sebulan sekali.
e. Istirahat/tidur
1) Sebalum hamil :
a) Tidur malam 5 jam
b) Tidur siang tidak pernah
c) Keluhan/masalah : tidak ada
2) Perubahan selama hamil ini
Tidur malam menjadi 6-7 jam, tidur siang 1 jam.
f. Aktivitas fisik dan olahraga
1) Sebelum hamil
a) Aktivitas fisik (bebab pekerjaan) : melakukan pekerjaan rumah
tangga seperti mencuci, memasak, membersihkan rumah,
mengurus anak.
b) Olahraga : senam 1-2 kali / minggu
2) Perubahan selama hamil ini
Semenjakhamil pekerjaan rumah dilakukan semampunya dan
dibantu suami serta tidak melakukan olahraga senam.
44

g. Kebiasaan yang merugikan kesehatan


1) Merokok : tidak merokok
2) Minum berakolhol : tidak
3) Obat-obatan : tidak
4) Jamu : tidak
8. Riwayat Psikososial-spiritual
a. Riwayat perkawinan
1) Status perkawinan : menikah / tidak menikah
2) Umur waktu menikah : 22 tahun
3) Pernikahan yang ke : 1 sah / tidak, lamanya 11 tahun
4) Hubungan dengan suami : baik / ada masalah
b. Kehamilan ini diharapkan / tidak oleh ibu, suami, keluarga.
Respon & dukungan keluarga terhadap kehamilan ini : keluarga
mendukung dan mengharapkan kehamilan ini.
c. Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : ibu selalu bercerita
kepada suami dan menyelesaikan secara bersama sama jika didapati
masalah.
d. Ibu tinggal serumah dengan : suami dan anak
e. Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami
dalam kondisi emergensi, ibu dapat / tidak mengambil keputusan
sendiri.
f. Orang terdekat ibu : suami dan orang tua
Yang menemani ibu ANC: suami
g. Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan kehamilan
Tidak ada.
h. Rencana tempat menolong persalinan yang diinginkan
Puskesmas
i. Penghasilan perbulan
Tidak menentu Cukup / tidak cukup
j. Praktek agama yang berhubungan dengan kehamilan
Tidak ada
k. Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :
Ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehtaan yang diberikan
oleh nakes wanita maupun pria.
45

l. Tingkat pengetahuan ibu


a) Hal-hal yang sudah diketahu ibu : tanda bahaya trimester III
b) Hal-hal yang ingin diketahui ibu : cara mengurangi bengkak pada
kaki, tanda-tanda persalinan dan kapan ia harus ke tenaga
kesehatan.
C. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik Tensi :110/70 mmHg
Kesadaran : Composmentis Nadi :82x/ menit
BB sebelum/ Selama : 50 kg/ 58 kg Suhu :36,5oC
TB : 155 cm RR :20x/menit
LILA : 26 cm IMT : BB = 50
(TB)2 2.4
= 20.83

b. Status Present
Kepala : Simetris, tidak ada luka, rambut hitam, tidak ada kutu,
kulit kepala bersih, tidak mudah dicabut, tidak ada
benjolan, tidak nyeri tekan.
Mata : Simetris, bersih, tidak ada luka, konjungtiva merah
muda, sklera putih, reflek pupil kanan kiri sama.
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada sekret, tidak
ada polip.
Mulut : Simetris, bersih, tidak ada luka, bibir tidak kering,
tidak ada stomatitis, lidah bersih, tidak ada caries gigi,
tidak ada ginggivitis.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada serumen,
tidak ada benjolan, fungsi normal.
Leher : Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid, kelenjar limfe dan vena jugularis, tidak
nyeri tekan.
Ketiak : Bersih, bersih, tidak ada luka, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe, tidak nyeri tekan.
Dada : Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada retraksi
46

dinding dada, tidak ada nyeri tekan, tidak ada ronchi,


tidak ada wheezing, tidak terdengar murmur, gallop
dan suara jantung ketiga.
Perut : Simetris, bersih, tidak ada luka bekas operasi.
Lipat paha : Bersih, tidak ada luka, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe.
Vulva : Bersih, tidak ada luka, tidak oedema, tidak ada
varises.
Ekskremitas: Atas : Simetris, bersih, tidak ada luka tidak ada
oedema, tidak cyanosis, fungsi gerak normal, turgor
kulit baik.
Bawah : Simetris, bersih, tidak ada luka tidak ada
oedema, tidak ada varises, tidak cyanosis, fungsi gerak
normal, turgor kulit baik.
Punggung : Simetris, bersih, tidak ada luka, lordosis fisiologis.
Reflek patella ++/++
Anus : Bersih, tidak ada luka, tidak ada haemoroid.

c. Status Obstetri
1) Inspeksi
Muka : Tidak ada cloasma gravidarum, tidak pucat, tidak ada
oedema.
Mamae : Payudara membesar dan berisi, puting menonjol,
hiperpigmentasi aerola, kolostrum sudah keluar.
Abdomen: Pusat menonjol, terdapat linea nigra, terdapat strie
gravidarum.
Vulva : Tidak ada oedema, tidak ada varises.
2) Palpasi
Leopold I : Bagian fundus teraba bagian bulat, lunak, tidak
melenting yaitu bokong janin.
Tinggi fundus 3 jari dibawah prosesus xipoideus.
Leopold II : Pada perut kanan ibu teraba bagian keras
memanjang seperti papan yaitu punggung janin.
Pada perut kiri ibu teraba bagian kecil janin yaitu
ekskremitas janin.
47

Leopold III: Bagian terbawah janin teraba bagian bulat, keras,


melenting yaitu kepala janin.
Leopold IV : Kepala janin sudah masuk PAP/ divergen.
TFU : 31 cm
TBJ : (31-11) x 155 = 3.100 gram
DJJ : 132 x/menit
3) Pemeriksaan penunjang
Protein urine = (-) negative
D. ANALISA KEBIDANAN
Ny. P usia 20 tahun G1P0A0 hamil 36 minggu janin tunggal hidup intrauterine
letak membujur presentasi kepala divergen U.

E. PELAKSANAAN
Tanggal : 4 Agustus 2021
Jam : 09.30 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa
keadaannya dan kehamilannya dalam keadaan baik dan normal.
Keadaan Umum : Baik Tensi : 110/70 mmHg
Kesadaran : Composmentis Nadi : 82x/ menit
BB sebelum/ Selama : 50 kg/ 58 kg Suhu : 36,5oC
TB : 155 cm RR : 20x/menit
Protein urine : Negatif DJJ : 132 x/menit

Hasil : Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya.


2. Menginformasikan tindakan prosedur pemeriksaan ANC pada ibu hamil di
masa pandemik COVID 19
Hasil: Ibu memahami penjelasan bidan
3. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu tentang ketidaknyamanan
kehamilan trimester III dan penyebabnya seperti bengkak pada kaki
(oedema), nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh pembesaran
uterus, sering BAK, sesak nafas yang tidak menggangu aktivitas.
Hasil : Ibu mengetahui ketidaknyamanan kehamilan trimester III.
4. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu cara mengatasi bengkak pada
kaki. Menganjurkan ibu untuk menghindari mengenakan pakaian ketat
yang mengganggu aliran balik vena, ubah posisi sesering mungkin,
minimalkan berdiri dalam waktu lama, jangan dudukan barang diatas
48

pangkuan atau paha akan menghambat sirkulasi, istirahat berbaring


miring kiri untuk memaksimalkan pembuluh darah kedua tungkai,
lakukan olahraga atau senam hamil, duduk kaki selalu menempel pada
lantai dan angan terlalu lama digantung.
Hasil : Ibu paham dan bersedia melaksanakan anjuran bidan.
5. Menganjurkan ibu untuk merendam kaki dengan air hangat dengan
dicampur kencur dan melakukan pijatan secara lembut.
Hasil : Ibu bersedia melaksanakan anuran bidan
6. Memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang P4K (perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) pada ibu hamil.
Hasil : Ibu sudah mempersiapkan dengan matang dan stiker P4K sudah
ditempel di pintu rumah.
7. Memberikan pendidikan kesehatan tentang tanda-tanda persalinan seperti
kontraksi yang sering dan teratur, keluar lendir darah dan keluar air
ketuban. Memberitahu ibu kapan ibu harus pergi ketenaga kesehatan.
Hasil : Ibu mengetahui tanda-tanda persalinan.
8. Memberikan pendidikan kesehatan tentang protokol kesehatan pencegahan
covid 19 yaitu: jaga jarak, memakai masker, dan mencuci tangan
Hasil: Pasien memahami penjelasan bidan
9. Mengajari ibu untuk tehnik mencuci tangan yang benar
Hasil: Ibu mengikuti intruksi yang di berikan bidan
10. Memberikan pendidikan kesehatan tentang tablet Fe dan menganjurkan
untuk tetap mengkonsumsi 1 x/perhari diminum pada malam hari.
Hasil : Ibu bersedia mengonsumsi tablet Fe.
11. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 3 hari lagi
Hasil : Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang.
12. Melakukan dokumentasi
Hasil : Dokumentasi telah dilakukan.
49

CATATAN PERKEMBANGAN 1

Tanggal : 7 Agustus 2021


Pukul : 10.15 WIB
S Ny. P mengatakan kakinya masih bengkak namun sudah berkurang
50

O 1. Pemeriksaan umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmetis
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 82 x/ menit
RR : 23 x/menit
Suhu : 36,5oC
2. Status Present
Muka : tidak pucat, tidak odema, simetris
Mammae : simetris, tidak ada benjolan
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada massa
Punggung : simetris, tidak ada kelainan
Genetalia : tidak ada benjolan, tidak ada keputihan.
3. Pemeriksaan obstetri
Leopold I : Bagian fundus teraba bagian bulat, lunak, tidak
melenting yaitu bokong janin.
Tinggi fundus 3 jari dibawah prosesus xipoideus.
Leopold II : Pada perut kanan ibu teraba bagian keras
memanjang seperti papan yaitu punggung janin.
Pada perut kiri ibu teraba bagian kecil janin yaitu
ekskremitas janin.
Leopold III: Bagian terbawah janin teraba bagian bulat, keras,
melenting yaitu kepala janin.
Leopold IV : Kepala janin sudah masuk PAP/ divergen.

TFU : 31 cm
TBJ : (31-11) x 155 = 3.100 gram
DJJ : 137 x/menit

A Ny. P usia 20 tahun G1P0A0 hamil 36+3 minggu janin tunggal hidup
intrauterine letak membujur presentasi kepala divergen U.
51

P 1. Mengevaluasi ibu tentang cara mencuci tangan yang benar


Hasil: Ibu melakukan cuci tangan 7 langkah dengan benar
2. Menganjurkan ibu tetap menerapkan protokol kesehtan pencegahan covid
19 di rumah maupun di luar rumah
Hasil: ibu bersedia menerpakan protokol kesehatan pencegahan covid 19
3. Memberitahu Ny. P bahwa dirinya dalam keadaan baik dan sehat
Hasil : Ny. P mengerti dengan penjelasan yang diberikan penulis.
4. Mengingatkan ibu untuk merendam kaki dengan air hangat dengan
dicampur kencur dan melakukan pijatan secara lembut.
Hasil: Ibu sudah merendam kaki dengan mengunakan kencur dan dipijat
lembut, bengkak berkurang.
5. Menganjurkan ibu untuk melakukan foot massage atau pijatan lembut
pada kaki. Foot massage mampu memperbaiki kerja darah dalam proses
pengangkutan nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh sehingga dapat
mengurangi edema dan melancarkan sirkulasi cairan dalam tubuh.
Hasil : Ibu bersedia melakukan foot massage atau pijatan lembut pada
kaki.
6. Mengajurkan ibu dan keluarga untuk membuat tempat cuci tangan pakai
sabun di depan rumah
Hasil: Ibu dan keluarga bersedia membuat tempat cuci tangan
7. Mengingatkan ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet Fe dan
menganjurkan untuk tetap mengkonsumsi 1 x/perhari diminum pada
malam hari.
Hasil : Ibu bersedia mengonsumsi tablet Fe.
8. Memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi
Hasil : Ibu bersedia dilakukan kunjungan ulang
9. Mendokumentasikan asuhan yang telah diberikan
Hasil : Asuhan telah terdokumentasi

CATATAN PERKEMBANGAN 2
52

Tanggal : 14 Agustus 2021


Pukul : 11.00 WIB
S Ny. P mengatakan senang kakinya sudah tidak bengkak
53

O 1. Pemeriksaan umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmetis
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/ menit
RR : 23 x/menit
Suhu : 36,5oC
4. Status Present
Muka : tidak pucat, tidak odema, simetris
Mammae : simetris, tidak ada benjolan
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi, tidak ada massa
Punggung : simetris,
Genetalia : tidak ada benjolan, tidak ada keputihan.
5. Pemeriksaan obstetri
Leopold I : Bagian fundus teraba bagian bulat, lunak, tidak
melenting yaitu bokong janin.
Tinggi fundus 3 jari dibawah prosesus xipoideus.
Leopold II : Pada perut kanan ibu teraba bagian keras
memanjang seperti papan yaitu punggung janin.
Pada perut kiri ibu teraba bagian kecil janin yaitu
ekskremitas janin.
Leopold III: Bagian terbawah janin teraba bagian bulat, keras,
melenting yaitu kepala janin.
Leopold IV : Kepala janin sudah masuk PAP/ divergen.

TFU : 31 cm
TBJ : (31-11) x 155 = 3.100 gram
DJJ : 151 x/menit

A Ny. P usia 20 tahun G1P0A0 hamil 37+3 minggu janin tunggal hidup
intrauterine letak membujur presentasi kepala divergen U.
54

P 1. Mengingatkan ibu untuk mencuci tangan yang benar dan pakai masker
Hasil: Ibu melakukan cuci tangan 7 langkah dan memakai masker
2. Mengevaluasi ketersedian tempat cuci tangan
Hasil: Terdapat cempat cuci tangan di depan rumah
3. Mengingatkan kembali tetap menerapkan protocol kesehatan di rumah
maupun di luar rumah
Hasil: Ibu menerapkan protocol kesehtan pencegahan covid 19
4. Memberitahu Ny. P bahwa dirinya dalam keadaan baik dan sehat
Hasil : Ny. P mengerti dengan penjelasan yang diberikan penulis.
5. Mengingatkan pada ibu cara mengatasi bengkak pada kaki.
Menganjurkan ibu untuk menghindari mengenakan pakaian ketat yang
mengganggu aliran balik vena, ubah posisi sesering mungkin,
minimalkan berdiri dalam waktu lama, jangan dudukan barang diatas
pangkuan atau paha akan menghambat sirkulasi, istirahat berbaring
miring kiri untuk memaksimalkan pembuluh darah kedua tungkai,
lakukan olahraga atau senam hamil, duduk kaki selalu menempel pada
lantai dan angan terlalu lama digantung.
Hasil: Ibu paham dan bersedia melaksanakan anjuran bidan.
6. Memjelaskan kembali kepada ibu tentang tanda tanda persalinan
Hasil: Ibu sudah mengerti tentang tanda tanda persalinan
7. Mengingatkan ibu untuk tetap mengkonsumsi tablet Fe dan
menganjurkan untuk tetap mengkonsumsi 1 x/perhari diminum pada
malam hari.
Hasil : Ibu bersedia mengonsumsi tablet Fe.
8. Memberitahu ibu akan dilakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi
Hasil : Ibu bersedia dilakukan kunjungan ulang
9. Mendokumentasikan asuhan yang telah diberikan
Hasil : Asuhan telah terdokumentasi
55

PEMBAHASAN

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan kepada klien, data subyektif


didapatkan Ny. P berusia 20 tahun. Menurut (Prawirohardjo, 2010) umur
reproduksi sehat dan aman adalah umur 20  –  35 tahun. Pada umur < 20 tahun,
fisiologis alat reproduksi belum sepenuhnya matang dan  psikologis masih belum
stabil akibatnya meningkatkan risiko mengalami penyulit saat hamil (Manuaba,
2015). Sedangkan pada umur > 35 tahun, fungsi alat reproduksi dan organ lainnya
sudah menurun, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami preeklampsia.
Berdasarkan teori yang didapat, sehingga dapat disimpulkan bahwa, usia Ny. P
merupakan usia aman dalam menjalankan kehamilan. Pada data subyektif juga
didapatkan Ny. P mengatakan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) terjadi pada
tanggal 25-11-2020. Menurut (Carudin & Apriningrum, 2018) disebutkan bahwa
untuk menghitung usia kehamilan dan Hari Perkiraan Lahir (HPL) tenaga
kesehatan didasari oleh beberapa pemeriksaan. Penentuan usia kehamilan dan
HPL dapat dilakukan dengan pemeriksaan USG atau dengan perhitungan
menggunakan rumus Neagle dengan didasarkan pada Hari Pertama Haid Terakhir
(HPHT). Rumus ini biasanya hanya dipakai jika siklus haid teratur 28-30 hari.
HPL dapat ditentukan dengan (Hari pertama haid+7), (Bulan terakhir haid – 3),
(Tahun +1). Berdasarkan rumus Neagle didapatkan Hari Perkiraan Lahir (HPL)
jatuh pada tanggal 01-09-2021. Berdasarkan rumus tersebut, maka pada tanggal 4
Agustus 2021 usia kehamilan Ny. P adalah 36 minggu.
Berdasarkan data subjektif didapatkan Ny. P mengeluh kaki bengkak tanpa
nyeri sejak 3 hari yang lalu. Menurut salah satu ketidaknyamanan trimester III
kehamilan adalah oedema kaki, nyeri punggung, sering BAK, sesak nafas
fisiologis dan masih banyak lagi. Menurut disebutkan bahwa oedema kaki terjadi
akibat dari penekanan uterus yang menghambat aliran balik vena dan
tarikan gravitasi menyebabkan retensi cairan semakin besar. Edema kaki
fisiologis menyebabkan ketidaknyamanan, perasaan berat, dan kram di malam
hari. Edema bisa menunjukkan adanya tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
apabila edema dimuka atau di jari, sakit kepala hebat, penglihatan kabur sebagai
akibat dari pre eklampsia. Dari keluhan yang dirasakan Ny. P dan teori yang ada,
maka dapat disimpulkan bahwa keluhan yang dialami Ny. P merupakan keluhan
fisiologis dalam kehamilan trimester III.
56

Pada data obyektif pemeriksaan fisik didapatkan semua normal. Pada


pemeriksaan leopold Ny. P, leopold I menunjukkan adanya bagian yang lunak,
bulat dan tidak melenting (bokong), pada leopold II didapatkan sebelah kanan
perut ibu teraba bagian keras memanjang dan seperti papan (punggung), pada
leopold III didapatkan bagian keras, melenting dan bulat (kepala), pada leopold IV
didapatkan jari-jari sudah tidak dapat bertemu sehingga kepala sudah masuk
panggul (divergen). Hal ini sesuai dengan teori (Manuaba, 2015) yang
menyebutkan bahwa pemeriksaan leopold I dilakukan untuk menentukan tinggi
fundus uteri dan bagian teratas janin. Leopold II digunakan untuk menentukan
bagian punggung janin dan bagian ekstremitas janin. Leopold III untuk
menentukan bagian terbawah janin atau presentasi janin. Leopold IV untuk
menentukan apakah bagian terbawah janin sudah masuk panggul atau belum. Pada
pemeriksaan juga didapatkan Tinggi Fundus Uteri (TFU) sebesar 31 cm.
Berdasarkan rumus Johnson-Toshach, untuk mengetahui TBJ maka diperlukan
pengukuran jarak dari bagian atas simpisi pubis hingga fundus uteri dan
penurunan bagian terbawah janin. Taksiran berat janin menggunakan rumus John-
Toshach dihitung dengan TBJ= (TFU-n) x 155. Nilai n sama dengan 12 jika
kepala belum masuk panggul dan nilai n sama dengan 11 apabila sudah masuk
panggul. Berdasarkan teori tersebut, didapatkan Taksiran Berat Janin (TBJ) Ny. P
sebesar 3.100 gram. Dari data subyektif dan obyektif yang ada, didapatkan
analisa “Ny. P usia 20 tahun G1P0A0 hamil 36 minggu janin tunggal hidup
intrauterine letak membujur presentasi kepala divergen U”.
Menurut (Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia, 2017) pelaksanaan atau
rencana asuhan dibuat sesuai dengan masalah yang ditemukan dalam pengkajian.
Berdasarkan data yang diperoleh, Ny. P mengeluh kaki bengkak sejak 3 hari yang
lalu. Sehingga penatalaksanaan yang dilakukan adalah menganjurkan ibu untuk
menghindari mengenakan pakaian ketat yang mengganggu aliran balik vena,
ubah posisi sesering mungkin, minimalkan berdiri dalam waktu lama, jangan
dudukan barang diatas pangkuan atau paha akan menghambat sirkulasi,
istirahat berbaring miring kiri untuk memaksimalkan pembuluh darah kedua
tungkai, lakukan olahraga atau senam hamil, duduk kaki selalu menempel pada
lantai dan angan terlalu lama digantung. Sesuai dengan teori (Prawirohardjo,
2010) yang menyebutkan bahwa penatalaksanaan dari edema kaki adalah
hindari mengenakan pakaian ketat yang mengganggu aliran balik vena, ubah
57

posisi sesering mungkin, minimalkan berdiri dalam waktu lama, jangan


dudukan barang diatas pangkuan atau paha akan menghambat sirkulasi,
istirahat berbaring miring kiri untuk memaksimalkan pembuluh darah kedua
tungkai, lakukan olahraga atau senam hamil, menganjurkan massage atau
pijat kaki, rendam air hangat.
Selain itu, menganjurkan ibu untuk untuk merendam kaki dengan air
hangat dengan dicampur kencur dan melakukan pijatan secara lembut. Hal ini
sesusi dengan (Yanti et al., 2020) yang menyebutkan bahwa penggunaan
intervensi non-farmakologis, pijat kaki dan rendam air hangat dicampur
kencur merupakan salah satu intervensi non farmakologi yang dapat digunakan
untuk ibu hamil. Pijat kaki ini merupakan terapi yang berupa pemijatan
secara perlahan pada daerah kaki dilakukan 20 menit sehari selama 5 hari di
daerah yang aman tidak menimbulkan kontraksi. Kemudian dilanjutkan dengan
relaksasi menggunakan rendaman air hangat dicampur dengan kencur minimal
10 menit. Terapi ini merupakan salah satu intervensi relaksasi efektif yang
dapat digunakan pada edema yang terlihat dari mata kaki dan kaki pada usia
kehamilan lebih dari 30 minggu. Selain itu, diperkuat oleh penelitian (Widi
Lestari et al., 2017) yang menyebutkan bahwa penerapan terapi pijat kaki dan
rendam air hangat campur kencur efektif dalam mengurangi edema kaki.
Mekanisme pijat kaki yang dilakukan selama 20 menit selama 5 hari pada
kaki yang mengalami pembengkakan atau edema kaki pada pergelangan kaki
dan kaki terbukti efektif. Pemijatan dilakukan pada punggung kaki yang
diarahkan ke atas, dan dari MP joint mengarah ke punggung kaki kemudian
arahkan pemijatan keatas untuk mempelancar sirkulasi darah balik vena.
Kegiatan manipulasi ini dilakukan dengan titik yang tepat sehingga efektif
untuk mempelancar sirkulasi darah pada pembuluh darah balik vena. Dalam
intervensi ini pijat kaki dapat memberikan stimulus rileks ke recticular
activating system bekerja sebagai sistem kewaspadaan yang berada di batang
otak teratas akan menurun dan dialihkan ke bulbar syncbronizing region
(BSR) melepaskan serotoninyang dapat memberikan efek kantuk. Frekuensi
waktu selama 20 menit ini terbukti efektif untuk mengurangi pembengkakan
pada ibu hamil karena sentuhan atau gosokan atau pemijatan berulang akan
menimbulkan peningkatan suhu diarea pemijatan yang dilakukan akan
merangsang sensor saraf kaki sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan
getah bening yang mempengaruhi aliran darah meningkat, sirkulasi darah
58

lancar, mengurangi bengkak dan dapat memobilisasi serat otot, tendon dengan
kulit, dan menimbulkan efek relakasasi. Terapi rendam kaki atau hydrotherapy
foot mampu meningkatkan sirkulasi darah karena terapi tersebutmember ikan
efek mempelebar pembuluh darah (mekanisme vasodilatasi) sehingga oksigen
lebih banyak yang masuk dalam jaringan yang mengalami pembengkakan,
sehingga pembengkakan pada daerah kaki dapat berangsur berkurang dalam
(Widi Lestari et al., 2017). Pada pengggunaan rendam air hangat dapat
dipadukan untuk lebih efektif mengurangi edema kaki yaitu dengan kencur.
Kandungan yang dalam kencur memiliki senyawasenyawa kimia yang dapat
mengurangi edema atau inflamasi. Senyawa kimia dalam rimpang kencur
yang berpengaruh antiinflamasi yaitu polifenol, kuinon, triterpenoid, tanin,
flavonoid. Semakin besar dosis yang digunakan, akan semakin besar juga
efek untuk antiinflamasi. Rimpang Kencur sebagai antiinflamasi dapat
menghambat pelepasan serotonim dan dapat menghambat sintesis
prostaglandin dari asam arakhidonatdengan cara menghambat kerja
sikloksigenase.
Penatalaksanaan terakhir yaitu memberikan Ny. P pengetahuan mengenai
tanda-tanda persalinan dan menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan ulang
satu minggu kedepan sesuai dengan yang menyebutkan bahwa setelah kehamilan
memasuki aterm, kunjungan ANC dilakukan satu kali selama seminggu. Dari
asuhan yang telah diberikan, dapat diketahui bahwa tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktik yang telah diberikan.
59

DAFTAR PUSTAKA

Atiqoh, R. N. (2020). Kupas Tuntas Hiperemesis Gravidarum. One Peach Media.


Aziz, M. A. (2020). Rekomendasi Penanganan Infeksi Virus Corona (Covid-19)
Pada Maternal (Hamil, Bersalin Dan Nifas). Penanganan Infeksi Virus
Corona Pada Maternal, 1(3), 9–11.
Bidan dan Dosen Kebidanan Indonesia. (2017). Kebidanan Teori dan Asuhan.
EGC.
Bothamley, J., & Boyle, M. (2012). Patofisiologi Dalam Kebidanan. EGC.
Carudin, C., & Apriningrum, N. (2018). Aplikasi Kalender Kehamilan (Smart
Pregnancy) Berbasis Android. Jurnal Online Informatika, 2(2), 116.
https://doi.org/10.15575/join.v2i2.125
Harni, A. J., & Anita, A. (2017). Perbedaan Lama Waktu Kembali Hamil pada
KB Suntik 1 Bulan dengan KB Suntik 3 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Daya Murni Kabupaten Tulang Bawang Barat Lampung. Jurnal Kesehatan,
8(3), 429. https://doi.org/10.26630/jk.v8i3.538
Holmes, D., & Philip N Baker. (2011). Buku Ajar Ilmu Kebidanan. EGC.
Kemenkes RI. (2020). Pedoman pelayanan antenatal, persalinan, nifas, dan bayi
baru lahir di Era Adaptasi Baru.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Pedoman Pelayanan
Kesehatn masa sebelum hamil.
Manuaba. (2015). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. EGC.
Marmi. (2012). Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Pustaka Pelajar.
Maryani, S., Amalia, R., Happy, M., & Sari, N. (2020). PIJAT HAMIL
SEBAGAI TERAPI NON FARMAKOLOGIS DALAM PENANGANAN
KETIDAKNYAMANAN KEHAMILAN TRIMESTER III. Jurnal Sains
Kebidanan, 2(2).
Prasetyono. (2010). Buku Panduan Lengkap Bagi Wanita Yang Sulit Hamil, Tips
Bisa Cepat Hamil. Gara Ilmu.
Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kandungan. PT. Bina Pustaka.
Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan (A. B. Saifuddin (ed.); 4th ed.). PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Setiawati, I. (2019). Efektifitas Teknik Massage Effleurage Dan Teknik Relaksasi
Terhadap Nyeri Punggung Pada Ibu Hamil Trimester III. Prosiding Seminar
Nasional Poltekkes Karya Husada Yogyakarta, 2.
Suryani, P., & Handayani, I. (2018). Pregnancy Exercise and Pregnancy
Discomfort in the Third. Midwife Journal, 5(01), 33–39.
Varney, H. (2012). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC.
Walyani, E. S. & E. P. (2015). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Pustaka Baru Pers.
Widi Lestari, T. E., Widyawati, M. N., & Admini, A. (2017). Literatur Review:
Penerapan Pijat Kaki Dan Rendam Air Hangat Campuran Kencur Terhadap
Edema Kaki Ibu Hamil Trimester Iii Di Wilayah Kerja Puskesmas I Wangon,
Banyumas. Jurnal Kebidanan, 8(2), 99.
https://doi.org/10.31983/jkb.v8i2.3739
Yanti, M. D., Purba, T. J., Ariescha, P. A. Y., Manalu, A. B., Siagian, N. A., & .
M. (2020). Pengaruh Penerapan Pijat Dan Rendam Kaki Dengan Air Hangat
Campuran Kencur Terhadap Edema Kaki Pada Ibu Hamil. Jurnal Kebidanan
Kestra (Jkk), 2(2), 164–171. https://doi.org/10.35451/jkk.v2i2.375
Zedadra, O., Guerrieri, A., Jouandeau, N., Seridi, H., Fortino, G., Spezzano, G.,
60

Pradhan-Salike, I., Raj Pokharel, J., The Commissioner of Law, Freni, G., La
Loggia, G., Notaro, V., McGuire, T. J., Sjoquist, D. L., Longley, P., Batty,
M., Chin, N., McNulty, J., TVERSK, K. A. A., … Thesis, A. (2019). No 主
観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する
共分散構造分析 Title. Sustainability (Switzerland), 11(1), 1–14.

Anda mungkin juga menyukai