Disusun Oleh :
1. APRILA PRATIWI F0H020023
2. SINTYA RILDA SARI F0H020025
3. TARA PUTRI PALIDA F0H020027
4. RIZQY YULIA ROCHANTI F0H020029
5. FATHIYYATUSHOLIHAH F0H020031
6. AKBAR PATI INDRA SYAPUTRA F0H020073
Dosen Pengampuh :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Tetanus Makalah ini
telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi alam pembuatan makalah ini.Terlepas dari semua
itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Wassalamualaikum wr.wb
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakan
Alergi adalah suatu reaksi hipersensitivitas yang diawali oleh mekanisme
imunologis, yaitu akibat induksi oleh Imunoglobulin E (IgE) yang spesifik terhadap
alergen tertentu yang berikatan dengan sel mast. Reaksi tersebut timbul akibat paparan
terhadap bahan yang pada umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam
lingkungan, yang disebut dengan alergen (Bratawidjaja, 2009). Alergi merupakan
manifestasi hiperresponsif dari organ yang terkena seperti kulit, hidung, telinga, paru-
paru atau saluran pencernaan. Gejala hiperresponsif ini dapat terjadi karena timbulnya
respon imun dengan atau tanpa diperantarai oleh IgE (Abidin dan Mahdi., 2003).
Prevalensi penyakit alergi terus meningkat di dunia, baik di negara maju maupun
negara berkembang, terlebih selama dua dekade terakhir (Ruby, 2011). Diperkirakan
lebih dari 20% populasi di seluruh dunia menderita penyakit yang diperantarai oleh IgE,
seperti asma, rinokonjungtivitis, dermatitis atopik atau eksema, dan anafilaksis (WHO,
2003). Di Indonesia, prevalensi alergi yang telah diteliti dengan kuisioner ISAAC
(International Study of Asthma and Allergies in Childhood) pada anak sekolah dasar di
Semarang didapatkan jumlah kasus alergi berturut-turut meliputi asma 8,1%; rhinitis
alergi 11,5%; dan eksema 8,2% (Nency, 2005). Alergi dapat dianggap sebagai masalah
kesehatan utama karena dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup penderitanya,
misalnya menurunkan produktifitas kerja dan aktivitas sosial penderita
Pengobatan untuk mengatasi alergi berbeda-beda tergantung dari jenis dan gejala
alergi apa yang dirasakan oleh penderita. Penanganan medis alergi dengan obat,
bertujuan untuk mengendalikan gejala-gejala alergi yang muncul. Kelas obat antialergi
meliputi antihistamin H1, glukokortikoid, dan antileukotrien. Antihistamin H1 efektif dan
aman sebagai pengobatan lini pertama pada urtikaria, untuk mengendalikan gatal pada
kulit (Ruby, 2011). Tidak hanya dengan pengobatan medis, masyarakat lazim
menggunakan obat tradisional dalam rangka memanfaatkan kekayaan alam di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja alergi obat?
2. Bagaimana terjadi alergi obat
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja reaksi obat
2. Untuk mengetahui apa saja alergi obat
BAB 1I
TINJAUAN TEORI
C. Etiologi
Alergi menunjuk pada reaksi berlebihan oleh sistem imun kita sebagai tanda
penolakan dari bahan-bahan asing tertentu. Tubuh dari orang-orang yang alergi
mengenali bahan asing itu dan sebagian dari sistem imun diaktifkan. Bahan-bahan alergi
tersebut disebut allergens. Contoh allergens yaitu serbuk sari, tungau, jamur-jamur, dan
makanan-makanan.
Zat yang paling sering menyebabkan alergi adalah serbuk tanaman (jenis rumput
tertentu, jenis pohon yang berkulit halus dan tipis, serbuk spora, penisilin), seafood, telur,
kacang (kacang panjang, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang-kacangan lainnya),
susu, jagung dan tepung jagung, sengatan serangga (bulu binatang kecoa dan kutu) dan
debu dan kutu. Yang juga tidak kalah sering adalah zat aditif pada makanan, penyedap,
pewarna dan pengawet.
Selain bahan-bahan tersebut penyebab alergi yang sering dijumpai
yaitu penggunaanobat-obatan dan zat-zat kimia.
Secara umum penyebab dari terjadinya alergi belum dapat dijabarkan secara jelas
namun adapun beberapa factor yang menyebabkan adalah:
1. Jenis makanan tertentu, vaksin dan obat-obatan, bahan berbahan dasar karet, aspirin,
debu, bulu binatang, dan lain sebagainya.
2. Sengatan lebah, gigitan semut api, penisilin’ kacang-kacangan. Biasanya reaksi yang
ditimbulkan akan berlebihan dan bisa mengakibatkan rius di sekujur tubuh.
3. Penyebab minor; suhu udara panas ataupun dingin, dan kadar emosi yang
berlebihan.
Sering kali, allergen secara spesifik sukar untuk diidentifikasi meskipun di masa
lampau pernah mengalami gejala serupa. Cara lain pengelompokan jenis allergen
dapat sebagai berikut:
1. Didalam Udara Yang Kita Napas
· Serbuk sari: pohon-pohon, rumput-rumput, dan/atau rumput-rumput liar
· Tungau
· Protein-protein binatang: dander, kulit, dan/atau urin
· Spora-spora jamur
· Bagian-bagian serangga: kacoa-kacoa
2. Didalam Apa Yang Kita Makan
· Makanan: Makanan yang paling umum yang menyebabkan reaksi-reaksi alergi
adalah susu sapi, ikan, kerang-kerangan, telur-telur, kacang-kacangan,
kacang-kacang tumbuhan, kedele, dan gandum.
· Obat-obatan (ketika diminum): contohnya, antibiotik-antibiotik dan aspirin
3. Menyentuh kulit Kita
· Latex (menyebabkan reaksi-reaksi IgE dan non-IgE)
· Tumbuh-tumbuhan (poison ivy and oak)
· Zat pewarna (Dyes)
· Bahan-bahan kimia
· Logam-logam (nickel)
· Kosmetik-Kosmetik
4. Yang Disuntikkan Kedalam Tubuh
· Racun serangga
· Obat-obatan
· Vaksin-vaksin (termasuk suntikan alergi)
· Hormon-hormon (contohnya, insulin)
D. Patofisiologi
Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan oleh zat-zat
yang tidak berbahaya, namun berbahaya bagi orang yang menderita alergi. Alergi timbul
bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya tidak menimbulkan reaksi pada orang
normal. Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa berasal dari berbagai
jenis dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa melalui saluran pernapasan, berasal
dari makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit
seperti kosmetik, logam perhiasan dan jam tangan, dll. Alergi merujuk pada reaksi
berlebihan oleh sistim imun kita sebagai tanggapan pada kontak badan dengan bahan-
bahan asing tertentu.
1. Terjadinya alergi:
a. Pada paparan awal, alergen dikenali oleh sel penyaji antigen untuk selanjutnya
mengekspresikan pada sel-T. Sel-T tersensitisasi dan akan merangsang sel-B
menghasilkan antibodi dari berbagai subtipe.
b. Alergen yang intak diserap oleh usus dalam jumlah cukup banyak dan mencapai
sel-sel pembentuk antibodi di dalam mukosa usus dan organ limfoid usus,yang pada
anak atopi cenderung terbentuk IgE lebih banyak.
c. Pada paparan selanjutnya mulai terjadi produksi sitokin oleh sel-T. Sitokin
mempunyai berbagai efek terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel-sel
radang misalnya netrofil dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi
peradangan. Aktifasi komplemen dan terjadinya komplek imun akan menarik netrofil.
d. Gejala klinis yang timbul adalah hasil interaksi mediator, sitokin dan kerusakan
jaringan yang ditimbulkannya
E. Pathway
F. Faktor Resiko
1. Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi : asam lambung,
enzym-enzym usus, glycocalyx) maupun fungsi-fungsi imunologis (misalnya : IgA
sekretorik) memudahkan penetrasi alergen makanan. Imaturitas juga mengurangi
kemampuan usus mentoleransi makanan tertentu.
2. Genetik berperan dalam alergi . Sensitisasi alergen dini mulai janin sampai masa
bayi dan sensitisasi ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan norma kehidupan setempat.
3. Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih, stress) atau
beban latihan (lari, olah raga).
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan secara akademis dipastikan dengan ”Double Blind
Placebo Controlled Food Challenge”. Secara klinis bisa dilakukan uji eliminasi dan
provokasi terbuka ”Open Challenge”. Pertama-tama dilakukan eliminasi dengan
makanan yang dikemukakan sendiri oleh penderita atau orangtuanya atau dari hasil uji
kulit. Kalau tidak ada perbaikan maka dipakai regimem diet tertentu.
Pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen hirup seperti tungau, kapuk,
debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau alergen makanan seperti susu, telur,
kacang, ikan).
1. Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit
5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi makanan.
2. IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai umur 20
tahun. Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa penderita
adalah atopi, atau mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi imun seluler.
3. Tes IgE spesifik dengan RAST (radio immunosorbent test) atau ELISA (enzyme
linked immuno assay).
4. Secara in vivo dengan uji intrakutan yang tunggal atau berseri, uji tusuk (prick test),
uji provokasi hidung/ uji inhalasi, dan uji gores. Dilakukan diet eliminasi dan
provokasi untuk alergi makanan.
BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan Reaksi Obat dan Alergi
A. Pengkajian Keperawatan
1. Anamnesis
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada anamnesis pasien alergi obat adalah:
1) Catat semua obat yang dipakai pasien, termasuk vitamin,tonikum, dan juga
obat yang sebelumnya telah sering dipakai tetapi tidak menimbulkan gejala
alergi obat.
2) Lama waktu yang diperlukan mulai dari pemakaian obat sampai timbulnya
gejala. Pada reaksi anafilaksis gejala timbul segara, tetapi gejala alergi obat
baru timbul 7 sampai 10 hari setelah pemakaian pertama.
3) Cara lama pemakaian serta riwayat pemakaian obat sebulumnya. Alergi obat
sering timbul bila obat diberikan secara berselang-seling, berulang-ulang,
serta dosis tinggi secara parenteral.
4) Manifeatasi klinis alergi obat sering dihubungkan dengan jenis obat tertentu.
5) Diagnosis alergi obat sangat mungkin, bila gejala menghilang setelah
pemberian obat dihentikan dan timbul kembali bila pasien diberikan obat yang
sama.
6) Pemakaian obat topikal (salep) antibiotik jangka lama merupakan salah satu
jalan terjadinya sensitisasi obat yang harus diperhatikan.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit, seluruh kulit harus diperhatikan apakah ada peradangan kronik, bekas
garukan terutama daerah pipi dan lipatan kulit daerah fleksor.
2) Mata, diperiksa terhadap hiperemia, edema, sekret mata yang berlebihan dan
katarak yang sering dihubungkan dengan penyakit atropi.
3) Telinga, telinga tengah dapat merupakan penyulit rinitis alergi.
4) Hidung, beberapa tanda yang sudah baku misal: salute, allergic crease, allergic
shiners, allergic facies.
5) Mulut dan orofaring pada rinitis alergik, sering terlihat mukosa orofaring
kemerahan, edema. Palatum yang cekung kedalam, dagu yang kecil serta
tulang maksila yang menonjol kadang-kadang disebabkan alergi kronik.
6) Dada, diperiksa secara infeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Pada waktu
serangan asma kelainan dapat berupa hiperinflasi, penggunaan otot bantu
pernafasan.
7) Periksa tanda-tanda vital terutama tekanan darah.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada alergi obat adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan reaksi inflamasi kulit.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perdarahan lokal kulit dan ruam
kulit ditandai dengan purpura dan urtikaria..
D. Implementasi Keperawatan
Menurut Patricia A. Potter (2005), Implementasi merupakan pelaksanaan dari
rencana tindakan keperawatan yang telah disusun/ ditemukan, yang bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh
pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan
anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih
intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada pasien.
E. Evaluasi Keperawatan
Hasil yang diharapkan pada proses perawatan pasien, yaitu:
1. Masalah pernapasan dapat diatasi, pola napas normal.
2. Nyeri menghilang atau berkurang dengan berkurangnya reaksi inflamasi pada
kulit
3. Pola istirahat kembali normal dengan berkurang atau menghilangnya rasa
gatal dan perasaan terbakar pada kulit
4. Terjadi peningkatan rasa percaya diri
5. Lesi dan Ruam pada kulit berkurang atau hilang
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Efek samping adalah setiap efek yang tidak dikchendaki yang merugikan atau
membahayakan pasien(adverse reactions) dani suatu pengobatan. Efek samping tidak
mungkin dihindari/dihilangkan sama sekali,tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal
mungkin dengan menghindari faktor-faktor risiko yang sebagian besar sudah diketahui. Efek
samping obat dapat dikelompokkan dengan berbagai cara,misalnya berdasarkan ada atau
tidaknya hubungan dengan dosis,berdasarkan bentuk-bentuk manifestasi efek samping yang
terjadi dan sebagainya.
Adapun faktor-faktor pendorong terjadinya efek samping obat adalah Faktor bukan obat
seperti Intrinsik dari pasien,yakni umur,jenis kelamin,genetik,kecenderungan untuk
alergi,penyakit,sikap dan kebiasaan hidup.Ekstrinsik di luar pasien,yakni dokter(pemberi
obat)dan lingkungan,misalnya pencemaran olch antibiotika, faktor obat seperti Intrinsik dari
obat,yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek samping,pemilihan obat,cara
penggunaan obat,dan interaksi antar obat. Agar kejadian efek samping dapat ditekan
serendah mungkin,selalu dianjurkan untuk selalu harus ditelusur riwayat rinci mengenai
pemakaian obat olch pasien pada waktu-waktu sebelum pemeriksaan,baik obat yang
diperoleh melalui resep dokter maupun dari pengobatan sendiri dan gunakan obat hanya bila
ada indikasi jelas dan bila tidak ada alternatif non-farmakoterapi serta hindari pengobatan
dengan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus. Adapun penanganan efek sampingnya
adalah segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai terjadi efek samping.
B. SARAN
Dalam pemakaian obat,hendaknya kita perhatikan kontra indikasi dari obat tersebut,
untuk mencegah efek samping dari obat yang berlebihan.Dan adapun penangan dari efek
samping tersebut disesuaikan dengan efek sampng yang ditimbulkan oleh obat yang telah
dikonsumsi atau telah masuk ke dalam tubuh.