Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

MAKALAH REAKSI OBAT DAN ALERGI

Disusun Oleh :
1. APRILA PRATIWI F0H020023
2. SINTYA RILDA SARI F0H020025
3. TARA PUTRI PALIDA F0H020027
4. RIZQY YULIA ROCHANTI F0H020029
5. FATHIYYATUSHOLIHAH F0H020031
6. AKBAR PATI INDRA SYAPUTRA F0H020073

Dosen Pengampuh :

Ns. TUTI ANGGRIANI S.Kep., M.Kep

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TA 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Tetanus
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi alam pembuatan makalah
ini.Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inpirasi terhadap pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb

Bengkulu, 10 Februari 2022


Penyusun

Kelompok 3

2
Daftar Isi

Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
C. Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI...............................................................................................................................5
A. Konsep Dasar Penyakit Alergi.......................................................................................................5
A. Tanda dan Gejala.......................................................................................................................6
B. Etiologi.......................................................................................................................................7
C. Patofisiologi...............................................................................................................................8
D. Pathway.....................................................................................................................................9
E. Faktor Resiko...........................................................................................................................10
F. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................................10
BAB III................................................................................................................................................11
Konsep Asuhan Keperawatan Reaksi Obat dan Alergi........................................................................11
A. Pengkajian Keperawatan.........................................................................................................11
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................................12
C. Intervensi dan Rasional............................................................................................................12
D. Implementasi Keperawatan.....................................................................................................14
E. Evaluasi Keperawatan..............................................................................................................14
BAB IV...............................................................................................................................................15
PENUTUP...........................................................................................................................................15
A. KESIMPULAN............................................................................................................................15
B. SARAN......................................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alergi adalah suatu reaksi hipersensitivitas yang diawali oleh mekanisme imunologis,
yaitu akibat induksi oleh Imunoglobulin E (IgE) yang spesifik terhadap alergen tertentu
yang berikatan dengan sel mast. Reaksi tersebut timbul akibat paparan terhadap bahan
yang pada umumnya tidak berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan, yang
disebut dengan alergen (Bratawidjaja, 2009). Alergi merupakan manifestasi
hiperresponsif dari organ yang terkena seperti kulit, hidung, telinga, paru-paru atau
saluran pencernaan. Gejala hiperresponsif ini dapat terjadi karena timbulnya respon imun
dengan atau tanpa diperantarai oleh IgE (Abidin dan Mahdi., 2003).
Prevalensi penyakit alergi terus meningkat di dunia, baik di negara maju maupun
negara berkembang, terlebih selama dua dekade terakhir (Ruby, 2011). Diperkirakan
lebih dari 20% populasi di seluruh dunia menderita penyakit yang diperantarai oleh IgE,
seperti asma, rinokonjungtivitis, dermatitis atopik atau eksema, dan anafilaksis (WHO,
2003). Di Indonesia, prevalensi alergi yang telah diteliti dengan kuisioner ISAAC
(International Study of Asthma and Allergies in Childhood) pada anak sekolah dasar
didapatkan jumlah kasus alergi berturut-turut meliputi asma 8,1%; rhinitis alergi 11,5%;
dan eksema 8,2% (Nency, 2005). Alergi dapat dianggap sebagai masalah kesehatan utama
karena berdampak pada penurunan kualitas hidup penderitanya, misalnya menurunkan
produktifitas kerja dan aktivitas sosial penderita
Pengobatan untuk mengatasi alergi berbeda-beda tergantung dari jenis dan gejala
alergi apa yang dirasakan oleh penderita. Penanganan medis alergi dengan obat, bertujuan
untuk mengendalikan gejala-gejala alergi yang muncul. Kelas obat antialergi meliputi
antihistamin H1, glukokortikoid, dan antileukotrien. Antihistamin H1 efektif dan aman
sebagai pengobatan, untuk mengendalikan gatal pada kulit (Ruby, 2011). Tidak hanya
dengan pengobatan medis, obat tradisional dalam rangka memanfaatkan kekayaan alam
di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja alergi obat?
2. Bagaimana terjadi alergi obat ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja reaksi obat
2. Untuk mengetahui apa saja alergi obat

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit Alergi


1. Pengertian
Menurut KBBI, alergi merupakan perubahan reaksi tubuh thd kuman-kuman
penyakit atau keadaan sangat peka terhadap penyebab tertentu (zat, makanan, serbuk,
keadaan udara, asap, dsb) yang dalam kadar tertentu tidak membahayakan untuk
sebagian besar orang
Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap benda
asing tertentu yang disebut alergen. Alergen sebenarnya adalah zat yang tidak
berbahaya bagi tubuh. Alergen masuk ke tubuh bisa melalui saluran pernapasan, dari
makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit.
Alergi atau hipersensitivitas adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh
seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-
bahan yang umumnya nonimunogenik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi
berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing
atau berbahaya. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut
allergen.
Alergi merupakan reaksi seseorang yang menyimpang terhadap kontak atau
pajanan zat asing (allergen), dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis. Allergen
tersebut untuk kebanyakan orang dengan kontak atau pajanan yang sama tidak
menimbulkan reaksi dan tidak menimbulkan penyakit
Penyakit alergi adalah golongan penyakit dengan ciri peradangan yang timbul
akibat reaksi imunologis terhadap lingkungan. Walaupun factor lingkungan
merupakan factor penting, factor genetik dalam manifestasi alergi tidak dapat di
abaikan. Adanya alergi terhadap suatu allergen tertentu menunjukan bahwa seseorang
pernah terpajan dengan allergen tersebut sebelumnya.
Kesimpulannya suatu alergi merujuk pada suatu reaksi berlebihan oleh sistim
imun kita sebagai tanggapan pada kontak badan dengan bahan-bahan asing tertentu.
Berlebihan karena bahan-bahan asing ini umumnya dipandang oleh tubuh sebagai
sessuatu yang tidak membahayakan dan tidak terjadi tanggapan pada orang-orang

5
yang tidak alergi. Tubuh-tubuh dari orang-orang yang alergi mengenali bahan asing
itu dan sebagian dari sistim imun diaktifkan. Bahan-bahan alergi disebut "allergens".
A. Tanda dan Gejala

Gejala klinis alergi biasanya mengenai berbagai organ sasaran seperti kulit, saluran
nafas, saluran cerna, mata, telinga, saluran vaskuler. Organ sasaran bisa berpindah-
pindah, gejala sering kali sudah dijumpai pada masa bayi. Makanan dan obat-obatan
tertentu bisa menyebabkan gejala tertentu pada seseorang anak, tetapi pada anak lain bisa
menimbulkan gejala lain. Pada seseorang makanan atau obat yang satu bisa mempunyai
organ sasaran yang lain dengan factor  yang lain, misalnya udang menyebabkan urtikaria,
sedangkan kacang tanah menyebabkan sesak nafas. Susu sapi bisa menimbulkan gejala
alergi pada saluran nafas, saluran cerna, kulit dan anafilaksis. Bischop (1990)
mendapatkan pada penderita yang alergi susu sapi : 40% dengan gejala asma, 21%
eksema, 43% dengan rinitis. Peneliti lain mendapatkan gejala alergi susu sapi berupa :
urtikaria, angionerotik udema, pucat, muntah, diare, eksema dan asma.
Berikut gejala umum dari suatu reaksi alergi terhadap alergen yang terhirup atau
kulit meliputi:
1.      Gatal
2.      mata berair
3.      Bersin
4.      hidung beringus
5.      Ruam
6.      Merasa lelah atau sakit
7.      Hives (gatal-gatal dengan bercak merah dibangkitkan)
8.      Eksposur lainnya dapat menyebabkan reaksi alergi yang berbeda:
9.      Alergi makanan : Reaksi alergi terhadap alergen makanan juga bisa menyebabkan
kram perut, muntah, atau diare.
10.  Sengatan serangga. Reaksi alergi terhadap sengatan dari lebah atau serangga lain
menyebabkan pembengkakan lokal, kemerahan, dan nyeri
11.  Kerasnya reaksi alergi, gejala dapat sangat bervariasi:
12.  Gejala ringan mungkin tidak begitu kentara, hanya membuat Anda merasa sedikit,
13.  Sedang gejala dapat membuat Anda merasa sakit, seolah-olah Anda, mendapat flu
atau bahkan dingin.
14.  Parah reaksi alergi sangat tidak nyaman, bahkan melumpuhkan.

6
15.  Reaksi alergi yang paling parah disebut anafilaksis. Dalam anafilaksis, alergen
menyebabkan reaksi alergi seluruh tubuh yang dapat mencakup:
16.  Gatal-gatal dan gatal-gatal di seluruh (bukan hanya di daerah terbuka)
17.  Mengi atau sesak napas
18.  Suara serak atau sesak di tenggorokan
19.  Kesemutan di tangan, kaki, bibir, atau kulit kepala
B. Etiologi

Alergi menunjuk pada reaksi berlebihan oleh sistem imun kita sebagai tanda
penolakan dari bahan-bahan asing tertentu. Tubuh dari orang-orang yang alergi
mengenali bahan asing itu dan sebagian dari sistem imun diaktifkan. Bahan-bahan alergi
tersebut disebut allergens. Contoh allergens yaitu serbuk sari, tungau, jamur-jamur, dan
makanan-makanan.
Zat yang paling sering menyebabkan alergi adalah serbuk tanaman (jenis rumput
tertentu, jenis pohon yang berkulit halus dan tipis, serbuk spora, penisilin), seafood, telur,
kacang (kacang panjang, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang-kacangan lainnya),
susu, jagung dan tepung jagung, sengatan serangga (bulu binatang kecoa dan kutu) dan
debu dan kutu. Yang juga tidak kalah sering adalah zat aditif pada makanan, penyedap,
pewarna dan pengawet.
Selain bahan-bahan tersebut penyebab alergi yang sering dijumpai
yaitu penggunaanobat-obatan dan zat-zat kimia.Secara umum penyebab dari terjadinya
alergi belum dapat dijabarkan secara jelas namun adapun beberapa factor yang
menyebabkan adalah:
1. Jenis makanan tertentu, vaksin dan obat-obatan, bahan berbahan dasar karet,
aspirin, debu, bulu binatang, dan lain sebagainya.
2. Sengatan lebah, gigitan semut api, penisilin’ kacang-kacangan. Biasanya reaksi
yang ditimbulkan akan berlebihan dan bisa mengakibatkan rius di sekujur tubuh.
3. Penyebab minor; suhu udara panas ataupun dingin, dan kadar emosi yang
berlebihan.
Sering kali, allergen secara spesifik sukar untuk diidentifikasi meskipun di masa
lampau pernah mengalami gejala serupa. Cara lain pengelompokan jenis allergen
dapat sebagai berikut:

7
a. Didalam Udara Yang Kita Napas
 Serbuk sari: pohon-pohon, rumput-rumput, dan/atau rumput-rumput liar
 Tungau
 Protein-protein binatang: dander, kulit, dan/atau urin
 Spora-spora jamur
 Bagian-bagian serangga: kacoa-kacoa
b. Didalam Apa Yang Kita Makan
 Makanan: Makanan yang paling umum yang menyebabkan reaksi-reaksi
alergi adalah susu sapi, ikan, kerang-kerangan, telur-telur, kacang-
kacangan, kacang-kacang tumbuhan, kedele, dan gandum.
 Obat-obatan (ketika diminum): contohnya, antibiotik-antibiotik dan aspirin
c. Menyentuh kulit Kita
 Latex (menyebabkan reaksi-reaksi IgE dan non-IgE)
 Tumbuh-tumbuhan (poison ivy and oak)
 Zat pewarna (Dyes)
 Bahan-bahan kimia
 Logam-logam (nickel)
 Kosmetik-Kosmetik
d. Yang Disuntikkan Kedalam Tubuh
 Racun serangga
 Obat-obatan
 Vaksin-vaksin (termasuk suntikan alergi)
 Hormon-hormon (contohnya, insulin)

C. Patofisiologi

Alergi merupakan suatu reaksi abnormal dalam tubuh yang disebabkan oleh zat-zat
yang tidak berbahaya, namun berbahaya bagi orang yang menderita alergi. Alergi timbul
bila ada kontak terhadap zat tertentu yang biasanya tidak menimbulkan reaksi pada orang
normal.  Zat penyebab alergi ini disebut allergen. Allergen bisa berasal dari berbagai jenis
dan masuk ke tubuh dengan berbagai cara. Bisa melalui saluran pernapasan, berasal dari
makanan, melalui suntikan atau bisa juga timbul akibat adanya kontak dengan kulit
seperti kosmetik, logam perhiasan dan jam tangan, dll. Alergi merujuk pada reaksi

8
berlebihan oleh sistim imun kita sebagai tanggapan pada kontak badan dengan bahan-
bahan asing tertentu.
 Terjadinya alergi:
1. Pada paparan awal, alergen dikenali oleh sel penyaji antigen untuk selanjutnya
mengekspresikan pada sel-T. Sel-T tersensitisasi dan akan merangsang sel-B
menghasilkan antibodi dari berbagai subtipe.
2. Alergen yang intak diserap oleh usus dalam jumlah cukup banyak dan mencapai
sel-sel pembentuk antibodi di dalam mukosa usus dan organ limfoid usus,yang
pada anak atopi cenderung terbentuk IgE lebih banyak.
3. Pada paparan selanjutnya mulai terjadi produksi sitokin oleh sel-T. Sitokin
mempunyai berbagai efek terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel-sel
radang misalnya netrofil dan eosinofil, sehingga menimbulkan reaksi
peradangan. Aktifasi komplemen dan terjadinya komplek imun akan menarik
netrofil.
4. Gejala klinis yang timbul adalah hasil interaksi mediator, sitokin dan kerusakan
jaringan yang ditimbulkannya
D. Pathway

9
E. Faktor Resiko

1. Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi : asam lambung,


enzym-enzym usus, glycocalyx) maupun fungsi-fungsi imunologis (misalnya : IgA
sekretorik) memudahkan penetrasi alergen makanan. Imaturitas juga mengurangi
kemampuan usus mentoleransi makanan tertentu.
2. Genetik berperan dalam alergi . Sensitisasi alergen dini mulai janin sampai masa bayi
dan sensitisasi ini dipengaruhi oleh kebiasaan dan norma kehidupan setempat.
3. Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis (sedih, stress) atau
beban latihan (lari, olah raga).

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium dan secara akademis dipastikan dengan ”Double Blind


Placebo Controlled Food Challenge”. Secara klinis bisa dilakukan uji eliminasi dan
provokasi terbuka ”Open Challenge”. Pertama-tama dilakukan eliminasi dengan
makanan yang dikemukakan sendiri oleh penderita atau orangtuanya atau dari hasil uji
kulit. Kalau tidak ada perbaikan maka dipakai regimem diet tertentu.
Pemerikasaan penyaring (misalnya dengan alergen hirup seperti tungau, kapuk,
debu rumah, bulu kucing, tepung sari rumput, atau alergen makanan seperti susu, telur,
kacang, ikan).
1. Darah tepi : bila eosinofilia 5% atau 500/ml condong pada alergi. Hitung leukosit
5000/ml disertai neutropenia 3% sering ditemukan pada alergi makanan.
2. IgE total dan spesifik: harga normal IgE total adalah 1000u/l sampai umur 20 tahun.
Kadar IgE lebih dari 30u/ml pada umumnya menunjukkan bahwa penderita adalah
atopi, atau mengalami infeksi parasit atau keadaan depresi imun seluler.
3. Tes IgE spesifik dengan RAST (radio immunosorbent test) atau ELISA (enzyme
linked immuno assay).
4. Secara in vivo dengan uji intrakutan yang tunggal atau berseri, uji tusuk (prick test),
uji provokasi hidung/ uji inhalasi, dan uji gores. Dilakukan diet eliminasi dan
provokasi untuk alergi makanan.

10
BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan Reaksi Obat dan Alergi

A. Pengkajian Keperawatan

1. Anamnesis
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada anamnesis pasien alergi obat adalah:
a. Catat semua obat yang dipakai pasien, termasuk vitamin,tonikum, dan juga obat
yang sebelumnya telah sering dipakai tetapi tidak menimbulkan gejala alergi
obat.
b. Lama waktu yang diperlukan mulai dari pemakaian obat sampai timbulnya
gejala. Pada reaksi anafilaksis gejala timbul segara, tetapi gejala alergi obat baru
timbul  7 sampai 10 hari setelah pemakaian pertama.
c. Cara lama pemakaian serta riwayat pemakaian obat sebulumnya. Alergi obat
sering timbul bila obat diberikan secara berselang-seling, berulang-ulang, serta
dosis tinggi secara parenteral.
d. Manifeatasi klinis alergi obat sering dihubungkan dengan jenis obat tertentu.
e. Diagnosis alergi obat sangat mungkin, bila gejala menghilang setelah pemberian
obat dihentikan dan timbul kembali bila pasien diberikan obat yang sama.
f. Pemakaian obat topikal (salep) antibiotik jangka lama merupakan salah satu
jalan terjadinya sensitisasi obat yang harus diperhatikan.
2.      Pemeriksaan Fisik
a. Kulit, seluruh kulit harus diperhatikan apakah ada peradangan kronik, bekas
garukan terutama daerah pipi dan lipatan kulit daerah fleksor.
b. Mata, diperiksa terhadap hiperemia, edema, sekret mata yang berlebihan dan
katarak yang sering dihubungkan dengan penyakit atropi.
c. Telinga, telinga tengah dapat merupakan penyulit rinitis alergi.
d. Hidung, beberapa tanda yang sudah baku misal: salute, allergic crease, allergic
shiners, allergic facies.
e. Mulut dan orofaring pada rinitis alergik, sering terlihat mukosa orofaring
kemerahan, edema. Palatum yang cekung kedalam, dagu yang kecil serta
tulang maksila yang menonjol kadang-kadang disebabkan alergi kronik.

11
f. Dada, diperiksa secara infeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Pada waktu
serangan asma kelainan dapat berupa hiperinflasi, penggunaan otot bantu
pernafasan.
g. Periksa tanda-tanda vital terutama tekanan darah.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada alergi obat adalah :


1. Nyeri berhubungan dengan reaksi inflamasi kulit.
2. Gangguan integritas kulit  berhubungan dengan perdarahan lokal kulit dan ruam
kulit ditandai dengan purpura dan urtikaria.

C. Intervensi dan Rasional

No Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri berhubunga Tujuan :  Kaji keluhan  nyeri hampir
n dengan reaksi Dalam waktu 2 x nyeri, selalu ada pada
inflamasi kulit. 24 jam, nyeri perhatikan beberapa derajat
menghilang atau lokasi dan beratnya
berkurang. intensitasnya keterlibatan
Kriteria Hasil : . jaringan
 Melaporkan
nyeri  Berikan  meningkatkan
berkurang tindakan relaksasi,
 Menunjukkan kenyamanan menurunkan
ekspresi dasar seperti tegangan otot
wajah atau pijatan pada dan kelelahan
postur tubuh area yang umum
rileks. sakit.
 Pantau TTV  metode IV
sering
digunakan pada
awal untuk
memaksimalkan

12
No Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
efek obat
 Berikan  menghilangkan
analgetik rasa nyeri
sesuai
indikasi.
Gangguan Tujuan :  Observasi  Menentukan
integritas kulit  b/d Dalam waktu 3 x kulit setiap garis dasar
perdarahan lokal 24 jam turgor kulit hari catat dimana
kulit dan ruam kembali normal. turgor perubahan pada
kulit ditandai sirkulasi dan status dapat
dengan purpura Kriteria hasil : sensori serta dibandingkan
dan urtikaria.  Lesi dan ruam perubahan dan melakukan
berkurang lainnya yang intervensi yang
 Jaringan kulit terjadi. tepat
kembali utuh  Gunakan  Menurunkan
pakaian tipis iritasi garis
dan alat jahitan dan
tenun yang tekanan dari
lembut. baju,
membiarkan
insisi terbuka
terhadap udara
meningkat
proses
penyembuhan
dan menurunkan
resiko infeksi
 Jaga  Untuk
kebersihan mencegah
daerah di infeksi
sekitar

13
No Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
pasien.
 Kolaborasi  Untuk
dengan tim mencegah
medis. infeksi lebih
lanjut

D. Implementasi Keperawatan

Menurut Patricia A. Potter (2005), Implementasi merupakan pelaksanaan dari rencana


tindakan keperawatan yang telah disusun/ ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu
sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan anggota tim
kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis. Perawat memilih intervensi
keperawatan yang akan diberikan kepada pasien.

E. Evaluasi Keperawatan

Hasil yang diharapkan pada proses perawatan pasien, yaitu:


1. Masalah pernapasan dapat diatasi, pola napas normal.
2. Nyeri menghilang atau berkurang dengan berkurangnya reaksi inflamasi pada
kulit
3. Pola istirahat kembali normal dengan berkurang atau menghilangnya rasa
gatal dan perasaan terbakar pada kulit
4. Terjadi peningkatan rasa percaya diri
5. Lesi dan Ruam pada kulit berkurang atau hilang

14
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Efek samping adalah setiap efek yang tidak dikchendaki yang merugikan atau
membahayakan pasien(adverse reactions) dani suatu pengobatan. Efek samping tidak
mungkin dihindari/dihilangkan sama sekali,tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal
mungkin dengan menghindari faktor-faktor risiko yang sebagian besar sudah diketahui.
Efek samping obat dapat dikelompokkan dengan berbagai cara,misalnya berdasarkan ada
atau tidaknya hubungan dengan dosis,berdasarkan bentuk-bentuk manifestasi efek
samping yang terjadi dan sebagainya.
Adapun faktor-faktor pendorong terjadinya efek samping obat adalah Faktor bukan
obat seperti Intrinsik dari pasien,yakni umur,jenis kelamin,genetik,kecenderungan untuk
alergi,penyakit,sikap dan kebiasaan hidup.Ekstrinsik di luar pasien,yakni dokter(pemberi
obat)dan lingkungan,misalnya pencemaran olch antibiotika, faktor obat seperti Intrinsik
dari obat,yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek samping,pemilihan
obat,cara penggunaan obat,dan interaksi antar obat. Agar kejadian efek samping dapat
ditekan serendah mungkin,selalu dianjurkan untuk selalu harus ditelusur riwayat rinci
mengenai pemakaian obat olch pasien pada waktu-waktu sebelum pemeriksaan,baik obat
yang diperoleh melalui resep dokter maupun dari pengobatan sendiri dan gunakan obat
hanya bila ada indikasi jelas dan bila tidak ada alternatif non-farmakoterapi serta hindari
pengobatan dengan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus. Adapun penanganan
efek sampingnya adalah segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai terjadi
efek samping.

B. SARAN

Dalam pemakaian obat,hendaknya kita perhatikan kontra indikasi dari obat tersebut,
untuk mencegah efek samping dari obat yang berlebihan.Dan adapun penangan dari efek
samping tersebut disesuaikan dengan efek sampng yang ditimbulkan oleh obat yang telah
dikonsumsi atau telah masuk ke dalam tubuh.

15

Anda mungkin juga menyukai