Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

AGAMA

Di susun oleh :
Nama : Yarol Usmany
Npm : 12122201210112

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2022
Banyak sekali definisi dan pengertian agama, baik dari tokoh-tokoh agama maupun
filosof yang menguraikan tentang agama, secara berbeda, seperti pendapat
Fakhroeddin al-Kahiri, bahwa agama dari segi etimologi berasal dari dua kata; A:
tidak dan Gama: kacau, kocar-kacir, berantakan, yang sama artinya dengan
perkataan Griek; Chaos. Jadi pengertian agama adalah tidak kocar-kacir atau tidak
berantakan, atau agama itu teratur, dan beres.

Sedangkan menurut Bahrun Rangkuti, seorang muslim cendekiawan sekaligus


seorang linguis, mengatakan bahwa definisi dan pengertian agama berasal dari
bahasa Sansekerta; a-ga-ma. A (panjang) artinya adalah cara, jalan, The Way, dan
gama adalah bahasa Indo Germania; bahasa Inggris Togo artinya jalan, cara-cara
berjalan, cara-cara sampai kepada keridhaan kepada Tuhan.
Selain definisi dan pengertian agama berasal dari bahasa Sansekerta, agama dalam
bahasa Latin disebut Religion, dalam bahasa-bahasa barat sekarang bisa
disebut Religion dan Religious, dan dalam bahasa Arab disebut Din atau juga.
Dari pendapat tersebut, definisi dan pengertian agama memiliki perbedaan-
perbedaan pokok dan luas antara maksud-maksud agama pada kata ‘agama’ dalam
bahasa Sansekerta, dengan kata ‘religio’ bahasa latin, dan kata ‘din’ dalam bahasa
Arab. Namun secara terminologis, ketiganya memiliki inti yang sama, yaitu suatu
gerakan di segala bidang menurut kepercayaan kepada Tuhan dan suatu rasa
tanggung jawab batin untuk perbaikan pemikiran dan keyakinan, untuk
mengangkat prinsip-prinsip tinggi moralitas manusia, untuk menegakkan
hubungan baik antar anggota masyarakat serta melenyapkan setiap bentuk
diskriminasi buruk.
Penulis mencoba untuk memaparkan secara definitif definisi dan pengertian agama
para tokoh-tokoh yang lain:
R.R. Marett, seorang ahli antropologi Inggris mengatakan bahwa definisi dan
pengertian agama itu menyangkut lebih dari pada hanya pikiran, yaitu perasaan dan
kemauan juga, dan dapat memanifestasikan dirinya menurut segi-segi emosionilnya
walaupun idenya kabur.
J. G. Frazer, megatakan agama adalah suatu ketundukan atau penyerahan diri
kepada kekuatan yang lebih tinggi dari pada manusia yang dipercayai mengatur dan
mengendalikan jalannya alam dan kehidupan manusia.
Eden Sheffield Brigtman, memberikan definisi dan pengertian agama, yaitu bahwa
agama merupakan suatu unsur pengalaman-pengalaman yang dipandang
mempunyai nilai yang tinggi; pengabdian kepada suatu kekuasaan-kekuasaan yang
dipercayai sebagai sesuatu yang menjadi asal mula, yang menambah dan
melestarikan nilai-nilai ini; dan sejumlah ungkapan yang sesuai tentang urusan
serta pengabdian tersebut baik dengan cara melakukan upacaraupacara yang
simbolis maupun melaui perbuatan-perbuatan yang lain yang bersifat perseorangan
serta yang bersifat kemasyarakatan.
Harun Nasution mengatakan bahwa agama dilihat dari sudut muatan atau isi yang
terkandung di dalamnya merupakan suatu kumpulan tentang tata cara mengabdi
kepada Tuhan yang terhimpun dalam suatu kitab, selain itu beliau mengatakan
bahwa agama merupakan suatu ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi.
Beberapa definisi dan pengertian agama, memperlihatkan betapa luasnya cakupan
agama dan sekaligus menunjukkan betapa pengertian agama itu cukup banyak. Hal
ini di samping menunjukkan adanya perhatian besar dari para ahli terhadap agama,
juga menunjukkan bahwa merumuskan pengertian agama itu sangat sulit sehingga
tidak cukup satu pengertian saja.
Dengan bertolak dari beberapa pengertian agama, Harun Nasution merumuskan
delapan pengertian agama sebagai berikut:

1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang


harus dipatuhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
3. Mengingatkan diri pada suatu bentuk yang mengandung pengakuan pada
suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi
perbuatannya.
4. Kepercayaan kepada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup
tertentu.
5. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari kekuatan gaib.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber
dari kekuatan gaib.
7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasan lemah dan
perasaan takut terhadap kekuatan yang misterius yang terdapat dalam alam
sekitar manusia.
8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.

Kesadaran akan adanya wujud tertinggi itu sudah ada dalam masyarakat sederhana,
masyarakat yang masih rendah tarap kebudayaannya serta belum dipengaruhi oleh
kebudayaan-kebudayaan lainnya, dan kesadaran masyarakat tentang adanya wujud
tertinggi itu sudah ada sejak adanya manusia di muka bumi, sehingga memunculkan
bebagai macam bentuk kepercayaan terhadap kekuatan yang maha Tinggi, seperti
kepercayaan terhadap kekuasan atau kekuatan yang keramat dan tidak berpribadi,
yang dianggap halus mampu berjasad yang dapat dimiliki atau tidak dapat dimiliki
oleh benda, binatang dan manusia (Dinamisme). Ataupun kepercayaan terhadap
adanya roh-roh (Animisme).
Kepercayaan terhadap kekuatan yang tinggi di atas segala-galanya itulah yang
kemudian memunculkan berbagai macam agama.
Referensi Makalah®
Kepustakaan:
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu filsafat dan Agama, (Surabaya PT, Bina Ilmu
1987). Muslim Arbi, Rasionalitas Islam, (Jakarta, Penerbit YAPI, 1989). HM.
Arifin, Belajar Memahami Ajaran Agama-agama Besar, (Jakarta, CV. Serajaya
1981). Soejono Soemargono, Pengantar Filsafat, (Yogyakarta, Tiara Wacana Yoya,
1992). Dede Rosyada, Abuddin Nata, Materi Pokok Agama Islam, (Jakarta,
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama,
1994). A.B. Haniq, Ilmu Agama, terjemahan MD. Koesumo Sastro, (Jakarta, Bpk
Gunung Mulia, 1966). Martin Sardy, Agama Multidimensional, (Bandung, Penerbit
Alumni, 1983).

Anda mungkin juga menyukai