Anda di halaman 1dari 4

NAMA MAHASISWA : PERI HIDAYAT

NIM : AP202010033
KELAS : PB19B
MATA KULIAH : PERPAJAKAN II
DOSEN PENGAMPU : Drs H. M. Atma Kentjana, MM

RESUME VIDIO 1
PERPAJAKAN II dulu adalah PPh 21 sampai PPh 26. Karena ada pegantian kurikulum maka
perpajakan II sekarang adalah pajak daerah dan retribusi daerah.
Pepajakan dalam kurukulum lama
1. PERPAJAKAN I
Pengantar Perpajakan termasuk hukum Pajak
2. PERPAJAKAN II
PPh 21 sampai PPh 26
3. PERPAJAKAN III
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
4. PERPAJAKAN IV
Pajak Internasional

Dalam kurikulum baru hanya ada dua yaitu : PERPAJAKAN I dan PERPAJAKN II

Aturan pokok sebagai asas yuridis Pajak Daerah dan Retribusi adalah Undang – Undang
Dasar R.I. Tahun 1945 pasal 23 A, yaitu :
a. Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur
dengan Undang – undang.
b. Asas Yuridis dimaksud guna melaksanakan keadilan (equity) dalam pemungutan
Pajak dan Pajak Daerah serta Retribusi Daerah untuk mewujudkan tata kehidupan
bangsa yang aman, tertib, sejahtera dan berkeadilan serta untuk mewujudkan tujuan
dan cita – cita otonomi daerah.

Cita – cita otonomi daerah ada 3 yaitu :


1. Untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat di daerah dalam pembangunan.

1|Page
2. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.
3. Untuk meningkatkan hubungan yang harmonis antara pemerintah daerah dengan
pemerintah daerah, pemeintah daerah dengan pemerintah pusat. Hubungan
keharmonisan diwujudkan dengan adanya UU No. 33 Tahun 2004 Tentang
Peimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah.

PARADIGMA PERUBAHAN PERUNDANG – UNDANGAN PAJAK DAERAH DAN


RETRIBUSI DAERAH

Paradigma dalam bahasa Yunani paradeigma (para+deiknunai) yang berarti untuk


"membandingkan", "bersebelahan" (para) dan memperlihatkan (deik).
Paradigma dapat diartikan suatu bangunan dasar, teori dasar yang bermanfaat baik secara
teoritis maupun secara pelaksanaan sosial.

Paradigma adanya perubahan perundang – undangan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan
UU BNo. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan diubah dengan UU
No. 34 Tahun 2000 serta terakhir diganti dengan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, meliputi aspek sebagai berikut :
1.Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai alat budgeter (alat untuk anggaran di daerah
atau sebagai sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan di daerah)
2.Peningkatan Pelayanan kepada masyarakat
Harus menyentuh kepada kebutuhan mendasar masyarakat, harus bisa membiayai kebutuhan
masyarakat yang sudah ditetapkan dalam rencana kerja Pemerintah Daaerah.
3.Kebijakan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi
daerah.
Prinsi otonomi daerah adalah sesuai dengan cita-cita otonomi daerah. Azas desentralisasi,
azas dekontralisasi dan adanya azas tugas pembantuan.

4.Pajak Daerah dan Retribusi Daerah alat mendorong Investasi daerah


Penanaman modal swasta yang masuk ke daerah.
5.Meningkatkan akuntabilitas Pajak Daerah sebagai alat redistribusi (dialokasikan)
Maksudnya adalah bahwa hasil pungutan pajak daerah harus dialokasikan kembali lagi
kepada daerah yang terdampak oleh pemungutan pajak. Misal pajak kendaraan bermotor
harus di redistribusi lagi untuk pembangunan jalan, rokok harus di redistribusikan untuk
kesehatan, karena rokok merusak kesehatan.

PENGERTIAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH


1.Pengertian Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar –
besarnya kemakmuran rakyat ( UU.28/2009, Ps.1).
2.Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan ( UU No. 28/2009 Ps.1).

Berdasarkan batasan/pengertian tersebut dapat disimpulkan persamaan


dan perbedaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu :

2|Page
Persamaan
Pajak Daerah Retribusi Daerah
Dipungut berdasarkan UU dan Perda Dipungut berdasarkan UU dan Perda
Perbedaan
Pajak Daerah Retribusi Daerah
a. Obyek forma pungutan :
a.Obyek forma Pungutan -Jasa Pelayanan/perizinan yang dinikmati orang/badan
-Pemanfaatan/peningkatan kemampuan
ekonomis orang/badan

b. Tidak ada imbalan secara langsung yang b. Ada imbalan secara langsung berupa jasa pelayanan/perijinan
diterima oleh orang/badan

c.Dipungut berdasarkan masa pajak/tahun c.Dipungut berdasarkan masa pelayanan /pemanfaatan

pajak
d. SKPD berdasarkan WP orang/badan d. SKRD berdasarkan W.R orang /badan
e. Bukti Pembayaran menggunakan S.S.PD e. Berita pembayaran menggunakan SSRD/ benda berharga
(Surat Setoran Pajak Daerah)

HUBUNGAN DESENTRALISASI KEWENANGAN DAN DESENTRALISASI


FISKAL ( PAJAK DAERAH & RETRIBUSI DAERAH) DALAM
PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH)

Di dalam pelaksanaan pembiayaan APBD ini menganut prinsip pendanaan mengikuti fungsi
(Money Value Function)
Hubungan Desentralisasi kewenangan dengan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai
Perwujudan dari Pelaksanaan asas – asas penyelenggaraan pemerintahan, yaitu :

a.Asas sentralisasi
Bahwa pelaksanaan kewenangan dilaksanakan oleh pemerintahan pusat

b.Asas desentralisasi
asas penyerahan wewenang dari pemerintahan pusat kepada pemerintahan daerah yang
menjadi urusan otonomi daerah.

c.Asas dekonsentrasi
biasaya dilakasanakan oleh pemerintahan Provinsi
Pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah
pusat di daerah
d.Asas tugas pembantuan
adalah azas tugas yang mengikuti pelaksanaan tugas yang dilimpahkan kepada daerah
bawahan. Contoh Pilpres, Pilkada.

3|Page
Adapun hubungan desentralisasi kewenangan dengan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
adalah :
1.Pemerintah menyerahkan kewenangan kepada Pemda untuk melakukan Pemungutan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah sesuai dengan kewenangannya.
2.Kewenangan pemungutan tersebut untuk memenuhi kebijakan fiskal daerah. Yang
dimaksud kebijakan fiskal adalah : “ Kebijakan fiskal atau kebijakan stabilisasi dibidang
keuangan adalah “ penyesuaian dalam pendapatan dan pengeluaran – pengeluaran pemerintah
untuk mencapai kestabilan ekonomi yang lebih baik dan laju pembangunan ekonomi yang
dikehendaki (John, F.Due, 1985)

4 (empat) macam kebijakan terkait kebijakan fiskal daerah dalam pemungutan pajak daerah
dan retribusi daerah yaitu :
a.Pembiayaan Fungsional
Hasil pemungutan daerah untuk membiayai pengluaran pemerintah yang diarahkan pada
akibat-akibat anggaran yang dilakukan oleh unit-unit yang bersangkutan.
b.Pengelolaan Anggaran
diarahkan kepada kestabilan ekonomi.
c.Stabilitas anggaran otomatis
maksudnya adalah pengeluaran pemerintah ditentukan atas perkiraan mafaat biaya program
pajak.
d.Anggaran belanja seimbang ( Supramoko ph.d)
artinya bisa menyeimbangkan antara kebutuhan dan pendapatan.

4|Page

Anda mungkin juga menyukai