Bab 3 - Evaluasi Dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan
Bab 3 - Evaluasi Dan Analisis Peraturan Perundang-Undangan
BAB 3
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tidak mengatur secara rinci mengenai
penataan ruang. Substansi yang sesuai dengan penataan ruang yaitu pada Pasal 28D dan Pasal
33 UUD NRI 1945. Secara rinci pembahasan mengenai pasal yang dapat masuk kedalam
subsatansi tata ruang adalah:
A. Pasal 28D
Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Peraturan perencanaan tata ruang
merupakan produk hukum yang mengatur terkait dengan pemanfaatan ruang. Rencana
tata ruang wilayah kabupaten merupakan salah satu produk tata ruang yang membahas
pemanfatan ruang yang sesuai dan tidak sesuai. Adanya rencana tata ruang wilayah
kabupaten merupakan salah satu upaya dalam perlindungan dan kepastian hukum bagi
masyarakat terkait dengan pemanfaatan ruang. Peraturan Daerah tentang RTRW
Kabupaten OKU Timur diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan terkait ruang
wilayah dan kawasan agar dapat tertata sesuai rencana sehingga menciptakan sebuah
keadilan ruang.
B. Pasal 33
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Salah satu pembahasan substansi
RTRW Kabupaten adalah pola ruang yang didalamnya mengatur mengenai pemanfaatan
ruang untuk kegiatan manusia. Penetapan kawasan budidaya sebagai kawasan kegiatan
manusia termasuk dalam pemanfaatan untuk mengoptimalkan sumber daya alam yang
tersedia. Keserasian antara kelestarian lingkungan dan kebutuhan manusia untuk
memanfaatkan sumber daya alam diharapkan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan
produk rencana tata ruang wilayah kabupaten.
Berhubung dengan itu maka perlu adanya hukum agraria baru yang nasional, yang akan
mengganti hukum yang berlaku sekarang ini, yang tidak lagi bersifat dualisme, yang sederhana
dan yang menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hukum agraria yang baru itu harus memberi kemungkinan akan tercapainya fungsi bumi,
air dan ruang angkasa sebagai yang dimaksudkan diatas dan harus sesuai pula dengan
kepentingan rakyat dan Negara serta memenuhi keperluannya menurut permintaan zaman dalam
segala soal agraria. Lain dari itu hukum agraria nasional harus mewujudkan penjelmaan dari
pada azas kerohanian, Negara dan cita-cita Bangsa, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Perikemanusiaan, Kebangsaan, Kerakyatan dan Keadilan Sosial serta khususnya harus
merupakan pelaksanaan dari pada ketentuan dalam pasal 33 Undang-undang Dasar dan Garis-
garis besar dari pada haluan Negara yang tercantum didalam Manifesto Politik Republik
Indonesia tanggal 17 Agustus 1959 dan ditegaskan didalam Pidato Presiden tanggal 17 Agustus
1960.
Meskipun undang-undang itu secara formil tidak terdapat perbedaan dengan undang-
undang lainnya, yaitu suatu peraturan yang dibuat oleh Pemerintah dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat, akan tetapi mengingat akan sifatnya sebagai peraturan dasar bagi hukum
agraria yang baru, maka yang dimuat didalamnya hanyalah azas-azas serta soal-soal dalam garis
besarnya saja dan oleh karenanya disebut Undang-Undang Pokok Agraria. Adapun
pelaksanaannya akan diatur didalam berbagai undang-undang, peraturan-peraturan Pemerintah
dan peraturan-perundangan lainnya. Demikianlah maka pada pokoknya tujuan Undang-undang
Pokok Agraria ialah:
Dalam Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 pada Pasal 14 disebutkan
bahwa Pemerintah dalam rangka sosialisme Indonesia, membuat suatu rencana umum mengenai
persediaan, peruntukan dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang
terkandung didalamnya:
Pengesahan peraturan Pemerintah Daerah harus dilakukan dalam rangka rencana umum yang
dibuat oleh Pemerintah Pusat dan sesuai dengan kebijaksanaan Pusat.
Keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang berkembang terhadap
pentingnya penataan ruang memerlukan penyelenggaraan penataan ruang yang transparan,
efektif, dan partisipatif agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan.
Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang
satu dan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang sehingga
diharapkan (i) dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta
mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan; (ii) tidak terjadi
pemborosan pemanfaatan ruang; dan (iii) tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas
ruang.
Penataan ruang yang didasarkan pada karakteristik, daya dukung dan daya tampung
lingkungan, serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan meningkatkan keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan subsistem. Hal itu berarti akan dapat meningkatkan kualitas
ruang yang ada. Karena pengelolaan subsistem yang satu berpengaruh pada subsistem yang lain
dan pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem wilayah ruang nasional secara keseluruhan,
pengaturan penataan ruang menuntut dikembangkannya suatu sistem keterpaduan sebagai ciri
utama. Artinya perlu disusun suatu kebijakan nasional tentang penataan ruang yang dapat
memadukan berbagai kebijakan pemanfaatan ruang. Seiring dengan maksud tersebut,
pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan, baik oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
maupun masyarakat, baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah, harus dilakukan
sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Dengan demikian, pemanfaatan ruang
oleh siapa pun tidak boleh bertentangan dengan rencana tata ruang.
Rencana tata ruang wilayah kabupaten menjadi pedoman bagi Pemerintah daerah untuk
menetapkan lokasi kegiatan pembangunan dalam memanfaatkan ruang serta dalam menyusun
program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di daerah tersebut dan
sekaligus menjadi dasar dalam pemberian rekomendasi pengarahan pemanfaatan ruang,
sehingga pemanfaatan ruang dalam pelaksanaan pembangunan selalu sesuai dengan rencana tata
ruang wilayah kabupaten. Rencana tata ruang wilayah kabupaten dan rencana pembangunan
jangka panjang daerah merupakan kebijakan daerah yang saling mengacu. Penyusunan rencana
tata ruang wilayah kabupaten mengacu pada rencana pembangunan jangka panjang kabupaten
begitu juga sebaliknya.