Disusun oleh :
1. Andre Martoga Sianturi (1801411023)
2. Dinda Mega Puspita (1801411002)
3. M. Andika Pratama P. (1801411001)
4. Saskia Tri Puspadewi (1801411007)
Dosen Pembimbing:
Drs. Ir. Andi Indianto, MT
(NIP. 19610928 198703 1 002)
Anis Rosyidah, S,Pd., S.ST., M.T.
(NIP. 19730318 199802 2 004)
Erlina Yanuarini, S.T., M.T., M.Sc.
(NIP. 19890104 201903 2 013)
Disetujui oleh :
Dosen Pembimbing 3,
1
KATA PENGANTAR
1. Allah SWT yang telah memberi rahmat dan ridho-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan laporan ini,
2. Orang tua kami atas dukungan moril, spiritual, dan material.
3. Drs. Ir. Andi Indianto, M.T., Anis Rosyidah, S.Pd., S.S.T., M.T., Erlina
Yanuarini, S.T., M.Sc. selaku pembimbing Kerja Proyek Perencanaan 2
(Jembatan) yang telah memberi arahan dan materinya.
4. Rekan kelompok yang telah bekerja sama dengan baik.
Kami menyadari dalam penulisan laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran agar
penyusunan laporan selanjutnya menjadi lebih baik lagi.
Penulis
2
BAB IV
PERENCANAAN LANTAI JEMBATAN
Tebal lantai mengacu pada RSNI : t ≥ 200 mm dan t ≥ (100 + 40 x 1,6) = 164 mm,
tebal lantai digunakan 250 mm.
▪ Tebal lantai jembatan = 0,25 meter
▪ Tebal lapisan aspal + overlay = 0,07 meter
▪ Jarak antar stringer = 1,6 meter
▪ Jarak antar crossbeam = 5 meter
▪ Jumlah lajur, arah = 2 arah, 2 jalur (@3,5 meter)
▪ Lebar trotoar = 1 meter
▪ Tebal trotoar = 0,25 meter
▪ Lebar total jembatan = 9 meter
▪ Panjang bentang jembatan = 50 meter
3
4.1.2. Acuan
▪ SE Menteri PUPR, No. 07/SE/M/2015, “Persyaratan umum
perencanaan jembatan”
▪ RSNI T-12-2004, “Perencanaan struktur beton untuk jembatan”
▪ Pd T-12-2005-B, “Perencanaan Lantai Jembatan Rangka Baja dengan
Menggunakan Corrugated Steel Plate (CSP)
▪ RSNI T-02-2005, “Pembebanan untuk jembatan”
4.1.3. Material
Beton untuk lantai jembatan : fc’= 35 MPa
Baja CSP (JIS G3101) : Fy = 245 MPa
Fu = 400 – 510 MPa.
Baja tulangan polos SR24 ( JIS G 3112) : Fy = 235 MPa
Fu = 382 - 520 MPa
Baja tulangan deformed SD40 ( JIS G 3112) : Fy = 390 – 510 MPa
Fu = 560 MPa
Berat isi bahan : (RSNI T-02-2005, halaman 11)
▪ Berat beton bertulang = 25 kN/𝑚3
▪ Berat beton tidak bertulang = 24 kN/𝑚3
▪ Berat aspal = 22 kN/𝑚3
▪ Berat baja = 78,5 kN/𝑚3
Dimensi Floordeck (CSP)
4
Gambar 4. 3 CSP Bridge Deck dan Tabel Ukuran nya
1600
5
Gambar 4. 5 Posisi roda kendaraan dari arah samping jembatan
4.1.5. Pembebanan
Beban yang di kerjakan pada struktur lantai jembatan adalah :
a. Beban roda truk sebesar 11,25 ton, dengan faktor kejut 1,3, bekerja pada
luas bidang lantai jembatan seluas (0,2 x 0,5 ) 𝑚2 (RSNI T-02-2005,
halaman 22 dan halaman 25).
b. Lapisan aspal setebal 7 cm.
c. Berat sendiri lantai jembatan setebal 20,1 cm.
d. Berat trotoar setebal 25 cm
Perhitungan Pembebanan
a. Berat sendiri pelat lantai (DL) = BI beton bertulang x t pelat x b
= 2,5 t/𝑚3 x 0,201 m x 0,602 m
= 0,3025 t/m
b. Beban mati tambahan (SDL)
- Aspal = BI aspal x t aspal x b = 2,2 t/𝑚3 x 0,07 m x 0,602 m
= 0,0927 t/m
- Trotoar= BI beton x t trotoar x b = 2,4 t/𝑚3 x 0,25 m x 0,602 m
= 0,3612 t/m
6
Gambar 4. 6 Beban Trotoar pada Lantai Jembatan
7
4.1.6. Analisa Struktur
a. Model Struktur
b. Material Beton
c. Material CSP
8
d. Material Tulangan Bagi
e. Penampang elemen
9
Gambar 4. 16 Data Reinforcement Lantai Jembatan
10
f. Kombinasi Beban
11
g. Output SDL
h. Output LL
i. Output Momen
12
4.1.7. Penulangan
a. Luas tulangan yang diperlukan
Rasio tul. max (max) untuk beton 35 MPa dan tulangan fy 400MPa
=0,0271
Luas tulangan max. = 0,0271 x 60,2 x 20,1 = 32,79 𝑐𝑚2
Luas tulangan perlu untuk tumpuan = 19,232 𝑐𝑚2 > 2,78 𝑐𝑚2 dan <
32,79 𝑐𝑚2
Luas tulangan perlu untuk lapangan = 16,014 𝑐𝑚2 > 2,78 𝑐𝑚2 dan <
32,79 𝑐𝑚2
13
c. Tulangan lapangan bawah
Kebutuhan tulangan lapangan dicukupi oleh pelat CSP dengan AS =
29,81 cm2
AS yang ada = 29,81 cm2 > AS perlu = 16,014 cm2 (OK)
14
4.1.8. Kontrol terhadap Geser PONDS
Beban roda kendaraan (T) = 11,25 ton = 11250 kg
Faktor kejut (K )= 1,3
Faktor beban hidup ( ) = 1,8
Faktor reduksi kekuatan untuk geser ( ) = 0,7
Luas bidang kontak roda kendaraan = 20 cm x 50 cm.
Jarak cgs ke sisi beton yang tertekan (d) = 20,1 cm
Syarat :
15
4.1.9. Gambar Penulangan Plat Lantai Jembatan Rangka Baja
16
▪ Tebal lantai jembatan = 0,25 meter
▪ Tebal lapisan aspal + overlay = 0,07 meter
▪ Jarak antar stringer = 1,6 meter
▪ Jarak antar crossbeam = 5,2 meter
▪ Jumlah lajur, arah = 2 arah, 2 jalur (@3,5 meter)
▪ Lebar trotoar = 1 meter
▪ Tebal trotoar = 0,25 meter
▪ Lebar total jembatan = 9 meter
▪ Panjang bentang jembatan = 50 meter
4.2.2. Acuan
▪ SE Menteri PUPR, No. 07/SE/M/2015, “Persyaratan umum
perencanaan jembatan”
▪ RSNI T-12-2004, “Perencanaan struktur beton untuk jembatan”
▪ Pd T-12-2005-B, “Perencanaan Lantai Jembatan Rangka Baja dengan
Menggunakan Corrugated Steel Plate (CSP)
▪ RSNI T-02-2005, “Pembebanan untuk jembatan”
4.2.3. Material
Beton untuk lantai jembatan : fc’= 35 MPa
Baja CSP (JIS G3101) : Fy = 245 MPa
Fu = 400 – 510 MPa.
Baja tulangan polos SR24 ( JIS G 3112) : Fy = 235 MPa
Fu = 382 - 520 MPa
Baja tulangan deformed SD40 ( JIS G 3112) : Fy = 390 – 510 MPa
Fu = 560 MPa
Berat isi bahan : (RSNI T-02-2005, halaman 11)
▪ Berat beton bertulang = 25 kN/𝑚3
▪ Berat beton tidak bertulang = 24 kN/𝑚3
▪ Berat aspal = 22 kN/𝑚3
▪ Berat baja = 78,5 kN/𝑚3
17
Dimensi Floordeck (CSP)
18
1600
4.2.5. Pembebanan
Beban yang di kerjakan pada struktur lantai jembatan adalah :
a. Beban roda truk sebesar 11,25 ton, dengan faktor kejut 1,3, bekerja pada
luas bidang lantai jembatan seluas (0,2 x 0,5 ) 𝑚2 (RSNI T-02-2005,
halaman 22 dan halaman 25).
19
b. Lapisan aspal setebal 7 cm.
c. Berat sendiri lantai jembatan setebal 20,1 cm.
d. Berat trotoar setebal 25 cm
Perhitungan Pembebanan
a. Berat sendiri pelat lantai (DL) = BI beton bertulang x t pelat x b
= 2,5 t/𝑚3 x 0,201 m x 0,602 m
= 0,3025 t/m
20
Gambar 4. 41 Beban 1 Truk pada Lantai Jembatan
b. Material Beton
21
c. Material CSP
22
e. Penampang elemen
23
Gambar 4. 49 Extrude View XZ Lantai Jembatan
f. Kombinasi Beban
24
g. Output SDL
h. Output LL
i. Output Momen
25
4.2.7. Penulangan
a. Luas tulangan yang diperlukan
Rasio tul. max (max) untuk beton 35 MPa dan tulangan fy 400MPa
= 0,0271
Luas tulangan max. = 0,0271 x 60,2 x 20,1 = 32,79 𝑐𝑚2
26
c. Tulangan lapangan bawah
Kebutuhan tulangan lapangan dicukupi oleh pelat CSP dengan
AS = 29,81 cm2
AS yang ada = 29,81 cm2 > AS perlu = 16,014 cm2 (OK)
27
4.2.8. Kontrol terhadap Geser PONDS
Beban roda kendaraan (T) = 11,25 ton = 11250 kg
Faktor kejut (K )= 1,3
Faktor beban hidup ( ) = 1,8
Faktor reduksi kekuatan untuk geser ( ) = 0,7
Luas bidang kontak roda kendaraan = 20 cm x 50 cm.
Jarak cgs ke sisi beton yang tertekan (d) = 20,1 cm
Syarat :
28
BAB V
PERENCANAAN JEMBATAN BAJA KOMPOSIT
29
Tabel 5. 1 Tabel Mechanical Properties JISG 3101
E = 200.000 mPa
▪ Fy = 245 MPa
▪ H = 1000 mm
▪ B = 400 mm
▪ tw = 22 mm
▪ tf = 40 mm
▪ A = 525,2 cm2
Gambar 5. 3
▪ Ix = 886000 cm4 Dimensi
Penampang
▪ Iy = 42800 cm4 Girder Baja
▪ Zx =17700 cm3
30
5.1.4. Data Material Diafragma
Material Diafragma IWF 600 x 200 x 11 x 17
▪ Fy = 245 MPa
▪ H = 600 mm
▪ B = 200 mm
▪ tw = 11 mm
▪ tf = 17 mm
▪ A = 134,4 cm2
Gambar 5. 4
▪ Ix = 77600 cm4 Dimensi
Penampang
▪ Iy = 2280 cm4 Diafragma
▪ Zx =2590 cm3
31
5.3. Analisa Struktur
5.3.1. Pembebanan Struktur Penampang Stringer Kondisi Awal ( Saat
Pengecoran Lantai)
2. Beban Mati (DL)
Berat sendiri girder = 0,412 t/m
Lantai beton bertulang = Tebal pelat x Jarak antar girder x BJ beton
bertulang
= 0,25 m x 1,6 m x 2,4 t/m³
= 0, 96 t/m
QDL total = 0,412 t/m + 0, 96 t/m = 1,372 t/m
Diafragma (PDL) = Berat diafragma x Jarak antar girder
= 0,106 t/m x 1,6 m
= 0,170 t
3. Beban Hidup (LL)
Pekerja dan Alat ( QLL ) = 0,1 x Jarak antar Girder
= 0,1 t/m² x 1,6 m
= 0,16 t/m
5.3.2. Pembebanan Struktur Penampang Girder Kondisi Akhir ( Saat
Beban Hidup Lalu Lintas Bekerja)
1. Beban Mati (DL)
Berat sendiri girder = 0,412 t/m
Lantai beton bertulang = Tebal pelat x Jarak antar girder x BJ beton
bertulang
= 0,25 m x 1,6 m x 2,4 t/m³
= 0, 96 t/m
QDL total = 0,412 t/m + 0, 96 t/m = 1,372 t/m
Diafragma (PDL) = Berat diafragma x Jarak antar girder
= 0,106 t/m x 1,6 m
= 0,170 t
2. Beban Mati Tambahan (SDL)
Lapis aus = Tebal aspal x Jarak antar girder x BJ aspal
= 0,07 m x 1,6 m x 2,2 t/m³ = 0, 2464 t/m
32
3. Beban Hidup ( LL )
Beban Terbagi Rata (QLL) = Beban Q x Jarak antar Girder
= 0,9 t/m² x 1,6 m
= 1,44 t/m
Garis Terpusat (PLL) = Beban P x Jarak antar Girder x
Faktor Kejut
= 0,9 t/m² x 1,6 m x 1,4
= 10,976 t
4. Beban Rem
Beban rem total dari grafik = 7,138 t/lajur
Jumlah girder/lajur = 3 lajur
7,138
Beban rem per girder = = 2,379 t
3
33
Cek Lendutan
5 x (Q DL + Q LL ) x L4 PDL x L3
δ= +
384 x E x I 48 x E x I
5 x (1,372 t/m + 0,16 t/m) x 264 0,17 t x 263
δ= +
384 x 20000000 x 0,00886 48 x 20000000 x 0,00886
δ = 0,05144311 + 0,000350462
δ = 0,05179357 m = 5,179 cm
1
δ = 5,179 cm < x 2600
300
δ = 5,179 cm < 8,67 m (OK)
b. Kontrol Flens
bf 400
= =5
2 x tf 2 x 40
170 170
f = = = 10,86
√fy √245
bf
< f → 6,25 < 10,861 (FLENS KOMPAK)
2xf
34
5.3.6. Garis Netral
▪ Rasio Modulus
Ebaja 200000
n= = = 7,19
Ebeton 4700√35
▪ Luas Transformasi Beton
b efektif x tebal
=
7,19
160 cm x 25 cm
=
7,19
= 556,11 cm2
▪ Tinggi Garis Netral (y’)
∑(Ai x Yy)
=
∑ Ai
= 82,14 cm
35
1 1
Mu = ( x 1,618 t/m x 262 ) + ( x 1,44 t/m x 262 )
8 8
1 1
+ ( x 0,170 t x 26 ) + ( x 10,976 t x 26 )
4 4
Mu = 136,755 + 121,68 + 1,102 + 71,344
Mu = 330,8812 tm = 33088120 kgcm
M x ya 33088120 kgcm x 42,86
ft = = = 719,795 kg⁄cm2
Ix 1970069,445
719,795 kg⁄cm2 < 1633 kg⁄cm2 (OK)
M x ya 33088120 kgcm x 82,14
ft = = = 1379,631 kg⁄cm2
Ix 1970069,445
1379,631 kg⁄cm2 < 1633 kg⁄cm2 (OK)
Cek Lendutan
5 x Q LL x L4 PLL x L3
δ= +
384 x E x I 48 x E x I
5 x 1,44 t/m x 264
δ=
384 x 20000000 t/m x 0,0197 m4
10,976 t x 263
+
48 x 20000000 t/m x 0,0197 m4
δ = 0,02175 + 0,01020
δ = 0,03195 m = 3,195 cm
1
δ = 3,195 cm < x 2600
800
δ = 3,195cm < 3,25 m (OK)
1 2 1
Asc = πD = π x 22 = 3,14
4 4
36
Q n = 0,5 x Asc x √fc x ESC x 10
Q n minimum = 11623,8928 kg
3. Gaya Geser Maksimum
Fsc = 0,85 x fc’ x A lantai
= 0,85 x 350 kg/cm2 x 25 cm x 160 cm
=1190000 kg
Fsc = A profil x Fy profil
= 525,2 cm2 x 2450 kg/cm2
= 1286740 kg
Fsc maksimal = 1286740 kg
4. Desain Shear Connector
▪ Jumlah penghubung geser untuk setengah bentang
Fsc 1286740 kg
nsc = = = 130,23 ≈ 131 buah
θQn 0,85 x 11623,8928 kg
Jadi jumlah shear connector sebanyak 262 buah seluruh bentang, kiri
131 buah dan kanan 131 buah
37
5.3.9. Pengaku Lateral
Jarak antar pengaku lateral ( Lp )
Iyprofil Eprofil
Lp = 1,76 √ √
Aprofil fyprofil
42800 200000 x 10
Lp = 1,76 √ √ = 453,95 cm
525,2 245 x 10
5.3.10. Elastomer
Lendutan kondisi akhir = 5,34 cm
R = 0,00396 rad
PDL = QDL x L
= 1,932 t/m x 25 m
= 48,3 t
PSDL = QSDL x L
= 0,352 t/m x 25 m
= 8,8 t
PLL = QLL x L
= 0,18 t/m x 25 m
= 4,5 t
V = PDL + PSDL + PLL
= 48,3 t + 8,8 t + 4,5 t
= 61,6 t
= 61,6 t x 9,81 = 604,296 KN = 0,604 MN
Nilai SF = 2
Sehingga gaya vertikal untuk menentukan elastomer :
V = 0,604 x 2 = 1,208 MN
38
Gambar 6. 1 Dimensi Elastomer
Gambar 6. 2 Elastomer
39
BAB VI
PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA
40
6.2. Data Perencanaan
• Panjang jembatan : 50 meter
• Lebar lantai jembatan : 9 meter
• Lebar trotoar : 2 x 1 meter
• Tinggi rangka bagian tepi : 5,6 meter
• Tinggi rangka bagian tengah : 5,6 meter
• Jarak antar stringer : 1,6 meter
• Jarak antar crossbeam : 5 meter
6.3. Acuan
• SE Menteri PUPR, No. 07/SE/M/2015, “Persyaratan umum
perencanaan jembatan”
• SE Menteri PUPR, No. 14/SE/M/2015,” PEDOMAN PEMASANGAN
BAUT JEMBATAN”
• RSNI T-02-2005, “Pembebanan untuk jembatan”
• RSNI T-03-2005, “Perencanaan struktur baja untuk jembatan”
• SNI 2833:2008, ‘Standar perencanaan ketahanan gempa untuk
jembatan”
• BMS7-C2, “Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan Bagian 2 Beban
Jembatan “
a. Tinjauan Luas bidang kontak roda kendaraan
Luas bidang kontak roda kendaraan dibuat 25 x 75 cm (SNI 1725:2016,
halaman 41), dengan beban T yang sama seperti pada RSNI T-02-2005,
sehingga jika perhitungan lantai jembatan mengacu pada SNI
1725:2016, maka tebal lantai jembatan akan lebih tipis bila dibanding
dengan menghitung berdasarkan RSNI T-02-2005. Ini berbahaya,
karena lantai jembatan yang dihitung dengan acuan RSNI T-02-2005
masih sering gagal ( mengalami kerusakan), apalagi jika dibuat lebih
tipis, maka akan lebih berbahaya. Untuk itu dalam menghitung lantai
jembatan narasumber menganjurkan menggunakan RSNI T-02-2005.
41
b. Tinjauan beban angin
Pada SNI 1725:2016, Tinjauan beban angin diperuntukkan jika posisi
struktur ada diatas permukaan tanah atau permukaan air diatas 10m
(SNI 1725:2016, halaman 55). Disisi lain jembatan yang dihitung ini
berada diatas permukaan air setinggi 1,5 meter pada tepi dan 1,69 meter
di tengah bentang. Jika mengacu SNI 1725:2016, maka jembatan ini
gaya tekanan anginnya tidak diperhitungkan, dan ini berbahaya jika ada
angin kencang. Untuk itu narasumber menganjurkan menggunakan
RSNI T-02-2005, agar gaya angin tetap diperhitungkan.
42
6.4. Material
Baja Struktur (JIS G3106) (SM490YA) : Fy : 265MPa
Fu : 490 – 610 MPa.
6.5. Pembebanan
6.5.1. Beban Lalu Lintas
15
a. Beban terbagi rata (BTR) : 9,0 [0,5 + ] 𝑘𝑃𝑎 = 7,2 𝑘𝑃𝑎
50
= 0,73 𝑡/𝑚2,
bekerja pada seluas lantai kendaraan. (RSNI T-02-2005, halaman 18).
Beban yang bekerja di lantai akan diterima oleh stringer. Sehingga
beban yang bekerja di strainger sebagai berikut:
- Strainger Tengah = 0,73 x 1,600 = 1,168 t/m
- Strainger Tepi = 0,73 x 0,300 = 0,219 t/m
43
7,2
50
b. Beban garis terpusat (BGT) = 49,0 kN/m= 4,99 t/m, bekerja selebar
lantai jembatan, dan bekerja dari awal bentang hingga akhir bentang.
(RSNI T-02-2005, halaman 18).
Gambar 6. 8 Beban Terbagi Rata dan Beban Garis pada Lajur Lalu Lintas
44
Gambar 6. 9 Grafik Faktor Beban Dinamis (FBD)
d. Beban lalu lintas pada trotoar =3,8 kPa = 0,39 t/m2 (RSNI T-02-2005,
halaman 27). Beban ini akan bekerja diatas strainger tepi sebesar :
0,39 x 1 = 0,39 t/m.
3,8
50
45
120
46
b. Beban Angin Dengan Kendaraan
Beban angin / nodal pada rangka = 0,5 *(5,35/18) = 0,1485 ton / nodal
tengah dan 0,07425 ton / nodal tepi. Yang bekerja hanya pada rangka
kiri . dan angin yang bekerja pada kendaraan sepanjang jembatan,
yang ditransfer ke lantai jembatan sebesar TEW = 0,0012 Cw 𝑉𝑤 2 [
kN/m ] ( BMS7- C2 halaman 2-44), dengan Cw = 1,2.
TEW = 0,0012 x 1,2 x 302 = 1,296 kN/m = 0,132 ton/m, gaya ini
bekerja di lantai, lantai diterima oleh strainger, strainger di terima oleh
cross girder. Sehingga angin pada kendaraan yang bekerja di cross
girder = 0,132 x 5 = 0,66 ton.
Strainger
5m
47
b. Material
c. Frame Section
48
d. Pembebanan
Beban Roda kendaraan (TLL) = 112,5 x 1,3 = 146,25 kN
Beban terbagi rata (qLL) = 9 x 1,600 = 14,4 kN/m
Beban garis terpusat (PLL) = 49 x 1,4 x 1,600= 109,76 kN
Berat sendiri lantai (qDL) = 0,201 x 1,600 x 25 =8,04 kN/m
Berat lapisan aspal (qSDL) = 0,07 x 1,600 x 22 = 2,464 kN/m
e. Gaya Dalam
49
f. Cek Kapasitas Penampang
50
g. Cek Lendutan akibat beban Roda Truk
Cross Beam
51
9m
b. Material
c. Frame Section
52
d. Pembebanan
Beban Roda kendaraan (TLL) = 112,5 x 1,3 = 146,25 kN
Beban terbagi rata (qLL) = 9 x 5 = 45 kN/m
Beban pejalan kaki (qLL) = 5 x 5 = 25 kN/m
Beban garis terpusat (PLL) = 49 x 1,4 = 68,6 kN/m
Berat sendiri lantai (qDL) = 0,201 x 5 x 25 =25,125 kN/m
Berat lapisan aspal (qSDL) = 0,07 x 5 x 22 = 7,7kN/m
Berat trotoar (qSDL) = 0,25 x 5 x 24 = 30 kN/m
Gambar 6. 29 Beban Akibat Berat Sendiri Lantai Jembatan pada Cross Beam
Gambar 6. 30 Beban Akibat Lapisan Aspal Dan Trotoar pada Cross Beam
Gambar 6. 31 Beban Terbagi Rata Dan Pejalan Kaki pada Cross Beam
e. Gaya Dalam
53
Gambar 6. 34 Diagram Momen dan Geser pada Cross Beam
54
Gambar 6. 35 Data Rasio Tegangan Penampang Cross Beam
55
g. Cek Lendutan akibat beban Roda Truk
Gambar 6. 37 Hasil Lendutan akibat Beban Roda Truk pada Cross Beam
56
b. Material
c. Frame Section
57
Gambar 6. 41 Properties Penampang Batang Bawah di Software SAP 2000
58
Gambar 6. 43 Properties Penampang Batang Ikatan Angin Tepi di Software SAP
2000
59
Gambar 6. 45 Properties Penampang Batang Cross Beam di Software SAP
2000
60
Gambar 6. 47 Properties Penampang Batang Lateral Tengah di Software SAP
2000
61
Gambar 6. 49 Properties Penampang Batang Diagonal Tepi di Software SAP
2000
62
Gambar 6. 51 Properties Penampang Batang Skor di Software SAP 2000
d. Beban Mati
1. Beban Mati pada strainger tepi (qDL)
- lantai jembatan = 0,201 x 1,3 x 2,5 = 0,653 t/m
2. Beban mati pada strainger tengah (qDL)
- lantai jembatan = 0,201 x 1,6 x 2,5 = 0,804 t/m
3. Beban mati tambahan pada strainger tepi (q SDL)
- trotoar dan aspal = (0,25 x 1 x 2,4) + (0,07 x 0,3 x 2,2 ) = 0,646 t/m
4. beban mati tambahan pada strainger tengah (q SDL)
- lapisan aspal = 0,07 x 1,6 x 2,2 = 0,246 t/m
e. Beban Hidup Lalu Lintas
1. qLL pada strainger tepi = 0,219 t/m + 0,39 t/m = 0,609 t/m
2. qLL pada strainger tengah = 1,168 t/m
3. q h pada strainger = 0,049 t/m
4. PLL pada cross girder = 6,986 t/m
f. Beban Angin (Tw)
1. Tw tanpa kendaraan (TWt)
- pada nodal tepi kiri dan kanan = 0,1485 ton
- pada nodal tengah kiri dan kanan = 0,297 ton
2. Tw dengan kendaraan (TWk) - pada nodal tepi kiri = 0,07425 ton
- pada nodal tengah kiri = 0,1485 ton
- pada cross girder = 0,66 ton
63
Gambar 6. 52 Beban Mati Lantai Jembatan pada Rangka
64
Gambar 6. 55 Beban Angin dengan Kendaraan pada Rangka
g. Gaya Dalam
65
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Diagonal Tepi
66
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Diagonal Tengah
67
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Bawah
68
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Atas
69
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Vertikal
70
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Lateral Tepi
71
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Lateral Tengah
72
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Ikatan Angin Tepi
73
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Ikatan Angin Tengah
74
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Cross Girder
75
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Stringer
76
Kontrol Kapasitas Penampang Batang Skor
77
i. Cek Lendutan
78
20 St IWF 450 200 14 9 5000
21 CB IWF 1000 350 32 19 9400
22 Lt 1 = Lt 9 IWF 200 150 9 6 9400
23 Lt 2 - Lt 8 IWF 250 125 9 6 9400
24 Brc1 = Brc16 Siku 100 100 13 13 6862
24 Brc2 = Brc15 Siku 100 100 13 13 6862
25 Brc3 = Brc14 Siku 100 100 13 13 6862
26 Brc4 = Brc13 Siku 100 100 13 13 6862
27 Brc5 = Brc12 Siku 100 100 13 13 6862
28 Brc6 = Brc11 Siku 100 100 13 13 6862
29 Brc7 = Brc10 Siku 250 250 25 25 6862
30 Brc8 = Brc9 Siku 250 250 25 25 6862
Baut yang digunakan menggunakan baut mutu tinggi dengan sfesifikasi seperti
tabel dibawah
79
6.8.2. Sambungan pada Rangka
Sambungan pada rangka batang didasarkan kepada gaya Tarik atau gaya
tekan yang terjadi pada elemen. Besarnya gaya pada elemen didasarkan pada beban
terbagi rata dan beban garis terpusak yang dibebankan pada daerah sambungan
yang ditinjau, ditambah dengan pengaruh angin yang bekerja pada rangka dan
kendaraan.
80
Gambar 6. 60 Beban Angin
81
Perhitungan baut pada batang d1
Direncanakan menggunakan baut mutu tinggi diameter 24 mm, dengan kekuatan
penahan geser ijin sebesar 6,78 ton per baut dengan satu bidang geser.
Gaya pada batang d1 sebesar 406,869 ton
Jumlah baut yang diperlukan = 406,869 / 6,78 = 40 buah
40 baut akan disambungkan ke dua buah pelat simpul kiri dan kanan. Satu pelat
simpul harus terpasang baut genap, sehingga jumlah baut per pelat simpul = 20
buah.
82
Tabel 5. 3 Sambungan Baut Pada Rangka
83
Momen pada portal.
84
6.8.5. Elastomer
Acuan : SNI 3967:2008, Spesifikasi bantalan elastomer tipe polos dan tipe
berlapis untuk perletakan jembatan.
Bentuk Elastomer : SNI 3967:2008, halaman 14.
Pembebanan
85
Gambar 6. 65 Beban Garis Terpusat di Tengah Bentang
86
Berdasarkan kapasitas elastomer diatas, maka elastomer yang digunakan
adalah :
Panjang : 350 mm
Lebar :450 mm
Tebal : 171 mm
Tebal Karet : 99 mm
Jumlah Lapis : 9
(171−99)
Tebal Pelat : = 8 mm
9
87
BAB VII
PERENCANAAN TIANG PANCANG DAN PIER HEAD
JEMBATAN
7.1. Data Teknis dan Material Tiang Pancang beserta Pier Head
88
7.1.1. Data Dimensi
89
7.2. Bentuk Struktur
7.2.1. Material
90
Gambar 7. 5 Material Beton fc' 35 MPa
91
Gambar 7. 7 Tulangan Longitudinal
92
Gambar 7. 9 Dimensi Pier Head 2 Arah X
93
Tiang Pancang
94
Rumus :
qc B + 0,30 2
qa = ( ) (kg/m2 )
30 B
qa = 120 qa (kN/m3 )
Ksv = 120 x qa
Kh = 2 x Ksv x ∆h
7.4. Pembebanan
Beban – beban yang diterima berasal dari beban jembatan rangka dan beban
jembatan komposit yang disalurkan dengan program SAP 2000.
95
Gambar 7. 15 Kombinasi WT
LL = 85,851 ton
R = 8,312 ton
96
Gambar 7. 17 Joint Reaction Super Dead Load
LL = 24,208 ton
R = 2,379 ton
97
7.4.4. Beban Gempa
Lokasi Jembatan = Tangerang → Zona 3
A = 0,4
R =2
S = 1,2
C = 0,96
I =1
98
Gambar 7. 22 Output SAP2000 Waktu Getar
7.5. Penulangan
7.5.1. Penulangan Pile Cap Arah Melintang
99
Gambar 7. 25 Luas Tulangan Longitudinal yang diperlukan balok
100
Gambar 7. 28 Nilai - nilai ρ min teoritis
101
d. Tulangan Tumpuan Atas Pile Cap 63,7/164
Kebutuhan tulangan tumpuan (As) = 6,96 cm2
Digunakan tulangan D19, dengan As = 2,835 cm2
As
Jumlah tulangan yang diperlukan = As tulangan
6,96
= 2,835 = 2,455 ~ 3 buah
102
7.5.2. Penulangan Pile Cap Arah Memanjang
Tulangan Utama
Luas tulangan yang diperlukan (As perlu) = 7,749 cm2
Luas tulangan minimum (As min) = 21,938 cm2
Digunakan Tulangan D19, dengan As = 2,835 cm2
𝐴𝑠 𝑚𝑖𝑛
Jumlah Tulangan = 𝐴𝑠 𝑡𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
21,938
= 2,835
= 7,738 ~ 8 𝑏𝑢𝑎ℎ
103
7.5.3. Penulangan Pondasi Tiang Pancang
a. Penulangan Pondasi
104
Jumlah tulangan (n) = 61,357/2,835 = 21,641 ~ 22 tulangan
Jarak antar tulangan (PKP) = 150,8 /22 = 6,85 cm
Jarak bersih tulangan (sps) 6,85 – 1,9 = 4,95 cm > 2,5 dan > 1,9 x1,5
= 2,85 cm (OK)
105
7.6. Daya Dukung Pondasi
Sebagai akibat dari beban gempa pada struktur atas yang diterima oleh pilar,
maka pondasi akan tertekan maksimum sebesar 253,64 ton = 253640 kg.
106
BAB VIII
PERENCANAAN ABUTMENT JEMBATAN
107
Gambar 8. 2 Perspektif Model Abutment di Software SAP 2000
108
8.3. Acuan
• SE Menteri PUPR, No. 07/SE/M/2015, “Persyaratan umum
perencanaan jembatan”
• RSNI T-02-2005, “Pembebanan untuk jembatan”
• SNI 2833:2008, ‘Standar perencanaan ketahanan gempa untuk
jembatan”
• RSNI T-12-2004, “Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan”
• NSPM 23/BM/2011, “Perencanaan Pondasi Untuk Jembatan”
• BMS 6-M3, “Selection and design of superstructure, substructure and
foundations”
8.4. Material
Beton fc’30 MPa : Modulus elastisitas : 25743 MPa
Fu : 560 mPa
Fu : 560 mPa
109
Fye : 510 mPa
110
Gambar 8. 5 Isometri Kepala Jembatan
8.7. Koefisien tekanan tanah oleh gaya gempa pada kepala jembatan
(KEA)
Berdasarkan SNI 2833 – 2008 Standar pembebanan gempa untuk Jembatan,
lokasi jembatan diatas masuk wilayah 3 dengan PGA atau A = 0,4 Untuk kepala
Jembatan, R = 0,8 ( SNI 2833:2008, halaman 6). Berdasarkan hasil uji sondir
kedalaman tanah keras berada 13 m dibawah permukaan tanah.
111
Gambar 8. 6 Akselerasi PGA
Berdasarkan RSNI T-02-2005, halaman 42, jika kedalaman tanah keras antara 3
sampai 25 m dibawah permukaan tanah, maka tanah tersebut termasuk jenis tanah
sedang.
Berdasarkan SNI 2833:2008 halaman 8, untuk jenis tanah sedang, nilai S = 1,2
112
Gambar 8. 7 Data Tanah Hasil Sondir
113
Dari gambar desain kepala jembatan didapatkan
δE = 0ᴼ
α = 0ᴼ
Ө=0
Tekanan tanah aktif saat terjadi gempa (PEA) = 𝛾. ℎ. 𝐾𝐸𝐴 − 2𝐶√𝐾𝐸𝐴 + 𝑞 . 𝐾𝐸𝐴
( SNI 2833:2008, “Standar perencanaan ketahanan gempa untuk jembatan”, hal. 26)
Koefisien tekanan tanah aktif di belakang kepala jembatan ( KEA) (SNI 2833:2008,
hal 26
𝐾𝐸𝐴
𝑐𝑜𝑠 2 ( − Ө0 − Ө)
=
𝑠𝑖𝑛( + δ𝐸 ). 𝑠𝑖𝑛( − α − Ө0 )
𝑐𝑜𝑠 Ө0 . 𝑐𝑜𝑠 2 Ө. cos (Ө0 + Ө + δ𝐸 ). [1 − √ ]
𝑐𝑜𝑠(Ө0 + Ө + δ𝐸 ). 𝑐𝑜𝑠( − α)
𝐾𝐸𝐴
𝑐𝑜𝑠 2 (45 − 25,192 − 0)
=
𝑠𝑖𝑛(45 + 0). 𝑠𝑖𝑛(45 − 0 − 25,192)
𝑐𝑜𝑠 25,192 . 𝑐𝑜𝑠 2 0. cos (25,192 + 0 + 0). [1 − √ ]
𝑐𝑜𝑠(25,192 + 0 + 0). 𝑐𝑜𝑠(0 − 0)
𝐾𝐸𝐴 = 1,987
114
DL = 17,921 ton ( hasil analisa beban mati struktur atas)
PE𝛼1 = ( 𝛾 . ℎ . 𝐾𝐸𝐴 ) 𝑏 ( tekanan tanah aktif akibat gempa)
= (1,9 x 3,016 x 1,987) x 1,8 = 19,154 t/m
PE𝛼2 = ( 𝑞 . 𝐾𝐸𝐴 ) 𝑏 ( tekanan tanah akibat oprit saat terjadi gempa)
= (0,48 x 1,987 ) x 1,9 = 1,716 t/m
PE𝛼3 = ( 𝑞 . 𝐾𝐸𝐴 ) 𝑏 ( tekanan tanah akibat aspal saat terjadi gempa)
= (0,154 x 1,987 ) x 1,8 = 0,551 t/m
115
R = 2,379 ton
Gambar 7. 31 Permodelan Struktur Kepala Jembatan dan Pondasi di Software SAP 2000
116
LL PH
Pa1 Pa2
Pa3 Pa4
117
R
118
EL PEA1
PEA2 PEA3
d. Input Material
Material Beton
119
Material Tulangan
e. Input Penampang
120
121
f. Kombinasi Pembebanan
Saat tidak terjadi gempa
122
Saat terjadi gempa
Gaya lintang
123
Gaya Normal
Gaya lintang
124
Gaya Normal
125
As min = 0.0021 x 180 x 30 = 11,34 cm2
As perlu = 40,001 cm2 > As min , tulangan yang dipasang sebesar
40,001 cm2
Digunakan tulangan D19 , dengan as/tulangan = 2,835 cm2
Jumlah tulangan yang diperlukan = 40,001/2,835 = 14,13 tulangan
Jarak tulangan pusat ke pusat ( PKP) = 180/14,13 = 12,735 cm
Digunakan tulangan longitudinal ( Tullong) D19-100 mm < 127 mm.
Tulangan penahan geser
Ash = 1,352 cm2/cm = 135,2 cm2/m
Digunakan tulangan D13 , dengan as/tulangan = 1,327 cm2
Sengkang dipasang setiap jarak 30 cm, selebar 180 cm diperlukan 6
sengkang
Ash perlu = 1,327 x 6 = 7,964 cm2
Jumlah tulangan yang diperlukan = 135,2/7,964 = 16,976 tulangan
Jarak sengkang pusat ke pusat (PKP) = 100/16,976 = 5,89 cm
Digunakan sengkang dan tulangan bagi D10 – 50 mm < 58,9 mm
126
j. Penulangan Pear Head Kepala Jembatan
Penulangan arah melintang
127
Penulangan arah memanjang
128
Tulangangan Bagi:
As bagi = 0,25 x 46,53 = 11,63 cm2
Digunakan tulangan D10 , dengan As/tulangan = 0,785 cm2
Jumlah tulangan (n) = [{1/5} x 11,63]/0,785 = 2,96
Jarak antar tulangan (PKP) = 100/2,96 = 33,76 cm
Digunakan tulangan bagi D10-300 mm
129
Penulangan arah y ( arah melebar jembatan)
m. Penulangan Pondasi
130
Keliling dalam = x d = x 48 = 150,8 cm
Tulangan Longitudinal As perlu = 51,793 cm2
Digunakan tulangan D19 dengan As/tulangan = 2,835 cm2
Jumlah tulangan (n) = 51,793 /2,835 = 18,267 ~ 19 tulangan
Jarak antar tulangan (PKP) = 150,8 /19 = 7,9 cm
Jarak bersih tulangan (sps) 7,9 – 1,9 = 6 cm > 2,5 dan > 1,9 x1,5 =
2,85 cm (ok)
131
Jumlah sengkang (n) = 11,2 / 1,57 = 7,13
Jarak sengkang PKP = 100/7,13 = 14,02 cm
Digunakan tulangan pengikat pada bagian dibawah pile cap sepanjang
(0,25 x 5 =1,25 m) sebesar D10 – 100 mm
Digunakan tulangan pengikat pada bagian yang lain D10 – 200 mm
132
Daya dukung Tekan
Daya dukung izin tekan pondasi
= (As x qs)/5 + (Ab x qc)/3
= (245044 x 0,45)/5 + (2827 x 250)/3
= 257673 kg >1061460 kg (ok masuk dalam DD izin)
133
BAB IX
PENUTUP
9.1. Kesimpulan
Hasil perencanaan struktur jembatan yang terletak di Tangerang Banten
(Kelas A). Terdiri dari 3 bentang bentang 1 dan 2 jembatan struktur komposit
sepanjang 26 m dan bentang 3 jembatan rangka baja tertutup sepanjang 50 m.
Struktur bawah terdiri dari abutment dengan pondasi tiang pancang dan terdapat 2
pilar dengan pondasi tiang pancang. Berikut hasil analisis perencanaan yang dapat
disimpulkan :
A. Data Jembatan
Jembatan terdiri dari tiga bentang yaitu :
1. Jembatan Bentang Pertama dan Ketiga
▪ Klasifikasi Jembatan = Jembatan Baja Komposit
▪ Panjang Jembatan = 26 meter
▪ Lebar Jembatan = 9 meter
▪ Jumlah Lajur, Arah = 2 lajur, 2 arah (@3,5 meter)
2. Jembatan Bentang Kedua
▪ Klasifikasi Jembatan = Jembatan Rangka Baja
▪ Panjang Jembatan = 50 meter
▪ Lebar Jembatan = 9,4 meter
▪ Jumlah Lajur, Arah = 2 lajur, 2 arah (@3,5 meter)
134
2. Plat Lantai Jembatan Bentang Kedua
▪ Lantai bondek yang kami pakai untuk perencanaan Jembatan Rangka
adalah Bridge Deck PT Gunung Garuda
▪ Penulangan tumpuan menggunakan tulangan tumpuan D16-60,
tulangan lapangan D16-120, tulangan bagi dan susut tumpuan D10-100
dan tulangan bagi dan susut lapangan D10-200
135
Tulangan pengikat dinding = D10 - 300
Tulangan pile cap X = D19 - 150
Tulangan pile cap Y = D19 – 250
Tulangan pondasi pengikat = D10 – 200
▪ Pilar
Pilar jembatan merupakan jenis pilar pile cap (h = 6,9 meter diatas
permukaan tanah dengan mutu beton 30 MPa, dan tiang pancang setinggi
28 m sedalam 7 meter dibawah permukaan tanah) dengan beton mutu f’c 30
MPa. Pilar yang digunakan yaitu tiang pancang diameter 0,6 m dengan
pierhead sebagai tumpuan untuk struktur. Lalu, pilar menggunakan tulangan
D19, serta tulangan utama D19. Pondasi yang digunakan berupa tiang
pancang beton diameter 60 cm dengan kedalaman 7 meter.
9.2. Saran
Sebaiknya sebelum memasuki jembatan, jalan diberikan tanjakan/turunan.
Hal ini bertujuan untuk meredam tumbukan kendaraan di awal jembatan atau
menghindari jumping pada saat mobil lewat. Perbandingan panjang oprit
tergantung pada kecepatan rencana kendaraan yang memasuki jembatan.
Melakukan pemeliharaan rutin pada jembatan dan pergantian elastomer
secara berkala, agar jembatan dapat berfungsi dengan baik dan sesuai dengan umur
rencana. Tiang sandaran jembatan harus mampu menahan beban kendaraan jika
suatu saat terjadi kecelak
136