Anda di halaman 1dari 100

Diseminasi – Sosialisasi Keteknikan

Bidang PLP – Kementerian Pekerjaan Umum

Sesi TPA: Umum

Prof. Enri Damanhuri


FTSL ITB
Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 1
UU 18/2008 Pengelolaan Persampahan

Hierarhi 1: Pengurangan sampah (3R)


• Pembatasan timbulan sampah (= reduce)
• Pendauran ulang sampah (= reuse)
• Pemanfaatan kembali sampah (= recycle)

Hierarhi 2: Penanganan sampah.


• Pemilahan
• Pengumpulan
• Pengangkutan
• Pengolahan
• Pemrosesan akhir sampah

Enri Damanhuri - FTSL ITB 2


SAMPAH SUMBER BIOMAS DAN ENERSI
Tidak semua sampah harus diangkut ke TPA

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 3


Minimasi Sampah Diurug

Pemgomposan – TPA Rawa Kucing - Tangerang

Pakan ternak – TPA Tamangapa - Makassar

Enri Damanhuri - FTSL ITB 4


Minimasi sampah diurug
dan manfaatkan bahan-eneri dari TPA

Recycling

Good Sanitary landfill Operation

Biogas recovery

Land Reclamation
Landfill Mining (Kompos + Penutup)

Enri Damanhuri - FTSL ITB


Tempat pemrosesan akhir
UU-18/2008 Ps 1(8)

adalah tempat untuk memroses dan


mengembalikan sampah ke media
lingkungan secara aman bagi manusia
dan lingkungan.

Enri Damanhuri - FTSL ITB 6


PENGURUGAN DALAM PENANGANAN LIMBAH

MERUPAKAN FASILITAS STANDAR YANG SAAT INI SELALU


ADA DALAM PENANGANAN LIMBAH PADAT
ALASAN UTAMA: DAPAT MENERIMA LIMBAH KAPAN SAJA,
BERAPA SAJA DENGAN JENIS APA SAJA, BIAYA
OPERASINYA RELATIF MURAH

LANDFILLING BUKAN SOLUSI YANG IDEAL


TIDAK BISA DISEBUT SUATU PEMECAHAN YANG BAIK
LANDFILLING ADALAH UPAYA TERAKHIR
DI INDONESIA: DIKENAL SEBAGAI TPA
TPA = Tempat Pembuangan Akhir
UU 18/2008  TPA = Tempat Pemerosesan Akhir

Enri Damanhuri - FTSL ITB 7


LANDFILL DAN SANITARY LANDFILL

KONSEP SANITARY LANDFILL SAMPAH KOTA (awal)

Pengurugan (filling) sampah ke dalam tanah yang disiapkan


sebelumnya, dengan menyebarkan sampah secara merata,
kemudian dipadatkan, dan pada akhir hari operasi ditutup
dengan tanah penutup  Teknologi kucing BAB

Sasaran utamanya: agar penggunaan lahan lebih efektif,


menghidari terjadinya bau dan asap, serta mengurangi
masuknya air dari luar, sehingga leachate dapat dikurangi

Saat ini teknologi landfill sudah bergerser jauh, sehingga kadang


penamaan sanitary landfill tidak digunakan lagi

Enri Damanhuri - FTSL ITB 8


Landfill versi WB
(Lahl, 2011)

• Dump  identik dengan open dumping


versi Indonesia
• Controlled landfill  identik dengan
sanitary landfill versi awal
• Engineered landfill  lebih tinggi dari
controlled landfill di atas, memasukkan
aspek di luar penutupan timbunan
• Sanitary landfill  landfill ‘modern’
Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 9
ED-2011

Mengisi lembah tidak produktif

ED-2011

Menggali tanah
Enri Damanhuri - FTSL ITB 10
Perkembangan pengurugan (1)

ED-2011

Menggali
dan menimbun ke atas
ED-2011

Enri Damanhuri - FTSL ITB 11


Perkembangan pengurugan (2)

ED-2011

Menimbun sampah
dan Kombinasinya ED-2011

Enri Damanhuri - FTSL ITB 12


Landfilling di Jepang

Enri Damanhuri - FTSL ITB 13


KECENDRUNGAN TEKNOLOGI PENGURUGAN
Konsep awal sanitary landfill  isu kesehatan masyarakat:
bau, asap, estetika, pencemaran air
Sebelum 2000an  isu kesehatan dan lingkungan:
Pencemaran air tanah oleh leachate
Kebakaran, bau , dan asap
Longsor dan stabilitas timbunan
Estetika
Saat ini  Isu global: reduksi gas rumah kaca
– Pembatasan (pelarangan) materi organik yang akan di-urug:
• Pembatasan materi organik: konsep Mechanical-
Biological-Treatment (MBT) di negara-negara Uni Eropa
• Pelarangan materi organik: hanya abu yang boleh di-urig:
Japan  landfill terisolasi dengan atap
– Reduksi gas metan:
• Landfill semi-aerob atau aerob
• Oksidasi gas metan pada tanah penutup

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 14


Menuju sustainable landfill

3 4

1
2

1. Sel baru
2. Proses landfilling
ARRPET, 2008 Enri Damanhuri - FTSL ITB
3. Degradasi sampa
15
4. Landfill mining
TPA DI INDONESIA

Tempat pembuangan akhir

Tempat pemrosesaan akhir


khususnya tentang pengurugan

Enri Damanhuri - FTSL ITB 16


UU-18/2008 (Ps 44)
(1) Pemerintah daerah harus membuat
perencanaan penutupan tempat pemrosesan
akhir sampah yang menggunakan sistem
pembuangan terbuka paling lama 1 (satu)
tahun terhitung sejak berlakunya Undang-
Undang ini
(2) Pemerintah daerah harus menutup tempat
pemrosesan akhir sampah yang
menggunakan sistem pembuangan terbuka
paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak
berlakunya Undang-Undang ini.

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 17


Perkembangan pengurugan (landfilling)
sampah di Indonesia

• Pengurugan terbuka (open dumping)


• Pengurugan terkontrol (controlled
landfill)
• Pengurugan saniter (sanitary landfill)
• Sanitary landfill lebih ‘modern’
(sustainable landfill)

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 18


Langkah panjang menuju landfill yang baik

Sustainable
Landfill
Sanitary
Landfill
Controlled
Landfill
Open Dumping

ARRPET, 2008 Enri Damanhuri - FTSL ITB 19


Pengurugan terbuka
(open dumping)
• Sampah diurug tanpa kendali teknis
• Tidak digunakan tanah penutup: estetika, lalat,
asap/kebakaran.
• Proses degradasi sampah berlangsung
sebagian besar tanpa ada oksigen, timbul bau
dan gas metan akan terbentuk
• Tidak ada pengendali air hujan dan air sampah
atau lindi (leachate). Air tertahan dan
tergenang di dasar landfill
• Bila tanah di bawahnya tidak kedap, lindi akan
menyebar (perkolasi) sehingga dapat
mencemari air tanah
Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 20
Pengurugan terkontrol
• Sampah diurug dan disebarkan lapis-perlapis dengan
alat berat, lalu dipadatkan
• Tanah penutup antara dilakukan secara berkala. Sangat
dianjurkan paling tidak seminggu sekali
• Proses degradasi sampah berlangsung secara anaerob.
Timbul bau dan gas metan
• Secara terbatas, terdapat pengendali air hujan dan air
sampah atau lindi (leachate). Air masih dapat tertahan
dan tergenang di antara lapisan dan dasar landfill.
• Terdapat penampung air lindi yang berperan sebagai
pengolah sederhana. Pengendali gas digunakan namun
belum sistematis
• Air sampah dan gasbio masih menjadi masalah

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 21


Pengurugan saniter (sanitary landfill)
• Sampah disebarkan lapis-perlapis dengan alat berat, lalu
dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah penutup
pada akhir hari operasi
• Tanah penutup harian minimum 20% dari volume
sampah yang akan diurug. Bau dan asap diminimalkan
• Proses degradasi sampah berlangsung secara anaerob:
timbul gas metana
• Drainase air hujan sudah sistematis dan sudah
dilengkapi sarana pegumpul dan pengolah lindi secara
baik
• Sudah mempertimbangkan bagaimana menyalurkan
gasbio, membakarnya pada flare, kalau memungkinkan
menfaatkan gas terbentuk
• Dasar landfill sudah mempertimbangkan pencegahan
perkolasi air sampah ke dalam air tanah
Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 22
Sanitary Landfill ‘lebih modern’
• Pengurugan sampah tetap dilakukan lapis-perlapis dengan
menggunakan alat berat
• Permasalahan bau, estetika, drainase air dan gas mutlak
menjadi perhatian utama
• Terdapat 2 pilihan utama:
– Mempertahankan kondisi anarob, dengan potensi
mempunyai stok gasbio untuk dimanfaatkan sebagai
sumber enersi
– Mengurangi secara signifikan kondisi anaerob, sehingga
emisi gas metana berkurang, dan sekaligus mengurangi
beban air sampah
• Perhatian terhadap pengurangan jumlah air dari luar
dilakukan dengan penutup yang lebih baik (plastik, atap)
• Pengolahan air lindi sudah sangat sistematis dan
memperhatikan standar efluen yang tinggi
• Pengurangan emisi gas rumah kaca diupayakan dengan
berbagai cara: kriteria sampah diurug, jenis penutup, dsb
Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 23
Komponen utama pengembangan TPA

Tahap pertama: memilih site yang baik. Aspek


lingkungan, operasi, biaya, sosial aspek politis dapat
muncul.

Tahap kedua: perancangan (desain) yang baik

Tahap ketiga: pembangunan sesuai desain yang baik


peran desainer (perancang) dan pengawas sangat
penting.

Tahap keempat: pengoperasian dan pengelolaan.


Sebagian besar kegagalan TPA terletak di tahap ini.

Tahap kelima: pemantauan selama operasi dan


pasca operasi. Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 24
TAHAPAN
PENGEMBANGAN DAN PENGOPERASIAN (1)
TAHAP-1 : Pemilihan dan Penentuan site
» 5 kegiatan utama
» 1 sampai 3 tahun
TAHAP-2 : Plan dan Desain Landfill
 8 kegiatan utama
 ½ sampai 1 tahun

TAHAP-3 : Pembangunan sarana dan prasarana landfill


 2 kegiatan utama
 ½ tahun sampai sepanjang masa layan
landfill
TAHAP-4 : Operasi-Pelihara, pengembangan dan
monitoring
 3 kegiatan utama
 Minimum 7 tahun

TAHAP-5 : Penutupan dan Pasca Penutupan Landfill


 3 kegiatan utama
 Landfill limbah B3 : 30 tahunan
 Landfill sampah kota : minimum 10
tahun 1.25
TAHAPAN
PENGEMBANGAN DAN PENGOPERASIAN LANDFILL (2)
TAHAP-1 : PEMILIHAN DAN PENENTUAN SITE
 Kegiatan-1 : Estimating kebutuhan volume landfill
 Kegiatan-2 : Investigasi dan pemilihan site potensial
 Kegiatan-3 : Evaluasi opsi pemanfaatan landfill
 Kegiatan-4 : Evaluasi aspek kelayakan
 Kegiatan-5 : Penentuan site terpilih

TAHAP-2 : PLAN DAN DESAIN LANDFILL


 Kegiatan-6 : Pengumpulan data detail untuk desain
 Kegiatan-7 : Desain sistem liner, tanah penutup dan pengurugan
 Kegiatan-8 : Desain sistem pengendali lindi dan gas Shortcut to
DEMO
 Kegiatan-9 : Desain prasarana dan sarana lain
 Kegiatan-10 : Perencanaan monitoring air tanah, dan dampak lain
 Kegiatan-11 : Penyiapan dokumen pembangunan dan SOP
 Kegiatan-12 : Analisis dampak lingkungan
 Kegiatan-13 : Plan penutupan landfill

1.26
TAHAPAN
PENGEMBANGAN DAN PENGOPERASIAN
LANDFILL (3)

TAHAP-3 : Pembangunan sarana dan prasarana landfill


– Kegiatan-14 : Pembangunan sarana dan prasarana landfill
– Kegiatan-15 : Uji coba dan pemantapan sistem

TAHAP-4 : Operasi-Pelihara, pengembangan dan monitoring


– Kegiatan-16 : Pengoperasian dan pengembangan area urug
– Kegiatan-17 : Pengoperasian pengolah lindi dan fasilitas
biogas
– Kegiatan-18 : Monitoring kinerja sistem dan aspek
lingkungan

TAHAP-5 : Penutupan dan Pasca Penutupan Landfill


– Kegiatan-19 : Penutupan landfill : Reklamasi ? Recovery
Gas-Bio?
– Kegiatan-20 : Monitoring dan pemeliharaan pasca operasi 1.27
– Kegiatan-21 : Remediasi site tercemar (bila diperlukan)
PENENTUAN VOLUME SAMPAH YANG AKAN
DIURUG
1. Proyeksi dalam 5 – 10 tahun (atau lebih) ke depan :
– Jenis sumber dan jumlah penghasil sampah
– Timbulan sampah masing-masing sumber, bisa dianggap
tetap
– Daerah dan porsi pelayanan yang dikelola oleh sistem
– Jumlah sampah yang akan dilayanani
– Jumlah sampah ditangani dengan konsep daur-ulang atau
yang akan diolah di sumber sampah atau kawasan
– Jumlah sampah yang akan diangkut ke TPA
– Jumlah sampah masuk TPA yang akan didaur-ulang atau
yang akan diolah, seperti dikomposkan atau diinsinerasi
– Jumlah sampah masuk TPA yang akan diurug, disertai faktor
kompaksi
– Porsi dan jumlah tanah penutup
– Jumlah bahan (sampah + tanah penutup) yang akan diurug
2. Gunakan faktor kompaksi dalam pehitungan berat dan volume
3. Hitung kumulasi bahan yang akan diurug dalam 5 – 10 tahun1.28
Investigasi – Pemilihan Site

 Secara regional : peta layak atau peta tidak


layak untuk landfill, atau bila ada RUTR
 SNI 19-3241-1994 : umum, lingkungan fisik,
operasional
 Metode LeGrand : kerentanan site terhadap
pencemaran dari sudut hidrogeologi
 Metode Hagerty : disamping pencemaran air
tanah, juga kemampuan site menetralisir
pencemar, faktor penduduk dan asap/bau

1.29
Data yang dibutuhkan (1)

1. Gambaran umum daerah studi :


– Geografis, administratif, geologi umum, dsb
– Tata guna lahan
– Demografi
– Prasarana dan sarana kota

2. Pengelolaan sampah eksisting :


– Timbulan, komposisi, karakteristik
– Aspek teknis eksisting
– Aspek non-teknis lainnya

1.30
Data yang dibutuhkan (2)

3. Penanganan TPA eksisting :


– Data fisik lokasi
– Data sampah harian masuk, serta frekuensi
– Data tata-cara operasi
– Data sarana-prasarana
– SDM
– Pengendalian operasi dan dampak
pencemaran
– Aktivitas daur-ulang

1.31
Data yang dibutuhkan (3)

4. Data fisik pendukung desain :


– Data METEOROLOGI minimum 5 tahun ke
belakang
– Data TOPOGRAFI dalam akuras 0,5 m minimum
– Bila mungkin : evaluasi GEOLISTRIK, untuk
penentuan potensi dan arah aliran air tanah
– HAND-BORING : sampel tanah untuk evaluasi
karakter tanah yang relevans untuk hidrogeologi dan
geoteknik
– Kalau mungkin : BOR-DALAM untuk konfirmasi
pada kedalaman lebih dari 8 m
– Data SONDIR :
• Untuk menentukan kestabilan tanah : longsor
1.32
• Daya dukung tanah
Data yang dibutuhkan (4)

TES PERMEABILITAS HAND-BORING

SAMPEL TANAH
BOR-MESIN 1.33
Sarana dan Prasarana

PROTEKSI TERHADAP LINGKUNGAN :


Sistem liner dasar PENGOPERASIAN :
Sistem penutup Alat berat

Drainase untuk mencegah masuknya air Alat transportasi lokal


Pengolah lindi Cadangan bahan bakar

Pengendali gas-bio dsb

Pencegah sampah terbang


Pengendali vektor
Pengendali bau
Stok tanah penutup
Jalur hijau penyangga

34
SARANA – PRASARANA (Lanjutan)

SARANA PRASARANA :
• Papan nama
• Pagar dan Pintu gerbang
• Ruang registrasi penerima limbah masuk
• Jembatan timbang
• Jalan operasi utama, jalan operasi aktivitas pengurugan
• Kantor administrasi
• Laboratorium
• Garasi untuk alat berat
• Bengkel dan peralatannya
• Pemadam kebakaran
• Fasilitas Kamar Mandi-WC dan airnya
• Fasilitas pencuci truk sampah yang akan ke luar site
• Listrik dan alat komunikasi
• Area transit sampah atau limbah B3
• Area daur-ulang sampah
• dsb
1.35
Rencana penyiapan lahan TPA (1)

Enri Damanhuri - FTSL ITB 36


Rencana penyiapan lahan TPA (2)

Enri Damanhuri - FTSL ITB 37


Penyiapan prasarana utama

1. Penyiapan sistem liner sangat tidak dianjurkan


untuk dibangun untuk seluruh fase/sub area
sekaligus karena akan rusak bila tidak segera diisi
sampah;
2. Penyiapan sistem pengumpul lindi:
• Pada sub-area yang ditutup dan area aktif:
sudah berfungsi sebagai pengumpul lindi;
• Pada sub-area fase berikut: dapat difungsikan
sebagai drainase air hujan.
3. Penyiapan penangkap gas (vertikal atau horizontal):
dipasang day-to-day sesuai kemajuan sel-sel
sampah.
Enri Damanhuri - FTSL ITB 38
Penyiapan area efektif pengurugan
Pengupasan:
• Kedalaman air tanah setempat
• Kareakteristik tanah dan kedalamannya
• Kemampuan alat berat tersedia

Penyiapan sistem liner:


• Jenis liner yang digunakan
• Ketebalan liner
• Lokasi masing-masing liner

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 39


Contoh penataan dasar lahan

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 40


Sistem pelapis dasar
• Kedalaman muka air tanah > 3 m di bawah kupasan dan
padatan tanah dasar
• Pemadatan tanah dasar dan pembentukan kemiringan
menuju sistem pengumpul leachate 1-2%.
– Tidak tergerus sebelum dipakai
– Tidak tergerus akibat operasi rutin (truk dan alat
berat)
– Sampah halus tidak terbawa ke saluran pengumpul
leachate
• Bila menggunakan tanah liat : pemadatan lapis per lapis
sampai kepadatan proctor 95%: kelulusan max 1 x 10-7
cm/det.
Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 41
Pengumpul lindi

ED-2011

Enri Damanhuri - FTSL ITB 42


Pengumpul lindi

ED-2011

Enri Damanhuri - FTSL ITB 43


Liner

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 44


DRAINASE LEACHATE

Jerman
TPA Grenjeng

Enri Damanhuri - FTSL ITB TPA Sukamiskin 45


Rencana pembagian lahan TPA (1)
Pembagian Lahan TPA:

 Lahan Efektif
• Merupakan bagian lahan yang digunakan sebagai lokasi
penimbunan sampah.
• Lahan efektif direncanakan berlokasi paling dekat 30 m dari tepi
batas lokasi.
• Lahan efektif direncanakan sebesar ± 70% dari luas total
keseluruhan TPA.

 Lahan Utilitas
• Lahan utilitas direncanakan luasnya mencapai sekitar ± 30% dari
lahan yang tersedia.
• Lahan utilitas ini akan mengakomodasi berbagai sarana dan
prasarana penunjang yang diperlukan dalam pengelolaan TPA.
• Lahan utilitas ini dibagi kembali menjadi lahan utilitas utama dan
lahan utilitas penunjang.
Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 46
Rencana pembagian lahan TPA (2)

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 47


Contoh rencana pembagian lahan TPA

VI

III
IV

IPST II
I
IPL

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 48


Pembagian lahan TPA (1)
Lahan yang tersedia tidak seluruhnya akan digunakan untuk
mengurug atau menimbun sampah. Area tersedia dapat
dikelompokkan menjadi 3 Sub-Area, yaitu:
a. Area yang diperuntukkan untuk pengurugan dan
penimbunan sampah, atau area efektif pengurugan.
Area pengurugan dibagi beberapa fase/tahap:
– Area Fase (Blok) 1: fase yang telah selesai, atau
sementara ditutup
– Area Fase (Blok) 2: fase aktif pengurugan
– Area Fase (Blok) 3: fase berikut
b. Area untuk menunjang operasional penanganan
sampah di lokasi.
c. Area buffer Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 49
Penahapan area pengurugan

Fase-1
Tutup
atau Fase-2 Fase-2
sementara (aktif) (disiapkan)
tutup

Area Pengurugan

ED-2011

Enri Damanhuri - FTSL ITB 50


Lahan area efektif
• Zone atau area
– Batas : jalan operasi, tanggul pembatas, pengumpul
lindi,
– Jangka waktu panjang (1-3 tahun)
• Sub-zone/blok operasi
– Lebar 25 m
– Dibagi menjadi strip  working face
• Blok operasi
– Periode operasi menengah 1-2 bulan

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 51


Area efektif pengurugan (1)
• Pembagian area, disertai pekerjaan pembangunan batas area atau
tanggul penahan sampah;
• Pengupasan site agar memungkinkan peletakan liner secara baik
• Pemasangan sistem pelapis dasar (liner);
• Pemasangan sistem penangkap dan pengumpul lindi;
• Penyiapan drainase lokal untuk mencegah air masuk ke area aktif
pengurugan;
• Pengurugan dan penimbunan sampah lapis-per-lapis;
• Pemasangan sistem penangkap dan pengumpul gasbio horizontal
maupun vertikal;
• Pemasangan tanah penutup harian, tanah penutup antara dan
tanah penutup final.

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 52


Pembagian area efektif pengurugan (2)

• Lahan efektif selanjutnya dapat dibagi dalam sub- zone, atau


blok operasi dengan lebar masing- masing sekitar 25 m.
Setiap bagian tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa
strip.
• Pengurugan sampah harian dilakukan pada strip yang
ditentukan, yang disebut working face. Setiap working face
biasanya mempunyai lebar maksimum 25 m, yang
merupakan lebar sel sampah.
• Blok operasi merupakan bagian dari lahan landfill yang
digunakan untuk penimbunan sampah selama periode
operasi jangka menengah misalnya 1 atau 2 bulan.
• Luas blok operasi sama dengan luas sel dikalikan
perbandingan periode operasi.
Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 53
Pembagian area efektif pengurugan (3)

• Guna memudahkan masuknya truk pengangkut


sampah ke titik penuangan, maka dibuat jalan semi -
permanen antar lift, dengan maksimum kemiringan
jalan 5%.
• Untuk mencegah terjadinya erosi air permukaan,
maka dibuat drainase pelindung penggerusan menuju
titik di bawahnya.
• Pelapisan lahan diprioritaskan dimulai dari lembah
(lajur utama pipa lindi). Pelapisan berikutnya adalah di
bagian kemiringan dinding sesuai dengan naiknya lift
timbunan sampah.
Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 54
Area efektif pengurugan

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 55


Pengaturan area pengurugan
Zone (area) pengurugan

Terbagi beberapa sub-zone/fase


Berdasarkan ‘topografi’, posisi, masa
pengurugan, musim, dsb

Sub-area pengurugan  area pengurugan aktif  area yang menerima sampah


hari itu (working face)  sekecil mungkin, namun cukup untuk menerima truk pada
hari operasi. Bisa dibuka beberapa area working face

Sel disusun ke atas (sandwich) atau miring  lapis-per-lapis tipis 0,30 m,


membentuk lapisan sekitar 1,5 m  Bila sanitary landfill: tutup harian, bila
controlled landfill: tunggu

Pelapisan tsb membentuk 1 timbunan (1 lift) setinggi sekitar 5 m  Bila sanitary


landfill: tutup antara, bila controlled landfill: tutup juga

Timbunan seterusnya di atas lift tsb membentuk lift baru, dengan trasering.
Enri Damanhuri - FTSL ITB 56
Diseminasi – Sosialisasi Keteknikan

Bidang PLP – Kementerian Pekerjaan Umum

Sesi TPA: Operasi – Pemeliharaan

Prof. Enri Damanhuri


FTSL ITB

1. 57
Rencana penimbunan dan pengurugan
• Dimensi parit: lebar, panjang, tinggi
• Dimensi sel : ketinggian, panjang, lebar
• Ketebalan tanah penutup;
• Pengaturan sel penimbunan dan jadwal pemanfaatan
lahan tersedia
• Lebar sel: 1,5-3 lebar blade alat berat. Panjang sel
tergantung volume sampah. Batas harus jelas.
• Jalan semi permanen antar lift (maks. Slope 5%)
• Prioritas penimbunan mulai dari lembah (jalur utama
pipa lindi).

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 58


Skema umum
pengoperasian
Landfill

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 59


Sampah yang boleh diterima

• Yang boleh diterima: hanya sampah rumah tangga dan


sejenis sampah RT.
• Dilarang diurug:
Limbah cair (air buangan) RT
Limbah B3
Limbah medis dan abu insinerator
• Diupayakan sampah yang diurug sesedikit mungkin 
usaha meminimasi misalnya melalui pengambilan
sampah yang berniolai jual, pengomposan, insinerasi
sangat dianjurkan.

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 60


Pengaturan truk (1)

• Truk harus melalui petugas registrasi


• Petugas berkewajiban menolak sampah yang tidak
sesuai
• Dicatat:
– Nomor polisi atau nomor spesifik lainnya
– Jumlah, jenis dan sumbernya serta waktu
pemasukan.
– Berat atau volume truk dan muatannya
• Setelah didata: menuju tempat pengurugan yang
ditentukan
• Dilarang menuang sampah di mana saja

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 61


Pengaturan truk (2)
• Sesuai dengan SOP, truk sampah menuju lokasi yang
ditentukan:
– Fasilitas pemilahan
– Lokas pengolahan atau lokasi daur-ulang
– Lokasi penuangan (unloading) di area pengurugan yang
ditentukan (working face)
– Lokasi transit untuk diangkut ke luar lokasi: limbah B3
• upayakan sampah yang diurug sesedikit mungkin
• Truk mengunggu kesempatan (antri) untuk unloading sesuai
’komando’ operator lapangan
• Truk dicuci sebelum keluar lokasi, atau ke lokasi ’garasi’
• Bila diperlukan, truk kosong ditimbang kembali

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 62


Penahapan area pengurugan

Fase-1
Tutup
atau Fase-2 Fase-2
sementara (aktif) (disiapkan)
tutup

Area Pengurugan

ED-2011

Enri Damanhuri - FTSL ITB 63


Pengurugan sampah
• Di atas timbunan sampah dalam bentuk lift tersebut
kemudian diurug sampah baru, membentuk ketinggian
seperti telah dijelaskan.
• Bila pengurugan sampah dilakukan dengan metode
area, maka untuk memperkuat kestabilan timbunan,
batas antara 2 lift tersebut dibuat terassering selebar 3
– 5 m.
• Lebar sel berkisar antara 1,5 – 3 lebar blade alat berat
agar manuver alat berat dapat lebih efisien.

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 64


Operasi Pengurugan
• Sampah di area pengurugan :
– dituang secara teratur  arahan petugas di area
kerja aktif
• Sampah yang telah dituang diproses dengan alat berat
– Menyebar sampah lapisan-perlapis 50 – 60 cm
– dipadatkan 4-5 kali gilasan, membentuk sel sampah
• Bila sel harian tidak akan dilanjutkan :
– Lebih dari 1 – 6 bulan : penutup antara 30 cm
– Lebih dari 1 tahun: penutup final + humus

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 65


Ilustrasi Timbunan Sampah
Pengoperasian

ED-2011

ED-2011

Urug sel-per-sel (sanitary landfill)


Tuang saja (open dumping)

Urug ‘sandwich’ (sanitary landfill)


Enri Damanhuri - FTSL ITB 67
ALAT BERAT MINIMAL

DOZER
LOADER

Enri Damanhuri - FTSL ITB 68


ALAT BERAT OPSIONAL

STEEL WHEEL COMPACTOR

EXCAVATOR

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 69


TANAH PENUTUP HARIAN UJI COBA SANITARY LANDFILL 1989
Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 70
Pengurugan sampah pada area pengurugan
Controlled landfill
• Sampah disebar dan dipadatkan lapis per - lapis sampai
ketebalan sekitar 4,50 m
• Terdiri dari lapisan- lapisan sampah setebal sekitar 0,5
m yang digilas dengan bulldozer paling tidak sebanyak
3 - 5 gilasan, sehingga menjadi sel – sel sampah.
• Setelah terbentuk ketinggian tersebut, timbunan
kemudian ditutup, jika menggunakan tanah maka
setebal minimum 20 cm.
• Tinggi tinggi lapisan setinggi sekitar 5 m disebut sebagi
1 lift.

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 71


Pengurugan sampah pada area pengurugan
Sanitary landfill
• Sampah disebar dan dipadatkan lapis per - lapis sampai
ketebalan sekitar 1,00 - 1,50 m
• Terdiri dari lapisan-lapisan sampah setebal sekitar 0,5 m
yang dapat digilas dengan steel wheel compactor atau
bulldozer paling tidak sebanyak 4 - 6 gilasan.
• Setiap hari ditutup oleh tanah penutup setebal minimum
20 cm, sehingga menjadi sel- sel sampah.
• Setelah terbentuk 3 (tiga) lapisan, timbunan tersebut
kemudian ditutup, bila menggunakan tanah penutup
(tebal ± 20-30 cm).
• Tinggi lapisan setinggi sekitar 5 m disebut sebagai 1 lift,
dengan kemiringan talud sel maksimum 1 : 3.
Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 72
Pengurugan lapis-per-lapis

ED-2011
Lapis awal
Lapis akhir
Enri Damanhuri - FTSL ITB 73
Komponen utama landfill

ED-2011

Enri Damanhuri - FTSL ITB 74


Contoh profil timbunan

Enri Damanhuri - FTSL ITB 75


Contoh profil timbunan

Figure 7. General layout after closure of the extension (stage 1) at Pasie Aceh landfill site

Enri Damanhuri - FTSL ITB 76


Kebutuhan Rehabilitas dan Monitoring
• Pencemaran air tanah yang disebabkan oleh lindi (leachate)
• Pencemaran udara akibat gas, bau dan debu
• Resiko keamanan
• Resiko kebakaran
• Vektor penyakit seperti tikus, lalat dan nyamuk
• Estetika lingkungan

• Mengurangi dampak
• Bahan sampah lama sebagai tanah dan kompos  landfill mining
• Bila kapasitas cukup : untuk kebutuhan operasi controlled landfill
atau sanitary landfill
• Bila kapasitas tidak cukup :  lokasi pengolah sampah
• Untuk berbagai kebutuhan lebih lanjut
MONITORING PASCA PENUTUPAN TETAP PERLU
Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 77
Pemantauan Rutin
OBYEK FREKUENSI PEMANTAUAN
Kestabilan tanah 2 x setahun Penurunan elevasi tanah
Tanah penutup Setahun sekali dan Erosi dan longsor
Setelah hujan lebat
Vegetasi Penutup 4 x setahun Tanaman yang mati
Gradiasi akhir 2 x setahun Muka tanah
Drainase Permukaan 4 x setahun Kerusakan saluran
setelah hujan lebat
Monitoring gas 1 - 3 bulan sekali Komposisi gasbio
Hingga 20 tahun Bau, nyala api, kerusakan pipa
Air tanah Sesuai rencana pengelolaan Parameter air minum
Kerusakan sumur
pompa dan perpipaan
Sanitasi Lingkungan 6 bulan sekali pada awal musim, Jumlah (indeks) lalat
bertambah 1 bulan sekali bila
terdapat pertambahan lalat pada
radius 3 km
Sistem pengendali Sesuai rencana pengelolaan Selama 20 pH, BOD, COD, DHL, ..
leachate tahun Posisi : inlet dan outlet
Enri Damanhuri - FTSL ITB 78
Monitoring Kinerja
• Catatan operasional lapangan : hal-hal penting
• Sampah : sumber, jumlah, karakteristik, komposisi
• Pengukuran topografi ulang di atas timbunan
• Setiap awal operasi : pengawas lapangan melakukan
peninjauan lokasi penuangan sampah hari itu,
mengevaluasi :
– Kondisi sekitar lahan operasi : erosi, settlement,
fungsi pengolah lindi, pengendali biogas dsb
– Kondisi drainase permukaan
– Kondisi jalan operasi
– Stok tanah penutup
• Setiap awal minggu : rencana kerja ke depan
• Bila terdapat aktivitas lain : masuk dalam tata-cara
operasional rutin
Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 79
Monitoring Lingkungan
• Evaluasi secara kualitatif dan kuantitatif terhadap
dampak lingkungan, khususnya :
– Kinerja pengolah lindi
– Monitoring kualitas badan air sekitar
– Produksi dan kualitas gas-bio
– Monitoring udara ambien
• Upaya pengendalian bau dan kebakaran
• Upaya-upaya pengendalian binatang pengerat (vektor)
• Upaya-upaya pengendalian debu dan sampah ringan
• Monitoring kinerja pengolah lindi

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 80


SEMI-AEROBIK

Enri Damanhuri - FTSL ITB 81


KECENDRUNGAN TEKNOLOGI PENGURUGAN
Konsep awal sanitary landfill  isu kesehatan masyarakat:
bau, asap, estetika, pencemaran air
Sebelum 2000an  isu kesehatan dan lingkungan:
Pencemaran air tanah oleh leachate
Kebakaran, bau , dan asap
Longsor dan stabilitas timbunan
Estetika
Saat ini  Isu global: reduksi gas rumah kaca
– Pembatasan (pelarangan) materi organik yang akan di-urug:
• Pembatasan materi organik: konsep Mechanical-
Biological-Treatment (MBT) di negara-negara Uni Eropa
• Pelarangan materi organik: hanya abu yang boleh di-urig:
Japan  landfill terisolasi dengan atap
– Reduksi gas metan:
• Landfill semi-aerob atau aerob
• Oksidasi gas metan pada tanah penutup

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 82


Beberapa kriteria
Upgrading open dumping
• Karakter timbunan (kedalaman), karakter sampah,
derajat pemadatan, ukuran site, area yang dapat
dikembangkan
• Potensi pencemaran terhadap sekita
• Potensi untuk ditambang (kompos dari timbunan)
• Potensi penggunaan sampah lama sebagai bahan
penutup
• Keberadaan pemulung
• Jumlah penduduk akan terkena dampak dan durasi
• Kapasitas site di masa datang
• Penerimaan masyarakat sekitar
Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 83
Site Open Dumping

• Ditutup (dan Reklamasi)


• Tetap digunakan
• Revitalisasi
• Rehabilitasi

Enri Damanhuri - FTSL ITB 84


Kriteria ARRPET

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 85


Kriteria ARRPET

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 86


Kriteria ARRPET

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 87


Risk Index – Potensi Bahaya
(ARRPET)

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 88


Revitalisasi
• Memperbaiki estetika atau tampilan TPA agar terlihat lebih
baik dan terkesan tidak kumuh
• Meningkatkan keberadaan sarana dan prasarana yang
dibutuhkan, khususnya dalam mengurangi dampak
negatif
• Memfungsikan sarana dan prasarana yang tersedia
sesuai dengan SOP agar TPA berkinerja lebih baik
• Mengoperasikan site yang tersedia sesuai kaidah teknis,
kesehatan dan lingkungan yang wajar
• Merecovery gas-bio yang dihasilkan dari timbunan lama
• Menangani sampah yang masuk dengan prinsip sesedikit
mungkin yang diurug ke dalam tanah: kalau masih bisa
dimanfaatkan, mengapa harus dikubur?

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 89


Rehabilitasi - Reklamasi
REHABILITASI:
Mengembangkan sarana-prasarana lahan TPA tersebut agar
sesuai dengan kebutuhan operasi Pengurugan Terkontrol atau
Pengurugan Saniter

REKLAMASI
• Mendapatkan bahan tanah penutup atau kompos atau bahan
enersi dari timbunan sampah lama pada TPA dengan
penambangan:
– Bila kapasitas lahan masih memungkinkan, lahan tersebut dapat
direhabilitasi dan dimanfaatkan kembali sebagai lahan TPA
– Bila kapasitasnya tidak memungkinkan, lokasi ini dapat
dimanfaatkan sebagai lokasi pengolahan atau daur-ulang sampah
• Memanfaatkan lahan yang sudah ditutup tersebut untuk
berbagai kebutuhan lebih lanjut, seperti sarana rekreasi dsb

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 90


Langkah Awal

1. RENCANA REHABILITASI
– Rencana pemanfaatan
– Tata ruang
– dsb
2. PENGUKURAN FISIK :
– Topografi
– Hidrogeologi
3. DESAIN REHABILITASI :
– Sesuai rencana pemanfaatan
4. RENCANA PASCA OPERASI :
– Setelah pasca-operasi : TPA tetap bermasalah

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 91


Tanah penutup minimum

Tanah pelindung 30 cm

Penghalang , bila perlu geotekstil

Pencegah air eksternal,


Tanah liat k<1x10-7cm/det, 20 cm

Penangkap gas horizontal


Kerikil, 30 cm, Ø 30-50 mm

Tanah Penutup 30 cm

Urugan sampah

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 92


Penutup final

Liner Controlled Landfill Liner Sanitary Landfill

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 93


Pengaruh tebal topsoil pada tanaman

Topsoil kurang
Akar di timbunan sampah

Topsoil cukup
Akar tidak terganggu

Di awal Setelah beberapa tahun

Enri Damanhuri - FTSL ITB 94


Kebutuhan Rehabilitas dan Monitoring
• Pencemaran air tanah yang disebabkan oleh lindi (leachate)
• Pencemaran udara akibat gas, bau dan debu
• Resiko keamanan
• Resiko kebakaran
• Vektor penyakit seperti tikus, lalat dan nyamuk
• Estetika lingkungan

• Mengurangi dampak
• Bahan sampah lama sebagai tanah dan kompos  landfill mining
• Bila kapasitas cukup : untuk kebutuhan operasi controlled landfill
atau sanitary landfill
• Bila kapasitas tidak cukup :  lokasi pengolah sampah
• Untuk berbagai kebutuhan lebih lanjut

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 95


Kebutuhan Rehabilitas dan Monitoring
• Pencemaran air tanah yang disebabkan oleh lindi (leachate)
• Pencemaran udara akibat gas, bau dan debu
• Resiko keamanan
• Resiko kebakaran
• Vektor penyakit seperti tikus, lalat dan nyamuk
• Estetika lingkungan

• Mengurangi dampak
• Bahan sampah lama sebagai tanah dan kompos  landfill mining
• Bila kapasitas cukup : untuk kebutuhan operasi controlled landfill
atau sanitary landfill
• Bila kapasitas tidak cukup :  lokasi pengolah sampah
• Untuk berbagai kebutuhan lebih lanjut

APAPUN PILIHANNYA : MONITORING PASCA PENUTUPAN TETAP PERLU


Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 96
Pemantauan Rutin
OBYEK FREKUENSI PEMANTAUAN
Kestabilan tanah 2 x setahun Penurunan elevasi tanah
Tanah penutup Setahun sekali dan Erosi dan longsor
Setelah hujan lebat
Vegetasi Penutup 4 x setahun Tanaman yang mati
Gradiasi akhir 2 x setahun Muka tanah
Drainase Permukaan 4 x setahun Kerusakan saluran
setelah hujan lebat
Monitoring gas 1 - 3 bulan sekali Komposisi gasbio
Hingga 20 tahun Bau, nyala api, kerusakan pipa
Air tanah Sesuai rencana pengelolaan Parameter air minum
Kerusakan sumur
pompa dan perpipaan
Sanitasi Lingkungan 6 bulan sekali pada awal musim, Jumlah (indeks) lalat
bertambah 1 bulan sekali bila
terdapat pertambahan lalat pada
radius 3 km
Sistem pengendali Sesuai rencana pengelolaan Selama 20 pH, BOD, COD, DHL, ..
leachate tahun Posisi : inlet dan outlet
Enri Damanhuri - FTSL ITB 97
Monitoring Kinerja
• Catatan operasional lapangan : hal-hal penting
• Sampah : sumber, jumlah, karakteristik, komposisi
• Pengukuran topografi ulang di atas timbunan
• Setiap awal operasi : pengawas lapangan melakukan
peninjauan lokasi penuangan sampah hari itu,
mengevaluasi :
– Kondisi sekitar lahan operasi : erosi, settlement,
fungsi pengolah lindi, pengendali biogas dsb
– Kondisi drainase permukaan
– Kondisi jalan operasi
– Stok tanah penutup
• Setiap awal minggu : rencana kerja ke depan
• Bila terdapat aktivitas lain : masuk dalam tata-cara
operasional rutin
Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 98
Monitoring Lingkungan
• Evaluasi secara kualitatif dan kuantitatif terhadap
dampak lingkungan, khususnya :
– Kinerja pengolah lindi
– Monitoring kualitas badan air sekitar
– Produksi dan kualitas gas-bio
– Monitoring udara ambien
• Upaya pengendalian bau dan kebakaran
• Upaya-upaya pengendalian binatang pengerat (vektor)
• Upaya-upaya pengendalian debu dan sampah ringan
• Monitoring kinerja pengolah lindi

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 99


TERIMA KASIH
Semoga Bermanfaat

Enri Damanhuri - FTSL ITB 1. 100

Anda mungkin juga menyukai