MODUL 12
OPERASIONAL DAN
PEMELIHARAAN PEMROSESAN
AKHIR SAMPAH
K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M
D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A
DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
DAFTAR ISI
i
12. PENANGANAN GAS .............................................................................................. 776
12.1. Sistem Pengolahan Gas ........................................................................................... 776
12.2. Pemasangan dan Penyambungan Pipa Gas.............................................................. 777
12.3. Pemanfaatan Gas ..................................................................................................... 782
12.4. Pemeliharaan system pengendalian gas ................................................................... 785
LAMPIRAN .............................................................................................................................. 787
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
Gambar 12.10. Skema instalasi konversi gas metan menjadi listrik ......................................... 784
DAFTAR TABEL
iv
OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN PEMROSESAN AKHIR SAMPAH
(PENIMBUNAN, IPL, GAS, DRAINASE, DAN LAIN-LAIN)
Limbah B3 yang berasal dari kegiatan rumah tangga harus ditangani secara khusus sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan TPA hanya berfungsi sebagai tempat
penampungan sementara. Limbah B3 rumah tangga dikelola dengan mengaktifkan fungsi
pewadahan di TPS untuk kemudian diangkut ke tempat pemrosesan akhir limbah B3, lokasi
penampungan juga disediakan di TPA untuk mengantisipasi limbah B3 yang terlanjur masuk ke
TPA. Limbah B3 tidak diolah di TPA. Sampah yang masuk ke TPA tidak seluruhnya diurug ke
dalam area pengurugan. Proses 3R (Reduce-Reuse-Recycle) diwajibkan untuk dilakukan seperti
daur-ulang dan pengomposan. Limbah yang dilarang diurug dalam sebuah TPA :
o Limbah cair yang berasal dari kegiatan rumah tangga
o Limbah yang berkatagori B3 menurut PP 18/99 jo PP85/99
o Limbah medis dari kegiatan medis
Dalam operasional TPA, terdapat beberapa formulir yang harus diisi oleh petugas.
FORMULIR-01 dan 02 merupakan daftar isian yang harus diisi secara rutin oleh petugas
registrasi. Di samping itu secara berkala dilakukan analisis komposisi sampah (FORMULIR-
03). Skema (flowchart) berikut adalah tahapan umum dalam operasionalisasi TPA.
737
Gambar 1.1. Skema tahapan umum operasional TPA
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa TPA dengan paradigma baru sebagai
Tempat Pemrosesan Akhir, maka wajib terdapat 4 (empat) aktivitas utama penanganan sampah
di lokasi TPA, yaitu :
a. Daur-ulang sampah non-hayati (an-organik)
b. Pengomposan sampah hayati (organik)
c. Residu dari (a) dan (b) kemudian ditimbun di TPA
d. Pengurugan/penimbunan sampah di lokasi pengurugan atau penimbunan dengan
aplikasi tanah penutup.
738
Pengomposan dan daur-ulang diharapkan akan merupakan kegiatan prioritas penting di lokasi
TPA. Metode landfilling akan tetap merupakan andalan terakhir dalam penanganan sampah di
TPA. Apapun yang terjadi dengan skenario perencanaan, cara landfilling harus siap menerima
sampah. Namun masa layannya akan ditentukan oleh seberapa banyak sampah yang masuk
dapat tertangani oleh pengomposan atau daur-ulang kelak.
Hal pertama yang harus dilakukan untuk entrance sampah yang masuk TPA adalah registrasi
sampah masuk, dengan mencatat sedetail mungkin identitas sampah yang masuk ke TPA, yaitu
meliputi : nomor polisi kendaraan, waktu masuk, nama sopir, sumber sampah, volume sampah,
berat truk penuh, berat truk kosong, waktu keluar, dan sebagainya. Registrasi sampah masuk ini
dicatat secara sistematis sesuai dengan form yang telah disediakan untuk mencatat hal tersebut.
Setelah sebuah truk melaksanakan tugasnya, maka diwajibkan paling tidak membersihkan bak
dan roda truk agar sampah yang melekat tidak terbawa ke luar lokasi operasi.
739
Gambar 2.1. Aktivitas penerimaan sampah di TPA
• Setiap truk pengangkut sampah yang masuk ke TPA membawa sampah harus melalui
petugas registrasi guna dicatat jumlah, jenis dan sumbernya serta tanggal waktu
pemasukan. Petugas berkewajiban menolak sampah yang dibawa dan akan diproses di TPA
bila tidak sesuai ketentuan.
• Mencatat secara rutin jumlah sampah yang masuk dalam satuan volume (m3) dalam satuan
berat (ton) per hari. Pencatatan dilakukan secara praktis di jembatan timbang/pos jaga
dengan mengurangi berat truk masuk (isi) dengan berat truk keluar TPA (kosong). (Catat di
FORMULIR-01 dan 02)
• Pemrosesan sampah masuk di TPA dapat terdiri dari :
– Menuju area penimbunan untuk diurug, atau
– Menuju area pemrosesan lain selain penimbunan, atau
– Menuju area transit untuk diangkut ke luar TPA.
• Pemulung di lokasi TPA dan sekitarnya tidak dilarang, tetapi sebaiknya dikendalikan oleh
suatu peraturan untuk ketertiban kegiatan tersebut.
• Kegiatan peternakan yang mengambil pakan dari sampah di TPA dilarang.
740
3. PENIMBANGAN DAN PENCATATAN
3.1. Penimbangan
Penimbangan dilaksanakan di jembatan timbang yang terletak didekat pos pencatatan.
Penimbangan ini berfungsi sebagai sumber data yang cukup akurat untuk memperhitungkan
kemampuan pelayanan sampah terhadap masyarakat dan sebagai kontrol terhadap
pengoperasian TPA.
3.2. Pencatatan
• Pencatatan dilakukan pada saat kendaraan masuk ke area TPA yang dilakukan oleh
petugas administrasi TPA. Komponen pencatatan, meliputi : no polisi kendaraan atau
kode kendaraan, nama sopir, jumlah crew, waktu masuk, berat kendaraan kosong, berat
total (termasuk sampah), asal sampah, jenis komposisi sampah, tujuan area penimbunan,
dan waktu keluar.
• Catatan-catatan tersebut dikumpulkan untuk kemudian dianalisis lebih lanjut untuk
memantau kinerja pengelolaan persampahan. Formulir yang dijadikan bahan untuk
evaluasi kinerja operasional TPA, meliputi :
− Formulir Angkutan Sampah/Buku Route
− Formulir Angkutan Tanah Penutup
− Formulir Penyediaan Bahan Bakar dan Pelumas
− Formulir Persediaan Suku Cadang
− Formulir Kerja Harian Dump Truck
− Formulir Kerja Harian Alat Berat
− Formulir Pemantauan Pekerja
− Dll
741
− Laporan Harian
− Laporan Mingguan
− Laporan Bulanan
− Laporan Tahunan.
4. PENURUNAN SAMPAH
4.1. Pencatatan Kondisi Lapangan
• Setiap awal operasi di pagi hari, pengawas lapangan melakukan peninjauan pada
rencana lokasi penuangan sampah hari itu. Beberapa butir yang perlu dicatat adalah :
− Kondisi sekitar lahan operasi : erosi timbunan, settlement, instalasi pengolah lindi,
pipa biogas dan sebagainya
− Kondisi jalan operasi
− Kondisi stok tanah penutup
− Keadaaan cuaca (catat di FORMULIR-06).
• Berdasarkan hal tersebut dilakukan rencana kerja hari tersebut guna memperlancar
penimbunan sampah. Di samping itu, lokasi penimbunan hari tersebut ditentukan dan
dikomunikasikan pada seluruh petugas terkait. Petugas lapangan akan memberikan
tanda-tanda yang perlu (misalnya patok-patok kayu) tentang batas zone, batas strip, dan
batas working face yang disediakan pada hari itu. Ketinggian (level) final timbunan
sampah dan tanah penutup juga ditentukan, misalnya dengan memberikan tanda
ketinggian pada patok kayu tersebut.
742
– Area tersebut tidak dilalui kendaraan operasional.
– Penyesuaian lokasi tanah cadangan penutup harian dengan kondisi lapangan adalah
di bagian depan sel timbunan sampah yang terbentuk hari sebelumnya.
743
• Letak titik pembongkaran harus diatur dan diinformasikan secara jelas kepada pengemudi
truk agar mereka membuang pada titik yang benar sehingga proses berikutnya dapat
dilaksanakan dengan efisien.
• Titik bongkar umumnya diletakkan di tepi sel yang sedang dioperasikan dan berdekatan
dengan jalan kerja sehingga kendaraan truk dapat dengan mudah mencapainya.
• Titik bongkar yang baik kadang sulit dicapai pada saat hari hujan akibat licinnya jalan
kerja. Hal ini perlu diantisipasi oleh penanggung jawab lokasi agar tidak terjadi.
• Jumlah titik bongkar pada setiap sel ditentukan oleh beberapa faktor :
– Lebar sel
– Waktu bongkar rata-rata
– Frekuensi kedatangan truk pada jam puncak.
• Harus diupayakan agar setiap kendaraan yang datang dapat segera mencapai titik bongkar
dan melakukan pembongkaran sampah agar efisiensi kendaraan dapat dicapai.
• Sampah yang dibawa ke area penimbunan kemudian dituangkan secara teratur sesuai
arahan petugas lapangan di area kerja aktif (working face area) yang tersedia.
• Truk sampah yang akan unloading setelah ditimbang akan langsung menuju tempat
penimbunan yang telah ditentukan. Apabila pengawas lapangan menganggap bahwa lahan
operasi masih sibuk, maka truk tersebut harus menunggu di tempat yang telah tersedia,
seperti di pelataran parkir. Truk tersebut dilarang menuang sampah dimana saja
(sembarangan) kecuali di tempat yang telah ditentukan oleh pengawas lapangan.
• Setelah sampah dituang di tempat yang ditentukan, maka truk langsung meninggalkan
lokasi operasi. Diberikan waktu sekitar 10-15 menit bagi pemulungan (bila ada) untuk
mengambil bagian-bagian sampah yang masih bisa dimanfaatkan. Di luar waktu tersebut,
dilarang dilakukan aktivitas pemulungan, apalagi pada saat alat berat sedang bekerja. Guna
mencegah terbangnya sampah-sampah ringan, maka jaring-jaring portable perlu dipasang.
FORMULIR-04 adalah laporan penimbunan.
• Setelah 5 (lima) truk menuang sampahnya, maka langkah berikutnya adalah perataan dan
pemadatan sampah (kalau mungkin lapis per lapis) oleh alat berat (track-dozer) sampai
ketinggian sekitar 1,5 meter, dengan kemiringan sekitar 30-45%. Pemadatan oleh
kompaktor atau dozer dilakukan sampai paling tidak 5 (lima) kali penggilasan guna
mendapatkan timbunan sepadat mungkin.
• Setiap zone selebar 25-30 meter akan mampu menerima sekaligus 5 truk dengan lebar
working face sekitar 5 m untuk setiap truk yang akan unloading. Perataan permukaan dari
timbunan sampah tersebut dilakukan dengan pemasangan tali atau tanda-tanda lain seperti
telah dibahas sebelumnya. Ketinggian dari timbunan tersebut harus dicatat oleh pengawas
lapangan.
744
Skema Operasional Penurunan Sampah Skema Operasional Penurunan Sampah
Mulai dari Bawah Mulai dari Atas
Gambar 4.2. Operasional penurunan sampah
745
5. PENYEBARAN DAN PEMERATAAN SAMPAH
5.1. Penyebaran Sampah
• Setelah sampah diturunkan, sampah diangkut dan disebarkan pada bidang penimbunan.
Pengangkutan dilakukan dengan wheel loader dan track loader. Wheel loader
digunakan untuk mengangkut sampah menuju jarak lokasi penyebaran.
• Untuk penyebarannya menggunakan track loader. Dengan melihat kondisi medan TPA
yang ada lebih dibutuhkan track loader karena kemampuannya dalam tanjakkan.
• Sampah dipindahkan dari lokasi peletakan sampah ke bidang sebaran di dalam lokasi
kerja penimbunan. Selain memasukkan sampah ke dalam bidang sebaran, alat berat juga
berfungsi untuk meratakan sebaran ke seluruh bagian dari bidang sebaran tersebut.
• Hal-hal yang harus diperhatikan dalam operasi penyebaran sampah ini adalah :
– Operasi ini dilakukan oleh alat berat yang memiliki kapasitas besar, seperti track
loader atau bulldozer.
– Lintasan alat berat sebaiknya berlangsung dalam arah tegak lurus bidang sebaran.
– Penyebaran harus dilakukan di seluruh luas bidang sebaran yang ditentukan
berdasarkan perkiraan jumlah sampah yang akan ditimbun.
– Penyebaran sampah akan dihentikan setelah terbentuk timbunan sampah setinggi
50 cm (kondisi sampah yang lepas) di seluruh luas bidang sebaran. Bidang sebaran
yang sudah siap ini kemudian akan dipadatkan oleh alat berat lainnya. Selama
pemadatan berlangsung bidang ini disebut bidang padatan. Penyebaran akan
dilanjutkan pada bidang lain di sebelahnya.
746
5.2. Perataan Sampah pada Bidang Kerja
• Pekerjaan perataan dan pemadatan sampah dilakukan dengan memperhatikan efisiensi
operasi alat berat. Perataan dan pemadatan sampah dimaksudkan untuk mendapatkan
kondisi pemanfaatan lahan yang efisien dan stabilitas permukaan TPA yang baik.
• Pada TPA dengan intensitas kedatangan truk yang tinggi, perataan dan pemadatan
perlu segera dilakukan setelah sampah menggunung sehingga pekerjaan perataannya
akan kurang efisien dilakukan.
• Pada TPA dengan frekuensi kedatangan truk yang rendah maka perataan dan pemadatan
sampah dapat dilakukan secara periodik, misalnya pagi dan siang.
• Setelah sebuah truk melaksanakan tugasnya, maka alat angkut tersebut dicuci, paling
tidak dengan membersihkan bak dan roda truk agar sampah yang melekat tidak terbawa
ke luar lokasi operasi. Bilasan pencucian ini dialirkan menuju pengolah lindi, atau
dikembalikan ke urugan sampah.
Gambar 5.2. Operasional perataan dan pemadatan sampah dengan tanah penutup
pada bidang kerja
747
Gambar 5.3. Tahapan penimbunan sampah sel per sel
748
– Urugan sampah lapis per lapis @ 0,50 - 0,60 m
– Tebal/tinggi per sel 1,20 m dan dapat dibuat 3 lapisan sebelum dilakukan
penutupan antara
– Kemiringan timbunan 20o - 30o (sekitar 1 bagian vertikal dengan 3 sampai 2 bagian
horisontal).
• Kapasitas site :
– Sel timbunan dihitung 3 (tiga) kali dari sampah densitas di awal (sumber), dengan
densitas di TPA rata-rata 0,60-0,70 ton/m3, sehingga kapasitas penimbunan per 1
hektar lahan rata-rata mampu menampung 150.000 m3 sampah terkompaksi atau
sekitar 100.000 ton.
• Pengisian mengikuti kontur yang ada dan dimulai dari lokasi yang lebih rendah yang
terdekat dengan IPL dan seterusnya semakin menjauh (atau ke kontur yang semakin
tinggi), sehingga tercipta lapisan-lapisan atau sel sampah
• Penimbunan baru yang dilakukan di atas timbunan sebelumnya (yang sudah ditutup
tanah penutup) harus membentuk terassering guna mencegah terjadinya longsoran
sampah.
• Metode pengisian ada 2 (dua) cara seperti telah dijelaskan sebelumnya, yaitu :
− Penurunan sampah mulai dari bawah, jadi truk sampah akan turun melalui jalan
operasi ke area kerja landfill paling bawah dan menurunkan sampahnya disana,
kemudian pemindahan dan penataan sampah dilakukan selanjutnya oleh alat berat
749
− Penurunan sampah mulai dari atas, jadi truk sampah akan menurunkan sampahnya
dari atas area kerja penimbunan (biasanya disediakan dermaga truk), kemudian
dituangkan ke bawah, dan selanjutnya di bawah alat berat sudah siap untuk
memindahkan dan menata sampah sesuai dengan rencana penimbunan.
6. PEMADATAN SAMPAH
• Karena adanya keterbatasan ruang dalam penyediaan tempat pembuangan akhir
sampah, maka perlu dilakukan optimalisasi dari kegiatan pengoperasian penimbunan
sampah. Untuk itu perlu peningkatan densitas sampah sehingga untuk volume yang
tersedia dapat menampung jumlah sampah yang lebih besar. Kompaksi yang baik akan
mereduksi volume yang dibutuhkan untuk sarana TPA.
• Ada beberapa keuntungan lain dari dilakukannya suatu pemadatan sampah, yaitu :
– Memperpanjang umur lahan
– Mengurangi penurunan muka tanah
– Mereduksi rongga-rongga
– Mereduksi sampah yang beterbangan
– Menghambat inksekta dan rodentia
– Mereduksi kemungkinan sampah tergerus saat hujan
– Mereduksi jumlah volume tanah harian yang berarti pengurangan kerja alat
berat
– Mereduksi lindi dan migrasi metan
– Menghasilkan muka lapisan yang lebih solid untuk pergerakan truk sampah,
mengurangi pemeliharaan dan perbaikan.
750
6.1. Ketentuan Padatan
• Lapisan sampah
Untuk meningkatkan nilai kompaksi sampah disebarkan dalam lapisannya tidak lebih
dari 50 cm atau 0,5 m. Lapisan yang terlalu tebal menyulitkan mesin untuk
meningkatkan nilai kompaksi. Dalam perencanaan sebaiknya tebal lapisan sel
direncanakan 1,5-2 m dan dalam pelaksananaanya sampah disebarkan dengan ketebalan
0,5 m untuk kemudian dikompaksi dengan alat berat. Baru kemudian disebarkan
sampah berikutnya dengan ketebalan yang sama hingga mencapai ketinggian sel harian.
Untuk mendukung kegiatan tersebut diperlukan patok-patok ketinggian yang menjadi
acuan operator pemadatan.
• Jumlah Lintasan
Tingkat kepadatan (kompaksi) timbunan sampah yang diharapkan sebesar 600-700
kg/m3 (0,60-0,70 ton/m3). Tingkat kompaksi tersebut dicapai melalui pelintasan
kompaktor atau dozer sebagai alat pemadat sampah sebanyak 5 kali pada setiap
ketinggian sampah telah mencapai 0,5 m.
• Kemiringan lapisan sampah
Kemiringan yang didesain 1 : 2 memungkinkan dicapaikan kompaksi terbaik dengan
peralatan track-type. Saat menanjak akan mendorong tercapainya nilai kompaksi yang
lebih baik karena menggerus dan menggilas sampah menjadi material yang lebih kecil.
• Kelembaban Material
Kelembaban material dapat meningkatkan kompaksi. Kelembaban yang terbaik untuk
kompaksi adalah sekitar 50%. Dengan demikian resirkulasi lindi akan menjadi alternatif
yang baik untuk meningkatkan nilai kompaksi.
• Penutupan Lapisan Sampah
Penutupan lapisan sampah dilakukan dengan menggunakan tanah sebagaimana telah
dijelaskan pada perancangan tanah penutup. Material penutup akan menambah nilai
kompaksi 50 - 100 kg/m3.
751
7. PENUTUPAN TANAH
7.1. Pengangkutan Tanah
• Tahap pengangkutan tanah bertujuan untuk :
– Membawa tanah tergali ke lokasi cadangan tanah penutup.
– Mengambil tanah dari lokasi cadangan tanah penutup ke lokasi cadangan tanah
penutup harian
– Mengambil tanah penutup dari lokasi cadangan tanah penutup harian untuk
diangkut menuju area kerja
• Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan penggalian dan pengangkutan
tanah adalah :
– Penggalian tanah yang berasal dari lokasi galian di dalam lahan efektif tidak boleh
melebihi kedalaman elevasi rencana gali-urug bidang itu.
– Operasi penggalian dan pengangkutan tanah sebaiknya dilakukan sebelum
penimbunan pada tahun yang direncanakan berlangsung. Sisa tanah pada
pengerjaan penyiapan lahan pada tahun perencanaan diharuskan untuk disimpan
pada lokasi cadangan tanah penutup, sehingga tidak akan menambah pekerjaan
pengangkutan tanah.
– Penggalian tanah sebaiknya dilakukan pada musim kemarau, sehingga operasi
pengangkutan tanah menuju lokasi tanah penutup dapat dilakukan dengan
menggunakan truk biasa
– Pengangkutan tanah dari lokasi galian ke lokasi cadangan tanah penutup sebaiknya
dilakukan pada lintasan-lintasan yang tidak akan mengganggu jalannya operasi
penurunan, pemindahan, atau penimbunan sampah.
– Pengangkutan akan menggunakan kendaraan jenis dump truck.
• Alternatif sumber tanah penutup, dapat berasal dari :
− Lokasi TPA sendiri, tanah dari kegiatan cut and fill dalam penyiapan area
penimbunan
− Luar lokasi TPA, dengan mendatangkan tanah dari luar lokasi dengan syarat
lokasinya tidak terlalu jauh sehingga biaya transportasinya masih layak
berdasarkan analisis ekonomi
− Apabila alternatif di atas tidak memungkinkan, maka dapat menggunakan :
− Sampah lama yang usianya lebih dari 5 (lima) tahun dengan ditambang
kembali (landfill mining)
− Sampah bangunan (puing-puing bangunan)
− Lumpur dari IPL
− Kompos dari hasil kegiatan 3R apabila tidak dipasarkan
− Geomembran atau terpal, dsb
752
• TPA perlu menyediakan lokasi cadangan tanah penutup, terutama kalau tanahnya
didatangkan dari luar lokasi TPA. Selain dibuat lokasi cadangan tanah untuk satu tahun,
juga harus disediakan lokasi cadangan tanah harian. Cadangan tanah harian disediakan
untuk kebutuhan lapisan tanah penutup harian bagi sel keesokan harinya, sehingga
pengeluaran volume tanah dari stok dapat terpantau sesuai dengan rencana dan di
samping itu juga lebih memudahkan operasional penutupan tanah.
• Pemindahan tanah dari lokasi cadangan tanah ke lokasi cadangan tanah penutup harian
tidak tergantung pada pelaksanaan penimbunan sampah di lokasi kerja penimbunan
sehingga ada kemungkinan pekerjaan ini dilakukan pada saat yang bersamaan dengan
pekerjaan penimbunan sampah. Pemindahan tanah dilakukan dengan menggunakan alat
berat, seperti track loader atau wheel loader.
753
Gambar 7.2. Detail lapisan penutup harian
754
Gambar 7.3. Detail lapisan tanah penutup harian dan antara
755
memiliki kapasitas kelembaban (moisture holding capacity) yang tinggi. Tebal
lapisan minimal 15 cm. Sebaiknya lapisan ini diberikan tambahan kandungan
bahan organik (pupuk). Namun demikian, pada pasca operasi direncanakan
penanaman pohon dengan akar yang dalam, maka ketebalan harus mencapai
(1,5 - 2 m) agar kondisi pohon cukup kuat dan pertumbuhan akarnya tidak
terganggu oleh gas yang terperangkap dalam lapisan sampah.
756
• Penutupan sampah dengan tanah serta proses pemadatannya dilakukan secara bertahap
sel demi sel, sehingga setelah sel lapisan pertama selesai maka dapat dilanjutkan dengan
membuat lapisan selanjutnya di atasnya.
• Lakukan pencatatan terhadap jenis, frekuensi, dan ketebalan tanah penutup reguler pada
sel-sel urugan/timbunan sampah.
• Padatkan tanah penutup reguler dengan alat berat, dan arahkan kemiringan dasar
menuju pengumpul aliran drainase. Upayakan agar air run-off ini tidak bercampur
dengan saluran penampung lindi yang keluar secara lateral.
• Lapisan tanah penutup hendaknya :
– Tidak tergerus selama menunggu penggunaan, seperti tergerus hujan, tergerus
akibat operasi rutin, khususnya akibat truk pengangkut sampah dan operasi alat
berat yang lalu di atasnya
– Mempunyai kemiringan menuju titik pengumpulan.
• Sistem penutup akhir pada controlled landfill terdiri atas beberapa lapis, yaitu berturut-
turut dari bawah ke atas :
– Di atas timbunan sampah : lapisan tanah penutup reguler (harian atau antara)
– Lapisan tanah liat setabal 20 cm dengan permeabilitas maksimum sebesar 1 x 10-7
cm/det
– Lapisan tanah humus setebal minimum 60 cm
• Sistem penutup akhir pada sanitary landfill terdiri atas beberapa lapis, yaitu berturut-
turut dari bawah ke atas :
– Di atas timbunan sampah : lapisan tanah penutup reguler (harian atau antara). Bila
sel harian tidak akan dilanjutkan untuk jangka waktu lebih dari 1 bulan, maka
dibutuhkan penutup antara setebal 30 cm dengan pemadatan
– Lapisan karpet kerikil berdiameter 30 – 50 mm sebagai penangkap gas horizontal
setebal 20 cm, yang berhubungan dengan perpipaan penangkap gas vertikal
– Lapisan tanah liat setebal 20 cm dengan permeabilitas maksimum sebesar 1 x 10-7
cm/det.
– Lapisan karpet kerikil under-drain penangkap air infiltrasi terdiri dari media kerikil
berdiameter 30 – 50 mm setebal 20 cm, menuju sistem drainase. Bilamana
diperlukan di atasnya dipasang lapisan geotekstil untuk mencegah masuknya tanah
di atasnya
– Lapisan tanah humus setebal minimum 60 cm.
• Kemiringan tanah penutup akhir hendaknya mempunyai grading dengan kemiringan
maksimum 1 : 2 untuk menghindari terjadinya erosi.
• Kemiringan dan kondisi tanah penutup harus dikontrol setiap hari untuk menjamin
peran dan fungsinya, bilamana perlu dilakukan penambahan dan perbaikan pada lapisan
ini.
757
• Dalam kondisi sulit mendapatkan tanah penutup, dapat digunakan reruntuhan bangunan,
sampah lama atau kompos, debu sapuan jalan, hasil pembersihan saluran sebagai
pengganti tanah penutup.
• Penutup akhir diaplikasikan pada setiap area penimbunan yang tidak akan digunakan
lagi lebih dari 1 tahun. Ketebalan tanah penutup final ini paling tidak 60 cm.
• Rasio tanah penutup secara keseluruhan sebesar 15 - 20 % dari sampah yang ditimbun
dan mempunyai grading dengan kemiringan tidak lebih dari 30o untuk mencegah
terjadinya erosi.
• Pada area yang telah dilaksanakan penutupan final diharuskan ditanami pohon yang
sesuai dengan kondisi daerah setempat.
• Kegiatan operasional penimbunan sampai dengan penutupan akhir dicatat pada
FORMULIR-03.
758
Gambar 7.7. Operasional penyediaan dan penyebaran tanah penutup
759
Lapisan timbunan sampah dipadatkan dengan cara digiling sebanyak 5-7 kali sehingga
didapatkan kepadatan optimum 600-650 kg/m3.
Operasi kerja bulldozer harus diatur dengan baik agar tidak mengganggu lalu lintas
operasi pengangkutan.
4. Penutupan lapisan sampah, penutupan lapisan sampah dilakukan setiap akhir operasi pada
sel harian yaitu sebagai berikut:
Pada akhir penimbunan sampah harus dilakukan penutupan timbunan tersebut dengan
tanah urugan yang sudah disiapkan sebelumnya.
Tanah penutup disiapkan dan diambil dari bukit sebagai quarry (sumber material) dari
lokasi TPA. Pengangkutan tanah penutup dilakukan dengan menggunakan dump truck .
Penggalian dan penumpukan tanah penutup menggunakan excavator.
Setelah lapisan tanah penutup dihamparkan kemudian langsung dipadatkan kembali
dengan roller 2 – 3 sehingga diperoleh kepadatan dan ketebalan.
Adapun beberapa ketentuan tenis dalam penggunaan alat berat ini adalah sebagai berikut:
• Kebutuhan alat berat untuk sebuah TPA akan bervariasi sesuai dengan perhitungan
desain dari sarana landfill ini.
760
• Alat berat yang digunakan untuk operasi penimbunan sampah hendaknya selalu siap
untuk dioperasikan setiap hari.
• Katalog dan tata-cara pemeliharaan harus tersedia di lapangan dan diketahui secara baik
oleh petugas yang diberi tugas.
• Melakukan inventarisasi dan teliti kembali spesifikasi teknis dan fungsi alat-alat berat
yang tersedia :
– Loader atau bulldozer (120 – 300 HP) atau landfill compactor (200 – 400 HP)
berfungsi untuk mendorong, menyebarkan, menggilas/memadatkan lapisan
sampah. Gunakan blade sesuai spesifikasi pabrik guna memenuhi kebutuhan
kapasitas aktivitas
– Excavator untuk penggalian dan peletakan tanah penutup ataupun memindahkan
sampah dengan spesifikasi yang disyaratkan dengan bucket 0,5 - 1,5 m3
– Dump truck untuk mengangkut tanah penutup (bila diperlukan) dengan volume 8 –
12 m3
• Penggunaan dan pemeliharaan alat-alat berat harus sesuai dengan spesifikasi teknis dan
rekomendasi pabrik. Karena alat-alat berat tersebut pada dasarnya digunakan untuk
pekerjaan-pekerjaan teknik sipil, maka penggunaan pada sampah akan mengakibatkan
terjadinya korosi yang berlebihan atau bantalan/sepatu wheel atau bulldozer macet
karena terselip potongan jenis sampah tertentu yang diurug.
• Untuk mengurangi resiko kerusakan tersebut, beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain adalah :
– Kedisiplinan pemanfaatan jalur track (traficability) pada lahan dan bidang kerja
TPA yang telah disiapkan, jalan operasional, dan tanah penutup
– Instruksi yang jelas dan training bagi operator untuk menggunakan dan
memelihara alat-alat berat
• Peningkatan management after-sales service system dengan alokasi dana yang memadai
untuk melakukan pemeliharaan secara rutin dan periodik :
– Penyediaan garasi/bengkel beratap dan peralatan yang diperlukan
– Pembersihan dan pemeliharaan alat-alat berat harian
– Servis alat-alat berat bulanan
– Penyediaan minyak pelumas/oli
– Pembelian dan pemasangan spare-part (alokasi budget tahunan)
– Hubungan on-line dengan supplier/dealer alat-alat berat dan pelatihan diusahakan
untuk operator/mechanic untuk pemahaman lebih lanjut mengenai spesifikasi
teknis, penggunaan dan pelaksanaan perawatan kendaraan secara rutin dan berkala
– Penyiapan record konsumsi bahan bakar, penggunaan minyak pelumas, dan data-
data terkait dengan pemeliharaan rutin dan berkala
• Kegiatan operasional dan pemeliharaan alat berat dicatat pada FORMULIR-04.
761
Gambar 8.1. Jenis alat berat untuk mendukung operasional TPA
9. PENANGANAN LINDI
Penanganan lindi (leachate) untuk TPA di Indonesia minimal menerapkan konsep konvensional
seperti skema berikut.
762
− Pemakaian lapisan dasar/liner untuk mencegah lindi berinfiltrasi ke air tanah.
• Lateral drainage aliran lindi perlu disiapkan, khususnya bila timbunan sampah berada
di atas tanah (above ground) agar lindi yang muncul dari sisi timbunan sampah tidak
bercampur dengan air permukaan (air run-off). Drainase yang terkumpul melalui
drainase khusus ini dialirkan menuju pengolah lindi.
• Penyediaan sarana pengolah lindi yang dihasilkan, termasuk di antaranya :
− Pemasangan saluran lindi di lapisan dasar
− Pembangunan saluran drainase
− Penerapan pengolah lindi.
• Saluran pengumpulan lindi dirancang dan dibuat sedemikian rupa dengan setengah sisi
atas dilubangi (perforasi) dengan diameter dan jarak tertentu.
763
• Dianjurkan agar pada saat tidak hujan, sebagian lindi (leachate) yang ditampung
dikembalikan ke timbunan sampah sebagai resirkulasi lindi. Lakukan pengecekan
secara rutin pompa dan perpipaan resirkulasi leachate untuk menjamin sistem
resirkulasi tersebut.
• Kolam penampung dan pengolah leachate seringkali mengalami pendangkalan akibat
endapan suspensi. Hal ini akan menyebabkan semakin kecilnya volume efektif kolam
yang berarti semakin berkurangnya waktu tinggal, yang akan berakibat pada rendahnya
efisiensi pengolahan yang berlangsung. Untuk itu, perlu diperhatikan agar kedalaman
efektif kolam tetap terjaga.
• Melakukan secara rutin dan periodik updating data curah hujan, temperatur dan
kelembaban udara, debit leachate, kualitas influen dan efluen hasil IPL, untuk
selanjutnya masuk ke informasi recording/pencatatan.
• Lumpur endapan yang mulai tinggi melampaui dasar efektif kolam harus segera
dikeluarkan. Gunakan excavator dalam pengeluaran lumpur ini. Dalam beberapa hal
dimana ukuran kolam tidak terlalu besar, dapat digunakan truk tinja untuk menyedot
lumpur yang terkumpul yang selanjutnya dapat dibiarkan mengering dan dimanfaatkan
sebagai tanah penutup sampah.
• Resirkulasi lindi sangat dianjurkan untuk mempercepat proses stabilitas urugan sampah.
Resirkulasi dilakukan pada saat tidak turun hujan, dengan melakukan pemompaan dari
penampungan lindi menuju pipa gas vertikal, atau menuju langsung pada timbunan
sampah.
• Instalasi pengolah lindi utama adalah kolam stabilisasi/anaerob dan kolam aerasi. Lindi
dari TPA maupun dari drainase limpasan langsung dialirkan menuju kolam itu.
• Kolam stabilisasi/anaerob ini dioperasikan pada kedalaman, minimal 3 m sesuai
dengan kebutuhan (masalah debit maupun oksigen terlarut DO). Operasi pada
kedalaman kurang dari 3 m akan memungkinkan kondisi kolam lebih dapat
menghasilkan oksigen, sedang operasi pada kedalaman lebih dari 3 memungkinkan
waktu detensi yang lebih lama. Pengaturan operasi ini dilakukan dengan
membuka/menutup pintu air yang tersedia.
764
Tabel 9.1. Kriteria teknis pengolahan leachate konvensional
Proses Pengolahan
No. Kriteria
Anaerobik Fakultatif1 Maturasi Biofilter/Wetland
1. Fungsi Removal BOD Removal Removal Menyaring effluen
yang relatif BOD mikroorganisme sebelum dibuang ke
tinggi (>1000 pathogen, nutrien badan air
mg/L),
sedimentasi,
stabilisasi
influen
2. Kedalaman 3-5 1-2 1 - 1,5 2
(m)
3. Removal 50 - 85 70 - 80 60 - 89 75
BOD (%)
4. Waktu 20 - 50 5 - 30 7 - 20 3-5
Detensi2
(hari)
5. Organic 224 - 560 56 - 135 ≤ 17 < 80
Loading
Rate3
(kg/Ha hari)
6. pH 6,5-7,2 6,5-8,5 6,5-10,5 -
7. Bahan Pasangan batu, Pasangan Pasangan batu, Batu, Kerikil, Ijuk,
beton, dll batu, beton, beton, dll Pasir
dll
1
Fakultatif : kolam dengan aerasi tambahan; 2 tergantung pada kondisi iklim; 3 nilai tipikal, nilai yang lebih tinggi
telah diterapkan pada beberapa lokasi.
765
Faktor aerob di awal akan membantu pengkondisian ini. Bila diperlukan dilakukan
aliran tertutup (tanpa efluen baru) antara kolam maturasi dengan kolam aerasi.
• Unit berikutnya adalah lahan sanitasi atau kolam sorpsi-filtrasi (maturasi) yang sasaran
utamanya adalah mengurangi pencemar lindi dengan evapotranspirasi (penguapan) dan
mengikat logam-logam berat. Di samping itu, susunan tanah yang tersedia akan
berfungsi pula mengurangi pencemar organik dari kolam maturasi.
• Kolam terakhir adalah area kontrol dengan tanaman (wetland). Kolam ini diharapkan
mempunyai DO lebih tinggi, sehingga bila dianggap perlu efluen dari kolam ini dapat
dikembalikan ke kolam I untuk mensuplai oksigen bagi kolam stabilisasi. Di samping
itu, kolam ini bersifat kontrol sebelum dibuang ke badan air.
• Drainase lindi menggunakan sistem perpipaan yang menuju pipa induk penyalur lindi.
Pipa pengumpul ini terletak pada setiap zone/blok penimbunan sampah dengan
kemiringan pipa minimum 1-3%. Di samping sistem perpipaan, pengumpulan lindi juga
memanfaatkan kemiringan dasar area, yaitu menuju ke tanah lahan kerja dengan
kemiringan minimum 1-3% sehingga diharapkan pengumpulan dan penyaluran lindi
menjadi lebih efektif.
• Pada TPA, IPL (instalasi pengolahan lindi) utama yang dapat diusulkan contohnya
adalah kolam stabilisasi/anaerob dengan additional kolam seeding bakteri anaerob,
dilanjutkan dengan kolam aerasi secara alamiah dan kolam maturasi, dan lahan sanitasi
berupa kolam filtrasi sorpsi.
• Seluruh kegiatan untuk operasional unit pengolah lindi dicatat pada FORMULIR-07
dan 08.
• Beberapa catatan :
– Pada perhitungan rancangan efisiensi sistem dalam menurunkan beban organik
ditumpukan pada kolam stabilisasi sebab menurut penelitian efisiensi itu tidak
banyak bertambah dengan adanya penambahan waktu kontak pada kolam
– Lahan sanitasi diharapkan dapat menurunkan beban organik tersisa serta logam
berat yang ada, baik secara biologis maupun secara adsorbsi serta penukaran ion, di
samping pengurangan lindi dengan jalan evapotranspirasi. Secara praktis sulit
menentukan besarnya efisiensi yang terjadi, karena akan tergantung susunan
tanahnya
– Namun secara keseluruhan diperkirakan bahwa beban efluen (organik maupun
anorganik) yang dikeluarkan akan sesuai dengan baku mutu
– Asumsi BOD influen rata-rata adalah 4000 mg/lt, sedang asumsi efluen final
adalah sesuai dengan baku mutu efluen golongan III, yaitu 150 mg/l
– Asumsi debit rata-rata adalah rata-rata harian pada kolam maksimum sesuai dengan
perhitungan.
• Konstruksi IPL ini sebaiknya dibuat dari konstruksi beton kalau lokasi termasuk daerah
rawan gempa, sehingga konstruksi IPL harus benar-benar terjamin strukturnya. Setelah
766
penggalian, seluruh dasar dan dinding kolam dilapisi beton dengan ketebalan tertentu.
Jenis ini memiliki resiko kebocoran kecil, namun memerlukan biaya cukup tinggi.
Sedangkan untuk menghemat biaya dalam pembangunan IPL (dengan catatan lokasi
terletak bukan pada daerah rawan gempa), maka konstruksi IPL dapat dirancang dengan
konstruksi pasangan batu kali atau kombinasi pasangan batu kali dengan lapisan kedap
geomembran, tentunya tingkat keamanan strukturnya lebih rendah daripada beton.
767
9.3. Resirkulasi Lindi
• Resirkulasi lindi dari kolam stabilisasi/anaerob dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara,
yaitu :
– Kembali ke kolam stabilisasi/anaerob
– Menuju ke lahan kerja
– Menuju ke lahan pengomposan.
• Resirkulasi dilakukan dengan menutup pintu air menuju kolam aerasi, dan membuka
pintu air ke sumuran pengumpul. Pompa portable disambungkan ke pipa yang telah
tersedia.
• Bila resirkulasi diarahkan ke kolam stabilisasi kembali, maka katup ke lahan kerja
ditutup. Bila resirkulasi diarahkan ke lahan kerja, maka katup ke pintu kolam aerasi
ditutup, dan katup ke lahan kerja dibuka.
• Resirkulasi ke lahan kerja dilakukan langsung ke casing kerikil pada pipa penangkap
gas dijalur utama pipa lindi (box pertemuan pipa lindi utama), atau langsung ke
timbunan sampah yang telah ditutup. Sambungan pipa 50 cm dari terminal pipa
resirkulasi secara manual dihubungkan menuju lokasi penangkap gas dimaksud.
768
− Adanya indikasi retakan pada dinding kolam yang dapat menyebabkan rembesan lindi
ke dalam tanah. Bila hal ini terjadi maka harus segera dilakukan upaya perbaikan
dengan melakukan penambalan pada bagian yang retak sesuai konstruksi kolam.
Kolam dari konstruksi tanah liat perlu ditambal dengan tanah liat, demikian pula
konstruksi pasangan batu harus ditambal kembali dengan pasangan yang sama.
− Adanya pertumbuhan tanaman merambat pada dinding kolam seperti rumput atau
tanaman menjalar lainnya harus segera dihentikan dengan mencabut tanaman tersebut
berikut akarnya dan memperbaiki bagian yang retak bekas tertancapnya akar. Akar
pohon besar yang menjalar mendekati kolam berpotensi menimbulkan kerusakan
konstruksi sehingga harus segera dihentikan dengan menebang pohon tersebut. Seperti
diketahui konstruksi kolam harus bebas dari pohon besar agar tidak mengganggu baik
konstruksi maupun proses di dalamnya.
− Adanya perubahan berupa penurunan permukaan tanah di sekitar kolam pengolahan
yang berpotensi melimpaskan air hujan ke dalam kolam harus segera ditindaklanjuti
dengan perbaikan permukaan tanah.
769
- Lumpur endapan yang mulai tinggi melampaui dasar efektif kolam harus segera
dikeluarkan. Alat berat excavator sangat efektif dalam pengeluaran lumpur ini. Dalam
beberapa hal dimana ukuran kolam tidak terlalu besar juga dapat digunakan truk tinja
untuk menyedot lumpur yang terkumpul yang selanjutnya dapat dibiarkan mengering
dan dimanfaatkan sebagai tanah penutup sampah.
770
- Pengecatan peralatan mekanis dan pendukungnya perlu dilakukan secara berkala.
Bagian yang berada diluar bangunan sebaiknya dicat ulang setiap tahun.
9.6. Penunjang
Untuk menunjang kegiatan pemeliharaan agar dapat berlangsung dengan baik sehingga seluruh
fasilitas instalasi selalu berada dalam kondisi yang baik diperlukan beberapa fasilitas penunjang
diantaranya :
C. Buku Manual
Buku manual baik untuk operasi dan pemeliharaan dari setiap fasilitas harus disimpan
dengan baik agar sewaktu-waktu diperlukan dapat tersedia.
Berdasarkan lokasi jatuhnya air hujan ke permukaan tanah dapat dibedakan atas 2 kategori yaitu
run off dan run on. Run off adalah Air hujan yang jatuh di luar area TPA yang harus dicegah
agar tidak melimpas ke area TPA dan menimbulkan potensi rembesan. Drainase untuk menahan
run off ini pada umumnya dibangun di sekeliling area TPA. Sedangkan run on adalah air hujan
yang jatuh dan melimpas di atas permukaan timbunan sampah yang harus segera diarahkan
771
menuju fasilitas drainase terdekat. Untuk mengalirkan air hujan yang jatuh di atas timbunan
sampah, kemiringan permukaan tanah penutup harus diatur agar mengarah pada saluran
drainase.
2. Penanganan Endapan
Saluran drainase perlu dijaga agar tidak menjadi tempat tertumpuknya endapan pasir dan
tanah, terutama dari erosi lapisan tanah penutup TPA. Endapan yang dibiarkan akan mudah
ditumbuhi tanaman rumput atau semak yang cepat sekali membesar / mengembang
sehingga menimbulkan kerusakan yang lebih besar pada saluran drainase. Dalam hal
dijumpai endapan pada saluran drainase maka perlu diupayakan untuk segera
memindahkan endapan tersebut. Pada saat yang bersamaan juga perlu dicari lokasi asal
endapan tersebut. Bila dijumpai ada bagian dari lapisan tanah penutup yang mengalami
erosi maka perlu segera dilakukan perbaikan atas tanah penutup tersebut.
772
Gambar 10.2. Lumpur dari TPA
3. Penanganan Erosi
TPA yang terletak di daerah bertopografi bukit dengan kemiringan yang besar umumnya
sangat rawan terhadap masalah erosi atau pengikisan saluran. Hal ini terutama disebabkan
oleh kesalahan perancangan kemiringan saluran yang berakibat pada tingginya kecepatan
aliran air sehingga menyebabkan erosi lapisan tanah di tepi saluran yang pada gilirannya
akan menyebabkan perubahan bentuk penampang saluran. Tidak jarang saluran yang telah
diperkeras dengan plesteran maupun pasangan batu kali dapat terkikis dan hancur oleh
derasnya arus air dalam saluran tersebut.
Pada kasus kerusakan akibat tinginya kecepatan (kesalahan rancangan saluran) maka
diperlukan perubahan pada rancangn bangun saluran, yaitu berupa perubahan kemiringan
dasar saluran yang diikuti dengan pembuatan terjunan untuk mengurangi kecepatan aliran
air. Sementara itu saluran tanah yang berubah profilnya akibat erosi perlu segera
dikembalikan ke dimensi semula agar dapat berfungsi mengalirkan air dengan baik.
773
11. FASILITAS KEDAP AIR
Rembesan lindi yang menembus lapisan tanah sangat berpotensi menimbulkan pencemaran air
tanah ke lingkungan sekitarnya. Rembesan menjadi semakin besar bila tekstur tanah didominasi
oleh jenis tanah pasir. Itu sebabnya dalam pemilihan lokasi TPA ditentukan kriteria regional
yang menyangkut karakteristik hidrogeologi dimana disyaratkan lapisan tanah harus memiliki
angka kelulusan (permeability coefficient) kurang dari 1/1.000.000 cm/detik yang diyakini
mampu menahan rembesan air lindi keluar dari sel TPA.
Lahan TPA yang memiliki karakteristik tanah lempung sangat ideal bagi TPA karena
kemampuannya untuk menahan rembesan lindi. Namun dalam hal lahan TPA tidak memenuhi
syarat, maka harus diupayakan suatu masukan teknologi untuk menambahkan lapisan kedap air
pada sel TPA tersebut. Lapisan kedap air dimaksudkan sebagai lapisan yang mampu menahan
rembesan lindi agar tidak mencapai lapisan air tanah dan mencemarinya.
Bila tersedia di lokasi, lapisan kedap air yang paling murah adalah lempung. Namun mengingat
tidak seluruh tempat tersedia lempung, maka dapat digunakan beberapa jenis lapisan kedap
lainnya dengan peruntukan sesuai kondisi setempat yang meliputi : kondisi geologis area,
koefisien kelulusan air, lapisan dan aliran air tanah serta penggunaan lahan di sekitarnya.
Beberapa jenis lapisan kedap air lain diantaranya adalah :
− Lapisan Sintetis
Umumnya terbuat dari bahan karet sintetis yang relatif fleksibel dengan ketebalan 1,5 mm.
Tersedia di pasaran dengan berbagai merk dan memiliki ukuran lebar bervariasi 5,3 m; 6,8
m ; 10,5 m ; dan seterusnya; dengan panjang yang juga bervariasi antara 55 m-381 m.
Untuk mencegah terjadinya kerusakan atas lapisan ini umumnya dipasang terlebih dahulu
lapisan tanah sebelum sampah diratakan di atasnya. Penyambungan antar lapisan
memerlukan pekerjaan yang teliti untuk menghindari terjadinya kebocoran.
− Lapisan Polimer Sintetis
Seperti halnya di atas, juga tersedia di pasaran lapisan dengan ukuran dan penanganan yang
sama tetapi terbuat dari bahan polimer sintetis. Bahan ini relatif lebih kaku dibanding karet
sintetis.
− Lapisan Aspal
Suatu cairan aspal khusus juga dapat digunakan sebagai lapisan kedap di TPA umumnya
dilakukan dengan menyemprot permukaan yang keras (tanah keras berbatu/padas) sampai
ketebalan 3-5 mm. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan tenaga pelapis
disamping karakteristik sampah yang dibuang.
774
Gambar 11. 1 Lapisan kedap air TPA
Pemeliharaan lapisan kedap air merupakan hal yang sangat penting, khususnya pada saat lapisan
tersebut belum tertutup oleh timbunan sampah. Lapisan kedap air yang terbuka sangat mungkin
mengalami kerusakan berupa :
1. Retakan
Retakan sangat mudah terjadi pada lapisan kedap yang terbuat dari lapisan lempung padat. Hal
ini terjadi umumnya bila cuaca panas dan kering sehingga kandungan air dari lempung menguap
dan meninggalkan retakan pada lapisan lempung kering. Bila retakan ini dibiarkan dan
dilanjutkan dengan penimbunan sampah maka sangat mungkin terjadi rembesan lindi melalui
retakan tersebut, sehingga fungsi dari lapisan kedap air tidak terpenuhi dan lingkungan sekitar
TPA akan tercemari oleh lindi. Retakan ini dapat dihindari dengan menyiramkan air secara
periodik pada lapisan lempung terutama pada saat cuaca panas, sehingga kelembaban lapisan
dapat dipertahankan. Bila retakan telah terjadi maka diperlukan penambalan dan penyiraman
sehingga retakan dapat tertutup kembali dan potensi rembesan lindi dapat dikurangi.
2. Kebocoran
Kebocoran lapisan kedap umumnya terjadi akibat sambungan yang tidak baik pada saat
konstruksi. Hal ini terutama terjadi karena proses penyambungan yang tidak dilakukan secara
benar. Pada lapisan kedap dari bahan sintetis diperlukan penyambungan dengan kualitas yang
baik; yang dapat dicapai bila proses penyambungan dilakukan sesuai ketentuan teknis yang ada.
Dalam beberapa kasus terjadi proses penyambungan yang berkualitas rendah akibat kotoran-
kotoran yang tidak dihilangkan pada lapisan kedap tersebut sehingga antara satu lapisan dengan
lapisan yang lain tidak menempel dengan baik dan terjadi kebocoran dengan akibat seperti di
atas.
Kebocoran lapisan juga dapat terjadi akibat pembebanan pada lapisan kedap tersebut. Misalnya
ada pemindahan barang atau beban manusia di atas lapisan kedap yang telah terpasang namun
775
belum dilapisi tanah pelindung. Hal ini dapat menyebabkan lapisan tersebut terluka / mengalami
retakan sehingga berpotensi pada terjadinya kebocoran. Lapisan kedap yang dibiarkan terbuka
dalam jangka waktu yang panjang juga berpotensi mengalami kebocoran. Hal ini disebabkan
oleh menguapnya pelarut dari lapisan tersebut akibat panas dan sinar matahari; yang berakibat
pada menurunnya fleksibilitas / kelenturan lapisan sehingga mudah mengalami kebocoran.
776
merupakan ventilasi yang dibangun pada saat timbunan akhir sudah terbentuk,
yang dapat dihubungkan pada pembakar gas (gas-flare) atau dihubungkan dengan
sarana pengumpul gas untuk dimanfaatkan lebih lanjut. Perlu difahami bahwa
potensi gas pada ex-TPA ini sudah mengecil sehingga mungkin tidak mampu untuk
digunakan dalam operasi rutin.
• Timbulan gas harus dimonitor dan dikontrol sesuai dengan perkiraan umurnya.
• Beberapa kriteria desain perpipaan vertikal pipa biogas :
– Pipa gas dengan casing PVC atau PE atau HDPE : 100 - 150 mm
– Lubang bor berisi kerikil : 50 - 100 cm
– Perforasi : 8 - 12 mm
– Kedalaman : 80 %
– Jarak atara ventilasi vertikal : 25 – 50 m.
777
• Sistem pemasangan harus mengikuti ketinggian penimbunan sampah, jadi
penyambungan pipa ke atas dilakukan bertahap (tidak sekaligus pada awal
pembangunan). Pipa yang dipasang akan dilindungi oleh casing yang terbuat dari
tumpukan drum bekas.
• Persyaratan teknis perpipaan :
– Jenis perpipaan yang digunakan dapat berupa jenis pipa PVC/PE/HDPE.
– Sistem perpipaan terdiri dari 1 (satu) jenis, yaitu :
– Perpipaan yang berfungsi sebagai penyalur gas (dia.200 mm)
– Seluruh pipa dan fitting-accesories yang digunakan harus mengikuti standar-
standar yang berlaku untuk pipa air buangan
– Perforasi pada pipa penangkap/pengumpul dilaksanakan sesuai dengan gambar
desain dengan alat yang tidak akan merusak kekuatan pipa.
• Persyaratan teknis casing drum :
– Kecuali ditentukan lain oleh direksi, maka casing perpipaan gas yang digunakan
dalam pekerjaan ini adalah dari drum bekas
– Sistem casing perpipaan terdiri dari 1 jenis, yaitu drum metal bekas (dia.800 mm)
– Seluruh casing pipa gas dan fitting-accesories yang digunakan harus mengikuti
standar-standar yang berlaku untuk pipa air buangan
– Perforasi pada casing pipa penyalur (evakuasi) dilaksanakan dengan alat yang
tidak akan merusak kekuatan casing.
– Pemasangan dilakukan dengan hati-hati supaya tidak mengganggu pipa gas yang
telah terpasang.
– Setelah casing drum terpasang kemudian bagian kosong antara casing drum
dengan pipa gas diidi dengan gravel (dia. 5-15 cm).
– Selain casing drum bekas, dapat juga menggunakan alternatif lain seperti casing
beton, casing metal, ataupun casing ban bekas.
778
Gambar 12.2. Alternatif perpipaan gas vertikal
(casing drum bekas dan casing ban mobil bekas)
Gambar 12.3. Tipikal pembentukkan sumur kerikil pada penempatan pipa gas vertikal
• Pipa tersebut dapat ditutup dengan instalasi guna memungkinkan pemanfaatan secara
sentral. Namun potensi dari biogas ini perlu diobservasi terlebih dahulu sebelum
dieksploitasi untuk kebutuhan komersil.
• Apabila gas yang dihasilkan tidak dimanfaatkan, maka sebaiknya di-flaring dengan
dipasang burner pada ujung masing-masing pipa ataupun dapat membuat sistem
terpusat dan burner hanya dipasang satu di pipa induk pembuangan.
779
Gambar 12.4. Tipikal kepala pipa gas bila akan direcovery
780
Gambar 12.5. Tipikal pertemuan pipa lindi dan pipa gas
Gambar 12.6. Tipikal pertemuan drainase lindi dan pipa gas vertikal
781
Gambar 12.7. Detail evakuasi gas dengan sistem pencangkokan pipa gas
(Dapat Diterapkan pada Revitalisasi TPA dengan Lapisan Sampah di Bawah Lapisan Dasar)
782
Gambar 12.8. Pembakaran gas (flaring) untuk konversi CH4 menjadi CO2
Gas metan yang dihasilkan oleh landfill cukup banyak jumlahnya. Gas tersebut merupakan
sumber energi yang dapat diperbaharui. Untuk mengurangi gas penyebab efek rumah kaca,
pemerintah di seluruh dunia berlomba-lomba untuk mengkonversi gas yang dihasilkan oleh
landfill menjadi energi listrik atau disebut dengan Landfill Gas (LFG).
783
Gambar 12.10. Skema instalasi konversi gas metan menjadi listrik
Dalam melakukan recovery energy dari gas yang dihasilkan oleh landfill, terdapat dua hal
penting yang harus diperhatikan yaitu memaksimalkan debit BTU dan memenuhi baku mutu
emisi. Dengan tujuan recovery ini, pembakaran gas yang dihasilkan oleh landfill juga ditujukan
untuk menghilangkan material volatile organic compounds (VOC’s). Energi yang dihasilkan
dari LFG terdiri dari berbagai jenis, mulai dari low-grade hingga high-grade, tergantung dari
tingkat pemrosesan gas yang dihasilkan. Proses produksi untuk setiap jenis gas adalah sebagai
berikut.
Terdapat beberapa komponen yang diperlukan dalam operasional system recovery gas,antara
lain heat exchanger, process chillers, mesin, kompresor gas, turbis gas, generator listrik, boilers.
784
Heat exchanger : digunakan untuk mendinginkan dan memanaskan gas landfill. Contoh dari
komponen heat exchanger adalah chilled water exchanger yang digunakan
untuk mendinginkan gas landfill dan menangkap air kondensat untuk
mencapai titik embun spesifik gas; gas exchanger untuk mengembalikan
kembali LFG ke titik embun semula; pelindung radiator air untuk
kompresor, mesin, atau turbin untuk memelihara minyak pendingin atau air
dalam rentang temperatur yang ditentukan; cooling tower untuk
mendinginkan kompresor.
Process Chillers :digunakan untuk penekanan titik cair LFG agar produk LFG memenuhi
spesifikasi dan tidak mengeluarkan cairan hasil kondensasi yang mungkin
dapat mempengaruhi penggunaan LFG.
Mesin : bertugas untuk menjalankan generator dan kompresor dalam oprasional
medium BTU LFG. Pada umumnya, operasional mesin mensyaratkan
kualitas gas minimum 50% untuk dapat berkerja dengan baik.
Kompresor Gas :bertugas memberikan tekanan LFG untuk mesin, turbin, boilers, dan
perpipaan gas.
Turbin Gas : bertugas menjalankan generator untuk menghasilkan energy listrik.
Komponen ini rentan terhadap korosi dan kerusakan akibat rendahnya
kualitas gas.
Generator Listrik : terhubung ke turbin gas atau mesin untuk menghasilkan energy listrik.
Boilers : digunakan untuk menghasilkan uap melalui pemanasan air dalam tekanan
tinggi atau rendah. Seperti turbin, performa turbin rentan terhadap korosi dan
kualitas gas yang buruk.
Dalam operasional LFG, konsentrasi metan harus dijaga tetap tinggi, minimal 50%. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga pasokan gas ke LFG dan mencegah udara masuk ke dalam system
pembakaran. Udara yang terlalu banyak akan menghambat proses LFG dan terlalu banyak
785
proses LFG akan mengurangi panas serta kuantitan metan yang tersedia. Saat proses
pemeliharaan system recovery energy dijalankan, system sebaiknya berada tetap dalam keadaan
hidup. Shut down system sebisa mungkin harus dihindari untuk mencegah LFG keluar dari
landfill. Sistem yang berada dalam keadaan mati juga berpotensi menghasilkan bau.
Metan sebesar 25% merupakan konsentrasi minimum yang aman untuk menjalankan boilers,
namun operasional mesin membutuhkan paling tidak konsentrasi metan sebesar 40%. Kunci lain
dalam pemeliharaan system LFG adalah dengan perancangan system pemeliharaan yang baik
sebelum operasional LFG berjalan.
786
LAMPIRAN
1)
Dalam interval 15 menit
2)
Campuran/perumahan/pasar/industri/komersial/lain-lain.
787
FORM-2 : DATA SAMPAH MASUK BULANAN
SUMBER SAMPAH : CAMPURAN / PERUMAHAN / PASAR / INDUSTRI / KOMERSIL /
LAIN-LAIN : ................
Volume Lokasi
Tanggal Jumlah Truk Berat (kg) Catatan
(m3) Penimbunan 2)
788
FORM-3 : LAPORAN OPERASI SAMPAH
1)
Cantumkan sesuai peta kerja, dengan batas-batas dan elevasi.
789
FORM-4 : LAPORAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN ALAT BERAT
JENIS ALAT BERAT : ...............................................................................................
790
FORM-6 : LAPORAN CUACA
791
FORM-8 : LAPORAN DEBIT LINDI DAN POMPA
Waktu
Alat Ukur Alat Ukur Resirkulasi Resirkulasi Jumlah
Kerja
Tanggal Tinggi Air Debit ke Kolam I ke Timbunan Unit
Pompa
(cm) (liter/det) (menit) (menit) Bekerja
(jam)
792