Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

1. TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Lanjut Usia

A. Pengertian lanjut Usia

Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang.
Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Proses
menua (aging process) merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindarkan, yang akan
dialami oleh setiap orang. Menurut Paris Constantinides, 1994 Menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/
mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan terhadap injury
(termasuk infeksi) tidak seperti pada saat kelahirannya, Proses menua sudah mulai berlangsung
sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot,
susunan syaraf dan jaraingan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit. Sebenarnya tidak
ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan seseotang mulai menurun. Pada setiap orang,
fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun saat
menurunnya. Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada umur 20–30
tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap utuh
beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai bertambahnya umur.

B. Batasan umur lanjut usia

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

2. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun 3. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun


Depkes, membagi lansia sebagai berikut :

1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas

2. Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium

3. Kelompok usia lanjut (65 th>) sebagai senium

C. Teori tentang Proses menua

1. Teori Biologik

a. Teori Genetik dan Mutasi

Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul
/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi

b. Pemakaian dan Rusak

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah

c. Autoimun

Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus. Saat jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah dan mati.

d. Teori stres

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan. Regenerasi jaringan tidak
dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel
tubuh lelah dipakai.

e. Teori radikal bebas

Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan bahan organik


seperti karbohidrat dan protein . radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
2. Teori Sosial

a. Teori aktifitas

Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial

b. Teori Pembebasan

Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan diri
dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda
yakni :

1) Kehilangan peran

2) Hambatan kontrol sosial

3) Berkurangnya komitmen

c. Teori Kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Dengan
demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat merupakan gambarannya kelak
pada saat ini menjadi lansia.

Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :

1) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam

proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa

lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan

2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti

3) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi


3. Teori Psikologi

a. Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow

Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri, kebutuhan yang
memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow 11111954). Kebutuhan ini memiliki
urutan prioritas yang berbeda. Ketika kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka
berusaha menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling tinggi dari
kebutuhan tersebut tercapai.

b. Teori individual jung

Carl Jung (1960) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian dari seluruh fase
kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa muda dan masa dewasa muda, usia
pertengahan sampai lansia. Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran
sesorang dan ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan
terhadap dunia luar atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman dari dalam diri
(introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat dilihat pada setiap individu, dan
merupakan hal yang paling penting bagi kesehatan mental.

D. Perubahan Perubahan yang Terjadi Pada Lansia

1. Perubahan fisik

a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra
dan extra seluler

b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam respon waktu


untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem pendengaran, presbiakusis, atrofi
membran timpani, terjadinya pengumpulan serum karena meningkatnya keratin

c. Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh, meningkatnya ambang pengamatan
sinar, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang pandang.
d. Sistem Kardivaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi kaku , kemampuan
jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah berumur 20 tahun sehingga
menyebabkanmenurunnya kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah,
tekanan darah meningg.

e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga menyebabkan


menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya sehingga kapasitas residu
meingkat, nafas berat. kedalaman pernafasan menurun.

f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebabkan gizi buruk, indera


pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi indera pengecap sampai
80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin

g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi sehingga aliran darah
ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun sampai 50 %. Nilai ambang ginjal
terhadap glukosa menjadi meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria
lansia yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria
diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering,
elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.

h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon menurun,
sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah, aktifitas tiroid menurun
sehingga menurunkan basal metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun
seperti : progesteron, estrogen dan testosteron.

i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit
kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung
menebal. Kuku menjadi keras dan rapuh.

j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin rapuh menjadi


kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut discusine vertebralis menipis,
tendon mengkerut dan atropi serabut serabut otot , sehingga lansia menjadi lamban
bergerak, otot kram dan tremor.
2. Perubahan Mental

Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
Perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan
kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan serta situasi lingkungan. Intelegensi diduga
secara umum makin mundur terutama faktor penolakan abstrak mulai lupa terhadap kejadian
baru, masih terekam baik kejadian masa lalu. Dari segi mental emosional sering muncul perasaan
pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, merasa terancam akan timbulnya suatu
penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi. Munculnya perasaan kurang mampu
untuk mandiri serta cenderung bersifat entrovert.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa

b. Kesehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan

e. Lingkungan

Kenangan (memori) ada 2 :

a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu

b. kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk

Intelegentia Question :

a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal

b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan


pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.
3. Perubahan - Perubahan Psikososial

Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat beragam, tergantung
pada kepribadian individu yang bersangkutan. Pada saat ini orang yang telah menjalani
kehidupan nya dengan bekerja mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa
pensiun. Bila ia cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk masa pensiun dengan
menciptakan bagi dirinya sendiri berbagai bidang minat untuk memanfaatkan waktunya, masa
pensiunnya akan memberikan kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi bagi banyak
pekerja pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab dan disingkirkan
untuk duduk-duduk dirumah atau bermain domino di klub pria lanjut usia. Perubahan mendadak
dalam kehidupan rutin barang tentu membuat mereka merasa kurang melakukan kegiatan yang
berguna.

a. Minat

Pada umumnya diakui bahwa minat seseorang berubah dalam kuantitas maupun kualitas
pada masa lanjut usia. Lazimnya minat dalam aktifitas fisik cendrung menurun dengan
bertambahnya usia. Kendati perubahan minat pada usia lanjut jelas berhubungan dengan
menurunnya kemampuan fisik, tidak dapat diragukan bahwa hal hal tersebut dipengaruhi oleh
faktor-faktor sosial.

b. Isolasi dan Kesepian

Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang lanjut usia terisolasi dari yang lain.
Secara fisik, mereka kurang mampu mengikuti aktivitas yang melibatkan usaha. Makin
menurunnya kualitas organ indera yang mengakibatkan ketulian, penglihatan yang makin kabur,
dan sebagainya. Selanjutnya membuat orang lanjut usia merasa terputus dari hubungan dengan
orang-orang lain. Faktor lain yang membuat isolasi makin menjadi lebih parah lagi adalah
perubahan sosial, terutama mengendornya ikatan kekeluargaan. Bila orang usia lanjut tinggal
bersama sanak saudaranya, mereka mungkin bersikap toleran terhadapnya, tetapi jarang
menghormatinya. Lebih sering terjadi orang lanjut usia menjadi terisolasi dalam arti kata yang
sebenarnya, karena ia hidup sendiri. Dengan makin lanjutnya usia, kemampuan mengendalikan
perasaan dengan akal melemah dan orang cendrung kurang dapat mengekang dari dalam
prilakunya. Frustasi kecil yang pada tahap usia yang lebih muda tidak menimbulkan masalah,
pada tahap ini membangkitkan luapan emosi dan mereka mungkin bereaksi dengan ledakan
amarah atau sangat tersinggung terhadap peristiwa-peristiwa yang menurut kita tampaknya
sepele.

c. Peranan Iman

Menurut proses fisik dan mental pada usia lanjut memungkinkan orang yang sudah tua
tidak begitu membenci dan merasa kuatir dalam memandang akhir kehidupan dibanding orang
yang lebih muda. Namun demikian, hampir tidak dapat disangkal lagi bahwa iman yang teguh
adalah senjata yang paling ampuh untuk melawan rasa takut terhadap kematian. Usia lanjut
memang merupakan masa dimana kesadaran religius dibangkitkan dan diperkuat. Keyakinan
iman bahwa kematian bukanlah akhir tetapi merupakan permulaan yang baru memungkinkan
individu menyongsong akhir kehidupan dengan tenang dan tentram.

4. Perubahan Spritual.

a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan (Maslow,1970)

b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,1970).

c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978),

Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak
dengan cara memberikan contoh cara mencintai keadilan.

E. Masalah Nutrisi

1. Pengertian

Gizi kurang adalah kekurangan zat gizi baik mikro maupun makro.

2. Penyebab

a. Penurunan ataau kehilangan sensitifitas indra pengecap &penciuman

b. Penyakit periodental ( terjadi pada 80% lansia) atau kehilangan gigi


c. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencernaan

d. Penurunan mobilitas saluran pencernaan makanan

e. Penggunaan obat-obatan jangka panjang

f. Gangguan kemampuan motorik

g. Kurang bersosialisasi, kesepian

h. Pendapatan yang menurun (pensiun)

i. Penyakit infeksi kronis

j. Penyakit keganasan

B. Konsep Dasar Masalah

1. PENGERTIAN

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan


tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan
angka kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 ).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri
(Ruhyanudin, 2007 ).
Definisi TD yang disebut hipertensi sulit ditentukan karena tersebar di populasi
sebagai distribusi normal dan meningkat seiring bertambahnya usia. Pada dewasa
muda TD > 140/90 mmHg bisa dianggap hipertensi dan terapi mungkin bisa
bermanfaat ( Gleadle, 2005 ).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanann darah di dalaam arteri. Secara
umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi didalam arteti menyebabkan meningkatnya resiko tekanan stroke,
aneurisma, gagaal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Faqih, 2007).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh
darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah,
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,2006).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan
angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang
lama( Saraswati,2009).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg.
Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Tabel I : Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik/Diastolik (mmHg)


Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120 – 139 atau 80 – 89
Hipertensi Stadium I 140 - 159 atau 90 – 99
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100

Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh
darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung. Angka
yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan besarnya tekanan yang
dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali ke dalam
jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama
pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya, terutama
buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan adalah jika
angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).
2. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial
(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan
karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang
merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan
gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh
adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan
minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka kemungkinan
menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya
hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola makan, merokok (M.Adib,2009).

3. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor itu bermula jaras saraf
simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di thoraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron masing-masing ganglia melepaskan asetilkolin
yang akan merangsang serabut saraf pusat ganglia ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang yang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin yang pada akhirnya
menyebabkan vasokonstriksi korteks adrenal serta mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi tersebut juga mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal yang
kemudian menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I,
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, yaitu suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume Intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Tekanan darah tinggi selain dipengaruhi oleh keturunan juga disebabkan oleh beberapa
faktor seperti peningkatan aktifitas tonus simpatis, gangguan sirkulasi. Peningkatan
aktifitas tonus simpatis menyebabkan curah jantung menurun dan tekanan primer yang
meningkat, gangguan sirkulasi yang dipengaruhi oleh reflek kardiovaskuler dan
angiotensin menyebabkan vasokonstriksi. Sedangkan mekanisme pasti hipertensi pada
lanjut usia belum sepenuhnya jelas. Efek utama dari penuaan normal terhadap sistem
kardiovaskuler meliputi perubahan aorta dan pembuluh darah sistemik. Penebalan
dinding aorta dan pembuluh darah besar meningkat dan elastisitas pembuluh darah
menurun sesuai umur. Penurunan elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan
resistensi vaskuler perifer, yang kemudian tahanan perifer meningkat. Faktor lain yang
juga berpengaruh terhadap hipertensi yaitu kegemukan, yang akan mengakibatkan
penimbunan kolesterol sehingga menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompa darah. Rokok terdapat zat-zat seperti nikotin dan karbon monoksida yang
diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi.
Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan kadar kortisol dan meningkatkan sel
darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan tekanan darah.
Kelainan fungsi ginjal dimana ginjal tidak mampu membuang sejumlah garam
dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah
juga meningkat. Jika penyebabnya adalah feokromositoma, maka didalam urine bisa
ditemukan adanya bahan-bahan hasil penguraian hormon epinefrin dan norepinefrin
(Ruhyanudin, 2007).
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).

4. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit kepala,
jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat,
mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung berdarah, sering buang air kecil
terutama di malam hari, telinga berdenging (tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah
(Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu :
gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk
terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat
ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah dari hidung).
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
1) Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah Dapat menunjukkan
penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau disebabkan oleh hipertensi.
2) Glukosa darah, untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum Membantu memperkirakan risiko
kardiovaskuler di masa depan.
1. EKG : Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
2. Hemoglobin/Hematokrit : Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
3. BUN/kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
4. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
5. Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
6. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
7. Kolesterol dan trigliserida serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/adanya pembentukan plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
8. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi.
9. Kadar aldosteron urin/serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
10. Urinalisa Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau
adanya diabetes.
11. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya
hipertensi.
12. Foto dada : Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit
pada dan atau takik aorta, pembesaran jantung.
13. CT Scan : Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Doenges,
2000; John, 2003; Sodoyo, 2006).
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
7. Terapi tanpa obat

a. Mengendalikan berat badan


Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas normal.

b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)


mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram
natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan
kalium yang cukup).

c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap rokok
diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat meningkatkan
kerja jantung.

d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.

e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol
darah tinggi.

f. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.


Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan
darahnya terkendali.

g. Teknik-teknik mengurangi stress


Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara
menghambat respon stress saraf simpatis.

h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara otomatis
seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita atur gerakannya.
8. Terapi dengan obat

a. Penghambat saraf simpatis


Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis sehingga
mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250 mg (medopa,
dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin 0,1 &0,25 mg
(serpasil, Resapin).

b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada gilirannya
menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal, farmadral),
atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).

c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot pembuluh darah.

d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor


Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5, 25, 50 mg
(capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).

e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 & 10 mg (adalat,
codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg (herbesser, farmabes).

f. Antagonis Reseptor Angiotensin II


Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Contoh :
valsartan (diovan).

g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin) sehingga
volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib,
2009; Muttaqin, 2009).

2. TINJAUAN ASKEP

Anda mungkin juga menyukai