OLEH :
ARNISA AMALIA
C011191239
KELAS B
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah hak-hak asasi manusia dalam beberapa bahasa asing dikenal dengan
sebutan sebagai berikut : droit de l’home (Perancis) yang berarti hak manusia,
human right (Inggris) atau mensen rechten (Belanda), yang dalam bahasa
Indonesia disalin menjadi hak-hak kemanusiaan atau hak-hak asasi manusia.
Hak asasi manusia (HAM) pada hakekatnya merupakan hak kodrati yang
secara inheren melekat dalam setiap diri manusia sejak lahir. Pengertian ini
mengandung arti bahwa HAM merupakan karunia Alloh Yang Maha Pencipta
kepada hambanya. Mengingat HAM itu adalah karunia Alloh, maka tidak ada badan
apapun yang dapat mencabut hak itu dari tangan pemiliknya. Demikian pula tidak
ada seorangpun diperkenankan untuk merampasnya, serta tidak ada kekuasaan
apapun yang boleh membelenggunya.
PEMBAHASAN
1. Definisi HAM
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap pribadi
manusia secara kodrati sebagai anugerah dari Tuhan, mencangkup hak hidup,
hak kemerdekaan/kebebasan dan hak memiliki sesuatu. Ini berarti bahwa
sebagai anugerah dari tuhan kepada makhluknya, hak asasi tidak dapat
dipisahkan dari eksistensi pribadi manusia itu sendiri. Hak asasi tidak dapat
dicabut oleh suatu kekuasaan atau oleh sebab-sebab lainnya, karena jika hal itu
terjadi maka manusia kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi inti nilai
kemanusiaan. Hak asasi manusia (HAM) adalah hak-hak yang dipunyai oleh
semua orang sesuai dengan kondisi yang manusiawi.1 Hak asasi manusia ini
selalu dipandang sebagai sesuatu yang mendasar, fundamental dan penting.
Oleh karena itu, banyak pendapat yang mengatakan bahwa hak asasi manusia
itu adalah “kekuasaan dan keamanan” yang dimiliki oleh setiap individu dan
wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukun, Pemerintahan,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.
2. Macam-Macam HAM
1. Inggris
Hampir sama seperti keadaan Indonesia di orde baru yang dipimpin oleh
Presiden Soeharto, Inggris raya di abad ke-12 menjadi negara tirani. Rakyat
jelata dan golongan di bawah bangsawan boleh diadili tanpa kesalahan yang
berarti atau bahkan dijebloskan ke penjara tanpa mengalami proses peradilan
terlebih dahulu. Memang tidak dapat diterima oleh setiap orang, namun setiap
warga Inggris harus tunduk kepada perintah raja, benar atau salah.
Sementara itu, orang yang ditahan tanpa alasan boleh saja masuk ke
penjara tanpa menerima penjelasan. Dengan syarat, orang tersebut harus
menerima penjelasan dari hakim maksimal 3 hari setelah dia menjadi penghuni
penjara. Ketentuan ini menjadi bukti penegakan HAM di Inggris.
Bill of Rights
Di tahun 1689, Inggris mengeluarkan akta HAM lagi yang dinamai Bill of
Rights. Akta penandatanganan ini membatasi kekuasaan raja yang masih
tergolong absolut. Lagi-lagi yang berusaha memperjuangkan dikeluarkannya
akta Bill of Rights adalah golongan bangsawan. Mereka meminta raja tidak
dikebalkan hukum. Bagaimanapun juga, raja sangat mungkin melakukan
kesalahan karena beliau hanyalah manusia biasa.
2. Amerika Serikat
Setelah mulai berkembang baik di Britania Raya alias Inggris, Hak Asasi
Manusia mulai dikembangkan di negara lain. Tepatnya United States of America
(U.S.A) yang waktu itu masih menjadi negara muda. Amerika Serikat di awal
kemerdekaannya sangat terinspirasi dengan pemikiran-pemikiran Jean Jacques
Rousseau, John Locke serta Mountesquieu. Sehingga Amerika Serikat
memasukkan pendapat mereka mengenai hak asasi manusia ke dalam dasar
negara.
4 Maret 1789 menjadi tanggal yang penting bagi sejarah HAM di Amerika
Serikat. Pada tahun tersebut, Amerika Serikat resmi memasukkan aturan HAM
yang bersumber dari pendapat filsuf terkenal di atas ke dalam Undang-undang
Dasar Negaranya. Padahal semua filsuf yang menjadi sumber inspirasi mereka
tidak ada yang asli warga negara Amerika Serikat. Namun kebenaran pemikiran
mereka tentang hak dasar manusia sejak di dalam perut ibunya berhasil memikat
hati para pendiri Amerika Serikat yang ingin menghapuskan pembelengguan hak
manusia atas manusia lainnya.
Antara lain dinyatakah tidak boleh ada penangkapan dan penahanan yang
semena-mena, termasuk ditangkap tanpa alasan yang sah dan ditahan tanpa
surat perintah yang dikeluarkan oleh pejabat yang sah. Dinyatakan pula
presumption of innocence, artinya orang-orany yang ditangkap kemudian ditahan
dan dituduh, berhak dinyatakan tidak bersalah sampai ada keputusan pengadilan
yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia bersalah. Dipertegas juga
dengan freedom of expression (bebas mengelaurkan pendapat), freedom of
religion (bebas menganut keyakinan/agama yang dikehendaki), the right of
property (perlindungan terhadap hak milik) dan hak-hak dasar lainnya. Jadi,
dalam French Declaration sudah tercakup semua hak, meliputi hak-hak yang
menjamin tumbuhnyademokrasi maupun negara hukum yang asas-asasnya
sudah dicanangkan sebelumnya.
HAM di Amerika Serikat ini sudah berkembang lebih kompleks daripada
HAM di Inggris Raya. Di Amerika, melalui The Rule of Law-nya, kebebasan
beragama, kebebasan atas hak milik, hingga kebebasan memilih
kewarganegaraan. Presiden Franklin D. Roosevelt sendiri sangat mendukung
penegakan HAM di Amerika Serikat. Pidatonya mengenai pengakuan HAM
tanggal 6 Januari 1941 menjadi saksi sejarah HAM di Amerika Serikat.
Human Rights selalu terkait dengan hak individu dan hak masyarakat. Ada
yang bertanya mengapa tidak disebut hak dan kewajban asasi. Juga ada yang
bertanya mengapa bukan Social Rights. Bukankan Social Rights mengutamakan
masyarakat yang menjadi tujuan ? Sesungguhnya dalam Human Rights sudah
implisit adanya kewajiban yang harus memperhatikan kepentingan masyarakat.
Demikian juga tidak mungkin kita mengatakan ada hak kalau tanpa kewajiban.
Orang yang dihormati haknya berkewajiban pula menghormati hak orang lain. Jadi
saling hormat-menghormati terhadap masing-masing hak orang. Jadi jelaslah kalau
ada hak berarti ada kewajiban.
Setelah jejak Inggris diikuti oleh Amerika Serikat, HAM semakin memikat
banyak negara. Fitrahnya memang manusia semuanya sama di mata Tuhan,
apalagi di mata hukum yang hanya buatan manusia. HAM juga melindungi hak-hak
dasar manusia yang masih sering diabaikan karena seseorang terlahir di keluarga
kalangan bawah yang tentunya itu takdir Tuhan diluar kendali manusia.
Karena yang mengakui adalah organisasi resmi tingkat dunia, maka HAM
telah dijunjung tinggi di atas bumi. Bukan hanya satu atau dua negara saja yang
menegakkan, mulai 10 Desember 1948 HAM harus dibela oleh masyarakat
internasional. Tidak boleh ada perang yang menyalahi HAM sebagaimana yang
dilakukan Hitler dan NAZI ketika masa Perang Dunia II.
HAM yang telah diakui oleh PBB ini disahkan secara tertulis melalui sebuah
deklarasi bernama The Universal Declaration of Human Rights. Semenjak itulah,
setiap negara yang tergabung dalam PBB juga menegakkan HAM di negaranya
masing-masing. Sampai sekarang, HAM masih dijaga baik oleh setiap negara di
dunia.
E. Perkembangan Hak Asasi Manusia
Wacana hak asasi manusia bukanlah wacana yang asing dalam diskursus
politik dan ketatanegaraan di Indonesia. Kita bisa menemuinya dengan gamblang
dalam perjalanan sejarah pembentukkan bangsa ini, di mana perbincangan
mengenai hak asasi manusia menjadi bagian daripadanya. Jauh sebelum
kemerdekaan, para perintis bangsa ini telah memercikkan pikiran-pikiran untuk
memperjuangkan harkat dan martabat manusia yang lebih baik. Pecikan pikiran
tersebut dapat dibaca dalam surat-surat R.A. Kartini yang berjudul “Habis Gelap
Terbitlah Terang”, karangan-karangan politik yang ditulis oleh H.O.S.
Cokroaminoto, Agus Salim, Douwes Dekker, Soewardi Soeryaningrat, petisi yang
dibuat oleh Sutardjo di Volksraad atau pledoi Soekarno yang berjudul ”Indonesia
Menggugat” dan Hatta dengan judul ”Indonesia Merdeka” yang dibacakan di depan
pengadilan Hindia Belanda. Percikan-percikan pemikiran pada masa pergerakan
kemerdekaan itu, yang terkristalisasi dengan kemerdekaan Indonesia, menjadi
sumber inspirasi ketika konstitusi mulai diperdebatkan di Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Di sinilah terlihat bahwa para
pendiri bangsa ini sudah menyadari pentingnya hak asasi manusia sebagai fondasi
bagi negara.
“Tetapi satu hal yang saya kuatirkan kalau tidak ada satu keyakinan atau
satu pertanggungan kepada rakyat dalam hukum dasar yang mengenai
haknya untuk mengeluarkan suara, saya kuatir menghianati di atas
UndangUndang Dasar yang kita susun sekarang ini, mungkin terjadi satu
bentukan negara yang tidak kita setujui”. “Sebab itu ada baiknya dalam satu
fasal, misalnya fasal yang mengenai warga negara disebutkan di sebelah
hak yang sudah diberikan juga kepada misalnya tiap-tiap warga negara
rakyat Indonesia, supaya tiap-tiap warga negara itu jangan takut
mengeluarkan suaranya. Yang perlu disebut disini hak buat berkumpul dan
bersidang atau menyurat dan lain-lain. Tanggungan ini perlu untuk menjaga
supaya negara kita tidak menjadi negara kekuasaan, sebab kita dasarkan
negara kita kepada kedaulatan rakyat”.
Begitu juga dengan Yamin. Sarjana hukum lulusan Belanda itu menolak
dengan keras argumen-argumen yang membela tidak dicantumkannya hak warga
negara dalam Undang-Undang Dasar. “Supaya aturan kemerdekaan warga negara
dimasukkan dalam Undang-Undang Dasar seluas-luasnya. Saya menolak segala
alasan-alasan yang dimajukan untuk tidak memasukkannya. Aturan dasar tidaklah
berhubungan dengan liberalisme, melainkan semata-mata satu kesemestian
perlindungan kemerdekaan, yang harus diakui dalam Undang-undang Dasar,”
Yamin mengucapkan pidatonya pada sidang BPUPKI.358 Pendapat kedua pendiri
bangsa ini didukung oleh anggota BPUPKI lainnya, Liem Koen Hian, yang
mengusulkan perlunya dimasukkan hak kemerdekaan buat drukpers,
onschendbaarheid van woorden (pers cetak, kebebasan mengeluarkan pikiran
dengan lisan). Mereka sangat menyadari bahaya otoritarianisme, sebagaimana
yang mereka lihat terjadi di Jerman menjelang Perang Dunia II, apabila dalam
negara yang mau didirikan itu tidak diberikan jaminan terhadap hak warga negara.
(Dikutip dari pidato Hatta tanggal 15 Juli 1945 di BPUPKI, berdasarkan naskah
yang dihimpun oleh RM A.B. Kusuma, ibid, hlm. 345-355. )(Dikutip dari pidato
Muhammad Yamin tanggal 15 Juli 1945 di BPUPKI, berdasarkan naskah yang
dihimpun oleh RM A.B. Kusuma, ibid, hlm. 380. ) (Lihat RM A.B. Kusuma, ibid, hlm.
392. )
Boedi Oetomo
Dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi Oetomo telah
memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat
melalui petisi – petisi yang dilakukan kepada pemerintah kolonial maupun
dalam tulisan yang dalam surat kabar goeroe desa. Bentuk pemikiran HAM
Boedi Oetomo dalam bidang hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan
pendapat.
Perhimpunan Indonesia
Lebih menitikberatkan pada hak untuk menentukan nasib sendiri.
Sarekat Islam
Menekankan pada usaha – usaha unutk memperoleh penghidupan yang
layak dan bebas dari penindasan dan deskriminasi rasial.
Indische Partij
Pemikiran HAM yang paling menonjol adalah hak untuk mendapatkan
kemerdekaan serta mendapatkan perlakuan yang sama dan hak kemerdekaan.
1. Mahkamah Konstitusi
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran