Anda di halaman 1dari 4

Diagnosis Banding dari Decompression Sickness Tipe 1

Oleh: Syafiq A. Attamimi, 201670002

A. Pendahuluan

Sejak dulu hingga sekarang, jumlah pekerja di wilayah perairan baik penyelam
profesional, penyelam tradisional dengan metode tahan napas maupun dengan kompresor, hingga
penyelam militer masih cukup banyak. Diketahui bahwa penyelam tradisional biasanya kurang
memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerjaan sehingga berisiko lebih besar terkena
decompression sickness atau penyakit dekompresi. Angka kejadian penyakit dekompresi di
Amerika Serikat pada tipe II yang berat adalah sekitar 2,28% kasus per 10.000 penyelam,
sementara penyakit dekompresi tipe I yang ringan tidak diketahui jumlahnya karena banyak
penyelam yang tidak mencari pengobatan karena merasa gejala yang timbul hanya bersifat
ringan dan hilang dalam beberapa waktu. Tanda dan gejala yang timbul pada penyakit
dekompresi tipe 1 umumnya serupa dengan tanda dan gejala pada kondisi atau penyakit lain
yang dianggap biasa oleh penyelam seperti nyeri ringan pada sendi, gatal pada kulit, dan
kelelahan berlebihan, dimana sebagian besar penyelam menganggap hal ini sebagai suatu tarikan
biasa pada otot yang over-exercise.1

B. Tinjauan Pustaka

Penyakit dekompresi merupakan salah satu jenis cedera pada penyelaman dengan risiko
yang cukup tinggi berdasarkan pada tingkat potensi keparahannya, namun perlu diperhatikan
bahwa tidak semua masalah atau kelainan terkait penyelaman akan mengarah pada penyakit
dekompresi. Ketika terdapat dua atau lebih kondisi dengan gejala yang serupa pada seorang
penyelam, seperti beberapa jenis cedera terkait penyelaman, diperlukan diagnosis banding untuk
mengetahui kondisi potensial yang paling mungkin menjadi penyebab dari gejala tersebut.

Istilah penyakit dekompresi digunakan pada berbagai kondisi yang mencakup kondisi
terkait pasca penyelaman seperti emboli gas arteri (AGE) hingga barotrauma paru yang
menyebabkan masuknya gas ke dalam aliran darah sistemik. Gejala utama yang timbul pada
penyakit dekompresi terutama tipe 1 adalah nyeri pada sendi terutama sendi bahu, gatal atau
kulit seperti tertarik sehingga terasa sensasi seperti tertarik dan terbakar, ruam pada kulit, dan
kelelahan yang berlebihan. Nyeri merupakan gejala klinis yang paling sering ditemui pada
penyakit dekompresi tipe 1, dengan jenis nyeri tumpul, nyeri atau nyeri seperti sakit gigi (ngilu)
yang biasa dirasakan pada persendian yaitu pada sendi bahu, lutut, siku, dan pergelangan kaki,
tendon, dan jaringan tubuh lainnya. Karakteristik nyeri pada penyakit dekompresi tipe 1 adalah
umumnya diawali dengan nyeri ringan dan sulit untuk dilokalisasi yang kemudian berangsur-
angsur memberat, dan tidak dipengaruhi oleh pergerakan karena nyeri masih terasa walau saat
istirahat.2

Beberapa kondisi lain dengan gejala yang serupa, yang dapat dijadikan sebagai diagnosis
banding dari penyakit dekompresi antara lain cedera muskuloskeletal termasuk ankle sprain atau
terkilir akibat cedera ligamen, ankle strain atau cedera pada otot atau tendon, fraktur minor
tertutup, artritis akut, serta kelainan pada kulit seperti dermatitis, reaksi alergi, dan terkena
sengatan atau kontak dengan hewan laut.

1. Cedera Muskuloskeletal

Ankle Sprain atau terkilir akibat cedera ligamen merupakan suatu kondisi cedera
muskuloskeletal yang paling sering terjadi pada pergelangan kaki akibat ketidakseimbangan
gerakan plantar fleksi dan inversi pergelangan kaki ketika menapakkan kaki atau menumpu,
jatuh, atau terpelintir. Sementara itu, ankle strain atau cedera pada otot atau tendon, terjadi akibat
otot atau tendon yang terpelintir karena mengalami tarikan dan mengangkat beban berat. Kedua
kondisi ini akan menimbulkan rasa nyeri pada sendi pergelangan kaki yang serupa dengan nyeri
sendi pada penyakit dekompresi tipe 1, sehingga terkadang sulit membedakan antara nyeri akibat
kedua kondisi yang berbeda tersebut. Oleh karena itu, untuk menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding ini pada seseorang dengan riwayat penyelaman lama dan
dalam, asumsikan bahwa individu tersebut mengalami penyakit dekompresi dan lakukan
tatalaksana yang sesuai. Seringkali, nyeri yang dirasakan dapat menutupi gejala signifikan
lainnya, maka perlu dihindari pemberian obat-obatan untuk menghilangkan nyeri untuk membuat
pasien merasa lebih nyaman, karena nyeri tersebut mungkin saja merupakan satu-satunya cara
melokalikasi gangguan yang terjadi dan memantau progres terapi. Hal serupa juga dapat
dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding nyeri akibat cedera muskuloskeletal lainnya
seperti fraktur dan arthritis akut, dimana selain dilakukan tatalaksana sesuai penyakit
dekompresi, dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya seperti radiografi, dan
pemeriksaan laboratorium untuk melihat kadar asam urat dalam darah.3

2. Kelainan Pada Kulit

Beberapa kelainan pada kulit dengan gejala serupa pada gejala yang timbul pada bagian
kulit pada penyakit dekompresi antara lain adalah dermatitis, reaksi alergi, dan terkena sengatan
atau kontak dengan hewan laut seperti ubur-ubur atau karang api. Kondisi-kondisi tersebut
umumnya memiliki tanda dan gejala yang serupa dengan penyakit dekompresi, seperti gatal dan
ruam kemerahan hingga rasa perih seperti terbakar pada kulit bagian tertentu atau bahkan di
seluruh tubuh. Umumnya rasa gatal dan ruam kemerahan pada penyakit dekompresi hanya
timbul sementara dan tidak membutuhkan rekompresi, sehingga dapat dibedakan dari kondisi
kelainan kulit lain seperti di atas, yang umumnya tidak akan hilang dalam waktu singkat dan
memerlukan terapi tambahan lainnya. Untuk menyingkirkan diagnosis banding tersebut dapat
pula dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya seperti skin prick test dan pemeriksaan
laboratorium darah lengkap.3

C. Kesimpulan

Penyakit dekompresi merupakan salah satu jenis cedera pada penyelaman dengan risiko
yang cukup tinggi berdasarkan pada tingkat potensi keparahannya, dengan gejala utama yang
timbul pada penyakit dekompresi terutama tipe 1 adalah nyeri pada sendi terutama sendi bahu,
gatal atau kulit seperti tertarik sehingga terasa sensasi seperti tertarik dan terbakar, ruam pada
kulit, dan kelelahan yang berlebihan. Beberapa diagnosis banding dari penyakit ini adalah cedera
muskuloskeletal seperti ankle sprain, ankle strain, fraktur minor tertutup, dan artritis akut, serta
kelainan pada kulit seperti dermatitis, reaksi alergi, dan terkena sengatan atau kontak dengan
hewan laut.
Referensi

1. Duke HI, Widyastuti SR, Hadisaputro S, Chasani S. Pengaruh kedalaman menyelam, lama
menyelam, anemia terhadap kejadian penyakit dekompresi pada penyelam tradisional. J
Kesehatan Masy Indones [Internet]. 2017 [cited 2021 May 26];12(2):12-7. Available from:
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkmi/article/download/3170/3054
2. Pollock N. Decompression Sickness: Differential Diagnosis of DCS [Internet]. Victoria: DAN
World; updated unknown [cited 2021 May 26]. Available from:
https://world.dan.org/health/decompression/Differential-diagnosis-of-DCS
3. Undersea & Hyperbaric Medical Society. Diving medicine & recompression chamber
operations. DCS and AGE Journal Watch [Internet]. 2010 May [ cited 2021 May 26];5:21-9.
Available from: https://www.uhms.org/images/DCS-and-AGE-Journal-
Watch/recompression_therapy_usn_di.pdf
4.

Anda mungkin juga menyukai