Anda di halaman 1dari 4

Diagnosis Kerja Dkompresi (Decompression Sicknes)

Rahmat Dwi Cahyo, 201670028

A. Pendahuluan

Dekompresi merupakan gejala akibat penurunan tekanan yang terjadi setelah


peningkatan tekanan yang lebih besar terlebih dahulu. Semakin dalam penyelaman, maka
semakin banyak pula nitrogen yang larut dalam jaringan tubuh penyelam. Tingginya kadar
nitrogen didalam tubuh tergantung pada kedalaman dan lamanya penyelaman. Maka dari itu,
semakin dalam dan lama suatu penyelaman maka semakin tinggi pula kadar nitrogen yang larut
dalam tubuh. Ada dua tipe dekompresi, yakni dekompresi tipe pertama dan tipe kedua. Dengan
gejala umum merasakan timbulnya nyeri pada sendi, mual-mual, hingga berujung pada
kematian. Selain itu juga kepala terasa pusing, terdapat bercak-bercak merah pada kulit yang
disertai rasa gatal. Dalam Lembar Tugas Mahasiswa ini akan dibahas mengenai diagnosis kerja
pada dekomression sickness.

B. Pembahasan

Dekompresi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pelepasan dan


pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan akibat
penurunan tekanan dengan cepat di sekitarnya. Faktor-faktor yang diduga meningkatkan
dekompresi adalah kedalaman menyelam, lama menyelam. Penyakit dekompresi disebabkan
karena masuknya udara ke dalam sirkulasi darah atau jaringan setelah atau selama terjadinya
penurunan tekanan di lingkungan sekitar. Dalam menegakkan diagnosi pada penyakit
dekompresi ini, perlu diketahui bahwa klasifikasi dekompresi dibagi dalam 2 tipe, Dekompresi
tipe 1 ditandai dengan bagian sendi yang mendadak terasa nyeri dan berangsur-angsur,
kelelahan dan rasa kantuk yang berlebihan.Selain itu juga kepala terasa pusing, terdapat
bercak-bercak merah pada kulit yang disertai rasa gatal. Nyeri seperti diikat terjadi pada
sebagian besar penderita (70-85%) dengan penyakit dekompresi tipe I. Nyeri adalah gejala
klinis yang paling sering pada penyakit dekompresi tipe ringan dan biasanya dideskripsikan
seperti nyeri tumpul, nyeri terhujam, dan nyeri seperti sakit gigi dan biasanya terjadi pada
persendian, tendon, dan jaringan. Sendi bahu biasanya merupakan sendi yang paling sering
terkena.1

Penyakit dekompresi tipe 2 jauh lebih serius dibandingkan dengan dekompresi tipe 1 (Hadi,
1991). Gejala-gejala dekompresi tipe 2 adalah:

1. Gejala neuorolgis, Kulit terasa tebal seperti ditusuk jarum yang kadang hilang atau menurun.
Kelumpuhan otot anggota gerak hingga terjadi kebutaan.
2. Gejala paru-paru, Hal ini ditandai dengan rasa nyeri dan berat di dada, sesak napas hingga
pucat disertai batuk kering.
3. Gejala sistem kardiovaskuler (Bends shock), Bends shock merupakan tanda gawat darurat
yang perlu ditangani dengan segera dan intensif.

Diagnosis Dekompression Sicknes

Dalam mendiagnosis decompression sicknes dilakukan dalam 3 tahapan yaitu


anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang.2
1. Diagnosis klinis

Anamnesis

 Keadaan pasien sebelum, selama, dan setelah penyelaman


 Pertolongan pertama yang diberikan
 Apakah ada gejala seperti kelelahan, kelemahan, keringat, malaise, atau anoreksia
 Gejala-gejala muskuloskeletal seperti nyeri sendi, tendonitis, krepitus, nyeri tulang
belakang, atau ekstremitas yang berat.
 Gejala perubahan status mental seperti kebingungan, tidak sadar, perubahan
kepribadian.
 Gejala mata dan telinga : diplopia, paresis otot-otot ekstraokular dan penglihatn kabur.
 Gejala-gejala pada kulit seperti gatal
 Gejala-gejala pulmoner seperti sesak nafas, atau hemoptysis.
 Gejala-gejala kardiak seperti nyeri dada tertusuk atau terbakar.
 Gejala-gejala gastrointestinal seperti nyeri perut, inkontinensia alvi, nausea atau
muntah.

Pemeriksaan fisik

 Umum – lemas, atau syok

 Status mental – ada tidaknya disorientasi

 Mata – defek lapangan pandang, perubahan pada pupil, ada tidaknya gelombang udara
pada pembuluh darah retina, atau nystagmus

 Mulut – tanda Liebermeister (daerah pucat yang berbatas tegas pada lidah)

 Pulmo – takipnea, gagal napas, distres pernapasan, hemoptisis

 Jantung – takikardia, hipotensi, disritmia, atau Hamman sign

 Gastrointestinal – muntah

 Genitourinaria – distensi kandung kemih, menurunnya produksi urin

 Kulit – gatal, hiperemia, sianosis, atau pucat

Pemeriksaan laboratorium

Pada penderita yang dicurigai mengalami penyakit dekompresi yang disertai dengan
perubahan status mental, maka hal-hal yang pelu dievaluasi adalah kadar glukosa darah, darah
lengkap, kadar natrium, magnesium, kalsium, dan fosfor, saturasi oksigen, kadar etanol dan
skrining obat-obatan lainnya, level karboksihemoglobin. Pada penderita yang dicurigai
mengalami penyakit dekompresi yang disertai dengan syok, maka hal-hal yang perlu dievaluasi
adalah kadar glukosa darah, darah lengkap, elektrolit dan ureum kreatinin, asam laktat,
PT/aPTT/INR, level karboksihemoglobin.2

 Darah rutin
 Analisis gas darah

Hasil analisa gas darah dikatakan normal jika:

 pH darah arteri: 7,38-7,42.


 Tingkat penyerapan oksigen (SaO2): 94-100%.
 Tekanan parsial oksigen (PaO2): 75-100 mmHg.
 Tekanan parsial karbon dioksida (PaCO2): 38-42 mmHg.
 Bikarbonat (HCO3): 22-28 mEq/L.

 Creatine phosphokinase

3. Pemeriksaan Radiologi

 Foto toraks, untuk mencari bukti adanya pneumotoraks, pneumomediastinum, emfisema


subkutis, pneumoperikardium, perdarahan alveolar, dan menurunnya aliran darah
pulmoner yang disebabkan oleh emboli pulmoner nirogen.

 MRI, untuk melihat ada tidaknya lesi fokal medulla spinalis, atau kerusakan jaringan otak
akibat embolisasi gas arterial.2

Kesimpulan

Dekompresi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pelepasan dan


pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan akibat
penurunan tekanan dengan cepat di sekitarnya. Faktor-faktor yang diduga meningkatkan
dekompresi adalah kedalaman menyelam, lama menyelam. Terdapat 2 tipe dekompresi dengan
gejalanya masing-masing, sehingga perlu diketahui untuk menegakkan diagnosis kerja pada
dekompresi ini. Diagnosis bisa dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium serta pemeriksaan radiologi dengan foto toraks dan MRI.
Referensi

1. Sukmajaya, Ali. Faktor yang berhubungan dengan penyakit dekompresi pada penyelam
professional dan penyelam tradisional di Gili Matra Kab. Lombok Utara Provinsi
NTB.2010. [disitasi 26 Mei 2021]. Terdapat di
http://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/45449
2. U.S. Navy Diving Manual. Diagnosis and treatment of Decompression Sickness and
Arterial Gas Embolism. Chapter 20.

Anda mungkin juga menyukai