Stuart dan Sundeen, perilaku kekerasan atau tindak kekerasan merupakan ungkapan perasaan
marah dan permusuhan yang mengakibatkan hilangnya konrol diri di mana individu bisa berperilaku
menyerang atau melakuakan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan.
Kaplan dan Sundeen, perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain,maupun
lingkungan.
Colombijn, kekerasan adalah perilaku yang melibatkan kekuatan fisik dan dimaksudkan untuk
menyakiti, merusak, atau melenyapkan seseorang atau sesuatu.
KBBI ,Pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai
pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan
spesifik.
1. Prof. H. Mahmud Yunus: Yang dimaksud pendidikan ialah suatu usaha yang dengan
sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bisa
mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi. Agar memperoleh
kehidupan yang bahagia dan apa yang dilakukanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri,
masyarakat, bangsa, negara dan agamanya.
2. Prof. Dr. John Dewey: Menurutnya pendidikan merupakan suatu proses pengalaman.
Karena kehidupan merupakan pertumbuhan, maka pendidikan berarti membantu
pertumbuhan batin manusia tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan adalah proses
penyesuaian pada setiap fase dan menambah kecakapan dalam perkembangan seseorang
melalui pendidikan.
3. M.J. Langeveld: Pendidikan merupakan upaya dalam membimbing manusia yang belum
dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan adalah suatu usaha dalam menolong anak untuk
melakukan tugas-tugas hidupnya, agar mandiri dan bertanggung jawab secara susila.
Pendidikan juga diartikan sebagai usaha untuk mencapai penentuan diri dan tanggung
jawab.
1. Prof. H. Mahmud Yunus: Yang dimaksud pendidikan ialah suatu usaha yang dengan
sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan, jasmani dan akhlak sehingga secara perlahan bisa
mengantarkan anak kepada tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi. Agar memperoleh
kehidupan yang bahagia dan apa yang dilakukanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri,
masyarakat, bangsa, negara dan agamanya.
2. Prof. Dr. John Dewey: Menurutnya pendidikan merupakan suatu proses pengalaman.
Karena kehidupan merupakan pertumbuhan, maka pendidikan berarti membantu
pertumbuhan batin manusia tanpa dibatasi oleh usia. Proses pertumbuhan adalah proses
penyesuaian pada setiap fase dan menambah kecakapan dalam perkembangan seseorang
melalui pendidikan.
3. M.J. Langeveld: Pendidikan merupakan upaya dalam membimbing manusia yang belum
dewasa kearah kedewasaan. Pendidikan adalah suatu usaha dalam menolong anak untuk
melakukan tugas-tugas hidupnya, agar mandiri dan bertanggung jawab secara susila.
Pendidikan juga diartikan sebagai usaha untuk mencapai penentuan diri dan tanggung
jawab.
PRO
KUHP pasal 170 misalnya pasal (1) “Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan
tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.”
Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang HAM pasal 58 secara spesifik memberikan
perlindungan terhadap kekerasan terhadap anak “setiap anak berhak untuk
mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk kekerasan fisik atau mental,
penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual selam dalam pengasuhan orang
tuanya atau walinya, atau pihak lain manapun yang bertanggung jawab atas
pengasuhan anak tersebut.”
Lebih dari itu keseriusan dalam memberikan perlindungan kepada anak juga tertuang
dalam undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan anak. Mengingat
maraknya kasus kekerasan anak meskipun sudah ada undang-undang yang mengatur,
akhirnya undang-undang tersebut mengalami penyempurnaan yang kemudian disebut
sebagai UU No. 35 tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 23 tahun
2002.
Dampak kekerasan secara psikis dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman,
takut, tegang, bahkan dapat menimbulkan efek traumatis yang cukup lama.
Selain itu, karena tidak tampak secara fisik, penanggulangannya menjadi cukup
sulit karena biasanya si korban enggan mengungkapkan atau menceritakannya.
Ditinjau dari psikologi perkembangan, Havingrust dalam Pidarta (2007:199)
menyatakan bahwa perkembangan psikologi pada masa anak-anak adalah
membentuk sikap diri sendiri, bergaul secara rukun, membuat kebebasan diri,
membentuk kata hati, moral dan nilai, dan mengembangkan sikap terhadap
kelompok serta lembaga-lembaga sosial. Tentu saja perkembangan ini akan
terhambat dengan adanya kekerasan dalam pendidikan.
Kekerasan yang dilakukan oleh guru sangat bertentangan dengan pendapat
Freedman (Pidarta, 2007:220) yang menyatakan bahwa guru harus mampu
membangkitkan kesan pertama yang positif dan tetap positif untuk hari-hari
berikutnya. Sikap dan perilaku guru sangat penting artinya bagi kemauan dan
semangat belajar anak-anak. Jadi, hukuman yang dilakukan oleh guru akan
menjadi kesan negatif yang berdampak negatif pula dalam proses belajar anak.
Sekecil apapun dampak yang timbul terhadap praktek kekerasan dalam
pendidikan, tetap saja hal ini adalah suatu kesalahan. Sekolah sepatutnya
tempat bagi siswa untuk berkembang. Namun, di saat kekerasan terjadi di
sekolah, sekolah justru mematikan perkembangan psikologi siswa.
Pelecehan sekecil apapun atau hukuman yang berlebihan turut andil menabur
benih kekerasan dalam diri generasi muda. Karena itu, tindakan-tindakan yang
tidak sesuai dengan tujuan pendidikan harus sesegera mungkin di tiadakan, agar
lingkaran setan yang menjadi bencana dunia pendidikan dapat segera terputus.
KONTRA
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy, dikutip
berbagai laporan menyatakan bahwa 'sanksi fisik dapat ditoleransi'
dalam batas tertentu. Pendidikan keras, kata Muhajir, bisa
membentuk siswa yang 'tahan banting'.
"Kalau guru dianiaya orang tua, berarti orang tua tidak menghormati guru itu,
anaknya juga tidak akan hormat dengan guru. Tapi (di sisi lain) guru-guru juga
harus dilatih bagaimana caranya menghukum."
Sementara Ki Hajar Dewantara (dalam Firman 2016:170)
"berpandangan bahwa dalam memberikan hukuman kepada anak
didik, seorang pendidik adanya aturan yang harus diperhatikan"
yaitu: Pertama, hukuman harus selaras dengan kesalahan. Kedua,
hukuman harus adil. Ketiga, proses pemberian hukuman harus pada
saat itu juga. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan jika seorang
anak tidak mengerjakan PR maka, hukuman yang diberikan dengan
menambahkan PR kepada siswa tersebut. Dalam memberikan
hukuman harus adil misalnya guru menyuruh siswa untuk
membersihkan ruangan kelas dimana seorang guru harus
memantau. Jika seorang siswa tidak bekerja dengan alasan bermain
atau terlambat maka hukumannya disuruh bekerja dengan
penambahan waktu sesuai dengan keterlambatannya tanpa
memandang siswa mana yang melakukannya. Ketika pemberian
hukuman harus pada saat itu juga karena siswa harus segera sadar
dan paham apa saja kesalahannya yang dibuatnya, dengan harapan
siswa segera tahu dan sadar mempersiapkan perbaikannya.
"Hukuman terhadap siswa yang melanggar peraturan dan tata tertib sekolah
tetap harus dilakukan," jelas Pendidik & Sekretaris Dewan Pendidikan Kota
Yogyakarta, Y Sri Susilo, Kamis (7/7/2016).
"Guru ada saatnya tindak kekerasan demi kebaikan murid. Kesalahapahaman
orang tua dan guru bicarakan dulu baik-baik," kata Muhadjir.
NO.8
Wikipedia , Siswa merupakan anggota masyarakat yang berusaha meningkatkan
potensi yang ada dari diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan. Baik
dengan pendidikan formal ataupun nonformal, kepada jenjang pendidikan dan juga
jenis pendidikan tertentu.
KBBI , Siswa merupakan murid terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah,
pelajar.
Menurut Sarwono, Siswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk
mengikuti pelajaran di dunia pendidikan.
Menurut Muhaimin Dkk, Siswa dilihat sebagai seseorang “subjek didik” yang mana nilai
kemanusian sebagai individu, sebagai makhluk sosial yang mempunyai identitas moral, harus
dikembangkan untuk mencapai tingkatan optimal dan kriteria kehidupan sebagai manusia warga
negara yang diharapkan.
1. David Wood, sebagai seorang Wakil Presiden dari Eksekutif PT Symbian mengungkapkan
jika smartphone adalah sutuu jenis ponsel atau Hp cerdas yang dapat dibedakan dengan
jenis alat telekomunikasi biasanya, yakni baginama proses pemdibuatannya dan proses
melakukannya lakukan.
2. Williams dan Sawyer (2011), menurutnya definisi smartphone adalah telepon selular
dengan menggunakan berbagai layanan seperti, memori, layar, mikroprosesor, dan
modem bawaan.
3. Ridi Ferdiana (2008), menurutnya pengertian smartphone secara umum adalah jenis
perangkat ponsel yang banyak fitur-fitur dari ponsel biasanya, sehingga smartphone
selain dapat digunakan sebagai alat telekomunikasi juga dapat dipergunakan sebagai
bisnis (enterpreneur)
4. Wikipedia, dalam situs ini memberikan pandangan jika smartpone adalah suatu jenis
telepon genggam yang memiliki berbagai kemampuan bagi penggunannya, hal ini lantaran
smartphone dinilai bekerja menggunakan perangkat-perangkat lunak mengenai sistem
operasi yang melebihi standar
Kontra
1.Yang pertama yaitu orang tua dapat menghubungi anaknya baik secara
langsung (melalui telepon) atau tidak langsung (melalui SMS).