IKAN
DAFTAR ISI 2
I. PENDAHULUAN 7
1.1. Latar Belakang 7
1.2. Tujuan 8
II. METODE PELAKSANAAN 9
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 9
2.2 Metode Pelaksanaan 9
III. KEGIATAN PEMBUATAN PAKAN 12
3.1 Persiapan Bahan Baku 12
3.2 Bulk Density 13
3.3 Partikel Size 14
3.3 Pembuatan Pakan Apung 14
3.4 Pembuatan Silase 15
3.5 Proksimat Bahan Baku dan Pakan 15
3.6 Water Stability 17
3.7 Manajemen pakan (Bobot awal, bobot akhir, FCR, JKP, ADG, Padat Tebar,
metode pemberian pakan) 17
4.1 Persiapan Bahan Baku 19
4.2 Bulk Density 20
4.3 Pembuatan Pakan Apung/Tenggelam 20
4.1 Pembuatan Pakan Apung/Tenggelam 21
4.2 Pembuatan Silase 22
4.3 Proksimat Bahan Baku dan Pakan 22
4.4 Manajemen pakan (Bobot awal, bobot akhir, FCR, JKP, ADG, Padat Tebar,
metode pemberian pakan). 25
VI DAFTAR PUSTAKA 30
i
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pakan dalam kegiatan budidaya memegang peranan penting dalam daur
produksi dan ekonomi, dan tujuan pemberian pakan harian untuk memperoleh
pertumbuhan yang baik dan cepat serta menjaga kesehatan ikan (Ibrahem 2015).
Pakan buatan merupakan salah satu pakan yang menunjang kegiatan budidaya,
pakan buatan adalah pakan yang dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi kegiatan budidaya. Keunggulan pakan buatan menurut Serang et al.
(2017). yaitu harga yang terjangkau sehingga bisa meminimalkan biaya produksi
jika efisiensi pakan memiliki nilai yang tinggi, jaminan kualitas, lebih awet,
mudah ditemukan dan tidak bersaing dengan manusia untuk mendapatkannya,
data produksi pakan yang berasal dari Gabungan Perusahaan Makanan Ternak
(GMT) pada tahun 2017 hanya 1.555.939 ton, sedangkan kebutuhan pakan ikan
pada saat itu mencapai 8.650.260 ton. Pada tahun 2019 produksi pakan mencapai
9.667.620, dan jumlahnya terus naik pada tahun 2019 mencapai 10.800.960 ton
(KKP 2018).
Bahan baku adalah komponen yang mengandung nilai gizi dan bagian
aditif terkait dengan proses produksi, selanjutnya diolah untuk menghasilkan
suatu pakan. Bahan baku yang digunakan disaring dan ditentukan beberapa syarat
yang harus dipenuhi yaitu kualitas tinggi, ketersediaan berkelanjutan, akses dan
pengolahan mudah, harga terjangkau, tidak berdampak negatif pada ikan, dan
bahan makanan manusia yang tidak penting (Kurniasih et al. 2016). Bahan baku
dalam pembuatan pakan ikan dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan asalnya yaitu
bahan baku hewani dan nabati (Glencross et al. 2018). Bahan baku hewani
merupakan produk olahan dengan menggunakan bahan dasar yang berasal dari
hewan, baik hewan darat maupun perairan, contohnya seperti tepung ikan, MBB,
PMM dll, sedangkan bahan baku nabati merupakan produk olahan dengan
menggunakan bahan dasar tumbuhan, contohnya yaitu tepung kedelai, bungkil
kelapa maupun sawit dll. Selain perbedaan dari bahan dasar pembuatannya,
perbedaan lainnya menurut Hua et al. (2019) yaitu protein pada hewani
cenderung lebih tinggi, pada bahan baku nabati mengandung faktor anti gizi, serat
yang cenderung tinggi sedangkan bahan baku hewani memiliki jangka waktu yang
singkat dalam penggunaannya dan harga yang relatif mahal. Sehingga pada
masing masing bahan baku perlu dilakukan rekayasa untuk meningkatkan
efektivitasnya.
Pakan buatan dibagi menjadi dua berdasarkan kebiasaan hidup ikan yaitu
pakan terapung dan tenggelam. Pakan terapung adalah pakan yang jika diberikan
akan mengapung di atas air dan tenggelam ke dasar setelah beberapa waktu,
sedangkan pakan tenggelam adalah pakan langsung tenggelam ke dasar jika
ditebar (Arianto 2014). Penerapan pakan ikan tenggelam lebih sedikit dari pakan
apung karena dikhususkan untuk komoditas tertentu saja. Pakan terapung memang
dirancang memiliki massa jenis yang ringan dengan kandungan kadar air yang
7
lebih rendah sekitar 10-15% (Kusnadi 2014), sedangkan pakan tenggelam
memiliki daya apung yang rendah sehingga akan cepat larut dalam air. Perbedaan
lainnya antara pakan apung dan tenggelam adalah proses ekstruksi yang ada pada
pakan apung yang membuat lubang pori sehingga pakan dapat terapung di atas
permukaan wadah dengan waktu yang cukup lama (Siregar et al. 2019)
Pakan buatan diproduksi sesuai dengan kebutuhan ikan, salah satu faktor
yang perlu diperhatikan yaitu kadar nutrien. Kadar nutrien yang dibutuhkan ikan
untuk memaksimalkan pertumbuhannya berbeda beda. Kandungan nutrien yang
sering dibutuhkan ikan yaitu protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dll.
Kebutuhan nutrisi pada ikan khususnya ikan air tawar yaitu protein sekitar 20-
60%, lemak 4-18%, Karbohidrat 20-30% dan vitamin mineral 2-5% (Basriati dan
Vera 2015) . Hal ini sesuai dengan salah satu komoditas ikan air tawar yaitu ikan
lele, kebutuhan nutrisi yang ia butuhkan untuk tumbuh yaitu protein sekitar 25-
40%, lemak 9.5–10%, karbohidrat 20-30%, vitamin 0.25-0.40% dan mineral 1.0%
(Kusumastuti 2017).
1.2. Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya praktikum Teknologi Pembuatan dan
Pemberian Pakan Ikan untuk meningkatkan dan memperluas wawasan dan
pengetahuan mahasiswa dalam pembuatan pakan ikan.
8
II. METODE PELAKSANAAN
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan praktikum Teknologi Pembuatan dan Pemberian Pakan Ikan
dilaksanakan pada Minggu pertama sampai minggu 14. Lokasi praktikum
bertempat Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
b. Serat kasar
c. Kadar Lemak
9
d. Kadar abu
e. Kadar protein
10
Campuran bahan pakan
dimasukkan pada alat cetak Pelet yang dihasilkan dari
pelet (pressure) dengan tipe proses pelleting diratakan di
proses extruded pelleting atas wadah untuk oven
Pelet dimasukkan ke
dalam oven dengan suhu Pengepakan dan
500C selama 4 jam penyimpanan pelet
11
2.2.4 Metode Pembuatan Silase
12
III. KEGIATAN PEMBUATAN PAKAN
3.1 Persiapan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan pakan yaitu ada
tepung ikan, MBM (Meat Bone Meal), gaplek, terigu, dan pollard.
Kegiatan persiapan bahan baku diawali dengan pengayakan, tujuan dari
pengayakan untuk mendapatkan tepung yang halus, ukuran seragam,
tidak menggumpal dan memisahkan dengan hewan seperti kutu yang
ada dalam pakan selain pengayakan ada beberapa bahan baku yang
harus di giling (grinding) untuk mempermudah proses pengayakan.
Bahan baku yang sudah diayak kemudian dimasukan ke dalam wadah
plastik yang selanjutnya akan ditimbang sesuai dengan kebutuhan saat
pembuatan pakan. Pada praktikum kali ini bahan baku yang sudah
disiapkan memiliki kebutuhan yang berbeda beda seperti tepung ikan (4
kg), MBM (6 kg), SBM (10 kg), PMM (6 kg), gaplek (2 kg) dan pollard
(10 kg).
13
Gambar 2 Pengukuran Bulk Density setelah penggilingan
14
suhu 50 derajat celcius selama 4 jam. Setelah itu dilanjutkan dengan
pengepakan dan penyimpanan pellet.
15
dari bahan baku PMM. Berikut merupakan metode dan prinsip
analisisnya.
16
Penentuan hasil proksimat menggunakan prinsip asam sulfat pekat
dengan katalisator CuSO4 dan K3SO4 dapat memecah ikatan N organik
menjadi (NH4)SO4. Metode yang digunakan yaitu metode Kjeldahl.
Ada beberapa tahap dalam metode ini yaitu tahap oksidasi, tahap
destilasi, tahap titrasi.
17
Conversion Ratio) merupakan suatu nilai yang menyatakan ukuran rasio
jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan.
FCR digunakan untuk mengetahui kualitas pakan yang diberikan
terhadap pertumbuhan ikan. Jumlah pemberian pakan atau Feeding rate
yang diberikan kepada ikan nila merah pada praktikum ini adalah 3%.
Jumlah konsumsi pakan (JKP) adalah jumlah pakan yang dikonsumsi
oleh ikan dari masa awal pemeliharaan sampai masa panen. Hasil JKP
didapatkan dengan biomassa ikan yang dikali dengan Feeding rate
(FR). ADG (Average Daily Gain) adalah rata-rata peningkatan bobot
harian ikan yang dihitung berdasarkan peningkatan biomassa yang
dibagi dengan satuan waktu. Padat tebar merupakan tebaran ikan per
satuan luas atau volume tertentu. Metode pemberian pakan dilakukan
secara ad satiation dan ad libitum.
18
IV. HASIL KEGIATAN
4.1 Persiapan Bahan Baku
Hasil persiapan bahan-bahan yang disiapkan untuk pembuatan
pakan serta aroma, warna, dan ukuran dari setiap bahan baku sebagai
berikut.
Tabel 2. Hasil persiapan bahan baku TPI, MBM, SBM, PMM, Gaplek, Terigu,
Polard.
Bahan baku Dokumentasi Keterangan
Aroma : Tengik
Warna : Coklat
Tepung Ikan Berjamur : Tidak berjamur
Ukuran partikel : Kecil dan halus
Aroma : Tengik
Warna : Coklat
MBM
Berjamur : Tidak berjamur
Ukuran partikel : Sedang
Aroma : Tengik
Warna : Coklat
PMM
Berjamur : Tidak berjamur
Ukuran partikel : Kecil dan kasar
19
Aroma : Tidak tengik
Warna : Putih
Tepung terigu
Berjamur : Tidak berjamur
Ukuran partikel : Kecil dan halus
FM 441,6 680
Tabel 4. Hasil partikel size sebelum di grinder dengan bobot 100 gram.
Bahan Baku Mess 40 Mess 50 Mess 60 Mess 80 Sisa
20
Pollard 60,5 11,13 7,57 3,46 17,34
Tabel 5. Hasil partikel size setelah di grinder dengan bobot 100 gram.
Bahan Baku Mess 40 Mess 50 Mess 60 Mess 80 Sisa
MBM 7 gr
PMM -
SBM 30 gr
FM 3 gr
Polard 20 gr
Terigu 21,43 gr
Gaplek 10 gr
21
CGM 4,55 gr
CPO 3,01 gr
Antimold 0,1 gr
Antioksidasi 0,1 gr
22
Tabel 8. Hasil proksimat bahan baku pakan ikan
Analisis Jenis Bahan Baku
Proksimat
TPI PMM MBM SBM CGM Gaple Pollar Tepung Silase Silase
k d Terigu Ikan Jeroan
Kadar air, 9.45 9.43 5.30 11.02 8.15 10.22 9.75 10.14 0.00 0.00
(%)
Kadar 16.20 20.50 37.41 6.82 8.08 7.54 1.61 1.87 8.88 8.50
abu, (%)
Serat 0.40 0.27 0.85 3.32 2.30 5.00 4.12 0.79 3.67 3.76
kasar,
(%)
Kadar 50.46 48.95 40.23 36.69 64.75 16.19 24.31 15.09 30.23 30.41
protein,
(%)
Kadar 8.33 10.50 9.33 0.83 2.17 3.16 3.38 1.14 12.05 12.21
lemak,
(%)
BETN, 15.15 10.35 6.87 41.31 14.55 57.89 56.83 70.96 45.17 45.12
(%)
Karbohid 31.35 30.85 44.29 48.13 22.63 65.43 58.44 72.83 54.05 53.62
rat, (%)
GE, (kkal 489.4 499.3 494.5 410.6 475.7 388.6 407.50 393.90 504.1 504.91
kg^-1) 6 1 9 5 4 3 6
C/P 9.70 10.20 12.29 11.19 7.35 24.01 16.76 26.09 16.68 16.60
protein,
(kkal)
23
Kadar abu, (%) 12.34 12.78 13.08 13.13 13.21 13.11
Uji water stability pada pakan ikan yang dibuat dilakukan dengan
pengulangan dua kali yang menghasilkan sebagai berikut:
24
Water Jenis Pelet Berat Berat Nilai water
stability II Awal akhir stability
4.4 Manajemen pakan (Bobot awal, bobot akhir, FCR, JKP, ADG,
Padat Tebar, metode pemberian pakan).
25
12 1 bulan 30 Hari
13 biomassa awal 560320
Bobot awal
Berdasarkan data, dapat diketahui sebagai berikut :
a) Bobot individu awal: 70.04 gram
b) Biomassa awal didapatkan dari jumlah ikan dengan rumus :
= padat tebar (ekor/m3) x ukuran wadah (m3)
= 25 ekor m3 x 320 m3
= 8.000 x 70.04 g
= 560.320 g
= 560.32 kg
Bobot akhir
Berdasarkan data yang didapatkan diketahui:
a) Total adg dalam 7 hari = 2571/7 = 3.67
Setelah adg diketahui maka bobot akhir didapat dengan:
b) Bobot individu awal+adg x 30 hari = 70.04 + 3.67 x 30 = 180.22 g/ekor
c) Biomassa akhir didapatkan dari biomassa individu x jumlah ekor ikan
= 180.22 g/ekor x 8.000 ekor
= 1441756.735 g
= 1,441.76 kg
FCR
Berdasarkan data yang didapatkan diketahui :
Fcr didapatkan dari jkp/bt-(b0+bm)
=887.71/1441.76-(560+0)
=1.01
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 1.01 kg pakan
akan menghasilkan 1 kg daging ikan nila merah.
Average Daily Growth (ADG)
Average daily growth (ADG) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
ADG = average daily growth (g hari-1)
t = waktu pemeliharaan (hari)
26
Wt = rata-rata bobot individu akhir pemeliharaan (g)
W0 = rata-rata bobot individu awal pemeliharaan (g)
Total adg dibagi 7 hari sehingga kita bisa mendapatkan adg nya
=2571/7
= 3.67
Berarti untuk 1 bulannya
=3.67 x 30
=110.18
27
9 103,09 824751,02 3% 24742,53 24,74
10 106,77 854132,24 3% 25623,97 25,62
11 110,44 883513,47 3% 26505,40 26,51
12 114,11 912894,69 3% 27386,84 27,39
13 117,78 942275,92 3% 28268,28 28,27
14 121,46 971657,14 3% 29149,71 29,15
15 125,13 1001038,37 3% 30031,15 30,03
16 128,80 1030419,59 3% 30912,59 30,91
17 132,48 1059800,82 3% 31794,02 31,79
18 136,15 1089182,04 3% 32675,46 32,68
19 139,82 1118563,27 3% 33556,90 33,56
20 143,49 1147944,49 3% 34438,33 34,44
21 147,17 1177325,71 3% 35319,77 35,32
22 150,84 1206706,94 3% 36201,21 36,20
23 154,51 1236088,16 3% 37082,64 37,08
24 158,18 1265469,39 3% 37964,08 37,96
25 161,86 1294850,61 3% 38845,52 38,85
26 165,53 1324231,84 3% 39726,96 39,73
27 169,20 1353613,06 3% 40608,39 40,61
28 172,87 1382994,29 3% 41489,83 41,49
29 176,55 1412375,51 3% 42371,27 42,37
30 180,22 1441756,73 3%
887,71
28
t = waktu pemeliharaan (hari)
Wt = rata-rata bobot individu akhir pemeliharaan (g)
W0 = rata-rata bobot individu awal pemeliharaan (g)
Padat Tebar
Berdasarkan data yang didapatkan, diketahui volume kolam
pemeliharaan adalah 20x10x1.6 m3 dengan padat tebar 25 ekor/m3. Berdasarkan
data tersebut, maka padat tebar total ditemukan dengan rumus:
Padat tebar = Volume kolam (m3) x padat tebar individu (ekor/m3)
= (20x10x1.6) m3 x 25 ekor/m3
= 320 m3 x 25 ekor/m3
= 8000 ekor.
V. PEMBAHASAN
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pakan ini berupa PMM,
TPI, MBM, SBM, CGM, gaplek, terigu, tepung ikan, dan pollard. Pembuatan
pakan ini juga melewati berbagai tahapan yang dilakukan, diantaranya dari
persiapan bahan baku, perhitungan bulk density, partikel size setiap bahan,
pembuatan silase, perhitungan water stability, dan diakhiri dengan kegiatan
manajemen pakan.
Perhitungan bulk density dilakukan pada tiap jenis bahan baku yang akan
digunakan dengan tujuan untuk menentukan jenis pakan apa yang akan dibuat,
pakan apung atau pakan tenggelam. Hasil uji perhitungan bulk density yang
didapatkan dengan nilai tertinggi sebelum grinding adalah bahan MBM dengan
nilai bulk density sebesar 793.7 dan yang terendah yaitu tepung ikan dengan nilai
441.6. Nilai yang didapatkan dari hasil uji bulk density dapat berbeda-beda pada
setiap bahannya dikarenakan perbedaan kadar porositas di tiap bahannya berbeda-
29
beda. Nilai bulk density yang didapatkan sebelum dan setelah grinding juga
berbeda, karena proses grinding mengubah ukuran partikel dari bahan pakan.
Hasil pakan yang memiliki nilai bulk density kurang dari 530 g/l akan terapung
dan sebaliknya apabila lebih maka pakan akan menjadi pakan tenggelam
(Kamarudin et al. 2018).
Pengujian ukuran partikel tiap bahan pakan ditujukan untuk melihat
ukuran partikel dari bahan-bahan pakan sebelum dan sesudah dilakukan proses
grinding. Proses grinding sendiri perlu dilakukan untuk mengubah ukuran partikel
dari tiap bahan yang berbeda-beda menjadi lebih seragam agar memudahkan
dalam proses extruding pakan. Ukuran partikel dari setiap bahan pakan setelah
dilakukan proses grinding akan berbeda daripada sebelum dilakukan proses
grinding, ukuran partikel bahan pakan sebelum dilakukan proses grinding
cenderung besar dan kasar dan setelah dilakukan proses grinding ukuran partikel
bahan pakan menjadi lebih kecil dan halus dan hal ini diuji dengan uji particle
size. Hasil uji particle size yang dilakukan menunjukkan peningkatan jumlah
bahan yang jatuh ke mess 80 yang mana mess tersebut merupakan mess dengan
ukuran penyaringan terkecil sehingga proses grinding berhasil membuat ukuran
partikel bahan pakan menjadi lebih kecil dan halus.
Water stability pakan memiliki nilai 56,11%, jenis pakan terapung dapat
dilihat dari nilai water stabilitynya, apabila rendah maka pelet tersebut juga akan
lebih mudah terapung. Menurut Yulianto (2018) apabila berat jenis pakan sama
dengan berat jenis air, maka pakan akan melayang di permukaan kolam dengan
waktu yang lebih lama. Namun apabila berat jenis pakan yang lebih kecil
dibandingkan dengan air, maka akan membuat pakan tenggelam di dasar kolam.
VI DAFTAR PUSTAKA
Hua K, Cobcroft JM, Cole A, Condon K, Jerry DR, Mangott A, Strugnell JM.
2019. The future of aquatic protein: implications for protein sources in
aquaculture diets. One Earth. 1(3): 316-329.
Kurniasih T, Rosmawati, Heni N. 2016. Penggantian tepung ikan dengan tepung ikan asin
bawah standar dalam formulasi pakan ikan nila (Oreochromis niloticus). Jurnal
Mina Sains. 2(2): 87-95.
Glencross BD, Johanna B, Marc HG. 2018. Risk assessment of the use of alternative
animal and plant raw material resources in aquaculture feeds. Reviews in
Aquaculture.1–56.
Arianto HEB. 2014. Analisis komparatif usaha tani ikan pengguna pakan alami,
alternatif, dan pelet di Desa Sumbersari, Moyudan, Sleman(Skripsi). Universitas
Sanata Dharma: Yogyakarta.
Kusnadi. 2014. Pelatihan pembuatan pakan ikan lele, mas dan nila. Makalah
Penelitian Pengolahan Gizi dan Pakan Ternak BPTP Bengkulu. Bengkulu
(ID) : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu.
30
Basriati S, Vera D. 2015. Optimasi kandungan nutrisi pakan ikan buatan dengan
menggunakan multi objective (goal) programming model. Jurnal Sains,
Teknologi dan Industri. 12(2): 255-261.
Kusumastuti P. 2017. Pengaruh variasi konsentrasi pelet tepung bulu ayam
sebagai sumber pakan terhadap pertumbuhan ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus) (Skripsi). Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta.
[KKP].2018.https://kkp.go.id/djpb/artikel/7314-kkp-yakin-produksi-pakan-
mandiri-dapat-ditingkatkan. Akses: 13:12 tanggal 13 November 2022.
Handjani H. 2014. Peningkatan kualitas silase limbah ikan secara biologis dengan
memanfaatkan bakteri asam laktat. Jurnal Gamma. 9(2): 31-39.
Kamarudin MS, de Cruz CR, Saad CR, Romano N, Ramezani-Fard E. 2018.
Effects of extruder die head temperature and pre-gelatinized taro and broken
rice flour level on physical properties of floating fish pellets. Animal Feed
Science and Technology. 236: 122–130.
Muhtarudin, Farida F, Pratiwi I. 2015. Pengaruh penambahan berbagai starter
pada pembuatan silase ransum terhadap kadar serat kasar, lemak kasar, kadar
air, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen silase. Jurnal Ilmiah Peternakan
Terpadu. 3(3): 116-120.
Serang AM, Diayan YS, Jane LD. 2017. Artificial feed composition for growth
and protein and fat retention of humpback grouper, Cromileptes altivelis.
AACL Bioflux. 10(6): 1683-1691.
Siregar ZA, Arif RH, Koko K. 2019. Pengaruh penggantian tepung ikan dengan
tepung larva Hermetia illucens dan Azolla sp. terhadap kualitas pakan ikan
terapung. Jurnal Riset Akuakultur. 14 (2): 77-85.
Yulianto T. 2018. Uji stabilitas, daya apung dan warna serta aroma pada pelet
yang berbeda. DInamika Maritim. 6(2): 5-8.
31