Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TEKNOLOGI PEMBUATAN DAN PEMBERIAN PAKAN

IKAN

Lutfia Sittaturrahmah (C1401201048)


Muhamad Dony Saputra (C1401201075)
Nabila Maharani Susanto Putri (C1401201032)
Rayna Darliana (C1401201085)
Sephia Dyah Puspaningtyas AP (C1401201002)
Adiel Adrian Wahyudi (C1401201056)
Andrian Triguna Prasetia (C1401201058)
Faqih Budi Lazuardi (C1401201021)
Fernando Charles Felix Komboy (C1401201034)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN


PERIKANAN BUDIDAYA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2
I. PENDAHULUAN 7
1.1. Latar Belakang 7
1.2. Tujuan 8
II. METODE PELAKSANAAN 9
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 9
2.2 Metode Pelaksanaan 9
III. KEGIATAN PEMBUATAN PAKAN 12
3.1 Persiapan Bahan Baku 12
3.2 Bulk Density 13
3.3 Partikel Size 14
3.3 Pembuatan Pakan Apung 14
3.4 Pembuatan Silase 15
3.5 Proksimat Bahan Baku dan Pakan 15
3.6 Water Stability 17
3.7 Manajemen pakan (Bobot awal, bobot akhir, FCR, JKP, ADG, Padat Tebar,
metode pemberian pakan) 17
4.1 Persiapan Bahan Baku 19
4.2 Bulk Density 20
4.3 Pembuatan Pakan Apung/Tenggelam 20
4.1 Pembuatan Pakan Apung/Tenggelam 21
4.2 Pembuatan Silase 22
4.3 Proksimat Bahan Baku dan Pakan 22
4.4 Manajemen pakan (Bobot awal, bobot akhir, FCR, JKP, ADG, Padat Tebar,
metode pemberian pakan). 25
VI DAFTAR PUSTAKA 30

i
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pakan dalam kegiatan budidaya memegang peranan penting dalam daur
produksi dan ekonomi, dan tujuan pemberian pakan harian untuk memperoleh
pertumbuhan yang baik dan cepat serta menjaga kesehatan ikan (Ibrahem 2015).
Pakan buatan merupakan salah satu pakan yang menunjang kegiatan budidaya,
pakan buatan adalah pakan yang dibuat oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi kegiatan budidaya. Keunggulan pakan buatan menurut Serang et al.
(2017). yaitu harga yang terjangkau sehingga bisa meminimalkan biaya produksi
jika efisiensi pakan memiliki nilai yang tinggi, jaminan kualitas, lebih awet,
mudah ditemukan dan tidak bersaing dengan manusia untuk mendapatkannya,
data produksi pakan yang berasal dari Gabungan Perusahaan Makanan Ternak
(GMT) pada tahun 2017 hanya 1.555.939 ton, sedangkan kebutuhan pakan ikan
pada saat itu mencapai 8.650.260 ton. Pada tahun 2019 produksi pakan mencapai
9.667.620, dan jumlahnya terus naik pada tahun 2019 mencapai 10.800.960 ton
(KKP 2018).
Bahan baku adalah komponen yang mengandung nilai gizi dan bagian
aditif terkait dengan proses produksi, selanjutnya diolah untuk menghasilkan
suatu pakan. Bahan baku yang digunakan disaring dan ditentukan beberapa syarat
yang harus dipenuhi yaitu kualitas tinggi, ketersediaan berkelanjutan, akses dan
pengolahan mudah, harga terjangkau, tidak berdampak negatif pada ikan, dan
bahan makanan manusia yang tidak penting (Kurniasih et al. 2016). Bahan baku
dalam pembuatan pakan ikan dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan asalnya yaitu
bahan baku hewani dan nabati (Glencross et al. 2018). Bahan baku hewani
merupakan produk olahan dengan menggunakan bahan dasar yang berasal dari
hewan, baik hewan darat maupun perairan, contohnya seperti tepung ikan, MBB,
PMM dll, sedangkan bahan baku nabati merupakan produk olahan dengan
menggunakan bahan dasar tumbuhan, contohnya yaitu tepung kedelai, bungkil
kelapa maupun sawit dll. Selain perbedaan dari bahan dasar pembuatannya,
perbedaan lainnya menurut Hua et al. (2019) yaitu protein pada hewani
cenderung lebih tinggi, pada bahan baku nabati mengandung faktor anti gizi, serat
yang cenderung tinggi sedangkan bahan baku hewani memiliki jangka waktu yang
singkat dalam penggunaannya dan harga yang relatif mahal. Sehingga pada
masing masing bahan baku perlu dilakukan rekayasa untuk meningkatkan
efektivitasnya.
Pakan buatan dibagi menjadi dua berdasarkan kebiasaan hidup ikan yaitu
pakan terapung dan tenggelam. Pakan terapung adalah pakan yang jika diberikan
akan mengapung di atas air dan tenggelam ke dasar setelah beberapa waktu,
sedangkan pakan tenggelam adalah pakan langsung tenggelam ke dasar jika
ditebar (Arianto 2014). Penerapan pakan ikan tenggelam lebih sedikit dari pakan
apung karena dikhususkan untuk komoditas tertentu saja. Pakan terapung memang
dirancang memiliki massa jenis yang ringan dengan kandungan kadar air yang

7
lebih rendah sekitar 10-15% (Kusnadi 2014), sedangkan pakan tenggelam
memiliki daya apung yang rendah sehingga akan cepat larut dalam air. Perbedaan
lainnya antara pakan apung dan tenggelam adalah proses ekstruksi yang ada pada
pakan apung yang membuat lubang pori sehingga pakan dapat terapung di atas
permukaan wadah dengan waktu yang cukup lama (Siregar et al. 2019)
Pakan buatan diproduksi sesuai dengan kebutuhan ikan, salah satu faktor
yang perlu diperhatikan yaitu kadar nutrien. Kadar nutrien yang dibutuhkan ikan
untuk memaksimalkan pertumbuhannya berbeda beda. Kandungan nutrien yang
sering dibutuhkan ikan yaitu protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin dll.
Kebutuhan nutrisi pada ikan khususnya ikan air tawar yaitu protein sekitar 20-
60%, lemak 4-18%, Karbohidrat 20-30% dan vitamin mineral 2-5% (Basriati dan
Vera 2015) . Hal ini sesuai dengan salah satu komoditas ikan air tawar yaitu ikan
lele, kebutuhan nutrisi yang ia butuhkan untuk tumbuh yaitu protein sekitar 25-
40%, lemak 9.5–10%, karbohidrat 20-30%, vitamin 0.25-0.40% dan mineral 1.0%
(Kusumastuti 2017).

1.2. Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya praktikum Teknologi Pembuatan dan
Pemberian Pakan Ikan untuk meningkatkan dan memperluas wawasan dan
pengetahuan mahasiswa dalam pembuatan pakan ikan.

8
II. METODE PELAKSANAAN
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan praktikum Teknologi Pembuatan dan Pemberian Pakan Ikan
dilaksanakan pada Minggu pertama sampai minggu 14. Lokasi praktikum
bertempat Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

2.2 Metode Pelaksanaan


Kegiatan praktikum teknologi pembuatan dan pemberian pakan ikan ini
meliputi pembuatan pakan tenggelam dan apung, dilanjutkan dalam pembuatan
silase ikan dan jeroan.

2.2.1 Metode Proksimat Semua Nutrien


a. Kadar air

b. Serat kasar

c. Kadar Lemak

9
d. Kadar abu

e. Kadar protein

f. BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen)

2.2.2 Metode Pembuatan Pakan Apung

Menyusun formulasi Penggilingan bahan baku Menimbang bahan baku


bahan yang akan pakan menjadi tepung sesuai dengan formulasi
digunakan dengan pengayakan yang sudah dibuat

Bahan baku pakan antara lain FM,


MBM, PMM, CGM, SBM, polar, Mixing 8 bahan baku
gaplek, mineral mix+terigu 1% tersebut menggunakan
dicampurkan dalam satu wadah tangan

Fish oil dicampur dengan 500 ml air dan Masukkan 600 ml ml ke


dimasukkan ke dalam wadah secara dalam wadah sedikit demi
perlahan sambil diaduk merata sedikit sambil diaduk

10
Campuran bahan pakan
dimasukkan pada alat cetak Pelet yang dihasilkan dari
pelet (pressure) dengan tipe proses pelleting diratakan di
proses extruded pelleting atas wadah untuk oven

Pelet dimasukkan ke
dalam oven dengan suhu Pengepakan dan
500C selama 4 jam penyimpanan pelet

2.2.3 Metode Pembuatan Pakan Tenggelam

Menyusun formulasi Penggilingan bahan baku Menimbang bahan baku


bahan yang akan pakan menjadi tepung sesuai dengan formulasi
digunakan dengan pengayakan yang sudah dibuat

Bahan baku pakan antara lain FM,


MBM, PMM, CGM, SBM, polar, Mixing 8 bahan baku
gaplek, mineral mix+terigu 1% tersebut menggunakan
dicampurkan dalam satu wadah tangan

Fish oil dicampur dengan 500 ml air dan Masukkan 600 ml ml ke


dimasukkan ke dalam wadah secara dalam wadah sedikit demi
perlahan sambil diaduk merata sedikit sambil diaduk

Campuran bahan pakan


dimasukkan pada alat cetak Pelet yang dihasilkan dari
pelet (pressure) dengan tipe proses pelleting diratakan di
proses compress pelleting atas wadah untuk oven

Pelet dimasukkan ke Pengepakan dan


dalam oven dengan suhu penyimpanan pelet
500C selama 4 jam

11
2.2.4 Metode Pembuatan Silase

Bahan silase (ikan dan Ikan dan jeroan Hasil pencacahan


jeroan) dipisahkan dari dicacah secara dimasukkan dalam
lemak dan dicuci bersih kasar wadah plastik

Asam formiat ditambahkan Aduk merata Aduk setiap hari


ke dalam hasil pencacahan dan wadah sebanyak 3 kali
dengan perbandingan 485 ditutup rapat (pagi,siang,malam)
gram : 15 ml selama 7 hari

12
III. KEGIATAN PEMBUATAN PAKAN
3.1 Persiapan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan pakan yaitu ada
tepung ikan, MBM (Meat Bone Meal), gaplek, terigu, dan pollard.
Kegiatan persiapan bahan baku diawali dengan pengayakan, tujuan dari
pengayakan untuk mendapatkan tepung yang halus, ukuran seragam,
tidak menggumpal dan memisahkan dengan hewan seperti kutu yang
ada dalam pakan selain pengayakan ada beberapa bahan baku yang
harus di giling (grinding) untuk mempermudah proses pengayakan.
Bahan baku yang sudah diayak kemudian dimasukan ke dalam wadah
plastik yang selanjutnya akan ditimbang sesuai dengan kebutuhan saat
pembuatan pakan. Pada praktikum kali ini bahan baku yang sudah
disiapkan memiliki kebutuhan yang berbeda beda seperti tepung ikan (4
kg), MBM (6 kg), SBM (10 kg), PMM (6 kg), gaplek (2 kg) dan pollard
(10 kg).

Gambar 1 Bahan Baku sebelum dan sesudah penghalusan

3.2 Bulk Density


Bulk density merupakan berat suatu massa bahan per satuan
volume tertentu. Alat yang digunakan pada tahapan ini berupa wadah (1
liter) dan timbangan digital. Kegiatan bulk density diawali dengan
mempersiapkan wadah (1 liter) dan bahan baku yang digunakan.
Wadah tersebut ditimbang terlebih dahulu dengan menggunakan
timbangan digital untuk memperoleh massa awal. Bulk density yang
digunakan memiliki besaran satuan berupa gram per liter. Tahapan
selanjutnya bahan baku diletakkan pada wadah. Kegiatan pengukuran
tersebut dilakukan pada saat bahan baku sebelum melalui penggilingan
dan setelah kegiatan penggilingan berlangsung.

13
Gambar 2 Pengukuran Bulk Density setelah penggilingan

3.3 Partikel Size

Partikel size adalah kegiatan untuk mendapatkan bahan baku yang


paling kecil. Kegiatan ini dilakukan setelah proses pengayakan dan bulk
density. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini merupakan ayakan atau
saringan yang memiliki jumlah 5 buah bertumpuk dengan ukuran yang
berbeda, ukuran saringan yang paling atas memiliki ukuran yang lebih
besar sampai yang terkecil ada di paling bawah. Ukuran saringannya
yaitu >80, 80, 60, 50, 40 mesh. Setelah bahan baku diletakan di atas
saringan, lakukan hal yang sama seperti pengayakan yaitu
menggoyangkan saringan sampai bahan baku tersaring ke paling bawah
dengan ukuran 40 mesh.

3.4 Pembuatan Pakan Apung


Kegiatan pembuatan pakan tenggelam sebenarnya sama dengan
pakan apung, yang membedakan hanya pada pakan apung terdapat
proses ekstrusi yang menghasilkan pori pada pakan sehingga pakan
apung bisa mengambang lebih lama di perairan (Siregar et al. 2019).
Pakan apung diawali dengan menyusun formulasi bahan yang
digunakan, disesuaikan dengan jenis pakan yang ingin kita buat. Pada
pembuatan pakan kali ini bahan yang digunakan yaitu: Tepung ikan,
MBM, PMM, CGM, SBM, Pollard, gaplek. Masing masing bahan baku
tersebut diayak agar ukurannya seragam dan tidak terdapat tepung yang
menggumpal, setelah itu bahan baku ditimbang dan di letakkan dalam
satu wadah dengan pencampuran mineral mix+terigu 1%. Pencampuran
bahan baku tersebut dengan cara mengaduknya menggunakan tangan,
setelah itu 500 ml air ditambah fish oil dimasukkan ke dalam wadah dan
bahan tersebut kembali di aduk. Setelah tercampur masukkan 600 ml air
secara sedikit demi sedikit sambil diaduk, bahan pakan yang sudah
tercampur dengan rata dimasukkan ke alat cetak pelet (pressure) dengan
tipe proses extruded pelleting, hasil pellet yang sudah didapatkan di
ratakan di atas wadah kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan

14
suhu 50 derajat celcius selama 4 jam. Setelah itu dilanjutkan dengan
pengepakan dan penyimpanan pellet.

Gambar 3 Pembuatan pakan


3.5 Pembuatan Silase
Silase adalah proses fermentasi dengan tujuan untuk mendapatkan
pakan yang lebih awet, menambah kecernaan ikan jika ditambahkan
dengan pakan buatan dan memanfaatkan limbah hewan yang tidak
termanfaatkan seperti jeroan. Prinsip dari pembuatan silase adalah
fermentasi dalam keadaan aerob sampai anaerob dengan pemanfaatan
mikroba penghasil asam laktat (Muhtarudin et al. 2015). Proses
pembuatan silase pada praktikum yaitu menggunakan sampel ikan nila.
Pisahkan ikan nila dan jeroan dari lemak kemudian dicuci bersih,
pencacahan bagian ikan secara kasar termasuk jeroan. Setelah itu hasil
pencacahan dicampur dengan asam formiat + propionat dengan
perbandingan daging ikan 970 gr dan asam formiat + propionat 30 gram
dimasukkan ke dalam wadah plastik sehingga total silase yang akan
dibuat yaitu 1 kg. Setelah tercampur silase difermentasikan pada wadah
tertutup selama 7-14 hari, setiap harinya silase diberi perlakuan berupa
pengadukan sebanyak 3 kali sehari (pagi, siang dan malam). Tujuan
pengadukan ini menurut Handjani (2014) agar bahan tercampur dengan
rata selama proses pengereman.

3.6 Proksimat Bahan Baku dan Pakan


Proksimat yang dilakukan terdiri atas analisis abu dan air, lemak,
protein dan serat kasar. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kadar
dari masing analisis tersebut. Analisis yang dilakukan adalah analisis

15
dari bahan baku PMM. Berikut merupakan metode dan prinsip
analisisnya.

3.6.1 Analisis Proksimat Abu dan Air


Air yang dilakukan dalam analisis proksimat adalah semua cairan
yang menguap pada pemanasan selama beberapa waktu. Prinsip analisa
kadar air dalam suatu bahan dapat diketahui bila bahan tersebut
dipanaskan pada suhu 110 oC ± 1 oC. Karena terjadi penguapan, ukuran
bobot dari bahan tersebut menjadi berkurang sampai bobot konstan
berarti semua air sudah diuapkan.
Cara kerja pada analisa air dengan menimbang cawan porselen
yang telah dioven (110 oC selama 1 jam) dan memasukkan ke dalam
desikator selama 30 menit sebelum ditimbang berat cawan awal.
Masukkan bahan atau sampel sebanyak ± 2 g pada cawan. Lalu
dipanaskan pada suhu 110 oC selama 4 jam. Kemudian pindahkan
segera ke desikator, dinginkan selama 30 menit. Setelah dingin, timbang
cawan tadi dan catat beratnya.
Persentase nilai kadar air ditentukan berdasarkan banyaknya air
yang menguap saat pemanasan, yaitu dengan cara mengukur selisih
antara berat cawan akhir dengan berat cawan awal (cawan kosong bebas
air), dibandingkan dengan berat sampel (bahan).
Penentuan kadar abu menggunakan metode kering yaitu Dry Ash
dengan prinsip pengoksidasian semua zat organik pada suhu tinggi dan
kadar abu dianalisis dari hasil timbangan abu yang dihasilkan. Abu yang
digunakan mudah menguap dalam bahan yang dilepas hingga menjadi
bentuk yang lebih stabil. Perhitungan dengan menentukan banyaknya
abu yang tersis setelah pembakaran dengan mengukur selisih antara
berat cawan akhir dengan cawan awal.

3.6.2 Analisis Proksimat Lemak


Penentuan hasil proksimat lemak menggunakan metode ekstraksi
Soxhlet dan metode Floch. Prinsip analisis kadar lemak yaitu lemak
yang diekstrak menggunakan pelarut dietil. Langkah- langkah dalam
menganalisis proksimat lemak secara metode Soxhelt dengan
memanaskan labu dalam oven (110oC selama 1 jam), didinginkan
dalam desikator selama 30 menit, menimbang 3-5 gr bahan,
memasukkan ke dalam selongsong dan soxhlet dengan menambahkan
N-Hexan 100-150 (150) ml dengan masukkan ke dalam labu,
memanaskan selama 3-4 jam hingga berwarna bening, memasukkan
labu ke dalam oven selama 15-30 menit dan didinginkan lalu ditimbang.

3.6.3 Analisis Proksimat Protein

16
Penentuan hasil proksimat menggunakan prinsip asam sulfat pekat
dengan katalisator CuSO4 dan K3SO4 dapat memecah ikatan N organik
menjadi (NH4)SO4. Metode yang digunakan yaitu metode Kjeldahl.
Ada beberapa tahap dalam metode ini yaitu tahap oksidasi, tahap
destilasi, tahap titrasi.

3.6.4 Analisis Proksimat Serat Kasar


Penentuan hasil proksimat menggunakan metode pembakaran
setelah penguraian bahan dengan larutan H2SO4 1,25% dan NaOH
1,25% pada kondisi tertentu. Langkahnya dengan memanaskan cawan
dalam tanur yang bersuhu 600 oC hingga berwarna putih atau menjadi
abu (4 jam), lalu masukkan dalam oven bersuhu 105-110 oC selama 15
menit, dinginkan dalam desikator selama 15-30 menit dan ditimbang.
Berikut merupakan hasil proksimat dari analisis yang telah dilakukan.

3.6.5 Water Stability


Water stability feed yaitu stabilitas pakan dalam air yang
merupakan faktor penting dalam menentukan efisiensi pakan. Pakan
yang tahan dalam air yang hanya mengalami sedikit perubahan kualitas
dan kuantitas adalah pakan yang mempunyai persyaratan fisik yang
cukup baik. Untuk mencapai keadaan ini dianjurkan agar pakan udang
secara fisik masih tetap utuh kira-kira selama tiga jam berada dalam air.

Gambar 4 Water stability

3.5.6 Manajemen pakan (Bobot awal, bobot akhir, FCR, JKP,


ADG, Padat Tebar, metode pemberian pakan)
Manajemen pakan pada ikan tentu sangat penting bagi keberhasilan
budidaya. Pakan dapat mempengaruhi ebberapa hal dalam aspek parameter
produksi ikan seperti bobot awal merupakan berat individu ikan yang
diukur pada awal waktu penebaran. Bobot awal diukur dengan cara
sampling dan bobot ikan di timbang menggunakan timbangan digital.
Bobot akhir merupakan berat individu ikan yang diukur pada hari
tertentu atau pada saat panen. Bobot akhir diukur dengan cara sampling
dan bobot ikan di timbang menggunakan timbangan digital. FCR (Feed

17
Conversion Ratio) merupakan suatu nilai yang menyatakan ukuran rasio
jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg daging ikan.
FCR digunakan untuk mengetahui kualitas pakan yang diberikan
terhadap pertumbuhan ikan. Jumlah pemberian pakan atau Feeding rate
yang diberikan kepada ikan nila merah pada praktikum ini adalah 3%.
Jumlah konsumsi pakan (JKP) adalah jumlah pakan yang dikonsumsi
oleh ikan dari masa awal pemeliharaan sampai masa panen. Hasil JKP
didapatkan dengan biomassa ikan yang dikali dengan Feeding rate
(FR). ADG (Average Daily Gain) adalah rata-rata peningkatan bobot
harian ikan yang dihitung berdasarkan peningkatan biomassa yang
dibagi dengan satuan waktu. Padat tebar merupakan tebaran ikan per
satuan luas atau volume tertentu. Metode pemberian pakan dilakukan
secara ad satiation dan ad libitum.

18
IV. HASIL KEGIATAN
4.1 Persiapan Bahan Baku
Hasil persiapan bahan-bahan yang disiapkan untuk pembuatan
pakan serta aroma, warna, dan ukuran dari setiap bahan baku sebagai
berikut.

Tabel 2. Hasil persiapan bahan baku TPI, MBM, SBM, PMM, Gaplek, Terigu,
Polard.
Bahan baku Dokumentasi Keterangan

Aroma : Tengik
Warna : Coklat
Tepung Ikan Berjamur : Tidak berjamur
Ukuran partikel : Kecil dan halus

Aroma : Tengik
Warna : Coklat
MBM
Berjamur : Tidak berjamur
Ukuran partikel : Sedang

Aroma : Tidak tengik dan berbau


soyabean
SBM Warna : Putih
Berjamur : Tidak berjamur
Ukuran partikel : Kecil

Aroma : Tengik
Warna : Coklat
PMM
Berjamur : Tidak berjamur
Ukuran partikel : Kecil dan kasar

Aroma : Tidak tengik


Warna : Cream
Gaplek
Berjamur : Tidak berjamur
Ukuran partikel : Kecil

19
Aroma : Tidak tengik
Warna : Putih
Tepung terigu
Berjamur : Tidak berjamur
Ukuran partikel : Kecil dan halus

Aroma : Tidak ada


Warna : Coklat muda
Polard
Berjamur : Tidak berjamur
Ukuran partikel : Kecil dan halus

4.2 Bulk Density


Hasil dari bulk density beberapa jenis bahan baku setelah dan sebelum
grinder atau pengayakan sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil bulk density sebelum dan sesudah grinder


Bulk density (gr/L)
Bahan Baku
Sebelum Sesudah

FM 441,6 680

Pollard 450,2 422,1

SBM 637,1 730,7

MBM 793,7 750,2

PMM 713,3 713,3

CGM 748,6 517,2

4.3 Pembuatan Pakan Apung/Tenggelam


Hasil partikel size yang diperoleh sebelum dan sesudah
pengayakan dengan bobot bahan baku masing-masing sebanyak 100
gram sebagai berikut.

Tabel 4. Hasil partikel size sebelum di grinder dengan bobot 100 gram.
Bahan Baku Mess 40 Mess 50 Mess 60 Mess 80 Sisa

FM 14,88 5,63 8,26 7,34 63,89

20
Pollard 60,5 11,13 7,57 3,46 17,34

SBM 96,81 2,19 0,78 0,1 0,12

MBM 38,32 7,58 8,72 5,43 39,95

PMM 41,92 17,68 30,42 9,06 0,92

CGM 92,3 3,97 1,55 0,61 1,57

Tabel 5. Hasil partikel size setelah di grinder dengan bobot 100 gram.
Bahan Baku Mess 40 Mess 50 Mess 60 Mess 80 Sisa

FM 10,2 13,6 15,3 25,7 35,2

Pollard 26,2 20,7 13,8 7,7 31,6

SBM 10,1 10,9 16,7 13,2 49,1

MBM 17 15 19,4 21,2 27,4

PMM 13,6 15,5 18,9 20,5 31,5

CGM 54,3 9,5 8,6 6,5 21,1

4.1 Pembuatan Pakan Apung/Tenggelam


Komposisi bahan yang digunakan dalam pembuatan 5 kg pakan apung dan
hasil proksimat dari pakan tenggelam sebagai berikut.

Tabel 6. Komposisi pakan yang dibutuhkan dalam pembuatan 5 kg pakan apung.


Bahan Baku Komposisi

MBM 7 gr

PMM -

SBM 30 gr

FM 3 gr

Polard 20 gr

Terigu 21,43 gr

Gaplek 10 gr

21
CGM 4,55 gr

Fish oil 0,5 gr

CPO 3,01 gr

Vitamin mix 0,15 gr

Mineral mix 0,15 gr

Antimold 0,1 gr

Antioksidasi 0,1 gr

4.2 Pembuatan Silase


Hasil dari proksimat silase ikan dan silase jeroan didapatkan sebagai
berikut.
Tabel 7. Hasil proksimat silase ikan dan silase jeroan
Analisis Proksimat Silase Ikan Silase Jeroan

Kadar air, (%) 0,00 0,00

Kadar abu, (%) 8,88 8,50

Serat kasar, (%) 3,67 3,76

Kadar protein, (%) 30,23 30,41

Kadar lemak, (%) 12,05 12,21

BETN, (%) 45,17 45,12

Karbohidrat, (%) 54,05 53,62

GE, (kkal kg^-1) 504,16 504,91

C/P protein, (kkal) 16,68 16,60

4.3 Proksimat Bahan Baku dan Pakan

5.11.1 Proksimat Bahan Baku


Berdasrarkan hasil pengolahan bahan-bahan baku yang diformulasikan
menggunakan bahan baku MBM, SBM, PMM, FM, CGM, gaplek, terigu , dan
polard didapatkan sebagai berikut:

22
Tabel 8. Hasil proksimat bahan baku pakan ikan
Analisis Jenis Bahan Baku
Proksimat
TPI PMM MBM SBM CGM Gaple Pollar Tepung Silase Silase
k d Terigu Ikan Jeroan

Kadar air, 9.45 9.43 5.30 11.02 8.15 10.22 9.75 10.14 0.00 0.00
(%)

Kadar 16.20 20.50 37.41 6.82 8.08 7.54 1.61 1.87 8.88 8.50
abu, (%)

Serat 0.40 0.27 0.85 3.32 2.30 5.00 4.12 0.79 3.67 3.76
kasar,
(%)

Kadar 50.46 48.95 40.23 36.69 64.75 16.19 24.31 15.09 30.23 30.41
protein,
(%)

Kadar 8.33 10.50 9.33 0.83 2.17 3.16 3.38 1.14 12.05 12.21
lemak,
(%)

BETN, 15.15 10.35 6.87 41.31 14.55 57.89 56.83 70.96 45.17 45.12
(%)

Karbohid 31.35 30.85 44.29 48.13 22.63 65.43 58.44 72.83 54.05 53.62
rat, (%)

GE, (kkal 489.4 499.3 494.5 410.6 475.7 388.6 407.50 393.90 504.1 504.91
kg^-1) 6 1 9 5 4 3 6

C/P 9.70 10.20 12.29 11.19 7.35 24.01 16.76 26.09 16.68 16.60
protein,
(kkal)

5.11.2 Proksimat Pakan


Berdasarkan hasil pakan ikan yang dibuat terapung selanjutnya
dianalisis secara proksimat kandungan didalamnya yakni sebagai berikut:
Tabel 9. Hasil proksimat pakan ikan
Analisis proksimat 1 2 3 4 5 6

Kadar air, (%) 9.17 9.04 9.42 9.54 9.56 9.54

23
Kadar abu, (%) 12.34 12.78 13.08 13.13 13.21 13.11

Serat kasar, (%) 5.23 5.54 4.65 4.56 4.75 4.55

Kadar protein, (%) 29.34 29.44 30.31 30.29 30.24 30.25

Kadar lemak, (%) 6.11 6.24 5.43 5.54 5.46 5.55

BETN, (%) 37.81 36.96 37.11 36.94 36.78 37

Karbohidrat, (%) 50.15 49.74 50.19 50.07 49.99 50.11

GE, (kkal kg^-1) 427.35 427.45 426.56 426.99 425.63 427.02

C/P protein, (kkal) 14.57 14.52 14.07 14.10 14.07 14.12

5.11 Water Stability


Berdasarkan hasil uji pakan ikan yang telah diuji water stability pakan
didapatkan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil pengamatan uji water stability I
Bera Bera Nilai
Water Stability I Jenis Pelet t t water
Awal akhir stability

Kelompok 1 Tenggelam 25.01 16.36 65.41

Kelompok 2 Apung 25.02 14.04 56.12

Kelompok 3 Repelleting vit (1,5) + pmc 25.01 14.43 57.70


(10) + pakan (988,5)

Kelompok 4 Repelleting kunyit (20) + pmc 25.04 15.32 61.18


(10) + pakan (970)

Kelompok 5 Repelleting kayu manis (20) + 25.02 16.63 66.47


pmc (10) + pakan (970)

Kelompok 6 Repelleting min (1,5) + 25.05 16.63 66.39


pmc(10) + pakan (988,5)

Uji water stability pada pakan ikan yang dibuat dilakukan dengan
pengulangan dua kali yang menghasilkan sebagai berikut:

Tabel 11. Hasil pengamatan uji water stability II

24
Water Jenis Pelet Berat Berat Nilai water
stability II Awal akhir stability

Kelompok 1 Tenggelam 25 18.57 74.28

Kelompok 2 Apung 25 16.28 65.12

Kelompok 3 Repelleting vit (1,5) + pmc 25 19.06 76.24


(10) + pakan (988,5)

Kelompok 4 Repelleting kunyit (20) + pmc 25 18.81 75.24


(10) + pakan (970)

Kelompok 5 Repelleting kayu mani s(20) + 25 18.55 74.2


pmc (10) + pakan (970)

Kelompok 6 Repelleting min (1,5) + pmc 25 18.77 75.08


(10) + pakan (988,5)

4.4 Manajemen pakan (Bobot awal, bobot akhir, FCR, JKP, ADG,
Padat Tebar, metode pemberian pakan).

Manajemen pakan diketahui sebagai berikut :


Tabel 12. Data manajemen pakan bobot awal, bobot akhir, FCR, JKP, ADG, padat
tebar, metode pemberian pakan.
No Asumsi dalam 1 bulan  Hasil Konversi
1 Bobot Individu Awal (gram) 70.04 gram
2 Padat tebar (ekor/m3) 25 ekor/m3 8000 ekor
3 Ukuran Wadah (m3) 20x10x1.6 m3 320 m3
4 FR (%) 3%
5 JKP (Kg) 16.8 kg 16800 g
6 1x pemberian pakan (kg) 5.6 kg 5600 g
7 Target panen/bobot akhir 250 gram/ekor
(Gram/ekor)
8 ADG (7 hari) (gram/hari) 25.71 g/ekor 3.67 g/ekor
9 FCR (1bulan) ? 1.01
10 ADG (1bulan) ? 110.18 g/ekor
11 JKP (1bulan) ? 887.71 kg

25
12 1 bulan 30 Hari
13 biomassa awal 560320

Pengamatan kinerja pertumbuhan dilakukan selama masa pemeliharaan 30 hari.

Bobot awal
Berdasarkan data, dapat diketahui sebagai berikut :
a) Bobot individu awal: 70.04 gram
b) Biomassa awal didapatkan dari jumlah ikan dengan rumus :
= padat tebar (ekor/m3) x ukuran wadah (m3)
= 25 ekor m3 x 320 m3
= 8.000 x 70.04 g
= 560.320 g
= 560.32 kg

Bobot akhir
Berdasarkan data yang didapatkan diketahui:
a) Total adg dalam 7 hari = 2571/7 = 3.67
Setelah adg diketahui maka bobot akhir didapat dengan:
b) Bobot individu awal+adg x 30 hari = 70.04 + 3.67 x 30 = 180.22 g/ekor
c) Biomassa akhir didapatkan dari biomassa individu x jumlah ekor ikan
= 180.22 g/ekor x 8.000 ekor
= 1441756.735 g
= 1,441.76 kg
 
FCR
Berdasarkan data yang didapatkan diketahui :
Fcr didapatkan dari jkp/bt-(b0+bm)
=887.71/1441.76-(560+0)
=1.01
 
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebanyak 1.01 kg pakan
akan menghasilkan 1 kg daging ikan nila merah.
 
 Average Daily Growth (ADG)
Average daily growth (ADG) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
ADG = average daily growth (g hari-1)
t       = waktu pemeliharaan (hari)

26
Wt   = rata-rata bobot individu akhir pemeliharaan (g)
W0  = rata-rata bobot individu awal pemeliharaan (g)

Total adg dibagi 7 hari sehingga kita bisa mendapatkan adg nya
=2571/7
= 3.67
Berarti untuk 1 bulannya
=3.67 x 30
=110.18

Rasio Konversi Pakan (RKP)


Rasio konversi pakan (RKP) didefinisikan sebagai rasio antara pakan yang
diberikan dengan pertambahan biomassa ikan. Nilai RKP dihitung menggunakan
rumus sebagai berikut (Huissman 1987):
Keterangan:
RKP = rasio konversi pakan
Bt    = biomassa udang uji pada akhir pemeliharaan (g)
B0   = biomassa udang uji pada awal pemeliharaan (g)
Bm  = biomassa udang uji yang mati selama pemeliharaan (g)
 
JKP
Berdasarkan data yang didapatkan, biomassa awal sebesar 560,320 gram dengan
FR 3%, maka didapatkan JKP 16.81 kg. Asumsi peningkatan bobot ikan per hari
yaitu 3.67 g/ekor, maka nilai total JKP dalam 30 hari didapatkan pada tabel
berikut.
Tabel 13. Data JKP selama 30 hari
No Weight Biomass FR JKP (g) JKP (kg)
0 70,04 560320,00 3% 16809,60 16,81
1 73,71 589701,22 3% 17691,04 17,69
2 77,39 619082,45 3% 18572,47 18,57
3 81,06 648463,67 3% 19453,91 19,45
4 84,73 677844,90 3% 20335,35 20,34
5 88,40 707226,12 3% 21216,78 21,22
6 92,08 736607,35 3% 22098,22 22,10
7 95,75 765988,57 3% 22979,66 22,98
8 99,42 795369,80 3% 23861,09 23,86

27
9 103,09 824751,02 3% 24742,53 24,74
10 106,77 854132,24 3% 25623,97 25,62
11 110,44 883513,47 3% 26505,40 26,51
12 114,11 912894,69 3% 27386,84 27,39
13 117,78 942275,92 3% 28268,28 28,27
14 121,46 971657,14 3% 29149,71 29,15
15 125,13 1001038,37 3% 30031,15 30,03
16 128,80 1030419,59 3% 30912,59 30,91
17 132,48 1059800,82 3% 31794,02 31,79
18 136,15 1089182,04 3% 32675,46 32,68
19 139,82 1118563,27 3% 33556,90 33,56
20 143,49 1147944,49 3% 34438,33 34,44
21 147,17 1177325,71 3% 35319,77 35,32
22 150,84 1206706,94 3% 36201,21 36,20
23 154,51 1236088,16 3% 37082,64 37,08
24 158,18 1265469,39 3% 37964,08 37,96
25 161,86 1294850,61 3% 38845,52 38,85
26 165,53 1324231,84 3% 39726,96 39,73
27 169,20 1353613,06 3% 40608,39 40,61
28 172,87 1382994,29 3% 41489,83 41,49
29 176,55 1412375,51 3% 42371,27 42,37
30 180,22 1441756,73 3%
887,71

Average Daily Growth (ADG)


Average daily growth (ADG) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai
berikut:
Wt−W 0
ADG=
t
Keterangan:
ADG = average daily growth (g hari-1)

28
t = waktu pemeliharaan (hari)
Wt = rata-rata bobot individu akhir pemeliharaan (g)
W0 = rata-rata bobot individu awal pemeliharaan (g)

ADG dalam 7 hari = 25.71 g/ekor


= 25.71 / 7
ADG = 3.67 g/ekor
ADG dalam 30 hari = 3.67 x 30
= 110.18 g/ekor

Padat Tebar
Berdasarkan data yang didapatkan, diketahui volume kolam
pemeliharaan adalah 20x10x1.6 m3 dengan padat tebar 25 ekor/m3. Berdasarkan
data tersebut, maka padat tebar total ditemukan dengan rumus:
Padat tebar = Volume kolam (m3) x padat tebar individu (ekor/m3)
= (20x10x1.6) m3 x 25 ekor/m3
= 320 m3 x 25 ekor/m3
= 8000 ekor.

V. PEMBAHASAN
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pakan ini berupa PMM,
TPI, MBM, SBM, CGM, gaplek, terigu, tepung ikan, dan pollard. Pembuatan
pakan ini juga melewati berbagai tahapan yang dilakukan, diantaranya dari
persiapan bahan baku, perhitungan bulk density, partikel size setiap bahan,
pembuatan silase, perhitungan water stability, dan diakhiri dengan kegiatan
manajemen pakan.
Perhitungan bulk density dilakukan pada tiap jenis bahan baku yang akan
digunakan dengan tujuan untuk menentukan jenis pakan apa yang akan dibuat,
pakan apung atau pakan tenggelam. Hasil uji perhitungan bulk density yang
didapatkan dengan nilai tertinggi sebelum grinding adalah bahan MBM dengan
nilai bulk density sebesar 793.7 dan yang terendah yaitu tepung ikan dengan nilai
441.6. Nilai yang didapatkan dari hasil uji bulk density dapat berbeda-beda pada
setiap bahannya dikarenakan perbedaan kadar porositas di tiap bahannya berbeda-

29
beda. Nilai bulk density yang didapatkan sebelum dan setelah grinding juga
berbeda, karena proses grinding mengubah ukuran partikel dari bahan pakan.
Hasil pakan yang memiliki nilai bulk density kurang dari 530 g/l akan terapung
dan sebaliknya apabila lebih maka pakan akan menjadi pakan tenggelam
(Kamarudin et al. 2018).
Pengujian ukuran partikel tiap bahan pakan ditujukan untuk melihat
ukuran partikel dari bahan-bahan pakan sebelum dan sesudah dilakukan proses
grinding. Proses grinding sendiri perlu dilakukan untuk mengubah ukuran partikel
dari tiap bahan yang berbeda-beda menjadi lebih seragam agar memudahkan
dalam proses extruding pakan. Ukuran partikel dari setiap bahan pakan setelah
dilakukan proses grinding akan berbeda daripada sebelum dilakukan proses
grinding, ukuran partikel bahan pakan sebelum dilakukan proses grinding
cenderung besar dan kasar dan setelah dilakukan proses grinding ukuran partikel
bahan pakan menjadi lebih kecil dan halus dan hal ini diuji dengan uji particle
size. Hasil uji particle size yang dilakukan menunjukkan peningkatan jumlah
bahan yang jatuh ke mess 80 yang mana mess tersebut merupakan mess dengan
ukuran penyaringan terkecil sehingga proses grinding berhasil membuat ukuran
partikel bahan pakan menjadi lebih kecil dan halus.
Water stability pakan memiliki nilai 56,11%, jenis pakan terapung dapat
dilihat dari nilai water stabilitynya, apabila rendah maka pelet tersebut juga akan
lebih mudah terapung. Menurut Yulianto (2018) apabila berat jenis pakan sama
dengan berat jenis air, maka pakan akan melayang di permukaan kolam dengan
waktu yang lebih lama. Namun apabila berat jenis pakan yang lebih kecil
dibandingkan dengan air, maka akan membuat pakan tenggelam di dasar kolam.

VI DAFTAR PUSTAKA
Hua K, Cobcroft JM, Cole A, Condon K, Jerry DR, Mangott A, Strugnell JM.
2019. The future of aquatic protein: implications for protein sources in
aquaculture diets. One Earth. 1(3): 316-329.
Kurniasih T, Rosmawati, Heni N. 2016. Penggantian tepung ikan dengan tepung ikan asin
bawah standar dalam formulasi pakan ikan nila (Oreochromis niloticus). Jurnal
Mina Sains. 2(2): 87-95.
Glencross BD, Johanna B, Marc HG. 2018. Risk assessment of the use of alternative
animal and plant raw material resources in aquaculture feeds. Reviews in
Aquaculture.1–56.
Arianto HEB. 2014. Analisis komparatif usaha tani ikan pengguna pakan alami,
alternatif, dan pelet di Desa Sumbersari, Moyudan, Sleman(Skripsi). Universitas
Sanata Dharma: Yogyakarta.
Kusnadi. 2014. Pelatihan pembuatan pakan ikan lele, mas dan nila. Makalah
Penelitian Pengolahan Gizi dan Pakan Ternak BPTP Bengkulu. Bengkulu
(ID) : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu.

30
Basriati S, Vera D. 2015. Optimasi kandungan nutrisi pakan ikan buatan dengan
menggunakan multi objective (goal) programming model. Jurnal Sains,
Teknologi dan Industri. 12(2): 255-261.
Kusumastuti P. 2017. Pengaruh variasi konsentrasi pelet tepung bulu ayam
sebagai sumber pakan terhadap pertumbuhan ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus) (Skripsi). Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta.
[KKP].2018.https://kkp.go.id/djpb/artikel/7314-kkp-yakin-produksi-pakan-
mandiri-dapat-ditingkatkan. Akses: 13:12 tanggal 13 November 2022.
Handjani H. 2014. Peningkatan kualitas silase limbah ikan secara biologis dengan
memanfaatkan bakteri asam laktat. Jurnal Gamma. 9(2): 31-39.
Kamarudin MS, de Cruz CR, Saad CR, Romano N, Ramezani-Fard E. 2018.
Effects of extruder die head temperature and pre-gelatinized taro and broken
rice flour level on physical properties of floating fish pellets. Animal Feed
Science and Technology. 236: 122–130.
Muhtarudin, Farida F, Pratiwi I. 2015. Pengaruh penambahan berbagai starter
pada pembuatan silase ransum terhadap kadar serat kasar, lemak kasar, kadar
air, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen silase. Jurnal Ilmiah Peternakan
Terpadu. 3(3): 116-120.
Serang AM, Diayan YS, Jane LD. 2017. Artificial feed composition for growth
and protein and fat retention of humpback grouper, Cromileptes altivelis.
AACL Bioflux. 10(6): 1683-1691.
Siregar ZA, Arif RH, Koko K. 2019. Pengaruh penggantian tepung ikan dengan
tepung larva Hermetia illucens dan Azolla sp. terhadap kualitas pakan ikan
terapung. Jurnal Riset Akuakultur. 14 (2): 77-85.
Yulianto T. 2018. Uji stabilitas, daya apung dan warna serta aroma pada pelet
yang berbeda. DInamika Maritim. 6(2): 5-8.

31

Anda mungkin juga menyukai