Anda di halaman 1dari 16

RENCANA KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

SISTEM PERKANDANGAN SAPI PEDAGING DI BPTUHPT


PADANG MENGATAS SUMATERA BARAT

MAULANA PANCA NUGRAHA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Sistem Perkandangan Sapi Pedaging di BPTUHPT
Padang Mengatas, Sumatera Barat
Nama : Maulana Panca Nugraha
NIM : J3I216134

Diketahui oleh, Disetujui oleh,

Yuni Resti, SPt. MSc Dudi Firmansyah, S.Pt


Ketua Program Studi Pembimbing
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Praktik Kerja
Lapangan II ini dengan baik.
Proposal ini dibuat untuk kelengkapan dari kegiatan Praktik Kerja
Lapangan II yang akan diselenggarakan oleh Program Keahlian Teknologi dan
Manajemen Ternak Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor sebagai salah satu
syarat kelulusan mahasiswa.
Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Yuni Resti, S.Pt, M.Sc selaku Ketua Program Studi dan Bapak Dudi Firmansyah,
S.Pt selaku dosen pembimbing yang memberikan pengarahan dalam
menyelesaikan proposal ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
pimpinan Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak Padang
Mengatas, Sumatera Barat yang telah memberikan izin untuk pelaksanaan Praktik
Kerja Lapangan. Tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada semua pihak
termasuk kedua orang tua serta keluarga yang telah membantu dalam penyusunan
proposal ini.

Bogor, Januari 2019

Maulana Panca Nugraha


DAFTAR ISI

PRAKATA i
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
2. TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1 Sapi Pedaging 2
2.2 Sistem Pemeliharaan Sapi 2
2.2.1 Pemeliharaan Secara Ekstensif Error! Bookmark not defined.
2.2.2 Pemeliharaan Secara Intensif Error! Bookmark not defined.
2.2.3 Pemeliharaan Secara Semiintensif Error! Bookmark not defined.
2.3 Sistem Perkandangan 3
2.3.1 Atap 4
2.3.2 Dinding dan Lantai Kandang 4
2.3.3 Ketinggian Kandang 4
2.3.4 Tempat Pakan dan Tempat Minum 4
2.3.5 Kepadatan Kandang 4
2.3.6. Gang way/ Jalur Kandang 5
2.3.7 Selokan Kandang 5
2.3.8 Lorong 5
2.4 Penyediaan Pakan 5
2.5 Penanganan Limbah 5
2.6 Manajemen Kesehatan 6
2.7 Pemasaran 6
3. MATERI DAN METODE 6
3.1 Waktu dan Tempat 6
3.2 Metode Pelaksanaan 7
3.2.1 Keadaan Umum Perusahaan 7
3.2.2 Sarana Produksi 7
3.2.3 Sistem Perkandangan 7
3.2.4 Pemeliharaan Sapi 8
3.2.5 Penyediaan Pakan 9
3.2.6 Penanganan Limbah 9
3.2.7 Manajemen Kesehatan 9
3.2.8 Pemasaran 9
3.3 Metode Pengamatan dan Pengumpulan DataError! Bookmark not
defined.
4 TATA TERTIB PELAKSANAAN PKL 9
DAFTAR PUSTAKA 10
MATRIKS JADWAL KEGIATAN 1
1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan daging sapi di Indonesia setiap tahunnya mengalami


peningkatan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral
Peternakan dan Kesehatan Hewan (2017) yang didukung data dari BPS
menyebutkan bahwa produksi daging sapi di dalam negeri selama periode 2015
hingga 2017 masing-masing tercatat sebesar 640.000 ton ,674.690 ton , dan
604.968 ton. Namun kebutuhan tersebut belum terpenuhi oleh produksi daging
dalam negeri. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS (2017) produksi
daging nasional selama periode 2015 hingga 2017 masing-masing tercatat
506.660 ton, 518.484 ton, dan 486.320 ton. Oleh sebab itu, berdasarkan data
tersebut maka usaha sapi pedaging ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai
usaha yang menguntungkan.
Sapi pedaging merupakan jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan utama
adalah produksi daging. Selama proses pemeliharaan sapi pedaging, peternak
harus memperhatikan aspek-aspek terkait di pemeliharaan sapi pedaging agar
usaha tersebut berhasil. Salah satu aspek yang terkait dalam proses pemeliharaan
adalah manajemen perkandangan. Kandang merupakan salah satu faktor
lingkungan hidup ternak. Kandang harus bisa memberikan jaminan untuk hidup
yang sehat dan nyaman sesuai dengan tuntutan hidup ternak. Oleh sebab itu,
bangunan kandang diupayakan harus mampu untuk melindungi ternak dari
gangguan yang berasal dari luar seperti sengatan matahari, cuaca buruk, hujan dan
tiupan angin kencang.
Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan Pakan Ternak (BPTUHPT)
Padang Mengatas adalah sebuah instansi milik pemerintah berada di bawah
Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Instansi ini bergerak di bidang usaha
pembibitan sapi pedaging yang ada di Indonesia. BPTUHPT Padang Mengatas
mempunyai tujuan untuk menyediakan Bibit Unggul dan memfasilitasi dalam
distribusi sapi bibit kepada masyarakat maupun instansi. Pelaksanaan praktik
kerja lapangan adalah untuk mengetahui sistem perkandangan di BPTUHPT
Padang Mengatas.

1.2 Tujuan

Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah untuk memperluas


pengetahuan lebih banyak dengan mengamati langsung dan mempraktikannya di
lapangan, menambah wawasan, pengalaman, dan keterampilan dalam bidang
peternakan. Selain itu, PKL juga memiliki tujuan untuk mempelajari secara
langsung persoalan – persoalan yang biasa terjadi dan solusinya di lapangan
khususnya pada sistem perkandangan sapi pedaging di balai.
2

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Pedaging

Sapi pedaging merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama


sebagai peghasil daging. Adapun ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk
persegi empat atau balok, kualitas dagingnya maksimum, laju pertumbuhan cepat,
cepat mencapai dewasa, efisiensi pakannya tinggi, dan mudah dipasarkan
(Syaifullah H dan Abu Bakar 2013). Secara garis besar sapi digolongkan menjadi
tiga kelompok yaitu Bos Indicus, yaitu sapi zebu yang mempunyai punuk yang
berkembang di daerah India. Contoh dari bangsa sapi Bos Indicus adalah
Brahman. Kemudian bangsa sapi yang kedua adalah Bos taurus, yaitu bangsa sapi
yang menurunkan bangsa-bangsa sapi pedaging dan perah di Eropa. Contoh dari
bangsa Bos taurus yang sekarang banyak dikembangkan yaitu Aberden angus,
Hereford, Shorthorn, Charolais, Simmental, dan Limousin. Kemudian bangsa sapi
yang ketiga adalah bangsa sapi Bos sondaicus (Bos bibos), jenis sapi ini adalah
asli dari Indonesia. Contoh dari bangsa sapi Bos Sondaicus adalah sapi bali, sapi
madura, sapi pesisir, dan sapi aceh (Syaifullah H dan Abu Bakar 2013).
Jenis sapi yang dipelihara oleh BPTUHPT Padang Mengatas adalah sapi
limousin, sapi simental, dan sapi pesisir. Sapi limousin adalah sapi yang berasal
dari prancis. Sugeng Y. B (2003) menambahkan bahwa sapi limousin memiliki
ciri ciri warna bulu merah coklat, disekeliling mata dan bagian dari lutut hingga
ke bawah berwarna agak terang. Ukuran tubuh besar dan panjang serta memiliki
pertumbuhan daging yang bagus. Sapi Simental adalah sapi yang berasal dari
Switzerland. Sapi ini memiliki ciri-ciri yaitu ukuran tubuh besar; pertumbuhan
otot bagus; penimbunan lemak di bawah kulit rendah; 11 warna bulu pada
umumnya krem agak cokelat atau sedikit merah; muka, keempat kaki dari lutut,
dan ujung ekor berwarna putih. Ukuran tanduk kecil, bobot sapi betina mencapai
800 kg dan yang jantan 1.150 kg (Sugeng, 1998). Menurut Susilorini (2008), sapi
Simental memunyai sifat jinak, tenang, dan mudah dikendalikan Direktorat
Perbibitan dan Produksi Ternak (DITPPT) menyebutkan yang didukung oleh
Keputusan Menteri Pertanian No 2908/Kpts/OT.140/6/2011 menyebutkan bahwa
sapi pesisir adalah sapi yang mempunyai sebaran asli di Provinsi Sumatera Barat,
memiliki ciri-ciri tubuh dominan berwarna merah bata, bulu mata berwarna
pirang, dan garis punggung berwarna hitam.

2.2 Sistem Pemeliharaan Sapi

Pemeliharan sapi pedaging yang baik dilakukan dengan optimal agar sapi
pedaging yang dipelihara dapat tumbuh dengan baik. Menurut Edy R dan Endang
P (2013) dalam sistem pemeliharaan sapi pedaging dapat dilakukan dengan 3 cara
pemeliharaan yaitu pemeliharaan secara ekstensif, intensif, dan semiintensif.
Pemeliharaan sapi secara ekstensif merupakan system pemeliharaan pada sapi
dengan cara sapi digembalakan di padang penggembalaan, sedangkan pada malam
3

hari sapi hanya dikumpulkan di tempat-tempat tertentu yang diberi pagar, disebut
kandang terbuka. Pada pemeliharaan secara ekstensif kandang hanya digunakan
untuk berlindung pada saat-saat tertentu saja yaitu pada malam hari dan saat-saat
istirahat. Pemeliharaan sapi secara intensif yaitu ternak dipelihara secara terus-
menerus didalam kandang sampai saat panen. Seluruh kebutuhan sapi disuplai
oleh peternak, termasuk pakan dan minum (Susilorini 2008). Dalam sistem
pemeliharaan intensif ini bertujuan untuk memudahkan dalam pengumpulan
kotoran untuk digunakan sebagai pupuk kandang bagi tanaman. Sedangkan
pemeliharaan sapi secara semiintensif merupakan perpaduan antara kedua cara
pemeliharaan ektensif dan intensif. Jadi, pada pemeliharaan sapi harus ada
kandang dan tempat penggembalaan.

2.3 Sistem Perkandangan

Kandang berfungsi sebagai pelindung bagi ternak dan penunjang


produktivitasnya. Sebagai pelindung ternak, kandang melindungi ternak dari
kondisi lingkungan yang kurang baik, seperti hujan, banjir, angin kencang, udara
dingin, terik matahari, maupun terhadap ancaman bintang buas (predator) dan
gangguan pencuri. Sementara dalam manajemen pemeliharaan kandang
memudahkan dalam pemeliharaan ternak sehari-hari, khususnya penanganan
pengawasan terhadap ternak dapat dilakukan lebih teliti, baik masalah kesehatan,
produksi dan reproduksi ternak.
Berdasarkan bentuk dan fungsinya kandang dibedakan menjadi 2 yaitu
kandang individu dan kandang kelompok. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternatakan (Puslitbangtan) (2007) menyebutkan bahwa kandang individu rata-
rata setiap sapi berukuran 2.5 x 1.5 meter. Sedangkan untuk kandang kelompok,
sapi ditempatkan pada satu ruangan hanya untuk beberapa ekor ternak baik yang
diikat maupun diberi sekat. Ukuran kandang kelompok sekitar 2 x 2.5 meter
(Puslitbangtan 2007). Kemudian apabila ditinjau dari tatalaksana untuk breeding
kandang dibedakan menjadi kandang pembibitan, kandang pembesaran, kandang
penggemukan, kandang jepit, kandang pejantan, kandang isolasi, dan kandang
karantina (Rasyid A dan Hartati 2007).
Selain itu, prasyarat dalam melakukan pembangunan kandang harus
ditentukan berdasarkan pemilihan lokasi, letak bangunan, dan konstruksi kandang
(Rasyid A dan Hartati 2007). Syarat dalam pemilihan lokasi kandang harus
memiliki beberapa prasyarat diantaranya adalah tersedia sumber air, dekat dengan
sumber pakan, transportasi mudah, dan menempati areal yang dapat diperluas.
Apabila melihat dari letak bangunan memiliki prasyarat diantaranya adalah tidak
berdekatan dengan pemukiman, tidak mengganggu kesehatan lingkungan, dan air
limbah tersalur dengan baik. Selain itu, apabila ditinjau dari konstruksi bangunan
harus memiliki beberapa syarat diantaranya adalah kuat, tahan lama, tidak
berbahaya bagi ternak, mampu berfungsi sebagai mestinya, memudahkan
pengelolaan manajemen, dan sesuai dengan agroekosistem setempat. Sebagai
prasyarat pembangunan kandang teknik kandang dalam hal konstruksi meliputi
atap, dinding dan lantai kandang, tinggi kandang, ukuran tempat pakan dan
minum, gang way, selokan, dan lorong.
4

2.3.1 Atap
Atap merupakan bagian kandang yang menaungi bangunan yang
didalamnya terdapat ternak. Oleh sebab itu, bahan yang digunakan pada
pembuatan atap haruslah yang kuat dan tahan lama. Bahan bahan yang biasa
digunakan dalam pembuatan atap diantaranta adalah genting, asbes, dan rumbia
atau alang-alang (Rasyid A dan Hartati 2007). Kemiringan atap yang dianjurkan
adalah sekitar 28.33 % (Rasyid A dan Hartati 2007). Selain itu, pada kandang juga
harus tersedia naungan yang dilebihkan sepanjang min 1 meter melewati kerangka
kandang. Tujuan dilakukan hal tersebut adalah untuk menampik sinar matahari
yang berlebih dan mengurangi percikan air pada saat hujan (Muktiani 2014)

2.3.2 Dinding dan Lantai Kandang


Lantai dan dinding kandang memiliki pengaruh dalam pemeliharaan sapi
pedaging. Lantai harus baik sehingga menghindari kecelakaan pada sapi pedaging
selama di pelihara dalam kandang. Dinding kandang dapat dibuat dari tembok
semen atau papan kayu dengan ketinggian 1.5 m dari lantai kandang (Rianto dan
Purbowati 2010). Lantai kandang biasanya terbuat dari lantai tanah, beton semen,
atau batu – batuan. Lantai kandang harus rata, tidak licin, tidak terlalu keras atau
tajam, tahan lama, dan dibuat miring sekitar 2-5 % (Muktiani 2014).

2.3.3 Ketinggian Kandang


Ketinggian kandang perlu diperhatikan, karena ketinggian kandang
mempengaruhi suhu kandang serta kadar amoniak dalam kandang. Ketinggian
kandang ini untuk memberikan jalur masuk dan keluarnya udara sehingga tingkat
amoniak serta suhu kandang terkendali sehingga ternak nyaman. Ketinggian atap
yang terbuat dari genting adalah 4.5 m untuk lokasi kandang di dataran rendah
sampai menegah dan 4 m untuk lokasi kandang di dataran tinggi, sedangkan atap
asbes dan seng ketinggiannya 4 m untuk lokasi kandang di dataran rendah sampai
menengah dan 3.5 m untuk lokasi di dataran tinggi (Siregar 2002).

2.3.4 Tempat Pakan dan Tempat Minum


Untuk menunjang keberhasilan dalam pemeliharaan sapi pedaging,
kandang perlu dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Panjang palung
sekitar 1.45 – 1.50 m, lebar 0.5 m, dan tinggi 0.6 m dengan rincian panjang
tempat pakan sekitar 0.95 – 1 m, dan kedalaman 0.4 m serta tempat minum
dengan panjang 0.45 – 0.55 m dan kedalaman 0.40 m. (Rasyid A dan Hartati
2007). Penyekat antara palung air minum dan ransum setebal 0.075 – 0.10 m
(Sugeng 2003).

2.3.5 Kepadatan Kandang


Kepadatan kandang dalam pemeliharaan sapi pedaging perlu diperhatikan.
Dalam pemeliharaan sapi pedaging, peternak menginginkan pakan yang diberikan
kepada sapi akan menjadi daging. Menurut Sudono (2003), kandang terlalu luas
dapat menyebabkan ternak terlalu banyak bergerak sehingga nutrisi pakan akan
5

tersalurkan menjadi energi gerak bukan menjadi sel sel otot. Negara Australia
menetapkan bahwa minimum kepadatan kandang untuk sapi adalah 2.5 m2 untuk
satu ekor ternak dan optimal pada kepadatan 6 m2 (Beef Cattle Feedlots: Design
and Construction 2016).

2.3.6. Gang way/ Jalur Kandang


Gang way atau jalur kandang adalah jalur yang menghubungkan kandang
dengan tempat loading saat sapi akan masuk ke peternakan. Letak gang
disesuaikan dengan tipe kandang, jika kandang terdiri dari dua lajur, gang bisa
ditempatkan di tengah. Gang dibuat dengan lebar 1 – 1.5 m. Selokan dibuat tepat
di belakang jajaran ternak dengan lebar 0.40 – 0.50 m, dan kedalaman 0.15 – 0.20
m (Yulianto dan Saparinto 2010).

2.3.7 Selokan Kandang


Fungsi selokan adalah untuk pembuangan kotoran dan limbah hasil
produksi peternakan. Selokan biasanya dibuat dengan lebar 40 - 50 cm dan
kedalaman 10 cm sampai 30 cm. Selokan dibuat di dalam kandang di bagian ekor
sapi, baik itu dikandang tunggal maupun kandang ganda (Santosa dkk 2012).
Selain itu, kemiringan dari selokan adalah sekitar 2-5 % (Rasyid A dan Hartati
2007). Fungsi dari kemiringan tersebut adalah air dan kotoran agar dapat mengalir
dan tidak menggenang (Rasyid A dan Hartati 2007).

2.3.8 Lorong
Lorong merupakan tempat mobilisasi peternak untuk melakukan
pemberian pakan dan pemantauan ternak. Rata-rata lebar dari lorong adalah 1 –
1.5 m (Rasyid A dan Hartati 2007)

2.4 Penyediaan Pakan

Pakan merupakan faktor yang perlu diperhatikan karena sangat


berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan sapi pedaging. Dalam
penyediaannya pakan dibedakan menjadi 2 jenis yaitu hijauan dan konsentrat.
Pakan hijauan mengandung serat kasar sekitar 18%. Rata rata pemberian pakan
hijauan sekitar 10% dari bobot badan sapi (Muktiani 2014). Sedangkan, pakan
konsentrat merupakan jenis pakan yang mampu mempercepat pertambahan bobot
sapi pedaging. Konsentrat mengandung sumber energi dan protein tinggi yang
mudah dicerna karena serat kasarnya kurang dari 18%. (Arifin 2016).

2.5 Penanganan Limbah

Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan
seperti usaha pemeliharaan ternak, pengolahan produk ternak dan lain-lain yang
tidak digunakan. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti
6

feses, urin, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang,
tanduk, isi rumen (Sihombing 2000)

2.6 Manajemen Kesehatan

Menjaga kesehatan ternak merupakan salahsatu kunci dari keberhasilan


pemelihraan. Ternak yang terkena suatu penyakit tentunya tidak akan mampu
produksi sesuai dengan semestinya. Upaya menjaga kesehatan ternak tidak lepas
dari usaha menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sekitar dengan cara
vaksinasi secara teratur, sanitasi, desinfeksi pada kandang dan peralatan
peternakan. Selain itu, upaya yang lainnya adalah dengan memeriksa kesehatan
ternak secara teratur dan memisahkan ternak yang sakit dengan ternak yang sehat.
Sanitasi yang dilakukan meliputi sanitasi pada ternak, lingkungan kandang, dan
peternaknya itu sendiri. Sanitasi terhadap ternak dapat dilakukan dengan cara
memandikan sapi. Sanitasi kandang dilakukan dengan cara membersihkan
kandang dan kotoran yang dapat dilakukan 2 – 3 kali sehari (Soeprapto dan
Abidin 2006). Kemudian sanitasi yang dilakukan untuk peternak itu sendiri
diantaranya adalah pembersihan peralatan kandang mulai dari boots hingga
wearpack.

2.7 Pemasaran

Pemasaran adalah pergerakan barang dan jasa dari produsen ke konsumen


di dalamnya terdapat proses penciptaan atau kegunaan dari barang dan jasa
tersebut (Kotler 2005). Dalam melakukan pemasaran, biasanya menggunakan
strategi pemasaran. Strategi pemasaran tersebut terbagi menjadi 3, yaitu : strategi
pemasaran yang tidak membeda-bedakan pasar, strategi pemasaran yang
membeda-bedakan pasar, dan strategi pemasaran yang terkonsentrasi (Sofjan
Assauri 2013). BPTUHPT Padang Mengatas berfungsi sebagai penghasil bibit
sapi potong dan hijauan pakan ternak dalam rangka mendukung program
Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian
diupayakan melalukan peningkatan populasi dan produktifitas sapi dan kerbau.
(Permentan No 56/PERMENTAN/OT.140/J-2013)

3. MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini akan dilaksanakan selama dua belas
minggu, mulai dari tanggal 4 Februari 2019 sampai dengan 26 April 2019. Lokasi
7

yang dipilih sebagai tempat PKL adalah Balai Pembibitan Ternak Unggul Hijauan
Pakan Ternak (BPTUHPT) Padang Mengatas, Kecamatan Luhak, Kabupaten
Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat

3.2 Metode Pelaksanaan

Kegiatan PKL meliputi kegiatan harian teknik-teknik pembibitan sapi


pedaging, menganalisis dan menjabarkan kegiatan yang ada dengan teori yang
pernah diperoleh, mengumpulkan dan menyusun data-data untuk pembuatan
laporan khususnya terkait dengan manajemen dan teknik perkandangan sapi
pedaging dibawah pembibing lapangan dari balai. Kemudian, mencatat kegiatan
harian yang ditulis pada jurnal harian dan ditanda tangani oleh pembimbing
lapangan.
Observasi/pengamatan merupakan suatu metode yang digunakan dengan
cara melakukan pengamatan secara langsung serta mencari dan mencatat tentang
berbagai hal yang ada hubungannya dengan sistem perkandangan sapi pedaging di
peternakan. Pengamatan ini akan menghasilkan data primer dan data sekunder.
Data primer yaitu data yang dihimpun dari sumber informasi. Data ini diperoleh
dengan melakukan pengamatan langsung, pengukuran, penimbangan, pencatatan
data, serta melakukan wawancara kepada pegawai/karyawan, pembimbing
lapangan, manajer farm serta pihak-pihak yang dianggap perlu untuk
mendapatkan informasi yang lebih banyak dan lebih jelas. Data sekunder yaitu
data yang dihimpun dari sumber data yang telah ada yang didapat dari dokumen
perusahaan, studi pustaka seperti buku, majalah, jurnal, internet,dan referensi
yang lain.
Berkenaan dengan pembuatan laporan, adapun hal-hal yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut :

3.2.1 Keadaan Umum Perusahaan


Mengumpulkan data dan informasi mengenai keadaaan umum instansi
seperti lokasi dan tata letak, sejarah dan perkembangan, visi dan misi instansi,
struktur organisasi, ketenaga kerjaan serta faktor lain yang menunjang kegiatan
usaha peternakan sapi pedaging.

3.2.2 Sarana Produksi


Pengumpulan data sarana produksi perusahaan yaitu meliputi luas lahan
dan pengunaannya, sumber air dan pengunaannya, sumber listrik dan
pengunaannya, jumlah populasi dan komposisi sapi pedaging, peralatan produksi,
serta gudang pakan.

3.2.3 Sistem Perkandangan


Mengumpulkan data dan informasi seperti tipe/jenis kandang, atap dan
lantai kandang, kemiringan lantai kandang, peralatan kandang, kapasitas kandang,
8

tinggi kandang, ukuran tempat pakan dan tempat minum, arah kandang, dan bahan
bangunan kandang yang digunakan dalam pemeliharaan, serta kandang beranak,
kandang pejantan, kandang penggemukan, kandang karantina, kandang
pembesaran dan kandang penggemukan.

Menghitung kapasitas kandang dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Luas area pemeliharaan (m2)


Kapasitas kandang/paddock (Ekor ) = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑒𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑘

Ket : luas area pemeliharaan /paddock atau pen


luas kebutuhan per ekor ternak 2.5–6 m2/ekor
Sumber : Beef cattle feedlots: Design and Construction (2016)

Menghitung kepadatan kandang menggunakan rumus sebagai berikut :

𝐿𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑙𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛 (𝑚2)


Kepadatan kandang/paddock (m2/ekor) = 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑘 (𝑒𝑘𝑜𝑟)
Sumber : Beef cattle feedlots: Design and Construction (2016)
3.2.4 Pemeliharaan Sapi
Mengumpulkan informasi dan data tentang penyediaan pakan yang
meliputi: pemeliharaan pedet, pemeliharaan indukan, pemeliharaan pejantan,
penyediaan pakan, dan pemberian pakan seperti konsentrat dan hijauan.

Menentukan produktivitas lahan dengan cara sebagai berikut :


1. Mengambil sample dengan menggunakan metode destructive sampling
methode (Tothill et al 1992) yaitu menggunakan kuadran 1 m x 1 m.
2. Menempatkan kuadran tersebut disebarang tempat didalam area lahan
3. Kemudian memototong rumput diarea kuadran tersebut hingga tersisa
beberapa cm tinggi rumput dari tanah
4. Menimbang rumput yang telah diambil dan menghitung rataannya
5. Kemudian menghitung produktivitas lahan menngunakan rumus berikut :
Produktivitas (kg) = luasan lahan (m2) x bobot rataan sample rumput (kg/ m2)

Menentukan kapasitas tampung paddock/lahan pengembalaan menggunakan cara


sebagai berikut :
1. Menentukan produktivitas lahan per tahun menggunakan rumus sebagai
berikut :
Produktivitas (kg) = produktivitas setiap 1 kali panen x jumlah panen dalam 1
tahun
2. Menentukan kebutuhan hijauan rata-rata 1 ekor sapi, menurut parakkasi
(1999) 1 ekor sapi dewasa diberikan rata rata 10% dari bobot badan
3. Menentukan kapasitas tampung lahan menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
Kapasitas tampung (ekor) = 𝑘𝑔
𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑘𝑎𝑛 1 𝑒𝑘𝑜𝑟 𝑠𝑎𝑝𝑖 ( )
𝑒𝑘𝑜𝑟
9

3.2.5 Penyediaan Pakan


Mengumpulkan informasi dan data tentang penyediaan pakan yang
meliputi: pengadaan dan penyimpanan pakan berupa konsentrat dan hijauan,
penyediaan lahan, penanaman, pemupukan, perawatan, pemanenan.

3.2.6 Penanganan Limbah


Mengumpulkan informasi dan data tentang penanganan limbah dan
sanitasi seperti ; Jenis/produk limbah yang dihasilkan, dan harganya.

3.2.7 Manajemen Kesehatan


Mengumpulkan informasi dan data yang berkaitan dengan manajemen
kesehatan meliputi; tindakan pencegahan penyakit agar mencegah timbulnya
penyakit yang mengakibatkan kerugian di Balai Pembibitan Ternak Unggul
Hijauan Pakan Ternak Padang Mengatas – Sumatra Barat. Mengetahui cara
sanitasi kandang dan lingkungan sekitar kandang serta pemberian vitamin pada
sapi yang baru datang, perlakuan pengontrolan kesehatan, penanganan terhadap
sapi sakit, dan jenis obat yang diberikan.

3.2.8 Pemasaran
Mengumpulkan data dan informasi tentang pemasaran seperti; bentuk,
jumlah dan harga produk yang dihasilkan dari rantai tataniaga.

4 TATA TERTIB PELAKSANAAN PKL

Tata tertib pelaksanaan PKL adalah tata tertib yang ada di perusahaan atau
farm tempat PKL, akan tetapi mahasiswa dihimbau untuk melaksanakan hal
sebagai berikut:
1. Melaksanakan kegiatan sesuai peraturan perushaan tempat PKL:
a. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan yang ditugaskan,
b. Tidak melakukan kegiatan yang tidak diperbolehkan,
c. Melaksanakan kegiatan sesuai jam kerja yang ditentukan,
d. Melaksanakan kegiatan khusus yang harus diselesaikan meskipun diluar
jam kerja,
2. Meminta izin apabila akan keluar farm dan melaporkan apabila sudah
kembali,
3. Tidak menggunakan, mengambil barang/benda atau merusak meski tampak
tidak berharga tanpa izin pihak perusahaan,
4. Berpakaian sopan sesuai yang ditentukan perusahaan,
5. Khusus pria rambut di potong rapi,
6. Membawa perlengkapan pribadi.
10

DAFTAR PUSTAKA

Abidin dan Soeprapto, 2006. Penggemukan Sapi Potong. Jakarta: Agro Media
Pustaka
Arifin, M. 2016. Kiat Jitu Menggemukkan Sapi Secara Maksimal. Cetakan ke-2.
Jakarta. Penebar Swadaya.
Cattle Standards and Guildelines – Beef Feedlots. 2013. Beef Feedlots Discussion
Paper Public Consultation version 1.3. 13. Australia (AU)
Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2015. Laporan Kinerja
Tahun Anggaran 2015 BPTUHPT Padang Mengatas.
Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2017. Upaya Kementerian
Pertanian Mewujudkan Ketahanan Pangan Asal Ternak.
Diunduh tanggal 14 Januari 2019: http://ditjennak.pertanian.go.id/upaya-
kementerian-pertanian-mewujudkan-ketahanan-pangan-asal-ternak.
Kotler P. 2005.Manajemen Pemasaran. Jakarta (ID): Prenhallindo.
Muktiani. 2014. Sukses Usaha Penggemukan Sapi Potong. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta
Murtidjo B A. 2012. Sapi Potong. Cetakan ke-20. Yogyakarta. Kanisius.
Nurlaha et al. 2014. Identifikasi Jenis Hijauan Makanan Ternak di lahan
persawahan Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Jitro
Vol 1 No 1
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. UI Press. Jakarta
Peter J, et al. 2016. Beef Cattle Feedlots: Design and Construction. North Sydney
(AU)
Primary Industries and Resources SA. 2006. Guidelines for Establishment and
Operation of Cattle Feedlots in South Australia, 2nd Edition. Australia
(AU)
Rasyid A dan Hartati. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi Potong. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Pasuruan
Rasyid A dan Hartati. 2012. Sistem Pembibitan Sapi Potong dengan Kandang
Kelompok “Model Litbangtan”. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. Jakarta (ID). IAARD Press
Rianto, E dan E. Purbowati. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong. Jakarta :
Penebar Swadaya.
Santosa, K., Warsito, dan A. Andoko. 2012. Bisnis Penggemukan Sapi.
PT.Agromedia Pustaka. Jakarta.
Santoso U. 1995. Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi Potong. Jakarta (ID).
Penebar Swadaya.
Saputra, D.S. 2015. Beternak Sapi Potong. Yogyakarta. Graha Ilmu.
11

Sihombing. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan. Pusat


Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Penelitian, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Siregar, S. B. 2002. Penggemukan Sapi. Cetakan ke 6. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Sofjan Assauri. 2013. Manajemen Pemasaran : Dasar Konsep Strategi. Jakarta
(ID). Rajawali Pers. hal, 179-182
Sugeng, B. Y. 2000. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta. 197 hlm
Syaifullah H dan Abu Bakar. 2013. Beternak Sapi Potong. Yogyakarta : Infra
Pustaka.
Y Purnawan, S Cahyo. 2014. Penggemukan Sapi Potong Hari Per Hari 3 Bulan
Panen. Cetakan ke-4. Jakarta. Penebar Swadaya.
MATRIKS JADWAL KEGIATAN

Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan selama 12 minggu terhitung dari tanggal
4 Februari 2019 – 26 April 2019 tersaji pada tabel berikut :

Bulan
Januari Februari Maret April Mei
Kegiatan
Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
proposal
Persiapan
PKL
Pelaksanaan
PKL
Pengambilan
dan
Pengumpulan
data
Penyusunan
laporan PKL

Anda mungkin juga menyukai