PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang saat ini
peningkatan kadar glukosa darah (gula darah), yang dari waktu ke waktu
dan saraf (WHO, 2021). Diabetes yang paling umum adalah diabetes tipe
2 pada orang dewasa yaitu ketika tubuh resisten terhadap insulin atau tidak
permasalahan sangat besar dan terus meningkat ditingkat global. 415 juta
6.9% pada 2013 menjadi 8.5% pada tahun 2018. Angka ini menunjukkan
diabetes.
sebesar 1.6%.
diabetes juga memiliki dua hingga tiga kali lipat peningkatan risiko
cenderung kurang aktivitas fisik, diet tidak sehat dan tidak seimbang,
dkk, 2012). Pengontrolan gula darah merupakan cara yang dapat dilakukan
dengan non farmakologi cara yang dapat ditempuh yaitu menjalankan gaya
pasien dengan diabetes melitus di rumah dan sebagai support system bagi
pasien. Oleh karena itu sangan penting sekali upaya untuk dapat
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari laporan kasus ini dibagi dalam dua
tujuan yaitu:
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
darah.
C. Sistematika Penulisan
menganalisa data dan menarik kesimpulan dari kasus yang diambil. Data
yang diperoleh dari penulisan karya ilmiah ini diperoleh dari studi
kepustakaan, anamnesa dan pengkajian fisik. Karya Ilmiah ini terdiri dari
Diabetes Melitus
Pencapaian Target.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Definisi dan Konsep Masalah Utama yang Diangkat
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
Ketidakstabilan kadar glukosa darah merupakan variasi kadar
glukosa darah naik atau turun dari rentang normal (PPNI, 2017).
2. Etiologi
Penyebab ketidakstabilan kadar glukosa darah berdasarkan Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) oleh PPNI tahun 2016 meliputi
a. Hiperglikemia
1) Disfungsi pankreas
2) Resistensi insulin
3) Gangguan toleransi glukosa darah
4) Gangguan glukosa darah puasa
b. Hipoglikemia
1) Penggunaan insulin atau obat glikemik oral
2) Hiperinsulinemia (mis. Insulinoma)
3) Endokrinopati (mis. Kerusakan adrenal atau pituitari)
4) Disfungsi hati
5) Disfungsi ginjal kronis
6) Efek agen farmakologis
7) Tindakan pembedahan neoplasma
8) Gangguan metabolik bawaan (mis. Gangguan penyimpangan
lisosomal, galaktosemia, gangguan penyimpanan glikogen)
3. Manifestasi Klinis
PPNI (2016) dalam bukunya Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI) membagi gejala dan tanda ketidakstabilan kadar
glukosa darah dalam 2 kriteria, yaitu gejala dan tanda mayor serta gejala
dan tanda minor. Secara objektif gejala dan tanda mayor ditandai dengan
hipoglikemia (gangguan koordinasi dan kadar glukosa dalam darah atau
urin rendah); hiperglikemia (kadar glukosa dalam darah atau urin tinggi)
sedangkan gejala dan tanda mayor secara subjektif ditandai dengan
hipoglikemia (mengantuk, pusing); hiperglikemia (lelah atau lesu). Gejala
dan tanda minor secara objektif ditandai dengan hipoglikemia (gemetar,
kesadaran menurun, perilaku aneh, sulit bicara, berkeringat);
hiperglikemia (jumlah urin meningkat) sedangkan gejala dan tanda minor
secara subjektif ditandai dengan hipoglikemia (palpitasi, mengeluh lapar);
hiperglikemia (mulut kering, haus meningkat).
4. Klasifikasi
Tabel 2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi Deskripsi
Tipe 1 Destruksi sel beta, umumnya berhubungan dengan
defisiensi insulin absolut
- Autoimun
- Idiopatik
Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relatif sampai yang
dominan defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin.
Diabetes melitus Diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua
gestasional atau ketiga kehamilan dimana sebelum kehamilan
tidak didapatkan diabetes.
Tipe spesifik - Sindroma diabetes monogenik (diabetes
yang berkaitan neonatal, matury – onset diabetes of the young
dengan penyebab [MODY])
lain - Penyakit eksokrin pankreas (fibrosis kistik,
pankreatitis)
- Disebabkan oleh obat atau zat kimia misalnya
penggunaan glukokortikoid pada terapi HIV/
AIDS atau setelah transplantasi organ.
Sumber: Perkeni, 2019
5. Manifestasi klinis
Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM adalah:
a. Poliuria
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi normal. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering
terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung
glukosa (Perkeni, 2011).
b. Polidipsia
Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar
glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk
meningkatkan asupan cairan (Titik Suryaningsih, 2018).
c. Polifagia
Penderita diabetes akan merasa cepat lapar dan lemas, dikarenakan
karena glukosa dalam tubuh semakin habis, sedangkan kadar glukosa
dalam darah cukup tinggi (Perkeni, 2011).
d. Penyusutan berat badan
Penurunan berat badan pada penderita diabetes disebabkan kerena
tubuh mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi
(Subekti, 2009 dalam Titik Suryaningsih, 2018).
6. Patofisiologi
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan
sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan (Muji Raharjo, 2018).
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah yang berlebihan maka harus terdapat peningkatan
jumlah insulin yang diberikan. Namun demikian jika sel – sle beta tidak
mampu mengimbanginya, maka kadar glukosa akan meningkat dan
terjadilah DM Tipe II (Hendri, 2019).
Menurut Brunner and Suddarth tahun 2013 dalam Titik Suryaningsih
(2018) apabila konsentrasi glukosa dalam darah tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar. Akibatnya
glukosa tersebut muncul dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmotc. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan,
pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa
haus (polidpsia).
7. Pathway
Gangguan sekresi
insulin
Produksi insulin
menurun
Ketidakseimbangan
produksi insulin
Penurunan sekresi
intrasel
Hiperglikemia
8. Komplikasi
a. Hipoglikemia
Serangan hipoglikemia ditandai dngan perasaan pusing, lemas,
gemetar, mata berkunang – kunang, keringat dingin, detak jantung
meningkat, sampai hilang kesadaran (Widodo, 2014). Kadar glukosa
darah ≤ 50 mg/dl merupakan tanda hipoglikemia. Dosis obat anti
diabetes atau insulin terlalu tinggi, makan terlalu sedikit, olahraga
terlalu berat, minum alkohol dan depresi merupakan hal yang dapat
mengakibatkan kondisi hipoglikemia.
b. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah tiba –
tiba melonjak. Hal ini disebabkan antara lain oleh stress, infeksi dan
konsumsi obat – obatan tertentu. Hiperglikemia yang berlangsung
lama dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang
berbahaya antara lain ketoasidosis diabetikum ( Widodo, 2014).
c. Komplikasi makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler yang dapat menyerang penderita diabetes
melitus adalah penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah
otak, dan penyakit pembuluh darah perifer.
d. Komplikasi mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler yang timbul antara lain retinopati,
nefropati dan neuropati.
9. Pemeriksaan penunjang
Menurut Perkeni tahun 2015 diagnosis DM ditegakkan atas dasar
pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan
plasma darah vena.
1) Insulin
Sekresi insulin dikendalikan oleh tubuh untuk menstabilkan kadar
gula darah. Apabila kadar gula di dalam darah tinggi, sekresi
insulin akan meningkat. Sebaliknya apabila kadar gula rendah,
maka sekresi insulin juga akan menurun. Efek kerja insulin adalah
membantu transpor glukosa dari darah ke dalam sel. Kekuranga
insulin menyebabkan glukosa darah tidak dapat atau terhambat
masuk ke dalam sel. Akibatnya glukosa darah akan meningkat dan
sebaliknya sel-sel tubuh kekurangan bahan sumber energi. Sediaan
insulin saat ini tersedia dalam bentuk obat suntik yang umunya
dikemas dalam bentuk vial. Selain itu juga tersedia insulin dalam
bentuk pompa. Penyuntikan dilakukan subkutan. Lokasi
penyuntikan yaitu abdomen (penyerapan paling cepat), lengan,
paha bagian atas dan bokong.
2) Terapi obat hipoglikemik oral
Obat – obat hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk
membantu penanganan pasien DM tipe II. Pemilihan obat
hipoglikemik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan
terapi diabetes. Farmakologi hipoglikemik oral dapat dilakukan
dengan menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis
obat.
e. Pendidikan Kesehatan
Edukasi dan informasi yang tepat dapat meningkatkan kepatuhan
penderita dalam menjalani program pengobatan yang komprehensif,
sehingga pengendalian kadar glukosa darah dapat tercapai (Nurlaili
Haida Kurnia Putri dkk, 2013). Upaya pencegahan dapat dilakukan
dengan tiga tahap yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Pencegahan primer merupakan semua aktivitas yang ditujukan untuk
mencegah timbulnya hiperglikemia pada populasi umum misalnya
dengan kampanye makanan sehat dan penyuluhan bahaya DM.
Pencegahan sekunder yaitu upaya mencegah dan menghambat
timbulnya penyulit pada pasien yang menderita penyakit DM dengan
pemberian pengobatan dan tindakan deteksi dini penyakit.
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah komplikasi
atau kecacatan melalui penyuluhan dan penkes. Upaya ini melibatkan
semua pihak baik dokter, perawat, ahli gizi, keluarga dan pasien itu
sendiri. Perawat sebagai edukator sangat berperan untuk memberikan
informasi yang tepat pada pasien DM tentang penyakit, pencegahan,
komplikasi, pengobatan dan pengelolaan DM termasuk didalamnya
memberi motivasi dan meningkatkan efikasi diri.
C. Pengkajian
Menurut Taqiyyah Bararah & Mohammad Jauhar tahun 2013 dalam
Dewi 2020 pengkajian adalah langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai dua kegiatan pokok, yaitu:
1) Pengumpulan data
a) Anamnesa
1.1) Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku
bangsa, nomor rekam medik, tanggal masuk RS dan diagnosa
medis.
1.2) Keluhan utama
Keluhan utama adalah alasan yang menyebabkan klien
mencari pertolongan. Biasanya pasien mengeluh sering lapar
(polifagi), disertai banyak kencing (poliuri) dan banyak minum
(polidipsi), sudah makan tapi mengeluh lemah, nafsu makan
menurun (mungkin disertai mual atau muntah), berat badan
yang terus menurun secara signifikan dibawah BB ideal,
keluhan pusing, tremor, kesemutan, kurang sensitifitas rasa,
ataupun komplikasi diabetes melitus tipe II yang lalu seperti
hipertensi, nefropati dan neuropati.
1.3) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang adalah riwayat yang
menyebabkan klien masuk rumash sakit saat ini. Biasanya
penderita berobat karena ada keluhan mual dan tiga gejala
khas, kelemahan, mati rasa, kesemutan, sakit kepala,
pandangan mata kabur, perubahan mood, luka atau bisul yang
tidak kunjung sembuh.
1.4) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat yang menggambarkan keadaan kesehatan klien
dimasa lalu yang mendasari DM tipe II.
1.5) Riwayat keluarga
DM merupakan penyakit herediter sehingga perlu ditanyakan
apakah ada anggota yang menderita DM tipe II.
1.6) Riwayat psikososial
Klien yang menderita DM biasanya mengalami denial dan
akan takut mengkonsumsi makanan sembarangan atau malah
enggan mengatur makanannya karena sudah merasa bosan
dengan penyakitnya yang bersifat kronis.
b) Pemeriksaan fisik
1.1) Keadaan umum
Biasanya klien tampak lemah
1.2) Vital sign
Terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu. Tekanan
darah dan pernafasan pada pasien dengan DM bisa tinggi atau
normal. Sedangkan suhu akan mengalami perubahan jika
terjadi infeksi.
1.3) Kepala dan rambut
Meliputi bentuk kepala, keadaan kulit kepala, keadaan dari
penyebaran rambut, bau rambut, ekspresi muka, bentuk muka,
kulit muka dan keadaan muka.
1.4) Integumen
Kulit akan tampak pucat jika kekurangan hemoglobin dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit tidak elastis. Kulit terasa
gatal mungkin terjadi ketika terjadi komplikasi.
1.5) Pernafasan
Pada pasien DM mudah terjadi infeksi, menkaji sesak napas,
batuk, sputum dan nyeri dada
1.6) Kardiovaskuler
Menurunnya perfusi jaringan, nadi perifer lemah/ berkurang,
takikardi/ bradikardi, hipertensi/ hipotensi, aritmia,
kardiomegali.
1.7) Gastrointestinal
Terdapat polifagi, mual, muntah, polidpsi, diare, susah BAB,
dehidrasi, perubahan BB, peningkatan lingkar abdomen,
kelebihan BB.
1.8) Urinary
Rasa panas/ sakit saat berkemih, poliuri, inkontinensia urine
dan retensio urin.
1.9) Musculoskeletal
Adanya gangren di ekstremitas, penyebaran lemak, nyeri dan
lemah, penyebaran masa otot, perubahan tinggi badan serta
cepat lelah.
1.10) Neurologis
Mengakibatkan penurunan sensoris, parasthesia, anestesia,
letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
D. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien yang mengalami
penyakit diabetes melitus yaitu (PPNI, 2016):
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan disfungsi
pankreas
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrisi
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
4. Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan neuropati perifer
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
E. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI, 2018).
Manajemen Hipoglikemia
Observasi
a. Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemia
b. Identifikasi penyebab kemungkinan hipoglikemia
Terapeutik
a. Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu
b. Berikan glukagon, jika perlu
c. Pertahankan kepatenan jalan napas
d. Pertahankan akses IV line, jika perlu
e. Hubungi layanan medis darurat, jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan membawa karbohidrat sederhana setiap saat
b. Anjurkan monitor glukosa darah
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian dekstrose, jika perlu
b. Kolaborasi pemberian glukagon, jika perlu
Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi
dengan ketidakmampuan keperawatan selama …x… Observasi
mengabsorbsi nutrien jam, diharapkan nutrisi a. Identifikasi status nutrisi
adekuat dengan kriteria b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
hasil: c. Identifikasi makanan yang disukai
a. Porsi makan yang d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
dihabiskan meningkat e. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
(skor 5) f. Monitor asupan makanan
b. Berat badan membaik g. Monitor berat badan
(skor 5) h. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
c. IMT membaik (skor 5) Terapeutik
d. Perasaan cepat kenyang a. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
menurun (skor 5) b. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
c. Berikan makanan tinggi kalori tinggi protein
d. Berikan suplemen makanan jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis.pereda nyeri, antimietik), jika perlu
b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan jika perlu
Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan asuhan Perawatan Integritas kulit
berhubungan dengan proses keperawatan selama …x… Observasi
sirkulasi, neuropati perifer jam, diharapkan integritas a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis.
kulit adekuat dengan kriteria perubahan sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan
kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan
hasil: mobilitas)
a. Kerusakan jaringan Terapeutik
menurun (skor 5) a. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
b. Kerusakan lapisan kulit b. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, jika perlu
menurun (skor 5) c. Bersihkan perianal dengan air hangat, terutama selama
periode diare
d. Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak pada
kulit kering
e. Gunakan produk berbahan ringan/ alami dan hipoalergik
pada kulit sensitive
f. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi
a. Anjurkan menggunakan pelembab (mis. lotion, serum)
b. Anjurkan minum air yang cukup
c. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
d. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
e. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
f. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal 30 saat
berada di luar rumah
g. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya
Perawatan Luka
Observasi
a. Monitor karakteristik luka (mis.drainase, warna, ukuran,
bau)
b. Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
a. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
b. Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
c. Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik,
sesuai kebutuhan
d. Bersihkan jaringan nekrotik
e. Berikan salep yang sesuai ke kulit/ lesi jika perlu
f. Pasang balutan yang sesuai jenis luka
g. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
h. Ganti balutan sesuai jumlah eksudt dan drainase
i. Jadwalkan perubahn posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi
pasien
j. Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/ hari dan
protein 1.25-1.5 g/kgBB/ hari
k. Berikan suplemen vitamin dan mineral
Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Anjurkan mengonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
c. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
a. Kolaborasi prosedur debridement (mis. enzimatik, biologis,
mekanis, autolitik), jika perlu
b. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri
dengan kerusakan integritas keperawatan selama …x…
kulit atau jaringan jam, diharapkan tingkat Observasi
nyeri menurun dengan a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
kriteria hasil: intensitas nyeri
a. Keluhan nyeri menurun b. Identifikasi skala nyeri
(skor 1) c. Identifikasi respons nyeri non verbal
b. Meringis menurun (skor d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
1) nyeri
c. Sikap protektif menurun e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
(skor 1) f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
d. Gelisah menurun (skor 1) g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
e. Kesulitan tidur menurun h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
(skor 1) diberikan
f. Frekuensi nadi membaik i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
(skor 5) Terapeutik
a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/ dingin, terapi bermain.
b. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik nonfamakologis untuk mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Pemberian Analgetik
Observasi
a. Identifikasi karakteristik nyeri
b. Identifikasi riwayat alergi obat
c. Identifikasi kesesuaian jenis analgetik (mis. narkotika, non-
narkotik atau NSAID)
d. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian
analgetik
e. Monitor efektifitas analgetik
Terapeutik
a. Diskusikan jenis analgetik yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
b. Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid
untuk mempertahankan kadar dalam serum
c. Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan
respons pasien
d. Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek
yang tidak diinginkan
Edukasi
a. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai
indikasi
F. Implementasi
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan
sesudah pelaksaan tindakan, serta menilai data yang baru. Pada tahap rencana
keperawatan ini diperlukan aplikasi secara konkrit dari rencana intervensi
yang telah dibuat untuk mengatasi kesehatan dan perawatan yang muncul
pada klien (Budiono, 2016)
G. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Tujuan dari evaluasi antara lain:
mengakhiri rencana tindakan keperawatan, memodifikasi rencana tindakan
keperawatan serta meneruskan rencana tindakan keperawatan (Budiono,
2016).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Gambaran studi kasus
Mohammad Sutomo, sejak 28- 10- 2020 dengan Diabetes Melitus. Klien
mengeluh sulit makan dikarenakan mual dan muntah saat makanan masuk.
1. Pengkajian
Agama : islam
Pendidikan : sd
Raya
Nama : An. A
Raya
No. RM : 190722
yang lalu, klien datang kerumah sakit dengan keluhan tidak bisa
makan karena kalau makanan masuk klien mual dan muntah. Klien
Pengkajian nyeri:
P:-
Q: seperti ditusuk-tusuk
S: skala 5
d. Faktor predisposisi
e. Tindakan pengobatan
penyakit berat, hanya demam, flu dan batuk yang sering dialami.
Genogram:
Keterangan:
: laki- laki
: perempuan
: meninggal dunia
:pasien/ klien
:tinggal serumah
: garis perkawinan
: garis keturunan
g. Riwayat lingkungan
Ny.J mengatakan lingkungan tempat tinggalnya cukup bersih, tidak
h. Riwayat psikologis
i. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
2) Mata
3) Hidung
4) Telinga
bibir kering
6) Leher
tekan
7) Paru- paru
Inspeksi: tidak ada luka atau jejas pada dada, pergerakan dinding
8) Jantung
9) Abdomen
10) Eliminasi
Inspeksi: bentuk simetris, tidak ada luka dan jejas, tidak ada
deformitas
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tonus otot tangan kanan/kiri (4/4)
Inspeksi: bentuk simetris, tidak ada luka dan jejas, tidak ada
deformitas
13) Kulit
14) Genetalia
j. Data penunjang
1) Laboratorium
2) Terapi/ pengobatan
RL 20 tetes/menit IV
Ranitidin 50 mg IV
Piroxicam 4 mg Oral
2. Diagnosa keperawatan
a. Analisa data
Data Masalah
Data objektif:
- BB sebelum 65 kg
- BB saat dirawat 54 kg
lutut
P:-
Q: seperti ditusuk-tusuk
S: skala 5
berjalan
Data objektif:
- nadi 105 x/menit
b. Masalah keperawatan
makanan
3. Rencana keperawatan
darah meningkat
kering terapeutik
kadar oral
memburuk
edukasi
anjurkan menghindari
mandiri
anjurkan kepatuhan
kolaborasi
kolaborasi pemberian
insulin
kolaborasi pemberian
cairan IV
membaik laboratorium
hasil: Terapeutik
berat badan Sajikan makanan yang
membaik menarik dan suhu yang
nafsu sesuai
makan
Berikan makanan
membaik
tinggi kalori dan
protein tinggi
Berikan makanan
mencegah konstipasi
Edukasi
diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan
dibutuhkan
menurun verbal
Edukasi
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Action: intervensi
mengidentifikasi memberikan
menyebabkan oral
memonitor kadar
glukosa darah
memonitor tanda
dan gejala
hiperglikemia
memonitor intake
memberikan
asupan cairan
oral
mengkonsultasika
n dengan medis
gejala
hiperglikemia
memburuk
menganjurkan
menghindari
olahraga saat
kadar glukosa
250 mg/dl
berkolaborasi
pemberian insulin
berkolaborasi
pemberian cairan
IV
Respon:
klien tampak
kooperatif ketika
ditanya dan
menjawab
dengan baik
klien mengatakan
badan masih
terasa lemah
mukosa tampak
lembab
BB sebelum 65 intervensi
kg Memonitor berat
55 kg Memberikan
Action: tinggi
mengidentifikasi Memberikan
disukai konstipasi
pemeriksaan yang
laboratorium diprogramkan
badan pemberian
Memberikan untuk
Mengajarkan diet
yang
diprogramkan
Berkolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan
Berkolaborasi
untuk
menentukan
jumlah nutrien
yang dibutuhkan
Respon:
Klien
menyebutkan
makanan yang
disukainya
Klien tampak
kooperatif saat
diajarkan
program diet
Mukosa lembab
Klien
mengatakan mual
dan muntah
berkurang dan
nafsu makan
membaik
meringis karakteristik,
tekan kualitas,
mengidentifikasi Mengidentifikasi
karakteristik, Mengidentifikasi
kualitas, Memberikan
mengidentifikasi nonfarmakologis
mengidentifikasi Menjelaskan
memperingan Mengjarkan
nyeri teknik
mengidentifikasi nonfarmakologis
hidup
memberikan
teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
Respon:
Klien
mengatakan nyeri
berkurang dari 5
menjadi 3
Klien tampak
meringis
berkurang
Action: P: hentikan
glukosa darah
memonitor intake
memberikan
asupan cairan
oral
menganjurkan
kepatuhan
olahraga
menganjurkan
monitor kadar
glukosa darah
secara mandiri
berkolaborasi
pemberian insulin
Respon:
klien mengatakan
mengerti tentang
yang dianjurkan
Mukosa lembab
Klien
mengatakan
badannya sudah
terasa segar
Action: kg
Memberikan P: Hentikan
tinggi
Memberikan
makanan tinggi
serat untuk
mencegah
konstipasi
Mengajarkan diet
yang
diprogramkan
Berkolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan
Berkolaborasi
untuk
menentukan
jumlah nutrien
yang dibutuhkan
Respon:
Klien kooperatif
Klien
mengatakan
diet yang
diprogramkan
Mukosa lembab
Klien
mengatakan
banyak
kg
berkurang sebagian
P: hentikan
Action: intervensi
Identifikasi
lokasi,
karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas,
intensitas nyeri
Mengidentifikasi
skala nyeri
Mengidentifikasi
Memberikan
teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
Menjelaskan
strategi
meredakan nyeri
Mengajarkan
teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi nyeri
Respon:
Klien
mengatakan nyeri
berkurang dari 3
menjadi 2
Klien tampak
meringis
Klien
mengatakan
sudah mengerti
tentang teknik
nonfarmakologis
yang diajarkan
BAB IV
PEMBAHASAN
terhadap pasien adalah mengkaji identitas pasien, keluhan yang dialami pasien,
melitus.
1. Pengkajian
3. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa pertama
kadar glukosa darah. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan adalah
terhadap diet adalah membiasakan diri untuk makan tepat waktu agar
oleh godaan dari luar (Pratiwi & Endang, 2013). penelitian yang
dilakukan oleh Sutiawati (2013) yaitu adanya suatu efek positif terhadap
b. Diagnosa kedua
c. Diagnosa ketiga
Intervensi yang menjadi fokus analisa dalam perawatan klien yaitu
menarik nafas melalui hidung selama 3-5 detik, dan hembuskan nafas
melalui mulut selama 3-5 detik. Cara ini dapat dilakukan selama 3 hari
nyeri pasien menjadi berkurang menjadi skala nyeri ringan atau tidak
nyeri. Perbaikan skala nyeri ini juga didukung oleh pemberian analgetik
yang optimal dimana terlihat dari perhitungan skala nyeri yang sudah
(ringan).
4. Implementasi
dan hari kedua memonitor berat badan, memberikan makanan tinggi kalori
ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jumlah nutrien yang
mengajarkan caranya.
5. Evaluasi
masalah, hasil evaluasi akhir yaitu pada hari Jumat, 30 Oktober 2020 dari
Pada kasus kelolaan Ny. J dengan diabetes melitus banyak sekali pembelajaran
yang dapat diambil salah satunya menerapkan ilmu yang diberikan serta
perawat profesional yang diterapkan pada kasus kelolaan ini khususnya dalam
bersikap adil kepada seluruh pasien baik pasien kelolaan maupun bukan
menghormati hak pasien (otonomi), bersikap jujur pada pasien dan keluarga
keperawatan.