Anda di halaman 1dari 48

KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb DAN Cu PADA SEDIMEN DAN

KERANG DARAH (Anadara granosa Linn, 1758) DI PERAIRAN


PULAU PASARAN, KOTA BANDAR LAMPUNG

SKRIPSI

Oleh

SITI RAHMAH

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRACT

CONCENTRATION OF HEAVY METALS (Pb AND Cu) IN SEDIMENT


AND BLOOD COCKLE (Anadara granosa Linn, 1758) IN
PASARAN ISLAND WATERS, BANDAR LAMPUNG

By

SITI RAHMAH

Pasaran island waters have marine resources such as blood cockle (Anadara
granosa). The amount of waste from land and around of waters contain heavy
metall such as Pb and Cu than can affect for the organism. Blood cockle has a
potential used as bioindicator to represent the heavy metal in water because blood
cockle has capabilities to accumulate the small concentration of heavy metal. The
aim of this research are to analysis concentration of Pb and Cu in sediment and
blood cockle. Method used in this research purposive random sampling to
determine research station and sampling method. The concentration of heavy
metal analyzed using MP-AES method. The result showed that the highest
concentration in blood cockle of Pb is 206,51 mg/kg and Cu is 95,11 mg/kg. The
highest concentration in sediment of Pb is 634,49 mg/kg and Cu is 366,85 mg/kg.

Keywords: Blood Cockle (Anadara granosa); Heavy Metal; Pb; Cu; Sediment
ABSTRAK

KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb DAN Cu PADA SEDIMEN DAN


KERANG DARAH (Anadara granosa Linn, 1758) DI PERAIRAN
PULAU PASARAN, KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

SITI RAHMAH

Perairan Pulau Pasaran memiliki sumber daya laut salah satunya adalah kerang
darah (Anadara granosa). Limbah yang bersumber dari daratan dan perairan
sekitar mengandung logam berat seperti Pb dan Cu yang dapat mempengaruhi
organisme. Kerang darah memiliki potensi yang digunakan sebagai bioindikator
untuk mewakili logam berat dalam air karena kerang darah memiliki kemampuan
untuk mengakumulasi logam berat dalam konsentrasi rendah. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisis konsentrasi Pb dan Cu pada sedimen dan kerang
darah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive random
sampling untuk menentukan stasiun penelitian dan metode sampling. Konsentrasi
logam berat dianalisis menggunakan metode MP-AES. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konsentrasi tertinggi pada kerang darah adalah Pb 206,51 mg
/ kg dan Cu 95,11 mg / kg. Konsentrasi tertinggi pada sedimen adalah Pb 634,49
mg / kg dan Cu 366,85 mg /kg.

Kata kunci: Kerang darah (Anadara granosa); Logam Berat; Pb; Cu; Sedimen
KONSENTRASI LOGAM BERAT Pb DAN Cu PADA SEDIMEN DAN
KERANG DARAH (Anadara granosa Linn, 1758) DI PERAIRAN
PULAU PASARAN, KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

SITI RAHMAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA PERIKANAN

Pada
Jurusan Perikanan dan Kelautan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP

Siti Rahmah dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 29 Juni


1996. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Ali
Akmal dan Ibu Bahnun.

Penulis memulai pendidikan formal dari Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Kampung
Baru, Bandar Lampung pada tahun 2002-2008, Sekolah Menengah Pertama
Negeri (SMPN) 19 Bandar Lampung pada tahun 2008-2011, dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) AL-AZHAR 3 Bandar Lampung pada tahun 2011-2014.
Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 di Program Studi Budidaya
Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian Universitas
Lampung melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) pada tahun 2014 dan menyelesaikan masa studinya pada tahun 2018.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa


Perikanan dan Kelautan Universitas Lampung (HIMAPIK) sebagai anggota
Bidang Pengkaderan pada tahun 2015/2016 dan 2016/2017. Selain menjadi
mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen Biokimia Umum pada tahun
2015/2016.

Penulis telah melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Rama
Kelandungan, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah selama
40 hari, yaitu dari bulan Januari - Februari 2017. Penulis mengikuti Praktik
Umum (PU) di Balai Pelestarian Perikanan Perairan Umum dan Ikan Hias
(BPPPUIH) Ciherang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dengan judul “Pembenihan
Ikan Tawes (Puntius javanicus) di Balai Pelestarian Perikanan Perairan Umum
dan Ikan Hias (BPPPUIH) Ciherang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat”.
pada bulan Juli - Agutus 2017. Tahum 2018, penulis menyelesaikan tugas akhir
(skripsi) yang berjudul “Konsentrasi Logam Berat Pb dan Cu pada Sedimen dan
Kerang Darah (Anadara granosa Linn, 1758) di Perairan Pulau Pasaran, Kota
Bandar Lampung.”.
PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kupanjatkan Alhamdulillah atas segala


berkat, rahmat, karunia, serta kemudahan yang telah Allah
SWT berikan kepadaku.Kepada kedua orang tuaku dengan
penuh rasa cinta, kasih dan sayang.Dengan kerendahan hati,
kepersembahkan imbuhan kecil dibelakang namaku untukmu.

Ayah dan Ibu tercinta, terimakasih telah selalu ada dengan rasa
cinta, do’a dan pengorbanan yang tak terhingga. Terimalah
bukti kecil ini sebagai tanda bakti dan rasa terimakasih atas
semua pengorbananmu. Dalam setiap langkahku, aku berusaha
mewujudkan harapan-harapan yang kalian impikan didiriku.

Keluarga besar yang telah memberikan dukungan, motivasi,


dan semangat untuk terus berjuang dalam masa studi.

Seseorang yang selalu menemani dan memberi semangat tiada


henti.

Sahabat dan teman-temanku yang telah banyak membantu,


memberikan dukungan dan semangat selama ini.

Dan

Almamaterku Tercinta “Universitas Lampung”


MOTTO

“Ilmu Ditimba, Ilmu Diamal, Ilmu Disebar”


(Muhd Fariz Ismail)

“Without hard work and dicipline it is difficult to be


a top professional”
(Jahangir Khan)

“Gantungkan cita-citamu setinggi gunung, sedalam


lautan, bahkan seluas belantara hutan.
Karena selapar apapun kita nanti,
ilmu tidak akan pernah mati”
(Andin)

“Do good. And good will come to you”


SANWACANA

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan,
kekuatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Konsentrasi Logam Berat Pb dan Cu pada Sedimen dan
Kerang Darah (Anadara granosa Linn, 1758) di Perairan Pulau Pasaran,
Kota Bandar Lampung” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan.
3. Limin Santoso, S.Pi., M.Si., selaku Ketua Program Studi Budidaya
Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
4. Henni Wijayanti, S.Pi., M.Si., selaku Pembimbing Utama yang telah
memberikan ilmu, bimbingan, motivasi, serta saran-saran yang
membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini.
5. Eko Efendi, S.T, M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik dan
Pembimbing Anggota atas ilmu, waktu, motivasi, dukungan, saran dan
kesabarannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.
6. Herman Yulianto, S.Pi., M.Si., selaku Penguji yang telah memberikan
masukan, kritik, dan saran yang membangun dalam proses penyelesaian
skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung atas segala ilmu yang diberikan selama
ini.
8. Kedua orangtuaku, Ayah Ali Akmal dan Ibu Bahnun yang senantiasa
memberikan kasih sayang, cinta, dukungan, pengorbanan, motivasi, serta
doa yang tiada henti demi kelancaran dan kesuksesanku.
9. Tim penelitian Nurulita dan Sagada Sangdiana Safitri yang telah berjuang
bersama, memberi bantuan dan semangat hingga penelitian ini selesai.
10. Sahabatku, Ismy, Ruri, Ano, Oca, Yesi, Tiwi, Giyanti, Dimas, Paksi,
Wenjel, Aji, Rendi, Lail, Zuan yang selalu ada dan memberi semangat sera
canda tawa. Teman seperjuangan Nandya, Mewa, Mira, Revila, Revita,
Ussy, Citra, Dewi dan Licha yang telah menemani selama masa
perkuliahan, selalu ada saat suka dan duka, serta segala bantuannya.
11. Rekan – rekan Budidaya Perairan angkatan 2014 yang tidak dapat
disebutkan satu persatuatas kebersamaanya. Terima kasih atas segala
bantuan, motivasi,dan dukungan selama kita bersama-sama.

Penulis menyadari dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi yang membaca.

Bandar lampung, 12 Desember 2018


Penulis,

Siti Rahmah
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................. i

DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v

I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4
C. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
D. Kerangka Pikir ....................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 7


A. Kondisi Umum Pulau Pasaran ............................................................... 7
B. Logam Berat .......................................................................................... 7
1. Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan Logam Berat ......................... 9
2.Timbal (Pb) ......................................................................................... 10
3.Tembaga (Cu) ...................................................................................... 11
C. Kerang Darah ......................................................................................... 12
D. Logam Berat pada Organisme ............................................................... 14

III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 16


A. Waktu dan Tempat ................................................................................. 16
B. Alat dan Bahan ...................................................................................... 16
C. Rancangan Penelitian ............................................................................. 17
D. Prosedur Penelitian ................................................................................ 18
1. Pengambilan Sampel ......................................................................... 18
2. Persiapan Bahan Uji .......................................................................... 20
3. Analisis Logam Berat Pb dan Cu ...................................................... 20
E. Parameter Penelitian .............................................................................. 20
F. Analisis Data .......................................................................................... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 22


A. Logam Berat Pb pada Sedimen di Perairan Sekitar Pulau
Pasaran, Kota Bandar Lampung ............................................................ 22
B. Logam Berat Cu pada Sedimen di Perairan Sekitar Pulau
Pasaran, Kota Bandar Lampung ........................................................... 25
C. Logam Berat Pb pada Kerang Darah di Perairan Sekitar Pulau
Pasaran, Kota Bandar Lampung ........................................................... 28
D. Logam Berat Cu pada Kerang Darah di Perairan Sekitar Pulau
Pasaran, Kota Bandar Lampung ........................................................... 32
E. Kondisi Lingkungan Perairan................................................................ 35
1. Suhu ................................................................................................ 36
2. Derajat Keasaman (pH) .................................................................. 37
3. Salinitas .......................................................................................... 38

V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 40


A. Kesimpulan .......................................................................................... 40
B. Saran .................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 41

LAMPIRAN ................................................................................................... 49

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Baku mutu logam berat Pb dalam kerang, sedimen dan air laut ............... 11
2. Baku mutu logam berat Cu dalam kerang, sedimen dan air laut .............. 12
3. Bahan yang digunakan dalam penelitian .................................................. 16
4. Alat yang digunakan dalam penelitian ..................................................... 17
5. Konsentrasi logam berat Pb pada sedimen di perairan sekitar
Pulau Pasaran, Kota Bandar Lampung ..................................................... 22
6. Konsentrasi logam berat Cu pada sedimen di perairan sekitar
Pulau Pasaran, Kota Bandar Lampung ..................................................... 26
7. Konsentrasi logam berat Cu pada kerang darah di perairan sekitar
Pulau Pasaran, Kota Bandar Lampung ..................................................... 29
8. Konsentrasi logam berat Cu pada kerang darah di perairan sekitar
Pulau Pasaran, Kota Bandar Lampung ..................................................... 33
9. Parameter kualitas air lokasi pengambilan sampel di perairan
sekitar Pulau Pasaran, Kota Bandar Lampung ......................................... 36
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian .................................................................. 6
2. Kerang Darah (Anadara granosa) ..................................................... 13
3. Koordinat lokasi pengambilan sampel .............................................. 18
4. Kuadran transek yang digunakan dalam pengamatan ........................ 19
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Laporan Hasil Pengujian Sampel Sedimen dan Kerang Darah ......... 50
2. Pola Sebaran Arus di Teluk Lampung pada Bulan April................... 52
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teluk Lampung merupakan teluk terbesar di Pulau Sumatera dengan luas total
wilayah daratannya adalah 127.902 ha, dan luas perairan adalah 161.178 ha
(Helfinalis, 2000). Pesisir Teluk Lampung meliputi daratan dan perairan, dengan
posisi geografis terletak antara 5º25' - 5º59' LS dan 104º56 - 105º45' BT. Salah
satu pulau yang ada di Pesisir Teluk Lampung adalah Pulau Pasaran. Pulau
Pasaran terletak di Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur
(Wiryawan et al., 1999).

Pulau Pasaran memiliki luas wilayah 12 ha dan sebagian besar masyarakatnya


menggantungkan hidupnya dengan usaha mengolah ikan teri sehingga Pulau
Pasaran menjadi salah satu sentra industri pengolahan teri di Lampung
(Noor, 2015). Namun, menurut Wiryawan et al. (2000), pesisir Kota Bandar
Lampung merupakan salah satu wilayah yang telah banyak mengkonversi lahan
pantai menjadi kawasan industri, antara lain industri batubara, pembangkit tenaga
listrik, pariwisata, pelabuhan niaga dan pemukiman. Sehingga, banyaknya
aktivitas yang terjadi di perairan Teluk Lampung akan berdampak pada
pencemaran perairan Pulau Pasaran yang ada di Teluk Lampung.

Pencemaran menurut Undang-Undang No 23 tahun 1997 adalah masuknya atau


dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia, sehingga kualitasnya turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukkannya. Pencemaran tersebut ditandai dengan menurunnya
kualitas dan produktivitas perairan karena pembuangan limbah dari limbah
domestik rumah tangga, aktivitas industri, maupun aktivitas perkapalan
(Wijayanti, 2007). Menurut hasil identifikasi yang telah dilakukan oleh
Wiryawan et al. (2000), diketahui bahwa setidaknya ada 9 sungai yang bermuara
ke pesisir Teluk Lampung yang berpotensi mencemarkan wilayah pesisir Kota
Bandar Lampung. Salah satu sungai yang bermuara di perairan Pulau Pasaran
adalah sungai Way Belau.

Menurut Sembel (2010), Sungai Way Belau merupakan sungai yang sangat aktif
digunakan oleh masyarakat sebagai tempat berlabuh perahu nelayan serta tempat
pengecatan atau tempat perbaikan kapal dan kegiatan lalu lintas kapal. Masyarakat
sekitar pulau menggunakan pulau sebagai sarana kegiatan rumah tangga
(mencuci, mandi, dan pembuangan sampah serta limbah). Aktivitas-aktivitas
tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap
keseimbangan ekosistem di kawasan perairan Pulau Pasaran. Limbah-limbah dari
kegiatan tersebut yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan perairan
(Wiryawan et al., 1999). Hal itu disebabkan karena beberapa limbah yang dibuang
ke perairan adakalanya berupa limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya), dimana
limbah B3 ini mengandung logam berat seperti timbal (Pb) dan tembaga (Cu)
(Siaka, 2008).

Menurut Kementrian Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup (2004),


logam berat Pb dan Cu masuk dalam kelompok jenis logam yang bersifat toksik
tinggi. Logam berat Timbal (Pb) merupakan jenis logam berat yang banyak
digunakan di pabrik dan paling banyak menimbulkan keracunan pada makhluk
hidup. Timbal banyak digunakan dalam industri pembuatan aki atau baterai,
produksi logam, kimia, listrik, dan cat (Anggraeny, 2010), serta aktivitas kapal.
Logam berat Tembaga (Cu) digunakan dalam industri galangan kapal sebagai
campuran bahan pengawet, industri pengolahan kayu, industri batu bara dan
buangan rumah tangga. Selain itu Cu juga secara alamiah dapat masuk ke badan
perairan melalui pengompleksan partikel logam di udara karena hujan dan
peristiwa erosi yang terjadi pada batuan mineral yang ada di sekitar perairan
(Palar, 2008), yang apabila masuk ke ekosistem pesisir dapat menimbulkan
dampak yang fatal, baik bagi biota perairan maupun manusia yang ada di wilayah

2
tersebut. Polutan yang berupa logam-logam berat diketahui dapat menyebabkan
keracunan, kelumpuhan, kelainan genetik, hingga kematian. Keracunan dalam
jangka panjang dapat menurunkan proses degeneratif fisik, otot dan syaraf
(Dinis, 2011).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Verawati (2016), dapat diketahui


perairan Teluk Lampung dikategorikan tercemar ringan. Berdasarkan hasil kajian
yang dilakukan Yudha (2007), diketahui bahwa logam berat Pb, Hg, Cu dan Cd
telah terdeteksi keberadaannya dalam jumlah yang bervariasi, baik di badan
sungai, sumur penduduk dan perairan laut di wilayah pesisir Kota Bandar
Lampung. Selain itu, beberapa jenis ikan predator yang ditangkap di perairan
pesisir Bandar Lampung seperti ikan keting, kerapu lodi, belanak dan jolot yang
terdeteksi mengandung logam berat jenis Hg, Cd, Cu dan Pb (Yudha, 2009).
Untuk mengetahui tingkat pencemaran di lingkungan perairan dapat diketahui
dengan cara analisis kandungan logam berat yang terakumulasi pada biota di
perairan tersebut.

Menurut Ali et al. (2015), perairan Pulau Pasaran memiliki keanekaragaman biota
yang cukup tinggi salah satunya adalah kerang-kerangan (bivalvia). Bivalvia
merupakan biota yang mampu mengakumulasi logam berat, sehingga bivalvia
biasa dijadikan sebagai bioindikator pencemaran suatu perairan
(Umar et al., 2001), terkait karakteristik dari bivalvia yang bersifat sessile
(mobilitas rendah) atau menetap pada sedimen yang merupakan tempat tinggal
atau habitat dan bersifat filter feeder sehingga bivalvia sulit untuk menghindar
dari kondisi tersebut. Salah satu jenis bivalvia yakni kerang darah
(Anadara granosa).

Sampel kerang darah diambil karena mengingat kerang darah merupakan jenis
kerang yang hidup di substrat yang berlumpur di muara sungai. Kerang darah
bersifat infauna yaitu hidup dengan cara membenamkan diri di bawah permukaan
lumpur di perairan dangkal (PKSPL, 2004). Selain itu, kerang darah kaya akan
asam suksinat, asam sitrat, asam glikolat yang erat kaitannya dengan cita rasa
sehingga digemari oleh masyarakat mulai dari kalangan menengah ke bawah

3
hingga menengah ke atas dan memberikan energi sebagai kalori (OFCF, 1987).
Komposisi kimia kerang darah yang dilaporkan adalah: protein 9-13 %, lemak 0-
2%, glikogen 1-7 %, dan memiliki nilai kalori 80 kalori dalam 100 gram daging
segar (Budiyanto et al., 1990). Jika dari hasil analisis dalam sampel tersebut
menunjukkan kadar logam berat yang tinggi dan melebihi batas normal yang telah
ditentukan, maka hal ini menunjukkan bahwa perairan tersebut telah tercemar
(Rai et al., 1981).

Oleh karena itu perlu dilakukan kajian untuk mengetahui keberadaan logam berat
Pb dan Cu untuk mengetahui konsentrasi logam berat Pb dan Cu pada kerang
darah di Perairan Pulau Pasaran. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu kerang darah (Anadara granosa) yang berasal dari Perairan Pulau Pasaran,
selanjutnya analisis kadar logam Pb dan Cu dilakukan dengan menggunakan
metode Microwave Plasma-Atomic Emission Spectrometer (MP-AES).

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui kandungan logam berat Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) pada
kerang darah di perairan sekitar Pulau Pasaran, Kota Bandar Lampung.
2. Mengetahui kandungan logam berat Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) pada
sedimen di perairan sekitar Pulau Pasaran, Kota Bandar Lampung.

C. Manfaat Penelitan

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi
mengenai kandungan logam berat Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) dalam tubuh
kerang darah (Anadara granosa) di perairan Pulau Pasaran agar dapat dilakukan
pengelolaan untuk mencegah terjadinya penurunan kualitas perairan di pesisir
Kota Bandar Lampung akibat limbah logam berat serta memberikan informasi
tentang layak atau tidaknya kerang darah untuk dikonsumsi.

4
D. Kerangka Pikir

Jumlah penduduk yang semakin meningkat berdampak kepada semakin


bertambahnya jumlah kebutuhan hidup manusia. Hal ini mendorong semakin
meningkatnya kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Lingkungan perairan sangat rentan terhadap pencemaran karena sebagian besar
hasil kegiatan manusia bermuara di perairan, tak terkecuali perairan Pulau
Pasaran. Perairan Pulau Pasaran mendapatkan pengaruh yang besar dari kegiatan
industri, rumah tangga dan pertanian yang berada di sekitarnya. Salah satu limbah
yang dapat mencemari lingkungan perairan Pulau Pasaran adalah logam berat.

Jenis logam berat yang diduga mencemari perairan Pulau Pasaran adalah Timbal
(Pb) dan Tembaga (Cu). Dugaan tersebut diambil berdasarkan sumber-sumber
masukan logam yang ada di sekitar perairan Pulau Pasaran. Logam berat Pb
bersumber dari industri pembuatan aki atau baterai, kimia, listrik, dan cat serta
aktivitas kapal. Sedangkan logam berat Cu bersumber dari industri galangan
kapal, sebagai campuran bahan pengawet, industri pengolahan kayu dan buangan
rumah tangga. Sumber logam berat tersebut akan masuk ke perairan akibat
kegiatan manusia dan akan terserap sehingga dalam jangka waktu tertentu akan
terakumulasi dalam tubuh organisme.

Akibat pengendapaan, logam berat juga akan terakumulasi di sedimen dan biota di
dalamnya. Salah satu biota yang hidup di sedimen perairan dan gemar dikonsumsi
oleh manusia adalah kerang darah. Kerang darah (Anadara granosa) merupakan
organisme yang hidupnya menetap di dasar perairan dan bersifat filter feeder.
Dalam kondisi tersebut perlu dilakukan analisis kandungan logam berat Timbal
(Pb) dan Tembaga (Cu) pada kerang darah untuk mengetahui konsentrasi Timbal
(Pb) dan Tembaga (Cu) pada kerang darah.

5
Aktivitas manusia

Pencemaran Perairan Pulau


Pasaran

Logam Berat

Indiustri listrik, Industri galangan kapal


industri cat dan Pb Cu sebagai campuran bahan
aktivitas kapal pengawet, industri
(Anggraeny, 2010) pengolahan kayu dan
industri batu bara
(Pallar, 1994)

Perairan

Kerang Darah
(Anadara granosa)

Analisis kandungan Pb dan Cu pada


Kerang Darah (Anadara granosa)

Konsentrasi Pb dan Cu pada


Kerang Darah
(Anadara granosa)

(Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian)

6
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kondisi Umum Pulau Pasaran

Pulau Pasaran merupakan salah satu pulau yang terdapat di Provinsi Lampung
yang terletak di Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung dan
masih merupakan daerah pesisir Kota Bandar Lampung. Perairan di sekitar Pulau
Pasaran rentan terhadap pencemaran yang berasal dari limbah domestik maupun
limbah industri, mengingat padatnya aktivitas manusia di sekitar Pulau Pasaran.
Limbah tersebut mengalir ke sungai-sungai yang akhirnya bermuara ke wilayah
perairan pesisir Kota Bandar Lampung.

Pesisir Pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah
banyak mengkonversi lahan pantai menjadi kawasan industri seperti industri
batubara, pembangkit tenaga listrik, pariwisata, pelabuhan niaga dan pemukiman
(Wiryawan et al, 1999). Aktivitas-aktivitas yang terjadi di daerah pesisir Kota
Bandar Lampung, berdampak pada pencemaran perairan pesisir Kota Bandar
Lampung. Pencemaran ini disebabkan oleh alih fungsi sungai sebagai tempat
pembuangan limbah. Pada awalnya limbah yang dihasilkan dari aktivitas manusia
yang dibuang ke perairan, belum menjadi suatu permasalahan karena perairan
mempunyai kapasitas asimilasi untuk menampung jumlah limbah tertentu.

B. Logam Berat

Logam berat merupakan unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5
gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4
sampai 7 (Marganof, 2003). Logam berat biasanya termasuk dalam elemen
metalik dengan berat atom lebih dari 40, akan tetapi logam alkalin bumi, logam
alkali, lanthanides dan actinides tidak termasuk ke dalamnya.

Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam berat
terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) yaitu merkuri (Hg),
kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt
(Co) (Sutamihardja et al, 1982). Menurut Darmono (1995), daftar urutan
toksisitas logam paling tinggi ke paling rendah terhadap manusia yang
mengkomsumsi ikan adalah sebagai berikut Hg2+ > Cd2+ >Ag2+ > Ni2+ > Pb2+
> As2+ > Cr2+ Sn2+ > Zn2+ . Sedangkan menurut Kementrian Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup (2004), sifat toksisitas logam berat dapat
dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
1. Bersifat toksik tinggi (Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn).
2. Bersifat toksik sedang (Cr, Ni, dan Co).
3. Bersifat tosik rendah (Mn dan Fe).
Pada saat buangan limbah industri masuk ke dalam suatu perairan maka akan
terjadi proses pengendapan dalam sedimen. Hal ini menyebabkan konsentrasi
bahan pencemar dalam sedimen meningkat.

Keberadaan logam berat di perairan sangat berbahaya, baik secara langsung


terhadap kehidupan organisme maupun efek tidak langsung terhadap kesehatan
manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat berdasarkan PPLH-IPB
(1997) dalam Marganof (2003), adalah sebagai beriku:
1. Sulit terdegradasi, sehingga mudah terkumulasi dalam lingkungan perairan
dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan).
2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan
membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi organisme
tersebut
3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih
tinggi dari konsentrasi logam dalam air. Di samping itu sedimen mudah
tersuspensi karena pergerakan massa air yang akan melarutkan kembali
logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga menjadi sumber
pencemar dalam skala waktu tertentu.

8
Logam berat dibutuhkan tubuh manusia untuk membantu kinerja metabolisme
tubuh. Akan tetapi, akan berpotensi menjadi racun jika konsentrasi dalam tubuh
berlebih. Logam berat menjadi berbahaya disebabkan sistem bioakumulasi, yaitu
peningkatan konsentrasi unsur kimia di dalam tubuh makhluk hidup. Logam-
logam berat dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada
bagian mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki
akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim sehingga proses metabolisme tubuh
terputus (Nuraini et al., 2015).

1. Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan Logam Berat

Menurut Palar (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan logam berat


dalam suatu badan air antara lain:

1. Derajat Keasaman (pH) Air


Dalam lingkungan perairan, bentuk logam antara lain berupa ion bebas, pasangan
ion organik, dan ion kompleks. Kelarutan logam dalam air dikontrol oleh pH air.
Kenaikan pH menurunkan kelarutan logam dalam air, karena kenaikan pH
mengubah kestabilan dari bentuk karbonat menjadi hidroksida yang membentuk
ikatan dengan partikel pada badan air, sehingga akan mengendap membentuk
lumpur.

2. Suhu Air
Kenaikan suhu air dan penurunan pH akan mengurangi adsorpsi senyawa logam
berat pada partikulat. Suhu air yang lebih dingin akan meningkatkan adsorpsi
logam berat ke partikulat untuk mengendap di dasar. Sementara saat suhu air naik,
senyawa logam berat akan melarut di air karena penurunan laju adsorpsi ke dalam
partikulat. Logam yang memiliki kelarutan yang kecil akan ditemukan di
permukaan air selanjutnya dengan perpindahan dan waktu tertentu akan
mengendap hingga ke dasar, artinya logam tersebut hanya akan berada di dekat
permukaan air dalam waktu yang sesaat saja untuk kemudian mengendap lagi. Hal
ini ditentukan antara lain oleh massa jenis air, viskositas (kekentalan) air,
temperatur air, arus air serta faktor lainnya.

9
3. Konsentrasi Oksigen dalam Badan Air
Pada daerah yang kekurangan oksigen, misalnya akibat kontaminasi bahan-bahan
organik, daya larut logam berat akan menjadi lebih rendah dan mudah
mengendap. Logam berat yang terlarut dalam air akan berpindah ke dalam
sedimen jika berikatan dengan materi organik bebas atau materi organik yang
melapisi permukaan sedimen, dan penyerapan langsung oleh permukaan partikel
sedimen.

2. Timbal (Pb)

Keberadaan timbal (Pb) di alam lebih tersebar luas daripada logam toksik lainnya.
Timbal mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,20. Titik leleh timbal
adalah 1740 oC dan memiliki massa jenis 11,34 g/cm3 (Widowati, 2008). Palar
(1994) mengungkapkan bahwa logam Pb pada suhu 500-600 oC dapat menguap
dan membentuk oksigen di udara dalam bentuk timbal oksida (PbO). Menurut
Laws (1993), dalam pertambangan timbal berasal dari mineral galena atau yang
disebut timbal sulfida (PbS). Dibandingkan logam berat Cd dan Hg, maka unsur
Pb tidak terlalu beracun. Akan tetapi, senyawa timbal dalam bentuk organik lebih
beracun daripada dalam bentuk anorganik (Kennish, 1996).

Kadar Pb dalam lingkungan meningkat sejalan dengan meningkatnya kegiatan


pertambangan, peleburan, dan penggunaannya dalam aktivitas industri. Menurut
Lu (1995), penggunaan Pb dalam industri merupakan faktor utama penyebab
meningkatnya kadar Pb di lingkungan. Timbal banyak digunakan untuk industri
baterai, bahan bakar mobil dan cat (Fergusson, 1990). Absorbsi timbal di dalam
tubuh sangat lambat, sehingga terjadi akumulasi dan menjadi dasar keracunan
yang progresif. Konsentrasi yang tinggi akan timbal dalam tubuh moluska dapat
menghambat pertumbuhan (Dunstan, 2006).
Baku mutu kandungan logam berat Pb dalam kerang, sedimen dan air laut dapat
dilihat pada tabel berikut:

10
Tabel 1. Baku mutu logam berat Pb dalam kerang, sedimen dan air laut.
Baku mutu Logam berat Pb Sumber
Kerang 1,5 mg/kg SNI 2009
Sedimen 47,82 mg/kg USEPA 2004
Air 0,008 mg/kg Kepmen LH 2004

Timbal yang terakumulasi di lingkungan, tidak dapat terurai secara biologis dan
toksisitasnya tidak berubah sepanjang waktu. Timbal bersifat toksik jika terhirup
atau tertelan oleh manusia dan didalam tubuh akan beredar mengikuti aliran
darah, diserap kembali didalam ginjal dan otak, disimpan didalam tulang dan gigi
(Cahyadi, 2004). Berbagai upaya dan tindakan penangan perlu dilakukan dalam
rangka untuk mencegah dan mengurangi pencemaran Pb, upaya tersebut
diantaranya adalah dengan menghindari penggunaan peralatan-peralatan dapur
atau tempat makanan/minuman yang diduga menggandung Pb misalnya keramik,
wadah yang dipatri atau mengandung cat, dan sebagainya.

3. Tembaga (Cu)

Menurut Palar (2008), tembaga dengan nama kimia cuprum dilambangkan dengan
Cu. Unsur logam ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan. Dalam tabel
periodik, tembaga menempati posisi dengan nomor atom (NA) 29 dan mempunyai
bobot atau berat atom (BA) 63,546. Selanjutnya Darmono (1995), menyatakan
bahwa densitas tembaga ialah 8,90 dan titik cairnya 1084 oC. Dalam bidang
industri, logam tembaga banyak digunakan, sebagai contoh industri cat sebagai
antifouling, industri insektisida, fungisida dan lain-lain.

Disamping itu dalam proses produksinya, dipakai dalam industri galangan kapal
karena digunakan sebagai campuran bahan pengawet, industri pengolahan kayu,
buangan rumah tangga dan lain sebagainya (Palar, 2008). Tembaga (Cu) adalah
logam yang paling beracun terhadap organisme laut selain merkuri dan perak
(Clark, 1992). Di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi
lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat
dalam bentuk mineral (Palar, 2008). Dalam badan perairan laut, tembaga dapat

11
ditemukan dalam bentuk persenyawaan sepertu CuCO3ˉ dan CuOHˉ dan lain
sebagainya. Adapun logam berat dari aktivitas manusia berupa buangan sisa dari
industri ataupun buangan rumah tangga.

Aktivitas manusia seperti buangan industri, pertambangan Cu, industri galangan


kapal dan bermacam-macam aktivitas pelabuhan lainnya merupakan salah satu
jalur yang mempercepat terjadinya peningkatan kelarutan Cu dalam badan-badan
perairan (Palar, 2008).
Baku mutu kandungan logam berat Cu dalam kerang, sedimen dan air laut dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Baku mutu logam berat Cu dalam kerang, sedimen dan air laut.
Baku mutu Logam berat Cu Sumber
Kerang 20 mg/kg SK Depkes RI 1989
Sedimen 49,96 mg/kg USEPA 2004
Air 0,005 mg/kg Kepmen LH 2004

Logam ini dibutuhkan sebagai unsur yang berperan dalam pembentukan enzim
oksidatif dan pembentukan kompleks Cu protein yang dibutuhkan untuk
pembentukan hemoglobin, kologen, pembuluh darah dan myelin
(Darmono, 1995). Logam Cu dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh, maka
apabilah konsentrasinya cukup besar logam berat akan meracuni manusia tersebut.
Pengaruh racun yang ditimbulkan dapat berupa muntah-muntah, rasa terbakar di
daerah esopagus dan lambung, kolik, diare, yang kemudian disusul dengan
hipotensi, nekrosi hati dan koma (Supriharyono, 2000).

C. Kerang Darah

Klasifikasi kerang darah (Anadara granosa) menurut Dance (1974), adalah


sebagai berikut :
Filum : Moluska
Kelas : Bivalvia
Ordo : Euxodontidae

12
Superfamili : Arcacea
Famili : Arcidae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara granosa Linnaeus

(Gambar 2. Kerang Darah (Anadara granosa))

Kerang darah (Anadara granossa) merupakan biota yang banyak dikonsumsi oleh
masyarakat. Afiati (2007), menyatakan bahwa kerang darah banyak ditemukan di
daerah pantai dan estuari di Indonesia. Menurut Broom (1985), Anadara granosa
dapat ditemukan di daerah intertidal dengan substrat pasir berlumpur tetapi
densitas tertinggi kerang darah ditemukan pada daerah intertidal dengan substrat
berupa lumpur halus yang berbatasan dengan hutan mangrove. Hewan ini dapat
hidup di perairan sampai kedalaman 20 meter dan hanya terpusat pada daerah
litoral dengan suhu optimum antara 20°C sampai 30°C. Makanan utama A.
granosa adalah detritus, fitoplankton dan mikroalga (FAO, 2009). A. granosa
biasanya ditemukan pada perairan yang memiliki salinitas 26 ppt hingga 31 ppt
(Broom, 1985).

Kerang darah memiliki dua alat reprodusi (dioucious) bersifat ovipora yaitu
memiliki sperma dan telur yang berjumlah banyak dan mikroskopik. Proses
pembuahan terjadi di dalam air dimana kerang yang telah dewasa (matang
kelamin) mengeluarkan sperma dan telur kedalam air kemudian bercampur.
Setelah 24 jam telur yang telah dibuahi kemudian menetas dan tumbuh
berkembang menjadi larva kemudian menjadi spat yang bersifat planktonik

13
hingga berumur 15-20 hari, kemudian spat tersebut menempel pada substrat dan
tumbuh menjadi kerang darah.

Kerang darah adalah organisme yang bersifat filter feeder dalam memperoleh
makanan dan hidupnya menetap (sessil) relatif lama di habitatnya yaitu sedimen
perairan. Di samping itu biota ini mempunyai toleransi yang besar terhadap
perubahan lingkungan serta mampu bertahan hidup meskipun mengakumulasi
polutan logam berat sehingga biota ini digunakan sebagai bioindikator
pencemaran logam berat yang terjadi di lingkungan peraira
(Yusup dan Handoyo, 2004).

Kerang memilki sifat bioakumulatif terhadap logam berat. Logam berat dalam
perairan akan masuk ke dalam siklus rantai makanan atau berflokulasi dalam
senyawa “metal-humate”, sehingga terakumulasi dan mengalami peningkatan
kadar secara biologis (biomagnifikasi) dalam tubuh hewan maupun substrat. Pada
kadar tertentu logam yang terkandung dalam tubuh hewan dapat mengganggu
organ tubuh atau menjadi racun dan dapat berakibat fatal bagi hewan tersebut
(Tetelepta, 1990). Menurut Yennie dan Murtini (2005), kerang merupakan biota
yang potensial terkontaminasi logam berat, karena sifatnya yang filter feeder,
sehingga biota ini sering digunakan sebagai hewan uji dalam pemantauan tingkat
akumulasi logam berat pada organisme laut.

D. Logam Berat pada Organisme

Di dalam tubuh hewan, logam diabsorbsi oleh darah, berikatan dengan protein
darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Akumulasi logam
yang tertinggi biasanya dalam organ detoksikasi (hati) dan ekskresi (ginjal). Di
dalam kedua jaringan tersebut biasaanya logam juga berikatan dengan berbagai
jenis protein baik enzim maupun protein lain yang disebut metallotionin. Biasanya
kerusakan jaringan oleh logam terdapat pada beberapa lokasi baik tempat
masuknya logam maupun tempat penimbunanya. Akibat yang ditimbulkan dari
toksisitas logam ini dapat berupa kerusakan fisik (erosi, degenarasi, nekrosis) dan

14
dapat berupa gangguan fisiologik (gangguan fungsi enzim dan gangguan
metabolisme) (Darmono, 2001).

Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat dapat dibagi dalam dua jenis.
Pertama, logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam jumlah tertentu
sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan
dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Ni, Cu, Fe, Co,
Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua, logam berat tidak esensial atau
beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya
atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain
(Connel dan Miller, 2006). Menurut Afiati (2005), Anadara granosa bepotensial
baik sebagai indikator pencemaran untuk Cd, Pb dan Cr, berpotensial sedang
untuk hg dan berpotensial rendah untuk Cu dan Zn.

15
III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat dilaksanakannya penelitian ini adalah pada bulan April 2018.
Pengambilan sampel dilakukan di Pesisir Kota Bandar Lampung tepatnya di
Perairan Pulau Pasaran dan analisis kandungan logam berat pada kerang darah
dilakukan di Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas
Lampung yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 dan alat yang
digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam penelitian.


No Nama Jumlah Fungsi
Sampel yang akan dilakukan
1 Daging kerang darah 50 gr
pengukuran kandungan Pb dan Cu
Sampel yang akan dilakukan
2 Sedimen 5 gr
pengukuran kandungan Pb dan Cu
3 Akuades 49,5 ml Pengencer ekstrak daging kerang darah
4 Asam nitrat (HNO3), 5 ml Melarutkan sampel daging kerang darah
asam perklorat
5 0,5 ml Melarutkan sampel daging kerang darah
(HClO4)
Tabel 4. Alat yang digunakan dalam penelitian.
No Nama Jumlah Fungsi
1 GPS 1 buah Mengetahui lokasi pengambilan sampel
Microwave Plasma-
Atomic Emission Mengetahui jumlah Pb dan Cu yang
2 1 set
Spectrometer terkandung pada kerang darah
(MP-AES)
Membedah dan mengambil sampel
3 Alat bedah 1 set
daging kerang darah
4 Timbangan digital 1 buah Menimbang jumlah sampel
5 Plastik zip 24 buah Wadah sampel daging kerang darah
6 Label 24 buah Memberikan keterangan wadah sampel
Mengeringkan sampel daging kerang
7 Oven 1 set
darah
Wadah pendingin sampel agar tetap
8 Ice box 1 unit
segar
Kuadran Transek Mengukur daerah sampling
9 1 unit
(10 m x 10 m) pengambilan kerang darah
10 Tabung Digestions 24 buah Wadah sampel daging
11 Digestions blok 1 set Memanaskan sampel
12 Stirer 1 set Mengaduk sampel
Mendokumentasikan sampel dan lokasi
13 Kamera 1 buah
pengambilan sampel

C. Rancangan Penelitian

Metode yang di gunakan dalam penelitian ini merupakan metode pengambilam


sampel Purposive Sampling berdasarkan pertimbangan lokasi masukan limbah
dari sumber masukan air dan faktor kemudahan dari pengambilan sampel. Teknik
pengambilan ini dilakukan dengan pengambilan sampel kerang secara acak pada
kuadran transek yang diletakkan di 6 titik sampling yang telah ditentukan dengan
memperhatikan keterwakilan dari lokasi penelitian secara keseluruhan. Lokasi
sampling 1 mewakili lokasi yang dekat dengan muara sungai Way Belau, lokasi
sampling 2 mewakili lokasi yang dekat dengan hutan mangrove, lokasi sampling 3
mewakili lokasi yang dekat dengan pemukiman masyarakat Kota Karang, lokasi
sampling 4 mewakili lokasi yang dekat dengan Pulau Pasaran, lokasi sampling 5
mewakili lokasi dengan substrat berpasir, dan lokasi sampling 6 mewakili lokasi
yang jauh dari pemukiman masyarakat. Lokasi titik sampling dapat dilihat pada
Gambar 3.

17
(Gambar 3. Koordinat titik sampling)

D. Prosedur Penelitian
1. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel kerang darah dilakukan dengan menggunakan kuadran


transek berukuran 10 m x 10 m dengan kisi 1 m x 1 m (Gambar 4). Langkah-
langkah yang perlu dilakukan dalam pengambilan sampel kerang darah adalah
sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan.


2. Memasang kuadran transek di stasiun pengambilan sampel pertama.

18
3. Pemasangan kuadran transek dilakukan dengan merentangkan transek di
stasiun pengambilan sampel hingga transek berbentuk persegi.
4. Sampel kerang darah diambil di beberapa titik yang telah ditentukan pada
kuadran transek.
5. Pengambilan sampel dilakukan dari titik A ke titik selanjutnya.
6. Apabila sampel kerang darah tidak ditemukan pada titik tertentu, maka
pengambilan sampel dilanjutkan pada titik selanjutnya hingga jumlah
sampel terpenuhi.
7. Cara mengetahui keberadaan kerang saat surut sangat mudah karena
terlihat, tetapi pada saat pasang kerang tidak tampak, sehingga diperlukan
keahlian khusus untuk mendeteksi keberadaan kerang dengan cara
menyelam dan diraba, baik menggunakan tangan maupun kaki.
8. Sampel sedimen diambil sebanyak 50 gram di dalam stasiun pengambilan
sampel kerang darah.
9. Sampel dimasukkan ke dalam plastik zip dan diletakkan di dalam ice box.
10. Ulangi langkah tersebut pada setiap titik sampling.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A B C
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

21 22 23 24 25 26 27 28 28 30
D E F
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
G H I J
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60

61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
K L M
71 72 73 74 75 76 77 78 79 80

81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
N O P
91 92 93 94 95 96 97 98 99 100

1 meter

10 meter

(Gambar 4. Kuadran transek yang digunakan dalam pengambilan sampel)

19
2. Persiapan Bahan Uji

Kerang darah yang didapatkan di bersihkan terlebih dahulu dari air garam laut dan
lumpur dengan menggunakan air bersih sebanyak 3 kali yang bertujuan untuk
menghindari kontaminasi trace element dari alamnya (Renteria-Cano et al., 2011).
Setelah itu dilakukan pembedahan untuk memisahkan antara daging kerang darah
dari cangkangnya. Kemudian, cacah daging kerang darah yang didapatkan dan
aduk hingga tercampur rata. Setelah tercampur rata, timbang 50 gram daging
kerang darah yang telah di cacah per parameter logam untuk dilakukan
pengamatan logam Pb dan Cu.

3. Analisis Logam Berat Pb dan Cu

Prosedur analisa logam berat Pb dan Cu pada daging kerang darah dilakukan
dengan mengeringkan sampel uji menggunakan oven. Setelah kering, 0,5 gr
sampel daging kerang dimasukkan kedalam tabung digestions, kemudian
ditambahkan 5 ml HNO3 dan 0,5 ml HClO4, Kemudian biarkan satu malam.
Keesokan harinya, sampel dipanaskan dalam digestions blok dengan suhu 100 ºC
selama 1 jam, kemudian suhu ditingkatkan menjadi 150 ºC. Setelah uap kuning
habis, suhu ditingkatkan lagi menjadi 200 ºC. Destruksi selesai setelah keluar asap
putih dan sisa ekstrak ± 0,5 ml. Tabung digestions diangkat dan dibiarkan hingga
dingin. Kemudian ektrak diencerkan dengan menggunakan akuades sebanyak 49,5
ml sehingga volume sampel menjadi 50 ml. Setelah itu stirer selama 5 menit
hingga homogen (SNI, 2009). Sampel ekstrak daging kerang darah telah homogen
dimasukkan kedalam alat Microwave Plasma-Atomic Emission Spectrometer
(MP-AES) untuk mengetahui nilai logam berat Pb dan Cu.

E. Parameter Penelitian

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah kadar logam berat Timbal
(Pb) dan Tembaga (Cu) pada sampel kerang darah dan sedimen yang didapatkan
di perairan Pulau Pasaran, Kota Bandar Lampung dan kualitas air lokasi
pengambilan sampel berupa Suhu, pH dan salinitas.

20
F. Analisis Data

Data kadar logam berat Pb dan Cu yang diperoleh, diamati secara deskriptif
karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan dari objek penelitian
serta mendapatkan makna dari implikasi berdasarkan gambaran objek penelitian
(Nazir, 1999).

39
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:


1. Konsentrasi logam berat Timbal (Pb) pada kerang darah sudah melebihi baku
mutu di semua titik sampling yaitu >1,5 mg/kg, sedangkan konsentrasi logam
berat Tembaga (Cu) pada kerang darah melebihi baku mutu di titik sampling 2
yaitu >20 mg/kg.
2. Konsentrasi logam berat Timbal (Pb) pada sedimen sudah melebihi baku mutu
di titik sampling 1 dan 2 yaitu >47,82 mg/kg, sedangkan konsentrasi logam
berat Tembaga (Cu) pada sedimen sudah melebihi baku mutu di titik sampling
1 dan 2 yaitu >49,96 mg/kg.

B. Saran

Saran yang dapat diajukan untuk menyempurnakan penelitian ini adalah perlu
dilakukan monitoring kualitas perairan secara berkala baik pada sungai Way
Belau maupun perairan laut sekitar Pulau Pasaran sebagai upaya pencegahan bila
kondisi perairan semakin buruk. Selain itu, perlu dilakukan pengontrolan terhadap
sumber limbah yang masuk ke sungai Way Belau dan bermuara di perairan sekitar
Pulau Pasaran.
DAFTAR PUSTAKA

Afiati, N. 2005. Karakteristik Pertumbuhan Alometri Cangkang Kerang Darah


Anadara indica (L.) (Bivalvia:Arcidae). Jurnal Saintek Perikanan.
1(2):45-52.

Afiati, N. 2007. Hermaphrotitism in Anadara granosa (L.) and Anadara antiquata


(L.) (Bivalvia: Arcidae) from Central Java. Journal of Coastal
Development.

Ali, M., Maharani, H,W., Hudaidah, S., dan Fornando, H. 2015. Analisis
Kesesuaian Lahan di Perairan Pulau Pasaran Provinsi Lampung untuk
Budidaya Kerang Hijau (Perna viridis). Maspari Journal 7(2):57-64.

Amin, B. 2002. Distribusi Logam Berat Pb, Cu dan Zn pada Sedimen-sedimen di


Perairan Telaga Tujuh Karimun Kepulauan Riau. Jurnal Natur Indonesia
5 (1).

Amriani, Hendrarto, B., dan Hadiyarto, A. 2011. Bioakumulasi Logam Berat


Timbal (Pb) dan Seng (Zn) pada Kerang Darah (Anadara granosa L.)
dan Kerang Bakau (Polymesoda bengalinsis L.) di Perairan Teluk
Kendari. Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 2 2:45-50.

Anggraeny, Y. 2010. Analisis Kandungan Logam Berat Pb, Cd, Dan Hg Pada
Kerang Darah (Anadara granosa) Di Perairan Bojonegara, Kecamatan
Bojonegara, Kabupaten Serang. Skripsi. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Azhar, H., Widowati, I., dan Suprijanto, J. Studi Kandungan Logam Berat Pb, Cu
Cd dan Cr pada Kerang Simping (Amusium pleuronectes), Air dan
Sedimen di Perairan Wedung, Semak Serta Analisis Maximum Tolerable
Intake pada Manusia. Program Studi Ilmu Kelautan, Universitas
Dipenogoro. Journal of Marine Research Vol 1.

Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI 7387:2009. Tentang Batas Maksimum


Cemaran Logam Berat dalam Pangan. Jakarta. Badan Standarisasi
Nasional.

Broom, M.J. 1985. The Biology and Culture of Marine Bivalve Molluscs of the
Genus Anadara. International Center for Living Aquatic Resources
Management. Manila. Philippines.
Bryan, G. W. 1976. Heavy Metal Contaminaton in the Sea. Marine Pollution.
London. Academic Press.

Budiyanto, D., Ismanadji, I., Aji U,S., dan Sugiri. 1990. Laporan Uji Coba
Depurasi Kerang-kerangandan Kaitannya dengan Pengalengan.
BBPMHP. Jakarta.

Cahyadi, W. 2004. Bahaya Pencemaran Timbal Pada Makanan dan Minuman.


Bandung. Fakultas Tehnik Unpas Departemen Farmasi Pascasarjana ITB

Cappenberg, H.A.W. 2008. Beberapa Aspek Biologi Kerang Hijau Perna vlridis
(L). Oseana 33, (1): 33-40.

Cardova, M. R., Zamani, N.P., dan Yulianda, F. 2011. Akumulasi Logam Berat
Pada Kerang Hijau (Perna viridis) di Perairan Teluk Jakarta. Jurnal
Moluska Indonesia 2 (1).

Clark, R.B. 1992. Marine Pollution. 3rd ed. Oxford. Calendron Press.
Connel, D.W. dan Miller, G.J. 2006. Kimia dan Etoksikologi Pencemaran.
Diterjemahkan oleh Koestoer, S., hal. 419. Jakarta: Indonesia University
Press.
Dance, S.P. 1974. The Encyclopedia of Shells. London: Blanford Press.

Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta. Penerbit
UI Press.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran (Hubungannya dengan


Toksikologi Senyawa Logam). Jakarta. Universitas Indonesia Press.

Dinis, M. dan Antonio, F. 2011. Explosure Assessment to Heavy Metals In the


Environment. Measures To Eliminate or Reduce the Exposure To Critical
Receptors.

Dunstan, R.H. 2006. Effect Of The Pollutans Lead, Zinc, Hexadecane And
Octocosane On Total Growth And Shell Growth In The Akoya Pearl
Oyster. Pinctada Imbricate. Journal of Shellfish Research.

Efendi, E. 2011. Peran Zooplankton dalam Dinamika Nutrien di Teluk Lampung


Menggunakan Gabungan Model Hidrodinamika 3-Dimensi dan Model
Biogeokimia. Tesis. Bogor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta. Kanisius.

[FAO] Fisheries and Aquaculture. 2009. Spesies fact sheets: Anadara granosa.

42
Fauziah, A.R., Rahardja, B.S., dan Cahyoko, Y. 2012. Korelasi Ukuran Kerang
Darah (Anadara granosa) dengan Konsentrasi Logam Berat Merkuri
(Hg) di Muara Sungai Ketingan, Sidoarjo, Jawa Timur.. Journal of
Marine and Coastal Science, 1 (1).

Fergusson, J.E. 1990. The Heavy Elements: Chemistry, Environmental Impact and
Health Effects. New Zealand. Pergamon Press.

Haryati, A. 2011. Sebaran Logam Berat Timbal (Pb) Terlarut dan Tersuspensi di
Perairan Teluk Jakarta. Bogor. Institut Pertanian Bogor. 63 hlm.

Haryono, G., Mulyanto dan Kilawati, Y. 2017. Kandungan logam berat Pb air
laut, sedimen dan daging kerang hijau Perna viridis. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis. Vol 9, No. 1.

Helfinalis. 2000. Aspek Oseonografi Bagi Peruntukan Lahan di Wilayah Pantai


Teluk Lampung. Jakarta. PPLO-LIPI.

Hutagalung, H.P. 1984. Logam Berat dalam Lingkungan Laut. Pewarta Oceana.
IX No 1.

Kennish, M.J. 1996. Practical handbook of estuarine and marine pollution.


Florida. CRC Press.

Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor 51


Tahun 2004 tentang baku Mutu Air Laut. Deputi Menteri Lingkungan
Hidup: Bidang Kebijakan dan Kelembagaan L.H. Jakarta. 11 hlm.

Khairuddin, Yamin. M., Syukur. A., dan Muhlis. 2018. Analisis Logam Pencemar
pada Kelas Bivalvia dari Teluk Bima. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Biologi (ISBN: 978-602-61265-2-8). Mataram. Pendidikan
Biologi, Universitas Mataram.

Laws, E.A. 1993. Aquatic Pollution: An Introductory Text. 2nd edition. John
Wiley and Sons. Inc. United States of America.

Lu, F.C. 1995. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko.
Edisi kedua. Edi Nugroho (penerjemah). Jakarta. UI-Press.

Manahan, S. E. 2002. Environmental Chemistry. Seventh edition. New York.


Lewis Publisher.

Marganof. 2003. Potensi Limbah Udang Sebagai Penyerap Logam Berat (Timbal,
Kadmium, Dan Tembaga) di Perairan. (disertasi). Bogor. Program Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Mrajita, C. V. P., 2010. Kandungan Logam Berat pada Beberapa Biota


Kekerangan di Kawasan Littoral Pulau Adonara (Kabupaten Flores

43
Timur, Nusa Tenggara Timur) dan Aplikasi dalam Analisis Keamanan
Konsumsi Publik. Tesis. Semarang. Program Megister Manajemen
Sumberdaya Pantai Universitas Dipenogoro.

Mulyanto. 1996. Studi Tentang Konsentrasi Merkuri (Hg) dan Hubungannya


dengan Kondisi Insang Kerang Bulu (Anadara maculosa) di perairan
Pantai Kenjeran Surabaya. Malang: Pasca sarjana Brawidjaya Malang.

Murniati, N.H., dan Mudasir. 2009. Pemanfaatan Limbah Abu Dasar Batubara
Sebagai Bahan Dasar Sintesis Zeolit dan Aplikasinya Sebagai Adsorben
Logam Berat Cu (II). Prosiding Seminar Nasional Penelitian. Pendidikan
dan Penerapan MIPA. Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.

Naria, E. 2005. Mewaspadai Dampak Bahan Pencemar Timbal (Pb) di


Lingkungan Terhadap Kesehatan. Jurnal Komunikasi penelitian, 17 (14).

Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nontji, A. 2007. Laut Nusantara (edisi revisi). Jakarta. Djambatan.

Noor, N.M. 2015. Prospek Pengembangan Usaha Budidaya Kerang Hijau (Perna
viridis) Di Pulau Pasaran, Bandar Lampung. Jurnal Aquasains, 3(2).

Noviardi, R. 2013. Limbah Batubara Sebagai Pembenah Tanah dan Sumber


Nutrisi: Studi Kasus Tanaman Bunga Matahari (Helianthus annus). Riset
Geologi dan pertambangan (61-72).

Nuraini, Iqbal, dan Sabhan. 2015. Analisis Logam Berat Dalam Air Minum Isi
Ulang (Amiu) dengan Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom
(SSA). Palu. Universitas Tadulako Press.

Nurdin, Jabang, Suprialna, M., Patria, A., dan Budiman. 2008. Kepadatan dan
Keanekaragaman Kerang Intertidal (Mollusca: Bivalve) di Perairan
Pantai Sumatera Barat. Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi-II 2008 Universitas Lampung

Octarianita, Eva. 2017. Analisis Kandungan Logam Berat Pada Kerang di Pasar
Gudang Lelang dan PPI Dengan Metode ICP-OES. Skripsi. Lampung.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

OFCF. 1987. Pengolahan Hasil-hasil Perikanan. Tokyo. Overseas Fishery


Cooperation Foundation
.
Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta. Penerbit
Rineka Cipta.
Palar, H. 2008. Pencernaan dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta. Penerbit
Rineka Cipta.

44
Pariwono, J.I., Eidman, M., Raharjo, S., Purba, M., Widodo, R., Djuriah, U., dan
Hutapea, J.H. 1988. Studi Upwelling di Perairan Selatan Pulau Jawa.
Fakultas Pertanian. Bogor. Institut Pertanian Bogor Press.

Pathansali dan Soong. 1958. Some Aspeck of Cockle (Anadara granosa) Culture
in Malaya. Proc. Indo Pacific Fish. 8 (2): 20-23.

Pemerintah Provinsi Lampung Dinas Perikanan dan Kelautan. 2007.

Penilla, R.P, Bustos, A.G., dan Elizalde S.G, 2003, Zeolite Synthesized by
Alkaline Hydrothermal Treatment of Bottom Ash from Combustion of
Municipal Solid Wastes, J. Am. Ceram. Soc., 86 (9), 1527–33.

Pescod, N. B. 1973. Investigationof Rational Effluent and Stream for Tropical


Countries. Bangkok. Asian Institute of Technology.

PKSPL. 2004. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Perikanan (Kerang


darah) di Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. Kerjasama
BAPPEDA dan PKSPL.

Putri, F. I. 2010. Kandungan Logam Berat Hg, Cd dan Pb pada Kerang Darah
(Anadara granosa) di Perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang,
Banten. Skripsi. Bogor. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Institut Pertanian Bogor.

Rai, L. C., Gaur, J. P., dan Jumar, H. D. 1981. Phycology and Heavy-Metal
Pollution. Biol Rev. 56: 99-151

Riena, N.N., Putri, W.A.E., dan Agustriani, F. 2012. Analisis Kualitas Perairan
Muara Sungai Way Belau Bandar Lampung. Maspari Journal 4 (1).

Rochyatun, E dan Rozak, A. 2005. Kualitas Lingkungan Perairan Banten dan


Sekitarnya Ditinjau dari Kondisi Logam Berat. Banten. Oseanologi dan
Limnologi di Indonesia.

Rudiyanti, S. 2009. Biokonsentrasi Kerang Darah (Anadara granosa) Terhadap


Logam Berat Cadmium (Cd) yang Terkandung dalam Media
Pemeliharaan yang Berasal dari Perairan Kaliwunggu, Kendal. Seminar
Nasional Semarang Expo. Semarang: Universitas Diponegoro.

Sahara, E. 2009. Distribusi Pb dan Cu pada Berbagai Ukuran Partikel Sedimen di


Pelabuhan Benoa. Bali. Jurnal Kimia 3 (2).

Sanusi, H.S. 2006. Kimia Laut Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan
Lingkungan. Departemen Ilmu dan Teknologi kelautan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan . Institut Pertanian Bogor.

45
Selpiani, L., Umroh dan Rosalina, D. 2015. Konsentrasi Logam Berat (Pb, Cu)
pada Kerang Darah (Anadara granosa) di Kawasan Pantai Keranji
Bangka Tengah dan Pantai Teluk Kelabat Bangka Barat. Jurnal
OSEATEK vol 9.

Sembel, L. 2010. Analisis Logam Berat Pb, Cd dan Cr Berdasarkan Tingkat


Salinitas di Estuari Sungai Belau Teluk Lampung. Seminar Nasional
Pengembangan Pulau-pulau Kecil dari Aspek Perikanan Kelautan dan
Pertanian. Bogor. IPB International Convention Centre (IICC).

Siaka, I. M. 2008. Korelasi Antara Kedalaman Sedimen Di Pelabuhan Benoa Dan


Konsentrasi Logam Berat Pb dan Cu. FMIPA. Denpasar. Universitas
Udayana.

Sitorus, Hasan. 2004. Analisis beberapa karakteristik lingkungan perairan yang


mempengaruhi akumulasi logam berat timbal dalam tubuh kerang darah
di perairan pesisir timur Sumatera Utara. Institut Pertanian Bogor. Jurnal
Ilmu-ilmu perairan dan perikanan Indonesia. Jilid 11 Nomor 1.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 2009. Air dan Limbah - Bagian 16: Cara Uji
Kadmium (Cd) Secara Spektofotometri Serapan Atom (SSA) - Nyala.
Badan Standarisasi Nasional (BSN): 6989.16.

Suprapti, N. H. 2008. Kandungan Chromium pada Perairan, Sedimendan Kerang


Darah Anadara granosa L. di Wilayah Pantai sekitar Muara Sayung,
Desa Morosari Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Jurusan Biologi FMIPA
Semarang. Universitas Diponegoro.

Supriharyono. 2002. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Wilayah


Pesisir Tropis. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Supriharyono. 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta. Penerbit


Djambatan.

Surat Keputusan Direktoral Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen


Kesehatan Republik Indonesia No.0375. 1989. Kandungan Logam untuk
Biota Konsumsi. No.0375/B/SK/1989.

Sutamihardja, R.T.M., Adnan, K., dan Sanusi. 1982. Perairan Teluk Jakarta
Ditinjau dar Tingkat Pencemarannya. Bogor. Fakultas Pascasarjana,
Jurusan PSL. Institut Pertanian Bogor.

Suwanjarat, J., Chinnawat, P., dan Suppattana, T. 2009. Reproductive Cycle of


Anadara granosa at Pattani Bay and its Relationship with Metal
Concentrations in the Sediments. Songklanakarin Journal of Science and
Technology 31 (5).

46
Tarigan, Z., Edward, dan Rozak, A. 2003. Kandungan Logam Berat Pb, Cd, Cu,
Zn dan Ni dalam Air Laut dan Sedimen di Muara Sungai Membramo,
Papua dalam Kaitannya dengan Kepentingan Budidaya Perikanan. Jurnal
Makara Sains Vol 7 No 3.

Tetelepta, C.H.A. 1990. Hubungan Antara Kandungan Logam Berat Zn, Pb, Cd,
dan Hg dalam Habitat serta Jaringan Tubuh Terhadap Kemungkinan
Terjadinya Anomali Ova Kerang Darah (Anadara granosa L) di Muara
Mati dan Muara Manuk. (disertasi). Fakultas Pasca sarjana, Bogor:
Institut Pertanian Bogor.

Umar, M.T., Meagaung, W.M., dan Fachruddin, L. 2001. Kandungan Logam


Berat Tembaga (Cu), Pada Air, Sedimen dan Kerang Marcia sp. di Teluk
Parepare, Sulawesi Selatan. Makasar. Fakultas Pertanian. Universitas
Hasanudin Press.

USEPA. 2004. The Incidence and Severity of Sediment Contamination in Surface


Waters of United States, National Sediment Quality Survey :Second
Edition EPA-823-R-04-2007, U.S., Enviromental Protection Agency,
Washington D.C.

Verawati. 2016. Analisis Kualitas Air Laut Di Teluk Lampung. Tesis. Fakultas
Teknik Sipil Universitas Lampung.

Wardani, D.A.K., Dewi, N.K., dan Utami, N.R. 2014. Akumulasi Logam Berat
Timbal (Pb) pada Daging Kerang Hijau (Perna viridis) di Muara Sungai
Banjir Kanal Barat Semarang. Unnes Journal of Life Science.

Wardani, S.P.R. 2008, Pemanfaatan Limbah Batubara (Fly Ash) Untuk Stabilisasi
Tanah Maupun Keperluan Teknik Sipil Lainnya Dalam Mengurangi
Pencemaran Lingkungan. Semarang. Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro.

Widowati, W., Sastiono, A., dan Jusuf, R. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan
dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta: Penerbit C.V Andi Offset.

Wijayanti, M. H. 2007. Kajian Kualitas Perairan Di Pantai Kota Bandar Lampung


Berdasarkan Komunitas Hewan Makrobenthos. Tesis. Semarang.Program
Pasca Sarjana. Universitas Diponegoro.

Wiryawan, B., Marsden, H.A., Susanto, H.A., Mahi, A.K., Ahmad, M., dan
Pospitasari, H. 2000. Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir
Lampung. Bandar Lampung. PKSPL IPB.

Wiryawan, B., Marsden, B., Susanto, H.A., Mahi., A.K., Ahmad, M., dan
Poespitasari, H. 1999. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung.
Bandar Lampung. Pemda Tk 1 Lampung-CRMP Lampung.

47
Yennie, Y., Murtini, J.T., dan Peranginangin, R. 2004. Kandungan Logam Berat
pada Kerang Darah (Anadara granosa), Air Laut dan Sedimen di
Perairan Tanjung Balai dan Bagan Siapi-api. Jurnal Penelitian
Perikanan. Vol 9.
Yennie, Y., dan Murtini, J.T. 2005. Kandungan Logam Berat Air Laut, Sedimen
dan Daging Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Menthok dan
Tanjung Jabung Timur. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan
Indonesia, 12(1):27- 32.12(1):27-32.
Yudha, I.G. 2007. Kajian Pencemaran Logam Berat di Wilayah Pesisir Kota
Bandar Lampung Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat. Bandar Lampung. Universitas Lampung.

Yudha, I.G. 2009. Kajian Logam Berat Pb, Cu, Hg Dan Cd yang Terkandung
Pada Beberapa Jenis Ikan Di Wilayah Pesisir Kota Bandar Lampung.
Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat.
Universitas Lampung.
Yusup, M., dan Handoyo, G. 2004. Dampak Pencemaran Terhadap Kualitas
Perairan dan Strategi Adaptasi Organisme Makrobentos di Perairan
Pulau Tirangcawang. Semarang. Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro.

48

Anda mungkin juga menyukai