Anda di halaman 1dari 61

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan

dari kehidupan itu sendiri, sifatnya mutlak baik dalam kehidupan seseorang,

keluarga, maupun bangsa dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak

ditentukan oleh Pendidikan bangsa tersebut. Dalam Q.S al-Nah/16 ayat 125

menjelaskan tentang petunjuk mengenai metode Pendidikan secara umum yaitu:

َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬


‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َسنُ ۗ اِ َّن َربَّكَ هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬ ُ ‫اُ ْد‬

َ‫ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬
َ

“Ud’u ilaa sabiili rabbika bialhikmati waalmaw’izhati alhasanati wajaadilhum

biallatii hiya ahsanu inna rabbaka huwa a’lamu biman dhalla’an sabiilihi wahua

a’lamu bialmuhtadiina”

Terjamahan :

“Serulah (manusia) kepada jalan tuhan-mu dengan hikma dan pelajaran yang baik

dan bantalah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang

lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”1

Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas) pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk menghidupkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

1
Departemen Agama RI, Al-Hidaya: Al-Quran Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka (Baten: kalim, 2011),
hlm.282
2

siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya2. Pendidikan menerapkan

kurikulum yang mengarahkan siswa untuk menguasai kompetensi. Kompetensi

tersebut dikembangkan dalam kurikulum yang diterapkan saat ini yaitu kurikulum

2013.

Di dalam kurikulum 2013 menekankan pada kompetensi tertentu yang

harus dicapai, adapun kompetensi yang dimaksud adalah sikap spiritual (KI-1),

sikap sosial (KI-2), pengetahuan (KI-3), dan keterampilan (KI-4) 3. Kaitannya

dengan pembentukan warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung

jawab, pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan yang strategis

dan penting, yaitu dalam membentuk siswa maupun sikap dalam berperilaku

keseharian, sehingga diharapkan setiap individu mampu menjadi pribadi yang

baik. Melalui pembelajaran tematik siswa dapat mengkaji Pendidikan

Kewarganegaraan dalam forum yang dinamis dan interaktif yang dipadukan

dengan berbagai mata pelajaran lainnya. Jika memperhatikan tujuan pendidikan

nasional di atas, pembangunan dalam dunia pendidikan perlu diusahakan

peningkatannya. Proses pembelajaran diperlukan adanya hubungan timbal balik

antara gum dan siswa sehingga terjalin komunikasi banyak arah yang terjadi

antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan masyarakat

sehingga menjadikan pembelajaran dapat terarah pada pencapaian kompetensi.

Secara umum keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh beberapa

komponen. Komponen tersebut antara lain : siswa, lingkungan, kurikulum, guru,

metode dan media mengajar dengan tujuan untuk mencapai tujuan pendidikan.
2
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20
3
Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik(Yokyakarta: Diva Press,2013),hlm.
219.
3

Penerapan kurikulum 2013 mengacu pada model pembelajaran tematik.

Menurut Prastowo pada dasarnya pembelajaran tematik adalah salah satu model

pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata

pelajaran, sehingga dapat memberi pengalaman bermakna4. Proses pembelajaran

kurikulum 2013 yang menggunakan model pembelajaran tematik mengacu pada

pendekatan Scientific. Menurut Kemendikbud, pendekatan Scientific dalam

proses pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya,

percobaan mengolah informasi dan menyimpulkan atau mengkomunikasikan. 

Kondisi pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 diharapkan

dapat mengarahkan siswa untuk mampu merumuskan masalah dan melatih

kemampuan berpikir analitis sehingga akan terwujud kondisi pembelajaran yang

dapat mendorong siswa untuk belajar dengan memaknai apa yang dipelajarinya.

Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan "insan Indonesia yang produktif,

kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan

yang diintegrasikan. Tujuan perubahan kurikulum 2013 adalah untuk

meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan mendorong siswa aktif.

Metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan. Metode merupakan proses belajar mengajar merupakan

interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu pengajaran

untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan"5.

4
Ibid,hlm.117
5
Abdul Madjid, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Kompetensi Guru (Bandung:
PT Remaja Rosda Karya, 2011), hlm. 2011.
4

Metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari perangkat

alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar-mengajar 6. Teknik

penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran

kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara

kelompok/klasikal, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan

oleh siswa dengan baik. Semakin baik metode mengajar, makin efektif pula

pencapaian tujuan dan peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan

proses mengajar dan belajar.

Metode ini diharapkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa

sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Pembelajaran kooperatif merupakan

suatu metode pembelajaran yang berorientasi pada belajar bersama dalam

kelompok kecil untuk mendiskusikan suatu permasalahan secara bersama-sama 7.

Berdasarkan uraian diatas dalam pembelajaran siswa mampu bekerjasama

mendiskusikan untuk memecahkan suatu permasalahan. Macam-macam

pembelajaran kooperatif antara lain : bertukar pasangan (Make a Match), Student

Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Team Game Tournament (TGT),

dan Sumbang Saran Brainstorming8.

Penerapan Metode Brainstorming sebagai suatu cara untuk mendapatkan

banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat. Metode

Brainstorming dapat menguntungkan dalam pembelajaran, agar pembelajaran

lebih efektif dan berhasil metode Brainstorming dapat digabungkan dengan

6
Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Rosdakarya, 2012),hlm. 3
7
Anita Lie. Cooperative Learning (Jakarta: Gramadia Widiasarana Indonesia,
2002),hlm.85.
8
Trianto. Model-Model Pembelajaran Inovati (Jakarta: Grasindo,2007),hlm.49.
5

metode lainnya. Penelitian ini menggunakan metode Brainstorming yang

dipadukan melalui simulasi agar mendapatkan hasil pembelajaran yang lebih

maksimal9. Jadi, brainstorming teknik yang digunakan guru dengan memberikan

masalah kepada siswa kemudian siswa yang memberikan pendapat serta komentar

sehinggah masalah itu menjadi sebuah masalah baru yang dapat menimbulkan ide

ide baru.

Penggunaan metode Brainstorming dengan simulasi ini masih belum

pernah digunakan dalam proses pembelajaran di SDI Tangkala 1 sehingga

penerapan metode Brainstorming dengan simulasi ini diharapkan mampu

meningkatkan hasil belajar siswa karena dalam proses pembelajarannya siswa

dapat aktif mengemukakan pendapat yang membangun pengetahuannya.

Penggunaan metode ini siswa akan merasa senang karena dapat belajar

berpendapat sambil berdiskusi, bermain dan berkompetisi.

Berdasarkan Observasi penelitian awal yang dilakukan di SDI Tangkala 1

Kec Biringkanaya, Kota Makassar yang dimana pada saat pelaksanaan

pembelajaran yang diberikan oleh guru tersebut belum tercapai hasil yang

memuaskan dalam Pembelajaran Tematik. Padahal menggunakan keterampilan

proses seorang guru, seharusnya dapat memberikan dan meningkatkan teknik-

teknik mengajar yang menarik dan variatif sehingga dapat menggugah minat dan

perhatian siswa terhadap Pembelajaran Tematik.

Pada saat guru tersebut memberikan suatu materi dalam pembelajaran

tematik terungkap bahwa guru tersebut belum melakukan langkah-langkah dari

pembelajaran tematik proses yang ada seperti: mengamati masalah, yang dimana
9
Dra. Roestiyah N.K. Strategi Balajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta,2008).hlm.74.
6

seorang guru membimbing siswa untuk mengumpulkan data atau informasi yang

sesuai dengan materi pelajaran. Kemudian kurang memperhatikan tahap penyajian

dan kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran. Maka guru harus lebih

memperhatikan lagi masalah tersebut agar pembelajaran dapat lebih efektif.

Guru mendominasi proses pembelajaran, sehingga menyebabkan

rendahnya motivasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan mayoritas siswa

cenderung pasif dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa enggan bertanya

dan mengemukakan pendapat, karena guru belum melibatkan siswa secara

langsung dalam proses pembelajaran. Hal ini juga berdampak pada rendahnya

minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Pembelajaran kurikulum 2013 memang menggunakan pendekatan saintifik, akan

tetapi pada tema pembelajaran yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran

guru dapat memadukan metode lainnya salah satunya metode brainstorming

dengan simulasi karena metode ini cocok dipadukan dengan pendekatan saintifik

yang mengharuskan siswa untuk berfikir kritis dan memusatkan proses

pembelajaran pada siswa. Berdasarkan paparan diatas maka sangat

memungkinkan metode brainstorming dengan simulasi untuk diterapkan dalam

pembelajaran yang menggunakan pembelajaran tematik di sekolah dasar dan

diharapkan pada penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan penelitian eksperimental yang

berjudul "Pengaruh Penerapan Metode Brainstorming dengan Simulasi Terhadap

Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajara Tematik di SDI Tangkala 1 Kota

Makassar"
7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian yaitu

1. Bagaimanakah penerapan metode Brainstorming dengan simulasi pada

pembelajaran ipa di SDI Tangkala 1 Kota Makassar?

2. Bagaimanakah hasil belajar ipa siswa pada pembelajaran tematik di SDI

Tangkala 1 Kota Makassar?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan pada penerapan metode Brainstorming

dengan simulasi terhadap hasil belajar ipa siswa pada pembelajaran tematik di

SDI Tangkala 1 Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian Metode Brainstroming ini bertujuan untuk

1. Mengetahui deskripsi penerapan metode Brainstorming dengan simulasi pada

pembelajaran ipa di SDI Tangkala 1 Kota Makassar

2. Mengetahui deskripsi hasil belajar ipa siswa pada pembelajaran tematik di

SDI Tangkala 1 Kota Makassar.

3. Mengetahui pengaruh yang signifikan pada penerapan metode Brainstorming

dengan simulasi terhadap hasil belajar ipa siswa pada pembelajaran tematik di

SDI Tangkala 1 Kota Makassar.

D. Manfaat Penelitian
8

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat secara teoretis dan praktis

sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Mendapatkan teori baru tentang meningkatkan hasil belajar pada

pembelajaran Tematik melalui model “Metode Brainstroming“

b. Penelitian ini merupakan dasar bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

tentang pengaruh penerapan metode Brainstroming dengan simulasi

terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik.

b. Bagi lembaga/instansi, dapat memberikan sumbangan yang berharga

dalam rangka proses pembelajaran tematik di SDI Tangkala 1, Kec Biring

Kanaya, Kota Makassar.

c. Bagi siswa, membantu untuk dapat mengetahui kiat-kiat yang harus

ditempuh agar merasa perlu untuk mempelajari tematik. Dan peningkatan

partisipasi dalam mengikuti pelajaran disekolah khususnya tematik.

d. Bagi guru, agar dapat memperoleh informasi mengenai pengaruh

kreativitas guru terhadap peningkatan minat belajar siswa. Dan sebagai

bahan masukan bagi guru untuk mengetahui factor penghambat dalam

mengajar tematik di SDI Tangkala 1, Kec Biring Kanaya, Kota Makassar

BAB II
9

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Metode Brainstroming

Brainstorming bekerja dengan cara fokus pada masalah, lalu selanjutnya

dengan bebas bermunculan sebanyak mungkin solusi dan mengembangkannya

sejauh mungkin.

Istilah brainstorming mungkin adalah suatu bentuk diskusi dalam

rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman,

dari semua peserta10. Orang menggunakan istilah brainstroming untuk mengacu

pada proses untuk menghasilkan ide-ide baru atau proses untuk memecahkan

masalah.

Brainstroming adalah suatu teknik atau cara mengajar yang dilaksanakan

oleh guru didalam kelas. Ialah dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh

guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar

sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau

dapat diartikan pula sebagai satu cara untuk mendapatkan banyak ide dari

sekelompok manusia dalam waktu yang sangat singkat.11

Tujuan penggunaan teknik ini ialah untuk menguras habis, apa yang

dipikirkan para siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan guru ke kelas

tersebut. Dalam pelaksanaan yang dimampu merangsang pikiran siswa, sehingga

mereka menanggapi, dan guru tidak boleh mengomentari bahwa pendapat siswa

itu benar/salah ; juga tidak perlu disimpulkan, guru hanya menampung semua

10
Menurut Sutikno, Strategi Belajar Mengajar,(Bandung:Sinar Dunia,2007) hlm 10
11
Dra. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta :Rineka Cipta,2008) hlm.21
10

pernyataan pendapat siswa, sehingga semua siswa di dalam kelas mendapat

giliran, tidak perlu komentar atau evaluasi.

Murid bertugas menanggapi masalah dengan mengemukakan pendapat,

komentar atau bertanya, atau mengemukakan masalah baru, mereka belajar

melatih merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik. Siswa

yang kurang aktif perlu dipancing dengan pertanyaan dari guru agar turut

berpartisipasi aktif, perlu dipancing dengan pertanyaan dari guru agar turut

berpartisipasi aaktif, dan berani mengemukakan pendapatnya.

Teknik Brainstroming digunakan karena memiliki banyak keunggulan

seperti:

1. Anak-anak aktif berfikir untuk menyatakan pendapat.

2. Melatih siswa berfikir dengan cepat dan tersusun logis.

3. Merangsang siswa untuk selalu siap pendapat yang berhubungan dengan

masalah yang diberikan oleh guru.

4. Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran.

5. Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pandai

atau dari guru.

6. Terjadi persaingan yang sehat.

7. Anak merasa bebas dan gembira.

8. Suasama demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.

Namun demikian teknik ini masih juga memiliki kelemahan yang perlu

diatasi ialah :
11

1. Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berfikir

dengan baik.

2. Anak kurang sehat ketinggalan.

3. Kadang-kadang pembicaraan hanya monopoli oleh anak yang pandai

saja.

4. Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan kesimpulan.

5. Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu betul/salah.

6. Tidak menjamin hasil pemecahan masalah.

7. Masalah bisa berkembang ke arah yang tidak diharapkan.

Namun demikian teknik ini sering menguntungkan, supaya berhasil

sebaiknya digabung dengan teknik yang lain12.

a. Langkah-langkah Penerapan Metode Brainstorming

1) Pemberian informasi dan motivasi. Pada tahap ini guru menjelaskan

masalah yang akan dibahas dan latar belakangnya, kemudian mengajak

siswa agar aktif untuk memberikan tanggapannya.

2) Identifikasi. Siswa diajak memberikan sumbang saran pemikiran

sebanyak-banyaknya. Semua saran yang diberikan siswa ditampung,

ditulis dan jangan dikritik. Pemimpin kelompok dan peserta dibolehkan

mengajukan pertanyaan hanya untuk meminta penjelasan.

3) Klasifikasi. Mengklasifikasi berdasarkan kriteria yang dibuat dan

disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bisa juga berdasarkan

struktur/faktor-faktor lain.

12
Ibid,hlm 73-75
12

4) Verifikasi. Kelompok secara bersama meninjau kembali sumbang saran

yang telah diklasifikasikan. Setiap sumbang saran diuji relevansinya

dengan permasalahan yang dibahas. Apabila terdapat kesamaan maka yang

diambil adalah salah satunya dan yang tidak relevan dicoret. Namun

kepada pemberi sumbang saran bisa dimintai argumentasinya.

5) Konklusi (Penyepakatan). Guru/pimpinan kelompok beserta peserta lain

mencoba menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang

disetujui. Setelah semua puas, maka diambil kesepakatan terakhir cara

pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.13

B. Pengertian Simulasi

Simulasi dalam metode mengajar yaitu sebagai cara untuk menjelaskan

sesuatu (bahan pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui

proses tingkah laku imitasi atau bermain peranan mengenai suatu tingkah laku

yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya14. Simulasi adalah

tiruan atau perbuatan yang berpura-pura saja15 . Jadi siswa itu lebih berlatih

memegang pernan orang lain. Simulasi mempunyai bermacam-macam bentuk

pelaksanaan ialah : peer-teaching, sociodrama, psikodrama, simulasi game dan

role playing.

Contohnya ; siswa melatih mengajar didepan kelas, berperan sebagai guru.

Dalam pengajaran konpeksi, siswa berperan sebagai manager; penggunting bahan,

13
Abdul, Karim, Penerapan Metode Brainstroming Pada Mata Pelajaran IPS Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Kelas VII, Jurnal Pendidikan Ekonomi Akuntansi FKIP Vol 5 No
1 Tahun 2017 ISSN : 2337-652x.
14
Sudjana, Anas. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Badung: Sinar Dunia, 1989),hlm
89.
15
Hasibun dan Moedjiono,Proses Belajar-Mengajar,(Bandung:Remaja
Rosdakarya,2010)h.27
13

penjahit, penyetrika, pengempak, pengelolah keuangan dan sebagainya, mereka

sedang memerankan sekelompok orang yang mengelola konpeksi pakaian.

Teknik simulasi baik sekali kita gunakan karena :

1) Menyenangkan siswa

2) Menggalakkan guru untuk mengembangkan kreativitas siswa.

3) Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang

sebenarnya.

4) Mengurangi hal-hal yang verbalistis atau abstrak.

5) Menimbulkan semacam interaksi antar siswa, yang memberi kemungkinan

timbulnya keutuhan dan kegotong-royongan serta kekeluargaan yang sehat.

6) Menimbulkan respon yang positif dari siswa yang lamban/kurang cakap

7) Menumbuhkan cara berfikir kritis.

8) Memungkinkan guru bekerja dengan tingkat abilitas yang berbeda-beda

Walaupun Teknik ini baik dan memiliki keunggulan, tetapi masih juga

mempunyai kelemahan ialah:

a) Efektivitas dalam memajukan brlajar siswa belum dapat dilaporkan oleh riset.

b) Terlalu mahal biayanya

c) Banyak meragukan hasilnya karena sering tidak dikut sertakannya elemen-

elemen yang penting

d) Menghendaki pengelompokkan yang fleksibel; perlu ruang dan gedung.

e) Menghendaki banyak imajinasi dari guru maupun siswa.

f) Menimbulkan hubungan informasi antara guru dan siswa yang melebihi

batas.
14

Bila guru mampu mengurangi kelemahan-kelemahan itu, maka pelaksanaan

Teknik simulasi akan berhasil sekali16. Adapun langkah-langkah dalam melakukan

simulasi

1. Persiapan simulasi

2. Tetapkan topik atau masalah serta tujuan yang akan dicapai

3. Guru memberikan masalah yang akan disimulasikan

4. Guru menetapkan peserta yang akan terlibat pada proses simulasi

5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa bertanya dalam proses simulasi

6. Guru menghentikan proses simulasi pada saat di puncak masalah dan

mengambil kesimpulan berdasarkan proses simulasi.

C. Penerapan Metode Brainstroming dengan Simulasi

Penggunaan variasi metode dalam pembelajaran lebih baik menarik

perhatian siswa muda diterima siswa dan kelas menjadi hidup, Slameto dalam

kusumawardani. Metode Brainstroming merupakan salah satu metode diskusi

guna menghimpun ide/gagasan pendapat informasi pengetahuan dan pengalaman

peserta didik yang bertujuan untuk mengembangkan berbagai aspek kognitif,

efektif, dan psikomotorik sehingga akan lebih berhasil jika menggabungkan

dengan simulasi. Siswa dapat belajar secara aktif baik mental maupun fisik

dengan menggunakan dua metode ini sehingga siswa juga dapat mengembangkan

kemampuan intelektualnya, kemampuan berfikir kritis, kemampuan menganalisis,

kemampuan memecahkan masalah, serta mampu meningkatkan aktivitas jasmani

dengan simulasi.

Tabel 2.1 Sintaks Metode Brainstroming Melalui Simulasi


16
Dra. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta :Rineka Cipta,2008) hlm.22
15

Metode Simulasi Metode Brainstroming


Brainstroming melalui Simulasi
Guru menyampaikan Guru menetapkan Guru menetapkan dan
tema suatu masalah topik atau masalah menyampaikan masalah dan
serta mengajak siswa serta tujuan yang akan tema suatu masalah serta
aktif menyubangkan dicapai tujuan yang akan dicapai
saran ( pemrian selain itu untuk mengajak
informasi dan Motivasi) siswa aktif menyubangkan
saran ( pemberian informasi
dan Motivasi)
Guru menyampaikan Guru memberikan Guru memberikan gambaran
peraturan proses curah gambaran masalah atau masalah yang akan disimulasi
gagasan ide atau situasi yang akan serta menetapkan pemain
pendapat siswa tidak disimulasikan serta simulasi dan menyampaikan
boleh ditanggapi atau menetapkan pemain peraturan proses curah gagasan
dikritik ( identitas ) simulasi ide atau pendapat siswa tidak
boleh ditanggapi atau dikritik
( identitas )
Guru menampung Guru menghentikan Guru menghentikan jalannya
semua saran dan jalannya simulasi pada simulasi pada saat di puncak
masukan yang ditulis saat puncak. Hal ini serta menampung semua saran
kemudian dimaksudkan untuk dan masukan yang ditulis
mengklarifikasi sesuai mendorong siswa kemudian mengklarifikasi
kesepakatan berpikir dalam sesuai kesepakatan
(Klarifikasi) menyelesaikan masalah (Klarifikasi)
yang sedang
disimulasikan
Guru dan siswa Melakukan diskusi Guru dan siswa memilih
memilih pendapat yang baik tentang jalannya pendapat yang relavan dengan
relavan dengan masalah simulasi maupun masalah (Verifikasi) dengan
(Verifikasi) materi cerita yang melakukan diskusi baik
disimulasikan tentang jalannya simulasi
maupun cerita yang akan
disimulasikan
Guru dan siswa Merumuskan Guru dan siswa mengambil
mengambil kesepakatan kesimpulan kesepakatan terakhir yang
terakhir yang dianggap dianggap sesuai sebagai
sesuai sebagai pemecahan dari masalah
pemecahan dari masalah (Konklusi) serta merumuskan
(Konklusi) masalah
16

D. Hasil Belajar

Hasil dari serangkaian kegiatan belajar mengajar adalah hasil belajar

dengan objeknya asalah siswa. Hasil belajar mempunyai peran pnting dalam

Pendidikan, bahkan menentukan kualitas belajar yang dicapai oleh siswa pada

bidang studi yang dipelajari. Siswa yang cerdas dapat dengan cepat menciptakan

lingkungan belajar yang mendorong perkembangan intelektual dirinya dalam

bentuk macam-macam yang dapat meningkatkan hasil belajar.

Dalam belajar, siswa membangun sendiri pengetahunnya. Karena proses

belajar itu datang dari dalam diri individu bukan datang dari luar individu” 17.

Dimyati dan Mudijono menyatakan bahwa, hasil belajar merupakan hasil dari

suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar 18. Dari sisi guru, tindak

mengajar diakhiri dengan proses evaluasi dan hasil belajar.

Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak.

Karwono dan Mularsih menyatakan terdapat empat komponen pokok dalam

merumuskan indikator hasil belajar yaitu:

1. Penentuan subjek belajar untuk menunjukkan sasaran belajar.

2. Kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat

ditampilkan melalui performance siswa.

3. Keadaan dan situasi dimana siswa dapat mendemonstrasikan contoh soal.

4. Standar kualitas dan kuantitas hasil belajar.

17
Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky, 2018 Http://Valmband. multiply. com (Accessed
12 September 2013).
18
Dimyati dan Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: PT Rineke Cipta,2006), hlm.
58.
17

Hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar

yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek

yang nilainya adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar berwujud kemahiran. Pasca

belajar seseorang akan mempunyai keterampilan, pengetahuan, sikap, serta nilai.

Hasil belajar terjadi karena penilaian dari pengajar. Hasil belajar berwujud akibat

pengajaran dan akibat pengiring. Kedua akibat tersebut bermanfaat bagi pengajar

dan pebelajar”. Oleh sebab itu, hasil belajar yakni suatu perilaku yang

meliputi,pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diukur melalui proses

belajar19. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

seperti telah di jelaskan di muka. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam

pengertian yang luas mencangkup bidang kongnitif, efektif, dan psikomotoris.

Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan instruksional yang

berisi rumusan masalah kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai

siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian. Penilaian proses

belajar adalah upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang

dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Dalam

penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan dan efisiennya dalam mencapai

tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa. Oleh sebab itu, penilaian

hasil dan proses belajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasil merupakan

akibat dari proses.

E. Pengertian Pembelajaran Tematik


19
K W Lieunga , D P Rahayub, Penggunaan Metode Pembelajaran Peta Konsep untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Dan Karakter Nasionalis Siswa Kelas IV SD Inpres
Semangga 1 Merauke, Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran Volume 4 Nomor
1 April 2020,hal.8.
18

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang mengunakan tema dalam

mengaitkan beberapa mata pembelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman

bermakna kepada siswa (Effendi)20. Menurut Trianto pembelajaran tematik adalah

sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu, dalam

pembahasan tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran.21Berdasarkan dua

sudut pandang diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan

pembelajaran yang didasarkan dari sebuah tema yang digunakan untuk

mengaitkan beberapa konsep, karena hanya berdasarkan dari satu tema untuk

beberapa pembelajaran yang diajarkan dan dihadapi.

Pelaksanaan pembelajaran tematik perlu dilakukan beberapa hal yang

meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan kompetensi dasar ,

pengembangan dan penyususnan RPP.

F. Kerangka Pikir

Ketentuan Tinggi rendahnya hasil belajar tidak lepas dari metode

pembelajaran yang digunakan, yang merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi taraf keberhasilan belajar. Hasil belajar juga menggambarkan

aktivitas yang digunakan dalam proses belajar-mengajar. Ketidaktepatan metode

pembelajaran yang digunakan guru sehingga rasa jenuh untuk belajar timbul pada

diri siswa, terlebih lagi dalam mata pelajaran Tematik. Metode Brainstorming

merupakan salah metode dalam pembelajaran Tematik. Pendekatan

“Brainstorming” merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan


20
Rusman Effendi, Model-Model Pembelajaran.(Jakarta: Raja Garafindo Persada,2010 ),
Hlm. 129
21
Trianto, Model Pembelajaran Inovatif-Progeresif Konsep Landasan Dan Impletasi Pada
Kurikulum Tingkat Satuan Dasar (Jakarta:Kencana, 2010), hlm.78.
19

dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan

siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreatifitas dalam pemecahan

masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru

dalam pendekatan “Brainstorming” adalah pembimbing belajar dan fasilitator

belajar. Secara konseptual, hasil belajar berkaitan erat dengan prestasi belajar

siswa atau perolehan belajar. Pembelajaran yang tinggi, umumnya hasil belajarnya

akan baik. Sebaliknya, pembelajaran yang rendah, rendah pula hasil belajarnya.

Demikian juga pembelajaran yang sedang-sedang saja, umumnya perolean hasil

belajarnya juga sedang-sedang saja. Metode yang digunakan guru dalam

pembelajaran. Tematik dikelas 5 SDI Tangkala 1 Makassar yaitu guru

menggunakan metode pembelajaran langsung atau lebih dikenal dengan metode

ceramah. Kekurangan dari pembelajaran langsung adalah siswa lebih banyak

dijadikan sebagai objek, dan guru sebagai subjek. Sehingga tampak bahwa siswa

kurang semangat dalam belajar. Hal inilah yang menjadi dasar melakukan

perbaikan terhadap pembelajaran yang dilakukan. Jika hari ini guru kurang puas

dengan proses pembelajaran, berusaha memperbaikinya untuk besok, begitu

seterusnya. Ketidakpuasan guru dalam proses pembelajaran mencirikan adanya

masalah. Masalah tersebut muncul dari lingkungan kelas. Hal itu dirasakan sendiri

oleh guru untuk diperbaiki. Bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode

ceramah, dimana guru lebih dominan akan diubah, dengan pembelajaran yang

lebih banyak melibatkan siswa, untuk lebih aktif. Salah satu metode yang banyak

melibatkan siswa adalah metode Brainstorming.

SKEMA 2.1 KERANGKA PIKIRA

PROSES BELAJAR MENGAJAR


PEMBELAJARAN TEMATIK DI SDI
TANGKALA 1 KOTA MAKASSAR
20

Metode Brainstroming dengan Indikator hasil belajar:


simulasi
Langkah-langkah: 1. Kemampuan Mengingat
2. Kemampuan Memahami
1. Pemberian Informasi dan 3. Kemampuan Menerapkan Materi
motivasi
2. Identifikasi
3. Klasifikasi
4. Verifikasi
5. Konklusi

Terdapat perubahan hasil belajar yang


menggunakan metode Brainstroming dengan
tanpa menggunakan metode Brainstroming
22

G. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

ataupun sub masalah yang diajukan oleh peneliti dari landasan teori serta kajian

teori yang harus diuji kebenarannya hipotesis digunakan sebagai acuan dalam

penentuan langkah berikutnya yang harus dilakukan untuk membuat kesimpulan-

kesimpulan penelitian. Dikatakan sementara karna jawaban yang diberikan

berdasarkan pada teori yang belum menggunakan fakta. Oleh karna itu penelitian

yang dilakukan memiliki suatu hipotesis ataupun jawaban sementara terhadap

penelitian yang akan dilakukan dari hipotesis tersebut akan dilakukan penelitian

lebih lanjut untuk membuktikan apakah hipotesis tersebut benar adanya.

Ada dua jenis hipotesis yang gunakan dalam penelitian ini :

1) Hipotesis kerja, yang disebut juga dengan hipotesis alternative disingkat

menjadi Hh alternatife menyatakan adanya perbedaan antara dua kelompok.

2) Hipotesis nol yang disingkat Ho hipotesis nol juga disebut hipotesis statistik

karna bersifat statistic yaitu uji yang dicoba dengan perhitungan statistik. Ho

menyatakan tidak adanya pengaruh variable X dan variable Y22.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

22
Latiup, Psikologi Eksperimen Edisi Kedua, Malang, UMM Pres, 2004, h.38.
23

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan prosedur penelitian yang dirancang

untuk menguji ada tidaknya pengaruh suatu perlakuan tertentu terhadap perubahan

kondisi tertentu atau ada tidaknya hubungan sebab akibat antara suatu perlakuan

terhadap perubahan kondisi tertentu. Penelitian ini dilakukan dengan cara

membandingkan satu. Karena kemajuan teknilogi dan ilmu pengetahuan; maka

segala sesuatu memerlukan eksperimentasi. Begitu juga dalam cara mengajar guru

di kelas digunakan Teknik eksperimen. Yang dimaksud adalah salah satu cara

mengajar, dimana siswa melakukan percobaan tentang suatu hal; mengamati

prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu

disampaikan ke kelas dan evaluasi oleh guru.

Metode ini bersifat validation atau menguji Khathwohl, yaitu menguji

pengaruh satu atau lebih variabel terhadap variabel lain. Variabel yang memberi

pengaruh dikelompokkan sebagai variabel bebas (independent variables)23.

Penelitian ini bersifat menguji, maka semua variabel yang diuji harus diukur

dengan menggunakan instrumen pengukuran atau tes yang sudah

distandardisasikan atau dibakukan pembekuan instrumen dan pengelolahan hasil

penelitian diolah dengan menggunakan analisis statistik inferensial-parametrik.

Desain penelitian pada penelitian ini menggunakan bentuk penelitian quasi

experimental design, yaitu jenis-jenis eksperimen semu. Persyaratan dalam

eksperimen adalah adalah adanya kelompok lain yang tidak dikenal eksperimen

dan ikut mendapatkan pengamatan. Ciri utama dari quasi eksperimen design

23
Khathwohl, Metode Pembelajaran,https://www.scribd.com/document/469066647/Penelitian-
Eksperimen-dan-Quasi-Eksperimen-1. 4 Agustus 2020, 16:38.
24

adalah menggunakan seluruh subjek dalam kelompok belajar (intact group) untuk

diberi perlakuan (treatment), bukan menggunakan subjek yang diambil secara

acak atau random. Adapun pola eksperimen yang digunakan adalah pola pre-test

post-test control group design seperti pada gambar 3.1 sebagai berikut.

E O1 X O2

C O1 O2

Sumber: Khathwohl, 2012: 112

Keterangan
E = Kelompok Eksperimental

C = Kelompok Kontrol

O1 = Observasi/ test awal (pretest) yang diberikan pada

kelompok eksperimental dan control sebelum dilakukan

perlakukan.Test untuk kedua kelompok digunakan

alat/instrument yang sama

X = Perlakukan yang diberikan pada kelompok eksperimental

O2 = Observasi/Test akhir (posttest) yang diberikan sesudah

perlakukan, Test untuk kedua kelompok digunakan

alat/instrument yang sama.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas adalah faktor yang menyebabkan suatu pengaruh.

Variable bebas dalam penelitian ini adalah penerapan metode

brainstorming melalui simulasi


25

2. Variabel terikat adalah factor yang diakibatkan oleh pengaruh tadi

Variable terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas V

pada pembelajaran tematik

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda terhadap judul

penelitian, maka perlu diberikan penjelasan beberasa istilah yaitu sebagai berikut.

1. Metode Brainstroming adalah salah satu metode diskusi guna menghimpun

ide/gagasan pendapat informasi pengetahuan Dan pengalaman peserta didik

yang bertujuan untuk mengembangkan berbagai aspek kognitif afektif dan

psikomotorik sehingga akan lebih berhasil jika menggabungkan dengan

simulasi. Sedangkan, Simulasi merupakan cara untuk menjelaskan sesuatu

(bahan pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui

proses tingkah laku imitasi atau bermain peranan mengenai suatu tingkah

laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya.

2. Hasil pembelajaran IPA adalah kemampuan dalam ranah kognitif menurut

taksonomi Bloom ranah kognitif berisikan aspek intelektual, seperti

pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Setelah mengikuti

pembelajaran kemudian dikaji sehingga dapat dilihat pada selisih skor yang

dihasilkan pada pre-test dan post test yang telah diberikan oleh guru.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi
26

Populasi merupakan objek atau subjek yang berada diwilayah tertentu dan

memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian”. 24

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas V dengan

jumlah 40 orang yang berjumlah dua kelas yaitu kelas VA 20 orang dan kelas

VB sebanyak 20 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian contoh yang diambil dari populasi. Sampel penelitian

adalah siswa kelas V di SDI Tangkala 1 Kota Makassar. Teknik pengambilan

data sample Randomsampling yang menjadi sampel dalam penelitian ini

adalah kelas VA dengan jumlah sampling 20 orang peserta didik dan kelas

VB dengan jumlah sampling 20 orang peserta didik

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Observasi pedoman observasi digunakan untuk mengamati latar kelas dan

suasana berlangsungnya observasi proses pembelajaran. Pengumpulan data

dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara

pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat

standar lain untuk keperluan tersebut. Observasi dalam penelitian ini yaitu

berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan

kurikulum 2013.

2) Interview ( wawancara ), Wawancara yaitu peneliti melakukan wawancara

langsung kepada informan dengan cara tanya jawab terhadap guru yang

24
Riduwan, Belajar Mudah Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti ( Bandung: Alfabeta, 2010),
hlm. 54.
27

dipilih menjadi sampel dan dianggap mampu memberikan informasi yang

berhubungan dengan pembahasan proposal.

3) Dokumentasi, digunakan untuk foto aktivitas siswa terutama saat kegiatan

observasi berlangsung untuk mengantisipasi agar tidak ada data yang

terlewatkan.

4) Tes, tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Data

penelitian akan diperoleh dengan menggunakan isntrumen pengumpulan

data Tes. Tes merupakan serangkaian pertanyaan atau latihan serta alat

lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok.

F. Validitas dan Reliabilitas

Validasi data adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid

apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrument dikatakan

valid apabila dapat mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat. Uji

validasi penelitian ini dilakukan dengan uji validasi isi hasil belajar peserta didik

sebagai contoh soal berikut:

1. Makhluk hidup akan bergerak apabila…yang mengenal pada bagian

tubuhnya.

2. Gerakan pada manusia dan hewan menggunakan organ gerak yang tersusun

dalam…
28

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang akan


diberikan tersebut cukup baik sehingga mampu meningkatkan data yang bisa di
percaya.
Tabel 2.2 Kriteria Intrepetasi Uji Reliabilitas
Presentase Keterangan
P ≤ 0,20 Sangat Rendah
0,20 < P ≤ 0,40 Rendah
0,41 < P ≤ 0,70 Cukup
0,71 < P ≤ 0,90 Tinggi
0,90 < P ≤ 1,00 Sangat Tinggi
Sumber : Sugiyono ( 2013 : 91 )

Tabel 2.3 Reabilitasi

Case Processing Summary


N %
Cases Valid 21 100.0
Excluded a
0 .0
Total 21 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics
C ronbach's Alpha N of Items
.734 30

Dari hasil kriteria pengujian diatas dapat menghasilkan data relative sama

walaupun digunakan dalam jangka waktu berbeda.

G. Teknik Analisi Data

Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan

variable dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variable dari


29

keseluruhan responden,menyajikan data dari tiap variable yang diteliti, melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk

menguji hipotesis.

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian akan

digunakan analisis statistic deskriptif dan inferensial. Data yang terkumpul berupa

nilai pretest dan nilai posttest kemudian dilihat seberapa besar hasil belajar

tematik sebelum dan sesudah penggunaan model pembelajaran Brainstorming.

Untuk melihat pengaruh model pembelajaran Brainstroming dapat dilakukan

melalui uji prasyarat.

1. Uji Prasyarat

a. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas varian ditujukan untuk mengetahui sampel yang

diambil mempunyai varian yang sama atau tidak. Pengujian homogenitas

dilakukan dengan analisis test homogenetity of variance menggunakan

SPSS. Persyaratan homogeny adalah jika probabilitasnya (sig) > 0,5 dan

jika probabilitasnya (sig) < 0,05 maka data tersebut tidak homogeny.

b. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa kelompok

eksperimen dan kelompok control berdistribusi normal menggunakan uji

normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov. Dari hasil analisis ( Asyim. Sig

(2Tailed) ), apabila nilainya kurang dari taraf signifikansi 5% maka data

tersebut berdistribusi normal. Sedangkan apabila nilai asyim. Sig


30

(2Tailed) lebih atau sama dengan taraf signifikansi 5% maka data

tersebut berdistribusi normal.

Nama Uji Hasil Sig Keterangan

Pretest 0,114 0,00

Postest 0,117 0,00

2. Uji Hipotesis

a. Uji Paired Sampel t-test

Uji Paired Sampel t-test digunakan untuk menguji apakah dua sampel yang

dependen atau sampel berpasangan berasal dari populasi yang mempunyai mean

yang sama. Pengujian hipotesis untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan yang

signifikan antara hasil tes kemampuan awal (pre-test) dan tes kemampuan akhir

(post-test).

Hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternative (Ha) yang dirumuskan adalah

sebagai berikut:

a) Hipotesis pertama

i. Ho: Metode Brainstroming dengan simulasi tidak berpengaruh terhadap

hasil belajar siswa.

ii. Ha: Metode brainstorming dengan Simulasi berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa..
31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi penerapan metode Brainstorming dengan simulasi pada

pembelajaran Ipa di SDI Tangkala 1 Kota Makassar

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2020 sampai 28

Desember 2020 di SD Inpres Tangkala 1 kota Makassar. Subyek penelitian ini

adalah siswa kelas VB sebagai kelas ekperimen dengan jumlah siswa 20 orang

dan kelas VA sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 20 orang.

Pada pertemuan pertama hari kamis 3 Desember 2020, penelitian

melakukan perkenalan dengan siswa kelas VB sebagai kelas eksperimen dan

menjelaskan tujuan diadakannya penelitian ini. Setelah perkenalan dan

menjelaskan tujuan, dilakukan tes awal (pre-test) untuk mengetahui pemahaman

awal siswa pada pembelajaran Tematik . Waktu yang digunakan untuk pretest

sekitar 45 menit dengan jumlah soal sebanyak 20 butir soal pilihan ganda. Siswa

yang mengikuti pre-test berjumlah 20 orang. Setelah selesai mengadakan pre-test,

penelitian menjelaskan prosedur eksperimen yang akan dilakukan pada hari senin,

7 Desember 2020. Penelitian memulai meminta siswa membentuk kelompok yang

terdiri dari 5 orang kelompok. Jumlah keseluruhan siswa pada kelas VB ialah

sebanyak 20 orang, dengan demikian ada 4 kelompok yang terbentuk. Setelah

guru menjelaskan metode dan pokok permsalahn setiap kelompok yang harus di

diskusikan, guru memberikan gambaran masalah yang akan di simulasikan dan

menjelaskan prosedur pelaksanaan diskusi.


32

Pada pertemuan kedua, hari rabu tanggal 9 Desember 2020, penelitian

melaksanakan proses pembelajaran dengan metode eksperimen. Ketika siswa

memasuki kelas, penelitian meminta siswa untuk duduk di dalam kelompok yang

terbentuk pada pertemuan sebelumnya. Penelitian membuka pembelajaran dengan

mengajukan beberapa pertanyaan lisan mengenai pokok permasalahan yang telah

di jelaskan sebelumnya. Selanjutnya, peneliti memberikan waktu 5 menit kepada

siswa untuk membaca prosedur eksperimen. Setelah itu peneliti mulai

menjelaskan tujuan eksperimen. Selain itu terdapat 4 pertanyaan yang harus

dijawab siswa ketika selesai melakukan eksperimen. Peneliti memberikan waktu

10 menit untuk siswa menjawab hipotesa. Peneliti kemudian memberikan arahan

mengenai pengerjaan pembuatan laporan eksperimen.

Setelah guru menjelaskan semua prosedurnya siswa langsung melakukan

eksperimen. Waktu untuk melakukan eksperimen ialah selama 20 menit. Selagi

siswa melakukan eksperimen, peneliti memulai berkeliling pada setiap siswa

didalam kelompok untuk melakukan observasi terhadap pemahaman siswa

terhadap materi yang di bawahkan setiap kelompok, guru mengobservasi setiap

siswa yang menanggapi hasil diskusi setiap kelompok.


33

2. Deskripsi Hasil Belajar ipa siswa pada pembelajaran tematik di SDI

Tangkala 1 Kota Makassar.

a) Nilai Awal

Menurut Nana Syodih Sukmadinata metode eksperimen dapat diartikan

sebagai pendekatan penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi

semua persyartan untuk menguji hubungan sebab akibat, langkah-langkah metode

penelitian eksperimen melalui pelaksanaan perlakuan (Traetment).

a) Kelas Eksperimen
Pelaksanaan perlakuan pada kelas eksperimen, yaitu pada kelas VB.

Perlakuan dalam penelitian ini adalah penggunaan media pembelajaran berupa

diskusi dengan menggunakan metode Brainstorming dengan simulasi terhadap

hasil belajar siswa pada pembelajaran Tematik . Hal-hal yang dilakukan sebelum

melaksanakan perlakuan tersebut, yang dilakukan penelitian adalah membuat

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk materi yang akan disampaikan,

yang kemudian dikonsultasikan kepada guru kelas V SD Inpres Tangkala 1.

Setekah itu menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran dan

menentukan waktu pelaksanaan. Peneliti memberikan perlakuan sebanyak 1 kali

pertemuan, dengan pertemuan waktunya 1 x jam pelajaran (3 x 45 menit).

Selama pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media

pembelajaran berupa foto, peneliti juga melakukan pengamatan atau observasi

tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran

berlangsung.
34

b) Kelas Kontrol
Pelaksanaan perlakuan pada kelompok kontrol, yaitu pada kelas VA

kegiatan pembelajaran mata pelajaran Tematik tentang Organ Gerak Hewan dan

Manusia dilaksanakan menggunakan buku. Proses pembelajaran kelompok

kontrol dilakukan 1 kali pertemuan, dengan pertemuan waktunya 1 x jam

pembelajaran (3 x45 menit) . Dalam pembelajaran peneliti juga mengadakan

pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran

berlangsung.

3. Pengamatan Observer

Setelah tahap pemberian perlakuan (treatment) dengan metode diskusi,

peneliti melakukan pengamatan (observasi) tentang aktivitas guru dan aktivitas

siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan saat

pembelajaran baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Observasi dilakukan

bertujuan untuk mengetahui pembelajaran sudah selesai dengan langkah-langkah

yang sudah direncanakan. Dalam penelitian ini, peneliti dibantu oleh guru kelas.

Guru kelas bertindak sebagai pengamat dan peneliti bertindak sebagai guru

mengajar.

a). Data Hasil Observasi Guru Kelas eksperimen dan kelas control

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Data dari kelas eksperimen 75% dan data dari kelas kontrol 75%.

Data menunjukkan bahwa aktivitas guru selama mengajar diperhatikan oleh

siswa. Mulai dari pendahuluan memberikan siswa motivasi yang dapat

membangkitkan minat siswa belajar, membuka pelajaran dengan suasana gembira.

Ketika dikegiatan inti guru menjelaskan sub konsep, menggunakan media


35

pembelejaran yang mudah dan dapat mudah dipahami oleh siswa, membimbing

siswa dan siswa menyimpulkan hasil belajar yang telah dipelajarai, mengevaluasi

dan menutup pelajaran.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol

memberikan suasana yang gembira dan mampu menghidupkan kelas dengan

membuat siswa nyaman dikelas aktif bertanya ketika ada materi yang kurang

dipahami oleh siswa. Dapat dilihat tabel lembar observasi guru kelas eksperimen

dan kelas kontrol dilampiran.

b). Data Hasil Observasi aktivitas siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Data dari kelas eksperimen 93,75% dan data dari kelas kontrol

90,90%. Data menujukkan bahwa aktivitas siswa selama mengikuti proses

pembelajaran dan memperhatikan guru dengan baik. Mulai dari semua siswa

masuk kelas guru memberikan arahan sebelum pelajaran dimulai dan

mempersiapkan buku cetak,siswa diajarkan bersikap sopan dan disiplin, aktif

didalam kelas, berani mengemukakan pendapat, mencatat hal-hal penting yang

disampaikan oleh guru. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Siswa dapat aktif dalam pembelajaran, mampu mengemukakan

pendapatnya masing-masing tanpa rasa tidak percaya diri dan malu. Dapat dilihat

tabel lembar observasi aktivitas siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

dilampiran.
36

3. Deskripsi Pengaruh Signifikan Pada Penerapan Metode Brainstorming

Dengan Simulasi Hasil Belajar ipa Siswa Pada Pembelajaran tematik di SDI

Tangkala 1 Kota Makassar.

langkah awal yang dilakukan penelitian setelah melakukan observasi awal

pada tanggal 3 Desember 2020 di kelas VB (Eksperimen) dan kelas VA (Kontrol)

adalah mengambil data awal sebelum melakukan penelitian dikedua kelas

tersebut. Kemudian dari data yang diperoleh tersebut di hitung rata-rata (mean),

Median, Modus, standar deviasi, varian, skor maksimun, skor minimum, rentang

(range) dan jumlah skor (sum).

Hasil rangkuman test VB (Eksperimen) VA ( Kontrol) dapat dilihat pada

table berikut:

Table 2.4 Nilai awal kelas VB (eksperimen) dan kelas VA (Kontrol)

No. Kelas Jumlah Siswa Nilai rata-rata


1 VA (Kontrol) 20 orang 69,15
2 VB (Eksperimen) 20 orang 69,25
Total 40 orang 138,4

Berdasarkan table 2.4 maka diperoleh bahwa nilai rata-rata tes awal

kelompok eksperimen adalah 69,25 dan kelompok Kontrol adalah 69,15 . Data

menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi sedikit

dibandingkan dengan kelas kontrol.


37

Tabel distribusi frekuensi untuk tes awal disajikan dengan jumlah kelas

interval yang dihitung menggunakan rumus strunge sebagai berikut:

K = 1+ 3,3 log n (n = jumlah responden yaitu 20)

K = 1+3,3 log 20

K = 1+ 3,3 x 1,30

K = 1+ 4,29 = 5,29 dibulatkan (5)

Table 2.5 Deskripsi data nilai awal kelas eksperimen dan kelas kontrol
No Statistik Kelas
Kontrol Eksperimen
1. N 20 20

2. Mean 69.15 69.25

3. Median 70.00 70.00

4. Mode 70 75

5. Std. Deviation 10.970 10.036

6. Range 35 35

7. Minimun 50 50

8. Maximun 85 85

9. Sum 1383 1385

1) Kelas VB (Eksperimen)

Berdasarkan tabel 2.5 dapat dilihat bahwa mean atau rata-rata nilai hasil

belajar nilai awal siswa 69,25. Dari skor ideal yang mungkin dicapai oleh siswa

berada pada kategori kurang eksperimen tersebar dari skor minimum 50 sampai
38

dengan skor maksimun 85 dengan rentang atau range 35 Mode yaitu 75 dan

median 70

Untuk melihat hasil deskripsi kelas eksperimen dan penelitian digunakan

statistik deskriptif. Dengan menggunakan statistik deskriptif akan lebih muda

dalam melihat penggambaran data. Hasil analisis deskripsi dapat dilihat pada tabel

di bawah ini:

Tabel 2.6 distribusi frekuensi nilai awal kelas V.B (Eksperimen)

No Interval Frekuensi Persen (%)

1. 50-55 3 15

2. 56-60 2 10

3. 61-65 3 15

4. 66-70 4 20

5. 71-75 5 25

6. 76-80 0 0

7. 81-85 3 15

∑ 20 100

Berdasarkan tabel 2.6 tersebut dapat diketahui distribusi frekuensi tes awal

dikelas eksperimen tertinggi berada pada kelas interval nomor 5 yang mempunyai

rentang 71-75 dengan jumlah sebanyak 5 siswa.


39

Agar terlihat lebih jelas, maka data tersebut dapat disajikan dalam bentuk

histogram berikut:

30

25

20

15
Frekuensi
Persen (%)
10

0
50-55 56-60 61-65 66-70 71-75 76-80 81-85

Gambar 4.1 histogram nilai awal kelas ekperimen

Berdasarkan histogram tersebut maka dapat diketahui kategori dari masing-

masing nilai. Terdapat 2 siswa yang dapat nilai 60 termasuk kategori sangat

kurang, 4 siswa yang mendapat nilai 70 termasuk kategori baik, 5 siswa yang

mendapat nilai 75 termasuk kategori baik, 3 siswa yang mendapat nilai 85

termasuk kategori baik.

2) Kelas VA (Kontrol)

Berdasarkan tabel 2.5 dapat dilihat bahwa mean atau rata-rata nilai hasil

belajar nilai awal siswa 69,15 dari skor ideal 100 yang mungkin dicapai oleh

siswa berada pada kategori kurang. Standar deviasi 10.970 hasil ini menunjukkan

distribusi hasil belajar nilai awal pada kelompok eksperimen tersebar dari skor

minimum 50 sampai dengan skor maksimun 85 dengan rentang atau range 35.

Mode yaitu 70 dan median 70,00.


40

Untuk melihat hasil deskripsi kelas kontrol dan penelitian digunakan statistik

deskriptif. Dengan menggunakan statistik deskriptif akan lebih mudah dalam

melihat penggambaran data. Hasil analisis deskripsi dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 2.7 distribusi frekuensi awal kelas VA ( Kontrol)

No Interval Frekuensi Persen %

1. 50-55 4 20

2. 56-60 1 5

3. 61-65 4 20

4. 66-70 5 25

5. 71-75 0 0

6. 76-80 4 20

7. 81-85 2 10

∑ 20 100

Berdasarkan tabel 2.7 tersebut dapat diketahui distribusi frekuensi tes awal

di kelas kontrol tertinggi berada pada kelas interval nomor 5 yang mempunyai

rentang 66-70 dengan jumlah sebanyak 6 siswa.


41

Agar terlihat lebih jelas, maka data tersebut dapat disajikan dalam bentuk

histogram berikut:

30

25

20

15 Frekuensi
Persen %
10

0
50-55 56-60 61-65 66-70 71-75 76-80 81-85

Gambar 4.2 histogram nilai awal kelas kontrol

Berdasarkan histogram tersebut maka dapat diketahui kategori dari masing-

masing nilai. Terdapat 3 siswa yang mendapat nilai 55 termasuk kategori sangat

kurang 5 siswa yang dapat nilai 70 termasuk kategori cukup, 2 siswa yang

mendapat nilai 85 termasuk kategori sangat baik.

b) Nilai Pre-Test

Langkah yang dilakukan setelah meneliti data kelas eksperimen dan kelas

kontrol adalah memberikan pre-test kepada kedua kelas. Tes yang diberikan

adalah tes hasil belajar yang berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda

mencangkup materi organ gerak hewan dan manusia hewan yang dikerjakan

oleh siswa kelas VA dan kelas VB 20 siswa.


42

Hasil rangkuman test awal kelas VB (eksperimen) dan kelas VA (kontrol)

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.8 Pre-test kelas VB (eksperimen) dan kelas VA( Kontrol)

No Interval Jumlah Siswa Nilai Rata-rata

1. VA 20 66,50

2. VB 20 70,25

Total 40 136,75

Berdasarkan tabel 2.8 maka diperoleh bahwa nilai rata-rata tes pre-test

kelompok eksperimen adalah 70,25 dan kelompok kontrol adalah 66,50. Data

menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi sedikit

dibandingkan dengan kelas control


43

Tabel 2.9 deskriptsi data pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol

No Statistik Kelas
Kontrol Eksperimen
1. N 20 20

2. Mean 66.50 70.25

3. Median 67.50 70.00

4. Mode 70 70

5. Std. Deviation 10.650 10.696

6. Range 35 35

7. Minimun 50 50

8. Maximun 85 85

9. Sum 1330 1405

Sumber : IBM SPSS Statistics version 24

1) Kelas VB (Eksperimen)

Berdasarkan tabel 2.9 dapat dilihat bahwa mean atau rata-rata nilai hasil

belajar nilai awal sisa 70,25 dari skor ideal 100 yang mungkin dicapai oleh siswa

berada pada kategori kurang. Standar deviasi 10.696, hasil ini menunjukkan

distribusi hasil belajar nilai awal pada kelompok eksperimen tersebar dari skor

minimum 50 sampai dengan skor maksimun 85 dengan rentang atau range 35.

Mode yaitu 70 dan median 70.

Untuk melihat hasil deskripsi kelas eksperimen dan penelitian digunakan

statistic deskriptif. Dengan menggunakan statistik deskriptif akan lebih mudah

dalam melihat penggambaran data. Hasil analisis deskripsi dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.
44

Tabel 3.1 distribusi frekuensi nilai pretest kelas VB (Eksperimen)

No Interval Frekuensi Persen (%)

1. 50-55 2 10

2. 56-60 2 10

3. 61-65 4 20

4. 66-70 5 25

5. 71-75 0 0

6. 76-80 4 20

7. 81-85 3 15

∑ 20 100

Berdasarkan tabel 3.1 tersebut dapat diketahui distribusi frekuensi tes awal

di kelas eksperimen tertinggi berada pada kelas interval nomor 5 yang mempunyai

rentang 66-70 dengan jumlah sebanyak 8 siswa.


45

Agar telihat lebih jelas, maka data tersebut dapat disajikan dalam bentuk

histogram berikut:

30

25

20

15 Frekuensi
Persen (%)
10

0
50-55 56-60 61-65 66-70 71-75 76-80 81-85

Gambar 4.3 histogram Pretest kelas eksperimen

Berdasarkan histogram tersebut maka dapat diketahui kategori dari masing-

masing nilai terdapat 2 siswa yang mendapat nilai 50 termasuk kategori kurang, 4

siswa yang mendapat nilai 80 termasuk kategori baik ,3 siswa yang mendapat

nilai 85 termasuk kategori baik.

2) Kelas VA (Kontrol)

Berdasarkan tabel 2.9 dapat dilihat bahwa mean atau rata-rata nilai hasil

belajar nilai awal siswa 66,50 dari skor ideal 100 yang mungkin dicapai siswa

berada pada kategori kurang. Standar deviasi 10.650, hasil ini menunjukkan

distribusi hasil belajar nilai awal pada kelompok eksperimen tersebar dari skor

minimum 50 sampai dengan skor maksimun 85 dengan rentang atau range 35.

Mode yaitu 70 dan median 67,50.


46

Untuk melihat hasil deskripsi kelas kontrol dan penelitian digunakan statistic

deskriptif. Dengan menggunakan statistrik deskriptif akan lebih mudah dalam

melihat penggambaran data. Hasil analisis deskripsi dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 3.2 distribusi frekuensi nilai pre-test kelas VA (Kontrol)

No Interval Frekuensi Persen %

1. 50-55 3 15

2. 56-60 5 25

3. 61-65 2 10

4. 66-70 6 30

5. 71-75 0 0

6. 76-80 2 10

Total 20 100

Berdasarkan tabel 3.2 tersebut dapat diketahui distribusi frekuensi tes pre-

test dikelas kontrol tertinggi dapat dua kelas interval yaitu nomor 4 yang

mempunyai rentang 66-70 dengan jumlah sebanyak 6 siswa.


47

Agar terlihat lebih jelas, maka data tersebut dapat disajikan dalam bentuk

histogram berikut:

35

30

25

20
Frekuensi
15 Persen %

10

0
50-55 56-60 61-65 66-70 71-75 76-80

Gambar 4.4 histogram nilai awal kelas kontrol

Berdasarkan instogram tersebut maka dapat diketahui kategori dari masing-

masing nilai. Terdapat 3 siswa yang mendapat nilai 50 termasuk kategori sangat

kurang, 6 siswa yang mendapat nilai 70 termasuk kategori cukup, 2 siswa yang

mendapat nilai 80 termasuk kategori baik, dan siswa 2 yang mendapat nilai 85

termasuk kategori sangat baik.

c) Nilai Post-Test

Pada tahap tes akhir ini diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas control

setelah diberikan perlakuan (treatment). Pelaksanaan tes akhir ini bertujuan untuk

mengetahui penggunan media diskusi setelah melakukan pembagian angket

tentang pengaruh penerapan metode Brainstorming dengan simulasi terhadap

hasil belajar siswa pada pembelajaran Tematik yang dicapai oleh kelas

eksperimen dan kelas control.


48

Berikut ini adalah rangkuman hasil post-test kelas V.B eksperimen dan kelas

V.A kontrol.

Tabel 3.3 nilai post-test kelas V.B (eksperimen) V.A (Kontrol)

No Kelas Jumlah siswa Nilai Rata-rata


1. VA Kontrol 20 80,25
2. VB Eksperimen 20 85,75
Total 40 166
Berdasarkan tabel 3.3, maka diperoleh bahwa nilai rata-rata tes post-test

kelompok eksperimen adalah 85,75 dan kelompok kontrol adalah 80,25 data

menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi sedikit

dibandingkan kelas kontrol.

Tabel 3.4 deskripsi data post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol

No Statistik Kelas
Eksperimen Kontrol
1. N 20 20

2. Mean 85.75 80.25

3. Median 87.50 80.00

4. Mode 95 65a

5. Std. Deviation 8.626 9.894

6. Range 25 30

7. Minimun 70 65

8. Maximun 95 95

9. Sum 1715 1605

Sumber : IBM SPSS Statistics version 24


49

1) Kelas V.B ( Eksperimen )

Berdasarkan tabel 3.7 dapat di lihat bahwa mean atau rata-rata nilai hasil

belajar nilai awal siswa 85,75 dari skor ideal 100 yang mungkin dicapai oleh

siswa berada pada kategori kurang. Standar deviasi 8.626, hasil ini menunjukkan

distribusi hasil belajar nilai awal pada kelompok eksperimen tersebar dari skor

minimum 70 sampai dengan skor maksimun 95 dengan tentang atau range 25.

Mode yaitu 90 dan median 87,50.

Untuk melihat hasil deskripsi kelas eksperimen dan penelitian digunakan

statistic deskriptif. Dengan menggunakan statistik deskriptif akan lebih mudah

dalam melihat penggambaran data. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel dibawah

ini:

Tabel 3.8 distribusi frekuensi nilai post-test kelas V.B (Eksperimen)

No Interval Frekuensi Persen %

1. 61-70 2 10

2. 71-75 2 10

3. 76-80 3 15

4. 81-85 3 15

5. 86-90 4 20

6. 91-95 6 30

Total 20 100

Berdasarkan tabel 3.8 tersebut dapat diketahui distribusi frekuensi tes post-

test di kelas eksperimen tertinggi terdapat dua kelas interval yaitu nomor 5 yang
50

mempunyai rentang 86-90 dengan jumlah sebanyak 4 siswa dan nomor 6 yang

mempunyai rentang 91-95 dengan jumlah sebanyak 6 siswa.

Agar terlihat lebih jelas, maka data tersebut dapat disajikan dalam bentuk

histogram berikut:

30

25

20

15 Frekuensi
Persen %
10

0
61-70 71-75 76-80 81-85 86-90 91-95

Gambar 4.2 Histogram Postest kelas Eksperimen

Berdasarkan histogram tersebut maka dapat diketahui kategori dari masing-

masing nilai. Terdapat 2 siswa yang mendapat nilai 75 termasuk kategori baik, 3

siswa yang mendapat nilai 80 termasuk kategori baik, 3 siswa yang mendapat

nilai 85 termasuk kategori baik, 6 siswa yang mendapat nilai 95 termasuk kategori

sangat baik.

2) Kelas VA (Kontrol)

Berdasarkan tabel 3.4 dapat dilihat bahwa mean atau rata-rata nilai hasil

belajar nilai awal siswa 80,25 dari skor ideal 100 yang mungkin dicapai oleh

siswa berada pada kategori kurang. Standar deviasi 9.894, hasil ini menunjukkan

distribusi hasil belajar nilai awal pada kelompok eksperimen tersebar dari skor
51

minimum 65 sampai dengan skor maksimun 95 dengan rentang atau range 30.

Mode yaitu 65 dan median 80.00.

Untuk melihat hasil deskripsi kelas kontrol dan penelitian digunakan

statistik deskriptif. Dengan menggunakan statistik deskriptif akan lebih mudah

dalam melihat penggambaran data. Hasil analisis deskripsi dapat dilihat pada tabel

di bawah ini:

Tabel 3.6 distribusi frekuensi nilai post-test kelas VA (kontrol)

No Interval Frekuensi Persen %

1. 61-70 5 25

2. 71-75 3 15

3. 76-80 3 15

4. 81-85 3 15

5. 86-90 2 10

6. 91-95 4 20

Total 20 100

Berdasarkan tabel 3.6 tersebut dapat diketahui distribusi frekuensi tes post-

test di kelas control tertinggi berada pada kelas interval nomor 1 yang mempunyai

rentang 61-90 dengan jumlah sebanyak 5 siswa.


52

Agar terlihat lebih jelas, maka data tersebut dapat disajikan dalam bentuk

histogram berikut:

30

25

20

15 Frekuensi
Persen %
10

0
61-70 71-75 76-80 81-85 86-90 91-95

Gambar 4.2 Histogram Postest kelas kontrol

Berdasarkan histogram tersebut maka dapat diketahui kategori dari masing-

masing nilai. Terdapat 2 siswa yang mendapat nilai 70 termasuk kategori baik, 3

siswa yang mendapat nilai 75 termasuk kategori baik, 3 siswa yang mendapat

nilai 80 termasuk kategori baik, 3 siswa yang mendapat nilai 85 termasuk kategori

baik, 1 siswa yang mendapat nilai 93 kategori sangat baik dan 1 siswa yang

mendapat nilai 95 termasuk ketegori baik.


53

3. Pengaruh Penerapan Metode Brainstroming Dengan Simulasi Terhadap

Hasil Belajar Siswa Pada Pembelaharan Tematik Di SD Inpres Tangkala

a. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan

uji lipotesis

1). Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi secara

normal atau tidak. Data uji normalitas diperoleh dari hasil pre-test dan post-test

hasil belajar siswa uji normalitas dilakukan dengan menggunakan system.

Statisticci pachage for social science (SPSS) Versi 24.0, dengan kriteria penguji

bahwa data berdistribusi normal jika signifikansi yang diperoleh > 0,05.

Sebaliknya, di katakan bahwa data tidak terdistribusi normal jika signifikan yang

diperoleh < 0,05. Berikut hasil uji normalitas data pre-test dan post-test kelas

eksperimen dan kontrol.

Tabel 3.7 hasil uji normalitas data pre-test dan post-test kelas

eksperimen dan kelas kontrol

Data Sig Keterangan

Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol 0,114 0,114 > 0,05


Homogen
Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol 0,117 0,117>0,05
Homogen
Sumber: IBM SPSS Statistics version 24,0

Tabel diatas menunjukkan bahwa data hasil pretest dan posttest kelas

eksperimen dan kontrol berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas


54

tersebut diperoleh nilai “P-Value (Sig)”> 0,05. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa data yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kontrol

berdistribusi normal.

2.) Uji Homogenesitas

Uji Homogenesitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dalam variable

X dan Y bersifat homogen atau tidak. Data yang akan di uji homogenitasnya

adalah hasil pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kontrol. Uji homogenitas

dilakukan dengan menggunakan system Statistical pachage for social science

(SPSS) versi 24,0. Dengan kriteria pengajian bahwa data tidak homogen jika

signifikansi yang diperoleh >0,05. Sebaliknya, dikatakan bahwa data homogen

jika signifikansi yang diperoleh <0,05. Berikut data hasil uji homogenitas pre-test

dan post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 3.8 Hasil uji homogenitas pre-test dan pos-test kelas eksperimen

Data Sig Keterangan

Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol 0,930 0,930> 0,05


Homogen
Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol 0,461 0,461>0,05
Homogen
Sumber: IBM SPSS Statistics version 24,0

Tabel diatas menunjukkan bahwa hasil uji homogenitas pretest dan posttest kelas

eksperimen dan kelas kontrol dikatakan homogeny karena lebih besar dari 0,05.

3.) Uji Hipotesis

a.) Sampel T-Test

Sampel T-Test digunakan untuk menguji dua sampel data yang tidak saling

berhubungan. Analisis ini dilakukan dengan menguji hasil pretest kelas


55

eksperimen dan pretest kelas kontrol dengan menggunakan sistem Statistical

pachage for social seience (SPSS) versi 24.0. Syarat data dikatakan signifikan

apabila nilai sig. (2-tailed) < 0,05. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui

perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum

diberikan perlakuan. Berikut ini adalah hasil sampel T-Test nilai Pre-test kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

Tabel 3.9 Hasil Sampel T-Test nilai pretest dan postest kelas eksperimen

dan kelas kontrol

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Std. Interval of the Sig.
Std. Error Difference (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t Df tailed)
-15.500 3.591 .803 -17.181 -13.819 - 19 .000
Pair 1 PRETEST – 19.3
POSTEST 04

Berdasarkan tabel 3.9 menunjukkan bahwa t hitung adalah -19.304,Df

(derajat kebebasan) yaitu 19, yang menghasilkan t tabel sebesar 2.093 dimana Ho

diterima, jika –t tabel < t hitung< t tabel dan Ho ditolak, jika t hitung> t tabel atau

–t hitung < t tabel, berdasarkan hasil koefisien t hitung dengan t tabel maka

dengan kata lain H0 ditolak. Selanjutnya nilai hasil analisis kofarian untuk data

motivasi belajar siswa terlihat nilai sig (2-tailed)<0,05 diketahui bahwa ada

perbedaan yang dignifikan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

sebelum diberikan perlakuan.


56

H1= Ada pengaruh penggunaan metode Brainstroming terhadap hasil belajar IPA

siswa kelas V SD INPRES TANGKALA 1

(Diterima karena Sig. (2-tailed) < 0,05 )

Ho= Tidak ada pengaruh penggunaan metode Brainstroming terhadap hasil

belajar ipa siswa kelas V SD INPRES TANGKALA 1

( Ditolak karena Sig. (2-tailed)< 0,05)

B. Pembahasan dan Hasil Penelitian

Penelitian ini membahas tentang pengaruh penggunaan Metode

Brainstroming terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Tangkala 1 Kota

Makassar. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember dengan standar

kompetensi, kompetensi dasar serta materi yang sama antara kelas eksperimen

dengan kelas kontrol. Penelitian ini menggunakan desain Quasi Eksperimental

bentuk Non equivalent control grup desaign.

1) Hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran Tematik

Berdasarkan hasil analisis data menujukkan bahwa hasil belajar siswa

tematik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diperoleh

nilai rata-rata sebesar 80,75 dengan nilai tinggi 95 dan nilai terendah 70,

sedangkan kelas kontrol memiliki nilai rata-rata sebesar 80,25 dengan nilai

tertinggi 95 dan nilai terendah 65. Dilihat dari rata-rata nilai kelas eksperimen dan

kontrol untuk hasil belajar kognitif (pengetahuan) Tematik pada kedua kelas

diatas, dapat diketahui bahwapeningkatan rata-rata hasil belajar pada kelas

eksperimen lebih besar dibandingkan dengan y ang terjadi pada kelas kontrol.
57

Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada Meskipun diantara dua

kelas ini ada perbedaan hanya sedikit, tetapi siswa lebih mudah memahami kita

menggunakan metode pembelajaran dibandingkan tidak menggunakan media

pembelajaran.

Selain itu berdasarkan hasil pengujian hipotesis, hasil kelas eksperimen dan

kelas kontrol diperoleh T hitung sebesar 0,006 dan nilai signifikasi 0,006. Nilai

signifikasi menyatakan lebih kecil 0,05, maka dapat dikatakan bahwa ada

perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kedua kelas tersebut. Meskipun

perbedaan diantara dua kelas tersebut hanya beberapa. Berdasarkan analisis data

dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik dengan

menggunakan metode Brainstroming berhasil.

Penggunaan strategi pembelajaran Brainstroming dapat meningkatkan hasil

belajar siswa, karena kalau strategi yang kita pakai selalu berulang-ulang maka

siswa juga akan cepat bosan. Dengan strategi yang berbeda maka tertinggi dapat

memacu meningkatkan hasil belajar yang tinggi pula. Maka dari itu, sangatlah

penting bagi guru untuk meningkatkan hasil belajar dan minat siswa dalam

pembelajaran. Semangat siswa dalam belajar sehingga suasana kelas menjadi

kondusif dan pembelajaran yang efektif dan bermaknapun dapat terwujud.

2) Pengaruh Metode Brainstroming pada hasil belajar siswa

Penelitian ini dilakukan di SD Inpres Tangkala 1 Kota Makassar, subyek

penelitian ini adalah siswa kelas V tahun ajaran 2019/2020 dan siswa, yang

berjumlah 40 orang siswa. Hasil penelitian ini merupakan hasil kajian lapangan

yang diambil dengan observasi dan wawancara. Observasi digunakan untuk bisa
58

mengamati langsung keadaan siswa saat proses pembelajaran berlangsung.

Wawancara digunakan untuk mengukur kemampuan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil analisis penelitian diketahui bahwa terdapat pengaruh

metode Brainstroming terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Inpre Tangkala 1

Kota Makassar.

Berkaitan dengan hal tersebut pengaruh metode Brainstroming sekarang ini

banyak diminati oleh siswa. Siswa ketika bermain game banyak yang lupa waktu

belajar sampai mereka sadar sudah tengah malam. Akhirnya banyak yang ketika

berada disekolah mereka tidur dan tidak konsentrasi dalam belajar. Seperti

mempengaruhi tugas dan hasil belajar dengan nilai yang rendah. Tetapi ketika

siswa berdiskusi otak siswa akan lebih aktif berfikir, dan sebagai hiburan

menghilangkan kejenuhan mereka dirumah atau bersama dengan teman-

temannya.

Dari hasil wawancara dengan siswa, beberapa siswa menyatakan bahwa ada

diskusi setiap hari, menghilangkan rasa bosan dan nada yang dipantau oleh orang

tuanya ketika bermain game. Keterlambatan orang tua dan guru dalam pendidikan

memiliki pengaruh yang postif dalam peningkatan hasil belajar.

Berdasarkan penelitian dan pembahasan diatas dapat simpulkan bahwa ada

pengaruh yang postif da nada pengaruh negative metode Brainstroming terhadap

hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Tangkala 1 Kota Makassar.


59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, peneliti mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Penerapan metode brainstorming dilakukan melalui kegiatan diskusi yaitu

membentuk 5 kelompok diskusi dimana masing-masing kelompok di berikan

masalah yang telah dijelaskan oleh guru lalu guru mensimulasi hasil

permasalahan yang telah didiskusikan siswa. Setelah siswa melakukan diskusi

siswa lain merespon dengan mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang

presentasi setelah itu guru membantu siswa untuk menarik kesimpulan dari

hasil diskusi.

2. Motivasi belajar siswa dalam penerapan metode brainsrtroming ini terlihat

jelas ada pengaruh yang signifikan penggunaan Metode Brainstroming

terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Inpres Tangkala 1 kota Makassar.

Hal ini dibuktikan signifikan penggunaan Metode Brainstroming terhadap

hasil belajar siswa,ini terlihat dari nilai sig (2-tailed) < 0,05 yaitu 0,00.

3. Adanya penggunaan metode Brainstroming yang di terapkan di dalam kelas

membuat siswa jauh lebih aktif dalam menyampaikan pendapatnya bahkan

wawasan anak dalam bertukar pikiran dengan siswa lainnya. Dalam

pendidikan Metode Brainstroming memiliki pengaruh yang positif dan

negative dalam peningkatan hasil belajar. Guru yang terlibat dalam

pendidikan anaknya di sekolah, dapat mempengaruhi hasil belajar siswa


60

tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan belajar anak, orang tua tentunya

memperhatikan ketika anaknya bisa belajar. Menciptakan lingkungan yang

kondusif dan menyenangkan bagi anak perlu diperhatikan. Anak akan merasa

nyaman saat belajar apabila lingkungan belajarnya menyenangkan. Sebagai

orang tua dan guru, harus menyadari proses belajar anak-anak dirumah

ataupun di sekolah.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dikemukakan beberapa saran sebagai

berikut;

1. Guru hendaknya memperhatikan metode pembelajaran dalam kelas . Hal

ini perlu diperhatikan, karena keaktifan siswa dan konsentrasi siswa

dalam belajar sangat berpengaruh dalam metode pembelajaran yang guru

lakasanakan. Peningkatan hasil belajar Tematik dan mata pelajaran

lainnya denagan menggunakan metode pembelajaran sangatlah

mempengaruhi siswa dalam meningkatkan konsentrasi, dan kecakapan

tertentu sesuai dengan informasi atau bahan ajar serta dapat mengaktifkan

siswa dalam proses pembelajaran.

2. Kepsek hendaknya memperhatikan kelengkapan pembelajaran dan

metode setiap guru yang mengajar di sekolah serta srana dan prasarana

kelengkapan kelas masing-masing karena pengawasan perangkat

pembelajaran setiap grur sangat penting bagi siswa dalam peningkatan

hasil belajar di dalam kelas.


61

3. Hendaknya para peneliti selanjutnya dapat memperdalam kembali

mengenai metode pembelajaran brainstorming terhadap hasil belajar

siswa mengingat penilitian ini masih harus dikembangkan lebih optimal

lagi.

Anda mungkin juga menyukai