Anda di halaman 1dari 3

NAMA: EFITA KARUNIA HARITA

NIM: 2031911017

Pengaruh Variasi Sumber Karbon Terhadap Aktivitas Enzim Amilase

Pengukuran aktivitas enzim amilase dilakukan untuk mengetahui aktivitas enzim amilase .
Pengukuran aktivitas enzim amilase dilakukan menggunakan supernatan hasil sentrifugasi
sampel yang telah diinokulasikan pada media dengan variasi karbon berbeda yaitu glukosa,
fruktosa, dan galaktosa. Kemampuan mikroorganisme dalam menghasilkan enzim amilase
ditentukan oleh nutrisi dalam media tumbuh sel khamir, yang salah satunya adalah sumber
karbon. Berdasarkan pengukuran aktivitas enzim amilase dapat diketahui bahwa pada media
kontrol dengan sumber karbon glukosa, isolat khamir memiliki aktivitas enzim tertinggi pada
jam ke-79 dan ke-84 dengan nilai sebesar 0,036 U/mL. Aktivitas enzim dengan sumber karbon
fruktosa memiliki nilai aktivitas enzim tertinggi pada jam ke-84 dengan nilai sebesar 0,035
U/mL. Aktivitas enzim dengan sumber karbon galaktosa memiliki nilai aktivitas enzim tertinggi
pada jam ke-79 dengan nilai sebesar 0,034 U/mL. Oliveira et al., (2015) berhasil mengukur
aktivitas enzim amilase pada khamir Saccharomyces cerevisiae dengan nilai aktivitas enzimnya
sebesar 0,34 U/mL. Jadi pada intinya sumber karbon sangat berpengaruh terhadap kondisi
optimum atau media optimum enzim amylase.

Pengaruh Variasi Sumber Karbon Terhadap Aktivitas Enzim Protease

Konsentrasi sumber karbon berpegaruh nyata terhadap aktifitas protease. Hasil pengamatan
konsentrasi sumber karbon terhadap aktifitas protease menunjukkan bahwa perlakuan
konsentrasi amilum sebagai sumber karbon pada Bacillus sp. MI.2.3 1,5% memiliki aktifitas
protease yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi amilum 2,0% tetapi berbeda
nyata dengan perlakuan konsentrasi amilum1,0% dan 0,5%. Aktifitas protease terbaik diperoleh
pada perlakuan konsentrasi 1,5% yaitu 0,108 U/ml. Sedangkan aktifitas protease terendah pada
perlakuan tanpa pemberian sumber karbon yaitu kontrol sebesar 0,033 U/ml. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi sumber karbon maka aktifitas protease semakin
tinggi hingga batas tertentu.

Pengaruh Konsentrasi Sumber Nitrogen C/N Terhadap Aktifitas Protease

Konsentrasi sumber nitrogen C/N berpegaruh nyata terhadap aktifitas protease. Hasil
pengamatan konsentrasi sumber nitrogen terhadap aktifitas protease alkali menunjukkan bahwa
perlakuan konsentrasi C/N 1,5:1,5 % merupakan perlakuan terbaik yang berbeda nyata dengan
perlakuan konsentrasi C/N lainnya dengan aktifitas protease alkali sebesar 0,047 U/ml.
Sedangkan aktifitas protease terendah pada perlakuan konsentrasi 1,5:0 % atau tanpa
penambahan sumber nitrogen anorganik sebesar 0,011 U/ml. Protease merupakan enzim yang
produksinya dapat diinduksi oleh senyawa nitrogen sederhana. Disamping itu perbandingan
antara unsur karbon dan nitrogen juga akan berpengaruh terhadap produksi protease alkali.
Menurut Aunstrup (1997) dalam Naiola dan Widhyastuti (2002) menyatakan bahwa
perbandingan sumber C dan N yang sesuai dalam media produksi enzim akan menghasilkan sel
serta produk yang maksimal.

Pengaruh Variasi Sumber Karbon Terhadap Aktivitas Enzim Selulase

Produksi enzim selulase yang dihasilkan oeh bakteri S marcescens KE-B6 pada medium kedua
terus mengalami kenaikan hingga masa inkubasi 12 jam, sedangkan produksi enzim selulase
pada medium pertama mulai mengalami penurunan pada masa inkubasi yang sama. Hal ini dapat
disebabkan oleh perbedaan kandungan nutrisi pada kedua medium. Medium pertama
menggunakan CMC sebagai sumber karbon tunggal, yeast ekstrak sebagai sumber nitrogen
tunggal dan tidak terdapat sumber kalsium di dalamnya. Sumber kalsium yang tidak tersedia
tersebut dapat menjadi salah satu faktor rendahnya produksi enzim selulase yang dihasilkan pada
medium pertama. Vyas et al.(2005) mengungkapkan bahwa kalsium pada konsentrasi rendah
akan menjadi stimulator bagi enzim selulase, sebaliknya pada konsentrasi tinggi akan berubah
menjadi inhibitor bagi enzim selulase tersebut. Medium kedua diperkaya dengan penambahan
sumber karbon berupa glukosa, sumber nitrogen berupa KNO3 dan sumber kalsium berupa
CaCl2. Kandungan nutrisi yang lebih besar menyebabkan produksi enzim yang dihasilkan
bakteri Seratia marcescens KE-B6 pada medium kedua lebih tinggi. .Jahangeer et al. (2005)
mengungkapkan bahwa sintesis enzim selulase dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan yaitu
sumber nutrisi dalam medium, suhu dan pH. Nutrisi yang diperkaya pada medium kedua, seperti
sumber karbon, nitrogen, dan kalsium menyebabkan sintesis enzim selulase meningkat, hal ini
sesuai dengan pernyataan Madigan et al. (2012) yang menyatakan bahwa karbon membantu
dalam pembentukan materi sel saat pembelahan dan nitrogen berperan penting saat sintesis
protein (enzim).

OPTIMALISASI PRODUKSI ENZIM KITINASE

Hasil optimalisasi menunjukkan bahwa konsentrasi kitin berpengaruh terhadap aktivitas spesifik
kitinase. Pada konsentrasi kitin 0,1% diduga ketersediaan substrat belum cukup untuk
menginduksi kitinase sehingga perombakan substrat belum maksimum. Akibatnya aktivitas
spesifik juga masih belum maksimum dibandingkan pada konsentrasi kitin 0,2%. Aktivitas
enzim kitinase yang bervariasi erat kaitannya dengan ketersediaan substrat didalam medium
pertumbuhannya (Wahyudi et al., 2005). Apabila substrat cukup tersedia maka enzim kitinase
akan dipacu untuk melakukan perombakan substrat. pH medium Variasi pH 4; 4,5; 5; 5,5; 6; 6,5;
7 dan 8. Konsentrasi kitin 0,2% (b/v), temperatur 30oC, agitasi 150 rpm dan waktu inkubasi 7
hari. Aktivitas spesifik kitinase tertinggi diperoleh pada pH medium 5,5 yang merupakan pH
optimum kitinase dalam mengkatalisis hidrolisis kitin untuk menghasilkan produk maksimum.

Enzim yang dihasilkan oleh jamur pada umumnya mempunyai pH optimal antara 5 dan 5,5
(Deacon, 1984),. pH medium pertumbuhan akan berpengaruh pada permeabilitas membran
sitoplasmik dalam proses pengangkutan nutrien dan pada reaksi enzim. Pada saat pH optimum,
enzim akan mempunyai konformasi sisi aktif yang sesuai dengan substrat yang mengakibatkan
terbentuknya kompleks enzim substrat yang maksimal sehingga menghasilkan produk yang
paling besar. Produk-produk pemecahan kitin akan dimanfaatkan oleh jamur untuk
pertumbuhannya. Hal ini terlihat dari berat kering miselium yang mencapai berat maksimum
2,7000 mg/ml pada saat aktivitas spesifik kitinase mencapai hasil optimal. Hasil pH optimum 5,5
yang cenderung asam ini juga didukung oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya. Produksi
kitinase akan meningkat pada pH asam (pH 5,5) (Elad et al., 1983). pH asam juga dilaporkan
merupakan parameter pertumbuhan yang penting untuk produksi kitinase dalam mekanisme
mikoparasitisme Trichoderma harzianum. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sandhya et al.,
(2004) didapatkan hasil bahwa produksi maksimum kitinase Trichoderma harzianum diperoleh
pada pH 5,5.

Masa Inkubasi Masa inkubasi mempengaruhi aktivitas lipase. Babu dan Rao (2007) aktivitas
lipase maksimum pada masa inkubasi setelah empat hari, inkubasi setelah empat hari aktivitas
lipase berkurang dikarenakan kandungan akumulasi metabolit yang dihasilkan oleh mikroba
mampu menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang lainnya (Bao dan Rao, 2007) 2.6.2 pH
Aktivitas lipase pada mikroorganisme khususnya marine yeast optimum pada pH 6 dan 7 ,
terdapat lebih dari 80% lipase yang dihasilkan beberapa marine yeast memiliki toleran dengan
pH asam yaitu berkisar 3-7, selain itu juga terdapat kurang dari 60% aktivitas lipase stabil di
kondisi pH basa (Vitisant, 2013). Penelitian lain yaitu Paskevicius (2001) pada 155 strain yeast
yang diujikan untuk menghasilkan aktivitas lipase, dihasilkan 26 strain yeast di pH 5,5 (asam),
18 strain yeast di pH 7 (netral), dan hanya 8 strain yeast di pH 9,5 (basa). Aktivitas tertinggi
menghasilkan lipase pada pH 7 (netral) jenis spesies Candida lipolytica sebesar 8,2 ± 0,09 Unit
/mL 2.6.3 Suhu Aktivitas lipase yeast berdasarkan Vitisant (2013) memiliki kondisi optimum
pada suhu 37 – 40°C, namun beberapa jenis yeast sebanyak lebih dari 85% mampu toleran
hingga 70°C, dan terdapat kurang dari 10% mampu toleran pada suhu 80°C dan 90°C. Perubahan
suhu mempengaruhi reduksi kandungan nutrisi selama aktivitas lipase (Babu dan Rao, 2007) 2.7
p-Nitrophenol p-Nitrophenol merupakan senyawa kromogenik yang digunakan untuk mengukur
aktivitas lipase pada kultur mikroba atau preparasi enzim dengan prinsip kolometri. Penggunaan
11 kolometri lebih mudah dan cepat dibandingkan metode lain seperti fluorimetri, dikarenakan
hasil dapat langsung diketahui (Feller et al, 1991 , Margesin, 2001). p- Nitrophenol memiliki
ikatan ester yang akan mengikat hasil hidrolisis dari aktivitas lipase (Margesin, 2001). Aktivitas
lipase dapat ditentukan dengan jumlah yellow chromogen (pnitrophenol) hasil dari pengikatan
substrat yang telah dihidrolisis (Abd-Elhakeem, 2013). p-Nitrophenol memiliki berat molekul
139,11 dengan rumus kimia O2NC6H4OH. Proses pengujian pada uji aktivitas lipase
menggunakan salah satu jenis p-Nitrophenol yaitu p-Nitrophenyl Palmitate. p-Nitrophenyl
Palmitate merupakan substrat yang akan dipecah oleh lipase menjadi pNitrophenol. Uji ini
memiliki kendala yaitu reaksi aktivitas enzim tidak mampu dideteksi dikarenakan sulitnya
absorbansi pNitrophenol pada pH asam. pH asam yang terbentuk akibat reaksi enzimatik dapat
diatasi dengan pemberian larutan pH tinggi agar p-Nitrophenol mampu terabsorbansi dan
tertangkap oleh spektrofotometer(Gupta,2003).

Anda mungkin juga menyukai