Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

AN. R DENGAN KASUS EDEMA SEREBRI

DIRUANG ANAK RSUP DR,IR,H, SOEKARNO

DISUSUN OLEH

NAMA : REDA ARDILA

NIM :18100039

PRORAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS EDEMA SEREBRI PADA AN.R

A.TINJAUAN TORITIS

1.KONSEP PENYAKIT

1. Definisi
Edema serebri adalah keadaan patologis yang ditandai dengan terjadinya
akumulasi cairan di dalam jaringan otak sehingga meningkatkan volume otak. Edema
serebri dapat terjadi intraseluler (lebih banyak di substansia grisea) maupun
ekstraseluler (daerah substansia alba) sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
intracranial (Dewanto Get al , 2009). Edema serebri dapat terjadi karena adanya
infeksi, tumor, trauma hipoksia,, gangguan metabolisme, atau hipertensi akut.
Cerebral edema atau edema serebral meruapakan akumulasi kelebihan air
diintraseluler atau ruang ekstraseluler dari otak (american stroke association stroke
2001).

2. Etiologi
1. Traumatic Brain Injury (TBI)
Disebut juga sebagai Trauma Cedera Otak. Penyebab paling umum dari TBI
termasuk jatuh, kecelakaan kendaraan, dipukul dengan obyek atau menabrak
obyek, dan serangan. Cedera awal dapat menyebabkan jaringan otak
membengkak. Selain itu, bisa menyebabkan pembuluh darah pecah di bagian
kepala. Respon tubuh terhadap cedera juga dapat meningkatkan pembengkakan.
Terlalu banyak pembengkakan dapat mencegah cairan meninggalkan otak.
2. Schemic strokes
Stroke iskemik adalah jenis yang paling umum dari stroke dan disebabkan
oleh gumpalan darah atau penyumbatan di otak atau bagian terdekat dari otak.
Otak tidak dapat menerima darah dan oksigen yang dibutuhkan untuk berfungsi.
Akibatnya, sel-sel otak mulai mati. Karena tubuhmerespon,
pembengkakan terjadi.
3. Perdarahan otak dan stroke.
Perdarahan mengacu pada darahyang keluar (bocor) dari pembuluh darah.
Hemorrhagic Stroke adalah jenis yang paling umum dari pendarahan otak.
Dapat terjadi ketikapembuluh darah mana saja di otak pecah. Sebagai respon
dari tubuh akibat adanya kebocoran darah, tekanan menjadi meningkat di dalam
otak. Tekanan darah tinggi diperkirakan menjadi penyebab paling sering dari jenis
stroke. Perdarahan di otak bisa karena cedera kepala, obat-obatan
4. Infeksi
Penyakit yang disebabkan oleh organisme menular seperti virus atau bakteri
dapat menyebabkan pembengkakan otak Contoh penyakit ini antara lain:
a. Meningitis adalah terjadinya infeksi di mana selaput otak menjadi meradang.
Hal ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, organisme lain, dan beberapa obat.
b. Ensefalitis adalah infeksi di mana otak itu sendiri menjadi meradang. Hal ini
paling sering disebabkan oleh sekelompok virus dan menyebar biasanya
melalui gigitan serangga. Kondisi serupa disebut ensefalopati. 3. Anatomi dan
fisiologi

1. Otak Besar
Otak besar atau Cerebrum merupakan bagian yang tersusun dari dua
hemisperium cerebri dan yang dihubungkan oleh corpus callosum. Pada
cerebrum terdapat lobus-lobus yang meliputi, lobus frontalis lobus parietalis,
lobus occipitalis, lobus temporalis (Snell, 2015).
2. Otak Tengah (Mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan
otak tengah terdapat thalamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja
kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus
optikus yang mengatur reflek mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga
merupakan pusat pendengaran.
3. Otak Kecil (Serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang
terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh.Bila ada rangsangan
yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak
mungkin dilaksanakan.
4. Jembatan Varol (Pons Varoli)
Jembatan varoli berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil
bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang
belakang.
5. Sumsum Sambung (Medulla Oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medulla
spinalis menuju ke otak.Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan,
reflex fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan
respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu
sumsum sambung juga mengatur gerak reflex yang lain seperti bersin, batuk,
dan berkedip

4. Manifestasi klinik
1. Terjadi atau tidak penurunan kesadaran.
2. Kebingungan
3. Iritabel
4. Mual dan muntah
5. Pusing, nyeri kepala
6. Kecemasan
7. Perubahan motorik dan sensori
8. Perubahan bica
9. kejang

5. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan di dalam sel-sel syarafhampir seluruhnya melalui
proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke
otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi Demikian pula dengan
kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20
mg% karena akan menimbulkan koma. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa
sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan
menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan
glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi
gejala. Gejala permulaan disfungsi serebral, pada saat otak mengalami hipoksia,
tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob, yang
dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah.
Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan laktat
akibat metabolisme anaerob. Hal ini menyebabkan asidosis metabolik. Dalam
keadaan normal aliran darah serebral (CBF) adalah 50 – 60 ml/mnt/100gr jaringan
otak yang merupakan 16% dari curah jantung/kardiak output (CO) Edema serebral
terjadi sebagai akibat dari perubahan dalam lingkungan sel yang disebabkan oleh
kontusio, hilangnya autoregulasi dan peningkatan permiabelitas dinding pembuluh
darah. Mumgkin terjadi setempat, terlokalisasi atau hipoksia. Edema serebral dapat
dikendalikan dengan oksigenisasi, ventilasi dan tekanan darah. Hipoksia dapat terjadi
melalui:
1. Jaringan iskemia pada daerah yang kurang oksigen dan sel menjadi edema.
2. Vasodilatasi pembuluh darah otak terjadi sebagai usaha untuk meningkatkan
suplai oksigen ke jaringan otak , dimana keduanya dapat meningkatkan TIK.
3. Hiperkapnia merupakan penyebab dari vasidolator pambuluh darah otak yang
berlebihan, ini terjadi sebagai akibat dari
hipoventilasi pada pasien yang tidak sadar akibat volume darah otak meningkat
dan meningkatkan TIK. (Bullock, 2008).
6. Komplikasi
• Demam dengan suhu >38.3°C

• Tingkat kesadaran menurun atau pingsan

• Perubahan suasana hati dan perilaku secara mendadak, seperti bingung, delirium,
letargi, halusinasi, delusi, atau agresi (berperilaku kasar)

• Tidak mampu berbicara dengan jelas

• Lumpuh atau tidak mampu menggerakkan anggota tubuh

• Obstruksi usus

• Inkontinensia urine

• Sakit kepala hebat

• Kejang

7. Pemeriksaan Penunjang
Pasien yang datang dengan temuan sugestif gangguan serebral harus menjalani
CT scan otak untuk mengidentifi kasi edema. Hal ini dapat terlihat sebagai area
dengan penurunan densitas dan hilangnya diferensiasi substansia grisea/alba. Sulkus
dan girus juga sulit untuk diidentifikasi. Pemeriksaan CT scan juga dapat
menunjukkan penyebab edema serebri dalam beberapa kasus. Temuan girus
pipih atau sulkus menyempit, maupun kompresi ventrikel menunjukkan peningkatan
TIK. Pemeriksaan CT scan serial digunakan untuk menunjukkan
perkembangan atau perbaikan edema. Magnetic resonance imaging (MRI) dapat
menunjukkan peningkatan perubahan sinyal T2 dan FLAIR (hiperintensitas) di
dalam otak. Peningkatan TIK merupakan masalah dari edema serebral, maka
monitor TIK atau ventrikulostomi diperlukan untuk memantau TIK dan dapat
memberikan hasil yang lebih baik dengan membantu menyesuaikan terapi.
8. Penatalaksanaan medis
1. Posisi Kepala dan Leher.
Posisi kepala harus netral dan kompresi vena jugularis harus dihindari. Fiksasi
endotracheal tube (ETT) dilakukan dengan menggunakan perekat yang
kuat dan jika posisi kepala perlu diubah harus dilakukan dengan hati-hati
dan dalam waktu sesingkat mungkin. Untuk mengurangi edema otak dapat
dilakukan elevasi kepala 30°.
2. Analgesik, Sedasi, dan Zat Paralitik.
Nyeri, kecemasan, dan agitasi meningkatkan kebutuhan metabolisme otak,
aliran darah otak, dan tekanan intrakranial. Oleh karena itu, analgesik dan sedasi
yang tepat diperlukan untuk pasien edema otak. Pasien yang menggunakan
ventilator atau ETT harus diberi sedasi supaya tidak memperberat TIK. Obat
sedasi yang sering digunakan untuk pasien neurologi diantaranya adalah
opiat,benzodiazepin, dan propofol.
3. Ventilasi dan Oksigenasi.
Keadaan hipoksia dan hiperkapnia harus dihindari karena merupakan
vasodilator serebral poten yang menyebabkan penambahan volume darah otak
sehingga terjadi peningkatan TIK, terutama pada pasienm dengan
pernicabilitas kapilcr yang abnormal. Intubasi dan ventilasi mekanik
diindikasikan jika ventilasi atau oksigenasi pada pasien edema otak buruk.
4. Penatalaksanaan Cairan.
Osmolalitas serum yang rendah dapat menyebabkan edema sitotoksik
sehingga harus dihindari. Keadaan ini dapat dicegah dengan pembatasan
ketat pemberian cairan hipotonik (balans —200 ml).
5. Penatalaksanaan Tekanan Darah.
Tekanan darah yang ideal dipengaruhi oleh penyebab edema otak. Pada pasien
stroke dan trauma, tekanan darah harus dipelihara dengan cara menghindari
kenaikan tekanan darah tiba-tiba dan hipertensi yang sangat tinggi untuk menjaga
perfusi tetap adekuat. Tekanan perfusi serebral harus tetap terjaga di atas
60-70 mmHg pasca trauma otak.
6. Pencegahan Kejang, Demam, dan Hiperglikemi. Kejang, de-mam, dan
hiperglikemi merupakan faktor-faktor yang dapat memperberat sehingga dicegah
atau diterapi dengan baik bila sudah terjadi. Penggunaa antikonvulsan profilaktik
seringkali diterapkan dalam praktek klinis. Suhu tubuh dan kadar glukosa darah
kapiler harus tetap diukur.
7. VP shunt menurunkan volume otak
a. Osmotik diuretik: Mannitol dosis awal 0,5-1 mg/KgBB IV kemudian
dilanjutkan 0,25-0,5 mg/KgBB IV setiap 4-6 jam.
b. Loop diuretik: Furosemide 0,5-1 mg/KgBB/dosis IV tiap 6-12 jam.
c. Steroid: Dexamethasone dosis awal 0,5 mg/KgBB IV dilanjutkan dosis rumatan
0,1 mg/KgBB/dosis tiap 6 jam selama 3 hari

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN MELIPUTI :

1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan antara lain
1. Riwayat penyakit,saat kejadian,serangannya lamanya, faktor pencetus dan status
kesadaran
2. Status neurology:perubahan kesadaran,nyeri kepala vertigo,menurunya refleks
kejang,iretabel,kegelisahan ukuran pupil refleks terhadap cahaya hemiparesis latergi
dan coma
3. Statur gastrointestinal:mual dan muntah
4. Status kardiopulmonal:kesukaran bernafas atau sesak nafas ,defresi nafas ,nafas
lembut,hipertensi,bradikardi
5. Status mental, perubahan perilaku kognitif perubahan fisik pada berbicara dan
gerakan motorik

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler
2. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d reduksi mekanis vena atau arteri
3. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
4. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
peningkatan metabolisme, restriksi cairan dan intake tidak adekuat
5. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif.

3. Intervensi keperawatan

Pola nafas tidak efektif

RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI

NOC : NIC :
• Respiratory
Airway Management
status : Ventilation
• Buka jalan nafas, guanakan
• Respiratory status :
teknik chin lift atau jaw thrust bila
• Airway patency
perlu
Vital sign Status
• Posisikan pasien untuk
Kriteria Hasil :
memaksimalkan ventilasi
• Mendemonstrasikan batuk
• Identifikasi pasien perlunya
efektif dan suara nafas yang
pemasangan alat jalan nafas buatan
bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu(mampu mengeluarkan • Pasang mayo bila perlu

sputum, mampu bernafas • Lakukan fisioterapi dada jika


perlu
dengan mudah, tidak ada
• Keluarkan sekret dengan batuk
pursed lips)
atau suction
• Menunjukkan jalan nafas yang
• Auskultasi suara nafas, catat
paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi adanya suara tambahan
pernafasan dalam rentang
• Lakukan suction pada mayo
normal, tidak ada suara nafas
abnormal) • Berikan bronkodilator bila
perlu
• Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
• Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
• Monitor respirasi dan status O2
 Tanda Tanda vital dalam Terapi Oksigen
rentang normal (tekanan darah, • Bersihkan mulut, hidung dan secret
nadi, pernafasan trakea o Pertahankan jalan nafas
yang paten
• Atur peralatan oksigenasi
• Monitor aliran oksigen
• Pertahankan posisi pasien
• Onservasi adanya tanda
tanda
hipoventilasi
• Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi Vital sign
Monitoring
• Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
• Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
• Monitor VS saat
pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
6
• Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
• Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
• Monitor kualitas dari nadi
• Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
• Monitor suara paru
• Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit

 Monitor sianosis perifer

 Monitor adanya cushing


triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan
sistolik)

 Identifikasi penyebab dari


perubahan vital sign

Perfusi jaringan cerebral tidak efektif

RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
NOC : NIC :
• Circulation status
Peningkatan Perfusi Sereberal
Tissue (Cerebral
Prefusioncerebral Perfusion Promotion)
Definisi:
Kriteria Hasil : Peningkatan keadekuatan perfusi
• mendemonstrasikan status dan pembatasan terjadinya
sirkulasi yang ditandai komplikasi bagi pasien yang mengalami
dengan : atau beresiko terhadap
• Teka nan systole ketidakadekuatan perfusi serebral.
dandiastole dalam • Konsultasikan dengan
rentang yang dokter untuk menentukan
diharapkan parameter hemodinamisk dan
• Tida k ada mempertahankan parameter
ortostatikhipertensi hemodinamis di dalam
• Tidk ada tanda tanda rentang tersebut.
peningkatan tekanan
• Picu terjadinya hipertensi
intrakranial (tidak lebih
dengan meningkatkan volume
dari
atau bahan inotropis atau
vasokonstriktor, jika perlu,
untuk mempertahankan status
hemodinamis dan
15 mmHg) mengoptimalkan cereberal perfussion
mendemonstrasikan pressure (CCP).
kemampuan kognitif yang • Berikan titrasi obat-obatan
ditandai dengan: vasoaktif, jika perlu, untuk
berk omunikasi dengan mempertahankan status hemodinamik
jelas dan sesuai dengan pasien
kemampuan menunjukkan • Gunakan bahan-bahan (agents)
perhatian, konsentrasi dan yang tepat untuk meningkatkan volume
orientasi memproses intravaskular, jika perlu (contoh: koloid,
 informasi membuat produk darah, dan kristaloid)
keputusan dengan benar • Gunakan bahan-bahan (agents)
menunjukkan fungsi yang tepat untuk meningkatkan
 sensori motori cranial volume untuk
yang utuh tingkat mempertahankan status hemodinamik
 kesadaran mambaik, tidak • Monitor prothrombim time(PT)
 ada gerakan dan thromboplastin parsial, jika
gerakan involunter menggunakan hetastarch sebagai bahan
untuk meningkatkan volume
• Gunakan bahan reologis (contoh:
Mannitol dosis rendah atau Low
Molecular Weight
Dextrans

Nyeri Akut
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI

NOC : NIC :
Pain Level, Pain Control, Comfort PAIN MANAGEMENT (Manajemen Nyeri)
Level Pain : Disruptive Effects Definisi :
Kriteria Hasil : mengurangi nyeri dan menurunkan tingkat
 Menggunakan skala nyeri nyeri yang dirasakan pasien.
untuk mengidentifikasi
Intervensi :
tingkat nyeri Melaporkan
• Lakukan pengkajian nyeri secara
 banyeri berkurang dengan komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
menggunakan manajemen durasi, frekuensi, kualitas dan faktor

 nyeri. presipitasi
Melaporkan kebutuhan tidur • Observasi reaksi nonverbal
dan istirahat tercukupi dari ketidaknyamanan
Mampu mengguna-kan • Gunakan teknik komunikasi terapeutik

metode non untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
farmakologi untuk • Kaji kultur yang mempengaruhi respon

mengurangi nyeri nyeri
Melaporkan kebutuhan tidur
• Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
dan istirahat tercukupi
• Evaluasi bersama pasien dan tim
Mampu mengguna-kan
kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol
metode non
nyeri masa lampau
farmakologi untuk
• Bantu pasien dan keluarga untuk
mengurangi nyeri
mencari dan menemukan dukungan
• Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
• Kurangi faktor presipitasi nyeri
• Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
• Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
• Ajarkan tentang teknik non farmakologi
• Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
• Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
• Tingkatkan istirahat
• Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
• Monitor penerimaan pasien
tentang
manajemen nyeri

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh: kekurangan intake nutrisi untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme.

RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN INTERVENSI
NOC : NIC :
• Nutritional Status :  Nutrition Management o Kaji adanya
• Nutritional Status : food and alergi makanan o Kolaborasi
Fluid Intake dengan ahli gizi untuk menentukan
• Nutritional Status : nutrient jumlah kalori dan nutrisi yang
Intake
dibutuhkan pasien.
• Weight control
o Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake
• Kriteria Hasil :
o Anjurkan pasien untuk
• Adanya peningkatan berat
meningkatkan protein dan
badan sesuai dengan tujuan
vitamin C
• Beratbadan ideal sesuai
o Berikan substansi gula o
dengan tinggi badan
Mampumengidentifikasi Yakinkan diet yang dimakan

kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat untuk


mencegah konstipasi
o Berikan makanan yang terpilih
( sudah dikonsultasikan dengan
ahli gizi)

4. Kriteria hasil

1. Pola nafas tidak efektif

• Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
• Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
• Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan,suhu)
2. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif
• mendemonstrasikan status sirkulasi yang ditandai dengan :
• Tekanan systole dandiastole dalam rentang yang diharapkan
• Tidak ada ortostatik hipertensi
• Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
mendemonstrasikan kemampuan kognitif yang ditandai dengan:
• berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampua menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi memproses informasi
• membuat keputusan dengan benar menunjukkan fungsi sensori motori cranial yang
utuh tingkat kesadaran mambaik, tidak ada gerakan gerakan involunter
3. Nyeri akut

• Menggunakan skala nyeri untuk mengidentifikasi tingkat nyeri Melaporkan banyeri


berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri.
• Melaporkan kebutuhan tidur dan istirahat tercukupi
Mampu mengguna-kan metode non farmakologi untuk mengurangi nyeri
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh: kekurangan intake nutrisi
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
• Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
• Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan. Mampu mengidentifikas kebutuhan
nutrisi
• Tidk ada tanda tanda malnutrisi
• Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
• Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
DAFTAR PUSTAKA

Harsono. Buku Anjar Neurologi Klinis, Yogyakarta; UGM Press, 2005.

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Salemba Medika : Jakarta.

Price AS. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. EGC. 2006


Rosjidi, Cholik Harun dan Saiful Nurhidayat. 2009. Buku Ajar Perawatan Cedera Kepala dan
Stroke untuk Mahasiswa D III Keperawatan. Yogyakarta

Bandini, Nancy Swift, Manual of Nursing, Little Brown And Company, Boston, 1993
Neurological

Carpenito, L.J, 1999, Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8, EGC, Jakarta Doenges, M.E,
Moorhouse, M. F, Geissler, A.C, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta

NANDA, 2001, Nursing Diagnoses : Definition and Classification 2001 – 2002, Philadelpia

Long, B. c, Phipps, Wj, Esential of Medical Surgical Nursing, CV, Mosby Company, St. Luis.
1985

McCloskey, J.C, Bulechek, G.M, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), ,Mosby, St.
Luis

Anda mungkin juga menyukai