Oleh
Adyt Anugrah (2023022003)
Putri Oktaria (2023022009)
Almawati (2023022010)
Amelia Yuni Saputri (2023022011)
Reka Puspitasari (2023022012)
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya, sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan, baik materi
maupun pikirannya. Makalah ini merupakan sebuah tugas dalam mata kuliah
Pengembangan Kurikulum yang disusun oleh penulis untuk menunjang proses
belajar yang sedang dijalani oleh penulis.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan, penulis yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan proposal ini.
Penulis
4
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2
III. PENUTUP
A. Kesimpulan 16
B. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
b) Metode
Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek
akademis adalah metode ekspositori dan penyelidikan (inkuiri). Ide-ide
diberikan kepada guru lalu dielaborasi (dilaksanakan) peserta didik
sampai mereka kuasai. Konsep utama disusun secara sisematis dengan
ilustrasi yang jelas untuk selanjutnya dikaji. Pada materi disiplin ilmu
yang diperoleh, dicari berbagai masalah penting, kemudian dirumuskan
dan dicari cara penyelesaiannya.
c) Organisasi isi
1) Correlated Curriculum
Pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu
pelajaran dikolerasikan dengan pelajaran lainnya.
5
mementingkan susunan isi atau apa yang akan dipelajari. Para ahli
kurikulum subjek akademis juga memandang materi yang akan
diajarkan bersifat universal dan mengabaikan karakteristik siswa dan
kebutuhan masyarakat setempat (Silvia, 2017).
b) Metode
Tugas guru dalam kegiatan pembelajaran dalam kurikulum
rekonstruksi sosial, yaitu: berusaha mencari keselarasan antara tujuan-
tujuan nasional dengan tujuan peserta didik. Dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran guru harus dapat membantu para peserta didik
untuk menemukan minat dan kebutuhannya. Kegiatan pembelajaran
yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan dalam persoalan-
8
c) Pola organisasi
Pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda. Ditengah-
tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah yang menjadi tema
utama dan dibahas secara pleno. Dari tema utama dijabarkan sejumlah
topik yang dibahas dalam diskusi-diskusi kelompok, latihan-latihan,
kunjungan dan lainnya. Topik-topik dengan berbagai kegiatan ini
merupakan jari-jari. Suatu kegiatan jari-jari dirangkum menjadi satu
kesatuan sebagai bingkai.
d) Evaluasi
Evaluasi tidak hanya menilai pengaruh kegiatan yang telah dikuasai
peserta didik, tetapi juga menilai pengaruh kegiatan sekolah terhadap
masyarakat. Pengaruh tersebut terutama menyangkut perkembangan
masyarakat dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat (Syaputry,
2015)
C. Kurikulum Humanistis
1. Pengertian dan Tujuan Kurikulum Humanistis
Humanis didefinisikan bahwa manusia adalah subjek terpenting lalu
kaitannya dengan kurikulum, bahwa yang dimaksud dengan kurikulum
humanistik adalah kurikulum yang berorientasikan pada perkembangan
keperibadian, sikap, emosi/perasaan peserta didik (Sanjaya, 2008: 67).
Kurikulum ini berdasarkan aliran pendidikan kepribadian (personalize
ededucation), yang dikembangkan oleh John Dewey (progressive
education) dan J.J Rousseoun (romantic education). Pendekatan
humanistis lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Hal ini bertolah
pada asumsi bahwa peserta didik adalah individu yang pertama dan utama
dalam pendidikan. Peserta didik adalah subjek dan pusat kegiatan
pendidikan. Peserta didik itu memiliki potensi, kemampuan, dan kekuatan
10
Tujuan dari pendidikan humanis bukan hanya pada nilai-nilai yang dapat
dicapai peserta didik, tetapi lebih kepada pembentukan perubahan pada
peserta didik, baik secara jasmani maupun ruhani. Tugas guru dalam
kurikulum humanistik adalah menciptakan situasi yang permisif dan
mendorong peserta didik untuk mencari dan mengembangkan pemecahan
sendiri. Dan tujuan pengajaran adalah memperluas kesadaran diri sendiri
dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan
(Syahputry, 2015).
b) Metode
Kurikulum humanistis menuntut konteks hubungan emosional yang
baik antara pendidik dan peserta didik. Pendidik harus mampu
menciptakan hubungan yang hangat dengan peserta didik, juga mampu
11
c) Organisasi isi
Salah satu kekuatan besar kurikulum humanistis terletak di dalam
tekanannya pada integritas, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang
bersifat intelektual, tetapi juga emosional dan tindakan. Kurikulum
humanistis juga menekankan keseluruhan. Kurikulum harus mampu
memberikan pengalaman yang menyeluruh, bukan pengalaman yang
terpenggal-penggal. Kurikulum ini kurang menekankan sekuens,
karena dengan sekuens para peserta didik kurang mempunyai
kesempatan untuk memperluas dan memperdalam aspek-aspek
perkembangannya.
d) Evaluasi
Kurikulum humanistis berbeda dengan kurikulum konvensional
(subjek akademis). Model ini lebih mengutamakan proses daripada
hasil. Kalau kurikulum konvensional terutama subyek akademis
penilaian ditentukan secara obyektif dan mempunyai kriteria
pencapaian, maka dalam kurikulum humanistis tidak ada kriteria. Ahli
humanis lebih tertarik dalam pertumbuhan tanpa memperlihatkan
tentang bagaimana pertumbuhan itu diukur atau ditemukan.
Sasarannya adalah perkembangan anak supaya menjadi manusia yang
lebih terbuka dan lebih berdiri sendiri. Kegiatan yang mereka lakukan
hendaknya bermanfaat bagi peserta didik. Kegiatan belajar yang baik
adalah yang memberikan pengalaman yang akan membantu para
peserta didik memperluas kesadaran akan dirinya dan orang lain dan
dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya (Sukiman
dalam Yuliyanti & Kholida, 2017).
12
D. Kurikulum Teknologis
1. Pengertian dan Tujuan Kurikulum Teknologis
Di kalangan pendidikan, teknologi sudah dikenal dalam bentuk
pembelajaran berbasis komputer, sistem pembelajaran individu, kaset atau
video pembelajaran. Banyak pihak yang kurang menyadari bahwa
teknologi sangat membantu menganalisi masalah kurikulum, dalam hal
pembuatan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan instruksional.
Persepektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektifitas
13
b) Metode
Metode pengajaran bersifat individual. Setiap siswa menghadapi tugas
sesuai dengan kecepatan masing-masing.
d) Evaluasi
Ketika siswa telah mempelajari suatu topik/subtopik, ia dapat
mengajukan diri untuk dievaluasi. Fungsi evaluasi ini antara lain
sebagai umpan balik; bagi siswa dalam penyempurnaan penguasaan
suatu satuan pelajaran (formatif), bagi program semester (sumatif), serta
bagi guru dan pengembang kurikulum. Bentuk evaluasi umumnya
objektif tes (Sukmadinata, 2015: 97).
II. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Saran pada makalah model konsep kurikulum untuk penulis selanjutnya dapat
menambah referensi yang lebih kritis dan lengkap.
17
DAFTAR PUSTAKA
Citra, C., Nurtrisnawati, M., Gumelar, R., Yutika, R. S., Aruan, R. & Nurlaela, S.
2015. Macam-macam dan Mode Konsep Kurikulum. Diakses dari
http://lightatthenight.blogspot.com/2015/03/macam-macam-model-konsep-
kurikulum.html pada tanggal 11 Oktober 2020 pukul 23.22 WIB.
Maulana, A., Aliyah, H. N., & Arif, I. 2015. Kurikulum Humanistik. Diakses dari
http://tugaspengembangankurikulum.blogspot.com/2015/12/kurikulum-
humanistik-makalah-ini-d.html pada tanggal 11 Oktober 2020 pukul 23.13
WIB.
Nasution. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Jakarta: Bumiaksara.