Anda di halaman 1dari 21

2

MODEL KONSEP KURIKULUM (SUBJEK AKADEMIS,


REKONSTRUKSI SOSIAL, HUMANISTIS, DAN TEKNOLOGIS)
(Makalah Pengembangan Kurikulum)

Oleh
Adyt Anugrah (2023022003)
Putri Oktaria (2023022009)
Almawati (2023022010)
Amelia Yuni Saputri (2023022011)
Reka Puspitasari (2023022012)

PRODI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
3

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya, sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan, baik materi
maupun pikirannya. Makalah ini merupakan sebuah tugas dalam mata kuliah
Pengembangan Kurikulum yang disusun oleh penulis untuk menunjang proses
belajar yang sedang dijalani oleh penulis.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan, penulis yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan proposal ini.

Bandarlampung, 17 Oktober 2020

Penulis
4

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 2

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Subjek Akademis 3
B. Rekonstruksi Sosial 6
C. Humanistis 9
D. Teknologis 13

III. PENUTUP
A. Kesimpulan 16
B. Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17
2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu dewasa ini berkembang


sangat pesat, baik secara teoritis maupun praktis. Pada zaman dahulu,
kurikulum tradisional lebih banyak terfokus pada mata pelajaran dengan
sistem penyampaian penuaangan, maka zaman sekarang melalui beberapa
pendekatan kurikulum lebih banyak diorientasikan pada dimensi-dimensi
baru, seperti kecakapan hidup, pengembangan diri, pembangunan ekonomi
dan industri, era globalisaasi dengan berbagai permasalahannya, politik,
bahkan dalam praktiknya telah menyentuh dimensi teknologi terutama
teknologi informasi dan komunikasi.

Pengembangan kurikulum tersebut mempunyai berbagai model dalam


pendekatannya yang digunakan sebagai proses atau langkah untuk
mengembangkan kurikulum yang telah diterapkan agar kurikulum terebut
dapat berjalan sesuai dengan rencana awal. Oleh karena itu, model-model
pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan
pengembangan kurikulum. Terdapat beberapa konsep model kurikulum,
tetapi terkait makalah ini akan membahas tentang konsep model kurikulum
meliputi, subjek akademis, rekonstruksi sosial, humanitis, dan teknologis.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini, sebagai berikut.


1. Apa pengertian dan tujuan dari model kurikulum subjek akademis,
rekontruksi sosial, humanitis, dan teknologis?
2

2. Apa ciri-ciri dari model kurikulum subjek akademis, rekontruksi sosial,


humanitis, dan teknologis?
3. Apa kelebihan dan kelemahan dari model kurikulum subjek akademis,
rekontruksi sosial, humanitis, dan teknologis?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan pada makalah konsep model kurikulum, sebagai berikut.


1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan tujuan dari model
kurikulum subjek akademis, rekontruksi sosial, humanitis, dan
teknologis.
2. Mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri dari model kurikulum subjek
akademis, rekontruksi sosial, humanitis, dan teknologis.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan dari model
kurikulum subjek akademis, rekontruksi sosial, humanitis, dan
teknologis.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kurikulum Subjek Akademis


1. Pengertian dan Tujuan Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum subjek akademik merupakan kurikulum model yang tertua
dalam dunia pendidikan, model ini diambil dari pendidikan klasik yaitu
perenialisme dan esensialisme yang berorientasi pada masa lalu, semua
pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu
(Sukmadinata, 2005). Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan.
Pada kurikulum ini, orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang
menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan atau
disiapkan oleh guru (Elisa, 2015).

Para pengembang kurikulum tidak perlu menyusun dan mengembangkan


bahan sendiri, melainkan cukup mengorgansisasi secara sistematis
mengenai isi materi yang dikembangkan para ahli disiplin ilmu, sesuai
dengan tujuan pendidikan dan tahap perkembangan siswa yang akan
mempelajarinya. Kurikulum ini sangat mengutamakan pengetahuan, maka
pendidikannya lebih bersifat intelektual.Kurikulum subjek akademis tidak
berarti hanya menekankan pada materi yang disampaikan, dalam secara
berangsur memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa (Elisa,
2015).

Salah satu contoh kurikulum yang berdasarkan atas struktur pengetahuan


adalah Man: A Course of Study (MACOS). MACOS adalah kurikulum
untuk sekolah dasar, terdiri atas buku-buku, film, poster, rekaman,
permainan, dan perlengkapan kelas lainnya. Kurikulum ini ditujukan untuk
mengadakan penyempurnaan tentang pengajaran ilmu sosial dan
4

humanitas, dengan pengarahan dan bimbingan Brunner. Sasaran utama


kurikulum MACOS adalah perkembangan kemampuan intelektual, yaitu
membangkitkan penghargaan dan keyakinan akan kemampuan sendiri dan
memberikan serangkaian cara kerja yang memungkinkan anak, walaupun
dengan cara sederhana mampu menganalisis kehidupan sosial (Elisa,
2015).

2. Ciri-ciri Kurikulum Subjek Akademis


Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan
maksud atau tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi, sebagai berikut.
a) Tujuan
Tujuan kurikulum subjek akademis adalah pemberian pegetahuan yang
solid, serta melatih para peserta didik menggunakan ide-ide dan proses
penelitian. Peserta didik harus belajar menggunakan pemikiran dan
dapat mengontrol dorongan-dorongannya. Lembaga pendidikan harus
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk
merealisasikan kemampuan mereka menguasai warisan budaya dan jika
mungkin memperkayanya.

b) Metode
Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek
akademis adalah metode ekspositori dan penyelidikan (inkuiri). Ide-ide
diberikan kepada guru lalu dielaborasi (dilaksanakan) peserta didik
sampai mereka kuasai. Konsep utama disusun secara sisematis dengan
ilustrasi yang jelas untuk selanjutnya dikaji. Pada materi disiplin ilmu
yang diperoleh, dicari berbagai masalah penting, kemudian dirumuskan
dan dicari cara penyelesaiannya.

c) Organisasi isi
1) Correlated Curriculum
Pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu
pelajaran dikolerasikan dengan pelajaran lainnya.
5

2) Unified atau Concentrated Curriculum


Pola organisasi bahan pelajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran
tertentu, yang mencakup materi berbagai pelajaran disiplin ilmu.
3) Integrated Curriculum
Jika di unified masih tampak disiplin ilmunya, tetapi di integrated
tidak kelihatan lagi disiplin ilmunya. Bahan ajar diintegrasikan
dengan persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu.
4) Problem Solving Curriculum
Pola yang berisi topik pemecahan masalah sosial yang dihadapi
dalam kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan
ketrampilan yang diperoleh dari berbagai ata pelajaran atau disiplin
ilmu.
d) Evaluasi
Kurikulum subjek akademis menggunakan bentuk evaluasi yang
bervariasi desesuaikan dengan tujuan dan sifat bahan pelajaran
(Sukiman dalam Yuliyati & Kholida, 2017).

3. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum Subjek Akademik


a) Kelebihan kurikulum subjek akademik
1) Kelebihan dari kurikulum ini adalah pengedepanan intelektual
siswa, karena pendidikan berfungsi untuk memelihara,
mengawetkan, dan meneruskan budaya tersebut kepada generasi
berikutnya.
2) Pemilihan aspek-aspek dalam satu mata pelajaran yang mampu
membantu tersistemnya sebuah pemahaman.
3) Mempersiapkan manusia dari dunia intelektualisme kepada dunia
aktual, yaitu masyarakat.

b) Kelemahan kurikulum subjek akademik


Para pengembang kurikulum subjek akademis lebih mengutamakan
penyusunan bahan secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan
urutan bahan dengan kemampuan berpikir anak. Umumnya kurang
memperhatikan bagaimana siswa belajar melainkan lebih
6

mementingkan susunan isi atau apa yang akan dipelajari. Para ahli
kurikulum subjek akademis juga memandang materi yang akan
diajarkan bersifat universal dan mengabaikan karakteristik siswa dan
kebutuhan masyarakat setempat (Silvia, 2017).

B. Kurikulum Rekonstruksi Sosial


1. Pengertian dan Tujuan Kurikulum Rekontruksi Sosial
Rekonstruksi sosial merupakan sebuah gagasan untuk menggunakan
sekolah sebagai institusi perubahan dan pengajaran positif, seperti
membangun masyarakat. Rekonstruksionis sosial merupakan penentang
terhadap gagasan bahwa kurikulum seharusnya membantu mengatur
pebelajar atau menyesuaikan terhadap kondisi masyarakat yang ada
(McNeil dalam Mubaroq, 2018). Rekonstruksi sosial adalah filosofi
pendidikan yang menekankan institusi pendidikan sebagai lingkungan
untuk menerapkan perubahan sosial dan menantang ketimpangan sosial
(Tallahassee Community College dalam Mubaroq, 2018).

Pengajaran kurikulum rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-


daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum
tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi
kehidupan mereka. Sesuai dengan potensi yang ada dalam masyarakat,
sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan bantuan biaya dari
pemerintah sekolah berusaha mengembangna potensi tersebut. Di daerah
pertanian, misalnya sekolah harus mengembangkan bidang pertanian,
sementara jika daerah industri, maka yang harus dikembangkan oleh
sekolah adalah bidang industri. Sehingga kurikulum tersebut dapat
memenuhi kebutuhan masyarakatdaerah tersebut. Kurikulum rekonstruksi
sosial bertujuan untuk menghadapkan peserta didik pada berbagai
permasalahan manusia dan kemanusian (Syahputry, 2015). Tujuan utama
kurikulum ini adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk
menghadapi masalah-masalah yang ada dalam masyarakat. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka dikembangkanlah proses pembelajaran
yang berorientasi pada masalah-masalah sosial yang memang dianggap
7

penting. Pendekatan pembelajaran lebih banyak menggunakan pendekatan


tematik yaitu menentukan tema pokok yang dikembangkan menjadi
beberapa topik. Setiap topik dibahas dari berbagai disiplin ilmu melalui
diskusi, tanya jawab, tugas, latihan, studi lapang dan lain-lain (Ahmad
dalam Syamsuddin, 2016).

Pendukung kurikulum rekonstruksi sosial ini memberi komitmen yang


tinggi pada ide sosial yang dibatasi oleh consensus sosial. Percepatan
kurikulum rekonstruksi social dapat terjadi ketika para orang tua dan
masyarakat terlibat dalam mengajar dan berperan dalam pelayanan sosial.
Sebaliknya, kurikulum ini akan sulit diimplementasikan pada Negara yang
berkonstelasi politik status que. Kurikulum rekonstuksi sosial bertujuan
untuk menghadapkan peserta didik pada berbagai permasalahan manusia
dan kemanusiaan. Para pendukung kurikulum ini yakin, bahwa
permasalahan yang muncul tidak harus diperhatikan oleh pengetahuan
sosial saja, tetapi oleh setiap disiplin ilmu,termasuk ekonomi, kimia,
matematika, dan lain-lain (Achmad, 2013).

2. Ciri-ciri Kurikulum Rekonstruksi Sosial


Kurikulum rekonstruksi sosial mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan
maksud atau tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi, sebagai berikut.
a) Tujuan
Tujuannya adalah menghadapkan peserta didik pada tantangan,
ancaman, dan hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang
dihadapi manusia.

b) Metode
Tugas guru dalam kegiatan pembelajaran dalam kurikulum
rekonstruksi sosial, yaitu: berusaha mencari keselarasan antara tujuan-
tujuan nasional dengan tujuan peserta didik. Dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran guru harus dapat membantu para peserta didik
untuk menemukan minat dan kebutuhannya. Kegiatan pembelajaran
yang dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan dalam persoalan-
8

persoalan tersebut di atas dapat dilakukan dengan menggunakan


berbagai metode, sebagai berikut.
1) Mengadakan survei kritis kepada masyarakat
2) Mengadakan studi banding ekonomi lokal dan nasional
3) Mengevaluasi semua rencana dengan criteria, apakah telah
memenuhi kepentingan sebagian besar orang.

c) Pola organisasi
Pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda. Ditengah-
tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah yang menjadi tema
utama dan dibahas secara pleno. Dari tema utama dijabarkan sejumlah
topik yang dibahas dalam diskusi-diskusi kelompok, latihan-latihan,
kunjungan dan lainnya. Topik-topik dengan berbagai kegiatan ini
merupakan jari-jari. Suatu kegiatan jari-jari dirangkum menjadi satu
kesatuan sebagai bingkai.

d) Evaluasi
Evaluasi tidak hanya menilai pengaruh kegiatan yang telah dikuasai
peserta didik, tetapi juga menilai pengaruh kegiatan sekolah terhadap
masyarakat. Pengaruh tersebut terutama menyangkut perkembangan
masyarakat dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat (Syaputry,
2015)

3. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum Rekontruksi Sosial


a) Kelebihan Kurikulum Rekonstruksi Sosial
1) Kurikulum ini berorientasi ke masa depan yang memfokuskan pada
penggalian pada sumber sumber alam, kesejahteraan masyarakat,
masalah air, dan lain-lain.
2) Kurikulum ini menghendaki adanya kerjasama dalam kegiatan
belajar, saling menghargai, suasana belajar yang kondusif, dan
tidak ada kompetitif karena satu dengan yang lain saling
ketergantungan.
9

3) Dalam kegiatan evaluasi siswa turut serta memilih, menyusun, dan


menilai bahan yang akan diujikan.
4) Sasaran evaluasi tidak hanya terfokus pada tingkat penguasaan
siswa tetapi lebih penting bagaimana dampak kegiatan sekolah
terhadap perubahan masyarakat (Hamalik, 2007).

b) Kelemahan Kurikulum Rekonstruksi Sosial


a) Diperlukan bantuan para ahli disiplin ilmu dalam menganalisis
memecahkan masalah sosial dan membuat kebijakan sosial.
b) Kurikulum ini sukar diterapkan, penyebabnya adalah interpretasi
para ahli tentang perkembangan dan masalah-masalah sosial
berbeda. Kemampuan warga untuk ikut dalam pemecahan juga
bervariasi.
c) Kurangnya perhatian pada penerapan dan dinamika inovasi. Model
teknologi ini hanya menekankan pengembangan efektifitas produk
saja, sedangkan perhatian untuk mengubah lingkungan yang lebih
luas, seperti organisasi sekolah, sikap guru, dan cara pandang
masyarakat sangat kurang (Arifin: 2014: 131).

C. Kurikulum Humanistis
1. Pengertian dan Tujuan Kurikulum Humanistis
Humanis didefinisikan bahwa manusia adalah subjek terpenting lalu
kaitannya dengan kurikulum, bahwa yang dimaksud dengan kurikulum
humanistik adalah kurikulum yang berorientasikan pada perkembangan
keperibadian, sikap, emosi/perasaan peserta didik (Sanjaya, 2008: 67).
Kurikulum ini berdasarkan aliran pendidikan kepribadian (personalize
ededucation), yang dikembangkan oleh John Dewey (progressive
education) dan J.J Rousseoun (romantic education). Pendekatan
humanistis lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Hal ini bertolah
pada asumsi bahwa peserta didik adalah individu yang pertama dan utama
dalam pendidikan. Peserta didik adalah subjek dan pusat kegiatan
pendidikan. Peserta didik itu memiliki potensi, kemampuan, dan kekuatan
10

untuk berkembang. Pendidikan humanis juga berpegang pada teori Gestalt


yang memandang bahwa anak adalah merupakan satu kesatuan yang
menyeluruh. Pendidikan diarahkan untuk membentuk manusia yang utuh
bukan saja segi intelektual, tetapi juga segi sosial dan afektif meliputi
sikap,emosi, perasaan, dan nilai (Zaini dalam Yuliyanti & Kholida, 2017).

Tujuan dari pendidikan humanis bukan hanya pada nilai-nilai yang dapat
dicapai peserta didik, tetapi lebih kepada pembentukan perubahan pada
peserta didik, baik secara jasmani maupun ruhani. Tugas guru dalam
kurikulum humanistik adalah menciptakan situasi yang permisif dan
mendorong peserta didik untuk mencari dan mengembangkan pemecahan
sendiri. Dan tujuan pengajaran adalah memperluas kesadaran diri sendiri
dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan
(Syahputry, 2015).

2. Ciri-ciri Kurikulum Humanistis


Kurikulum humanistis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan
maksud atau tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi, sebagai berikut.
a) Tujuan
Tujuan pendidikannya adalah proses perkembangan pribadi yang
dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi
kepribadiaan, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan
belajar. Semuanya itu merupakan bagian dan cita-cita perkembangan
manusia yang teraktualisasi (self actualizing person). Seseorang yang
telah mampu mengaktualisasikan diri adalah orang yang telah
mencapai keseimbangan (harmoni) perkembangan seluruh aspek
pribadinya baik aspek kognitif, estetika, maupun moral.

b) Metode
Kurikulum humanistis menuntut konteks hubungan emosional yang
baik antara pendidik dan peserta didik. Pendidik harus mampu
menciptakan hubungan yang hangat dengan peserta didik, juga mampu
11

menjadi sumber. Ia harus mampu memberi materi yang menarik dan


mampu menciptakan situasi yang memperlancar proses belajar.
Pendidik harus memmberikan dorongan kepada peserta didik atas
dasar saling percaya. Peran mengajar bukan saja dilakukan oleh
pendidik, tetapi juga oleh peserta didik. Pendidik tidak memaksakan
sesuatu yang tidak disenangi peserta didik.

c) Organisasi isi
Salah satu kekuatan besar kurikulum humanistis terletak di dalam
tekanannya pada integritas, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang
bersifat intelektual, tetapi juga emosional dan tindakan. Kurikulum
humanistis juga menekankan keseluruhan. Kurikulum harus mampu
memberikan pengalaman yang menyeluruh, bukan pengalaman yang
terpenggal-penggal. Kurikulum ini kurang menekankan sekuens,
karena dengan sekuens para peserta didik kurang mempunyai
kesempatan untuk memperluas dan memperdalam aspek-aspek
perkembangannya.

d) Evaluasi
Kurikulum humanistis berbeda dengan kurikulum konvensional
(subjek akademis). Model ini lebih mengutamakan proses daripada
hasil. Kalau kurikulum konvensional terutama subyek akademis
penilaian ditentukan secara obyektif dan mempunyai kriteria
pencapaian, maka dalam kurikulum humanistis tidak ada kriteria. Ahli
humanis lebih tertarik dalam pertumbuhan tanpa memperlihatkan
tentang bagaimana pertumbuhan itu diukur atau ditemukan.
Sasarannya adalah perkembangan anak supaya menjadi manusia yang
lebih terbuka dan lebih berdiri sendiri. Kegiatan yang mereka lakukan
hendaknya bermanfaat bagi peserta didik. Kegiatan belajar yang baik
adalah yang memberikan pengalaman yang akan membantu para
peserta didik memperluas kesadaran akan dirinya dan orang lain dan
dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya (Sukiman
dalam Yuliyanti & Kholida, 2017).
12

3. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum Humanistis


a) Kelebihan kurikulum humanistis
Kurikulum humanistis terhadap pembelajaran dengan teori ini sangat
cocok diterapkan untuk materi-materi pembelajaran yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis
terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini
adalah peserta didik merasa senang bergairah, berinisiatif dalam
belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri. Peserta didik diharapkan menjadi manusia yang
bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur
pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak
orang-orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika
yang berlaku (Idi dalam Maulana, Aliyah, & Arif, 2015).

b) Kelemahan kurikulum humanistis


1) Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi per
kembangan individual peserta didik.
2) kurikulum ini sangat menekankan individu peserta didik, pada
kenyataannya di setiap program terdapat keseragaman peserta
didik.
3) Kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat
secara keseluruhan.
4) Pada kurikulum humanistik, prinsip-prinsip psikologis ada yang
kurang terhubungkan (Nasution, 2008: 217).

D. Kurikulum Teknologis
1. Pengertian dan Tujuan Kurikulum Teknologis
Di kalangan pendidikan, teknologi sudah dikenal dalam bentuk
pembelajaran berbasis komputer, sistem pembelajaran individu, kaset atau
video pembelajaran. Banyak pihak yang kurang menyadari bahwa
teknologi sangat membantu menganalisi masalah kurikulum, dalam hal
pembuatan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan instruksional.
Persepektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektifitas
13

program metode dan material untuk mencapai suatu manfaat dan


keberhasilan (Citra dkk, 2015). Penerapan teknologi dalam bidang
pendidikan khususnya kurikulum dibagi dalam dua bentuk, yaitu:
a) Perangkat lunak (software) atau disebut juga teknologi sistem
(systemtechnology). Pada bentuk ini, lebih menekankan kepada
penggunaan alat-alat teknologis yang menunjang efisiensi dan
efektivitas pendidikan.
b) Perangkat keras (hardware) atau sering disebut juga teknologi alat
(tools technology). Pada bentuk ini, lebih menekankan kepada
penyusunan program pengajaran atau rencana pelajaran dengan
menggunakan pendekatan sistem (Elisa, 2015).

Model kurikulum teknologi dikembangkan berdasarkan pemikiran


teknologi pendidikan. Model ini sangat mengutamakan pembentukan dan
penguasaan kompetensi, dan bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya
dan ilmu seperti pada pendidikan  klasik. Model kurikulum teknolgi
berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang, sedangkan
pendidikan klasik berorientasi pada masa lalu. Kurikulum ini juga
menekankan pada isi kurikulum. Suatu kompetensi yang besar diuraikan
menjadi kompetensi yang lebih kecil sehingga akhirnya menjadi perilaku-
perilaku yang dapat diamati atau diukur.

Inti dari pengembangan kurikulum teknologi adalah penekanan pada


kompetensi. Pengembangan dan penggunaan alat dan media pengajaran
bukan hanya sebagai alat bantu tetapi bersatu dengan program pengajaran
dan ditujukan pada penguasaan kompetensi tertentu. Pengembangan
kurikulum ini membutuhkan kerjasama dengan para penyusun program
dan penerbit media elektronik dan media cetak. Pengembangan pengajaran
yang berstruktur dan bersatu dengan alat atau media membutuhkan biaya
yang tidak sedikit (Hamalik, 2013).
14

2. Ciri-ciri Kurikulum Teknologis


Kurikulum teknologis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan maksud
atau tujuan, metode, organisasi bahan ajar, dan evaluasi, sebagai berikut.
a) Tujuan
Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan
dalam bentuk perilaku hasil belajar yang dapat diukur. Tujuan yang
masih bersifat umum dijabarkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih kecil
(tujuan khusus), yang di dalamnya terkandung aspek kognitif, afektif
maupun psikomotor.

b) Metode
Metode pengajaran bersifat individual. Setiap siswa menghadapi tugas
sesuai dengan kecepatan masing-masing.

c) Organisasi bahan ajar


Organisasi bahan ajar banyak diambil dari  disiplin ilmu, tetapi telah
diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu
kompetensi. Bahan ajar yang besar disusun dari bahan ajar yang lebih
kecil dengan memperhatikan urutan-urutan penyajian materi dalam
pengorganisasiannya.

d) Evaluasi
Ketika siswa telah mempelajari suatu topik/subtopik, ia dapat
mengajukan diri untuk dievaluasi. Fungsi evaluasi ini antara lain
sebagai umpan balik; bagi siswa dalam penyempurnaan penguasaan
suatu satuan pelajaran (formatif), bagi program semester (sumatif), serta
bagi guru dan pengembang kurikulum. Bentuk evaluasi umumnya
objektif tes (Sukmadinata, 2015: 97).

3. Kelebihan dan Kelemahan Kurikulum Teknologis


a) Kelebihan kurikulum teknologis
1)  Program  pengajaran teknologis sangat menekankan efisiensi dan
efektifitas.
15

2)  Dengan pengajaran model ini tingkat penguasaan siswa dalam


standar konvesional jauh lebih tinggi dibandingkan dengan model-
model lain. Apalagi kalau digunakan program yang lebih
terstruktur sepertii pengajaran dengan bantuan video yang
dilengkapi dengan sistem umpan balik dan bimbingan yang teratur
dari dapat mempercepat dan meningkatkan penguasaan siswa.
b)   Kelemahan Kurikulum Teknologis
1) Model ini terbatas kemampuannya untuk mengajarkan bahan ajar
yang kompleks atau membutuhkan penguasaan tingkat tinggi
(analisis dan evaluasi).
2)  Pengajaran teknologis sukar untuk dapat melayani bakat-bakat
siswa belajar dengan metode-metode khusus.
3)  Sulit mengembangkan domain afektif siswa (Syamsuddin, 2016).
16

II. PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada makalah model konsep kurikulum dapat ditarik kesimpulan, sebagai


berikut.
1. Kurikulum yang digunakan dalam lingkungan pendidikan dapat berupa
realisasi dari masing-masing model konsep kurikulum disesuaikan
berdasarkan kebijakan yang diputuskan pemerintah dalam usaha
meningkatkan kualitas pendidikan.
2. Kebijakan kurikulum yang ada dapat berdasarkan kepada satu atau lebih
model konsep kurikulum yang tercermin dari materi, tujuan, kegiatan
belajar, mengajar, hingga evaluasi.
3. Porsi dari setiap model kurikulum yang digunakan pada jenjang
pendidikan tidak sama, harus disesuaikan dengan karakterisitik dari
setiap jenjang pendidikan, baik itu pendidikan dasar, pendidikan
menengah, maupun pendidikan tinggi, serta penyesuaian juga harus
dilakukan terhadap karakter perkembangan peserta didik.
4. Pendidikan tinggi juga memiliki porsi yang berbeda terhadap
penggunaan setiap model kurikulum yang didasarkan pada output
pendidikan yang diharapkan.

B. Saran
Saran pada makalah model konsep kurikulum untuk penulis selanjutnya dapat
menambah referensi yang lebih kritis dan lengkap.
17

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, C. 2013. Model-model Pengembangan Kurikulum. Diakses dari


https://cholidachmad.wordpress.com/2013/10/27/model-model-
pengembangan-kurikulum/ pada tanggal 11 Oktober 2020 pukul 21.37 WIB.

Arifin, Z. 2014. Konsep Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Citra, C., Nurtrisnawati, M., Gumelar, R., Yutika, R. S., Aruan, R. & Nurlaela, S.
2015. Macam-macam dan Mode Konsep Kurikulum. Diakses dari
http://lightatthenight.blogspot.com/2015/03/macam-macam-model-konsep-
kurikulum.html pada tanggal 11 Oktober 2020 pukul 23.22 WIB.

Elisa. D. 2015. Model Desain Kurikulum. Diakses dari


http://elisadwi.blogs.uny.ac.id/2015/12/03/model-desain-kurikulum/pada
tanggal 05 Oktober 2020, pukul 13.00 WIB.

Hamalik, O. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Maulana, A., Aliyah, H. N., & Arif, I. 2015. Kurikulum Humanistik. Diakses dari
http://tugaspengembangankurikulum.blogspot.com/2015/12/kurikulum-
humanistik-makalah-ini-d.html pada tanggal 11 Oktober 2020 pukul 23.13
WIB.

Mubaroq, S. 2018. Konsep Kurikulum Rekontruksi Sosial dalam Menghadapi


Pembelajaran di Era Modern. Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, 3(1): 93-102.

Nasution. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Jakarta: Bumiaksara.

Sanjaya, W. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada


Media Grup.

Silvia. 2017. Model Kurikulim Subyek Akademik. Diunduh dari http://silviavird.


blogspot. com/2017/11/model-kurikulum-subjek-akademik.html pada
tanggal 5 Oktober 2020 pukul 20.00 WIB.
18

Sukmadinata, N. S. 2015. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek.


Bandung: Remaja Rosda Karya. 219 hlm.

Syahputry, M. 2015. Model dan Pendekatan Kurikulum. Diakses dari


http://meldasyahputri.blogspot.com/2015/11/model-dan-pendekatan-
kurikulum.html pada tanggal 11 Oktober 2020 pukul 21.26 WIB.

Syamsuddin, M. 2016. Model Kurikulum Aktivitas, Teknologis, dan Rekontruksi


Sosial. Diakses dari http://tunailmu.blogspot.com/2016/10/model-
kurikulum-aktivitas-teknologis.html pada tanggal 11 Oktober 2020 pukul
22.24 WIB.

Yuliyanti, I & Kholida, N. D. 2017. Pendekatan dalam Pengembangan


Kurikulum. Diakses dari
http://afarshodiq369.blogspot.com/2017/04/pendekatan-dalam-
pengembangan-kurikulum.html pada tanggal 11 Oktober 2020 pukul 20.39
WIB.

Anda mungkin juga menyukai