GASTROENTERITIS
A. ANATOMI FISIOLOGI
B. PENGERTIAN PENYAKIT
I. Definisi
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya bentuk tinja
dengan intensitas buang air besar secara berlebihan lebih dari 3 kali dalam
kurun waktu satu hari (Prawati & Haqi, 2019).
Diare adalah kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya
lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, 2011).
III. Etiologi
Etiologi pada diare menurut Yuliastati & Arnis (2016) ialah :
a. Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan
dimana merupakan penyebab diare pada anak, kuman meliputi infeksi
bakteri, virus, parasite, protozoa, serta jamur dan bakteri
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat
pencernaan seperti pada otitis media, tonsilitis, bronchopneumonia serta
encephalitis dan biasanya banyak terjadi pada anak di bawah usia 2
tahun.
c. Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini biasa terjadi terhadap
karbohidrat seperti disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa),
malabsorpsi protein dan lemak.
d. Faktor Risiko
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan (2011) faktor risiko terjadinya diare adalah:
1. Faktor perilaku yang meliputi :
a) Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif),
memberikan makanan pendamping/MP, ASI terlalu dini akan
mempercepat bayi kontak terhadap kuman.
b) Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena
penyakit diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol
susu.
c) Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum
memberi ASI/makan, setelah buang air besar (BAB), dan
setelah membersihkan BAB anak.
d) Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
2. Faktor lingkungan antara lain : Ketersediaan air bersih yang tidak
memadai, kurangnya ketersediaan mandi cuci kakus (MCK).
IV. Patofisiologi
Sejumlah besar virus, bakteri/organisme protosoa dapat
menyebabkan gastroenteritis. Pada diare bayi yang paling sering
patogen adalah virus dan entero patogenik, Ecoli. Pada orang dewasa
terdapat perbedaan yang berkaitan dengan umur, apakah infeksi di
daerah tropik dan faktor presipitasi seperti pengorbanan antibiotik yang
terdahulu atau imun. Enterokolitis menyebabkan kram dan diare.
Sedangkan gastro entero kolitis menimbulkan mual, muntah dan kram.
Hal ini menyebabkan diare berdarah dengan pasasi mucus dan
nanah (sering disebut disentri). Sekresi entero toksin bakterial
menyebabkan sekresi air dan elektrolit dengan diare berair yang
banyak. Enterotoksin dapat dihasilkan sesudah kolonisasi bakteri
(tanpa invasi) pada usus halus (masa inkubasi 6-24 jam). Enterotoksin
ini mungkin masuk ke dalam karena makanan yang terkontaminasi
kurang dimasak terutama oleh pencemaran makanan stafilokoki
(Carpenito, 2000: 188).
PATWAY
V. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah sebagai
berikut :
a. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan
empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi
lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
VIII. Penatalaksanaan
1. Pembenaan cairan
Pembenaan cairan pada pasien diare dangan memperhatikan darajat
dehidrasinya dengan keadaan umum.
2. Diatetik
Pembenaan makanan dan minum khusus pada klien dangan tujuan
penyembuhan dan menjaga kesehatan.Adapun hal yang perlu
diperhatikan adalah :
a. Memberikan ASI
b. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori
protein,vitamin,mineral dan makanan yang bersih.
3. Obat-obatan : obat antisekresi, obat antisparmolitik, antibiotik
Menurut Lia dewi (2014) prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:
a. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan).
b. Dietetik (pemberian makanan).
c. Obat-obatan.
1) Jumlah cairan yang diberikan adalah 100ml/kgBB/hari sebanyak 1
kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi. Sebanyak 50% cairan
ini diberikan dalam 4 jam pertama dan sisanya adlibitum.
2) Sesuaikan dengan umur anak:
a) < 2 tahun diberikan ½ gelas,
b) 2-6 tahun diberikan 1 gelas,
c) > 6 tahun diberikan 400 cc (2 gelas).
3) Apabila dehidrasi ringan dan diarenya 4 kali sehari, maka diberikan
cairan 25- 100ml/kg/BB dalam sehari atau setiap 2 jam sekali.
4) Oralit diberikan sebanyak ±100ml/kgBB setiap 4-6 jam pada kasus
dehidrasi ringan sampai berat.
d. Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga (cairan RT): 1)
Larutan gula garam (LGG): 1 sendok the gula pasir + ½ sendok teh
garam dapur halus + 1 gelas air hangat atau air the hangat, 2) Air tajin
(2 liter + 5g garam).
e. Teruskan pemberian ASI karena bisa membantu meningkatkan daya
tahan tubuh anak
IX. Komplikasi
Menurut Suharyono dalam (Nursalamm, 2008), komplikasi yang dapat
terjadi dari diare akut maupun kronis yaitu:
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa
(Asidosis metabolic) karena:
a. Kehilangan natrium bicarbonate bersama tinja.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pencernaan
dalam waktu yang terlalu lama.
c. Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi
dengan baik adanya hiperperstaltik.
2. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat
terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan natau syok
hipovolemik. Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadinya
hipoksia, asidosis bertambah berta sehingga dapat mengakibatkan
perdarahan di dalam otak, kesadaran menurun, dan bila tidak segera
ditolong maka penderita meninggal.
3. Hiponatremia
Anak dengan diare hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na< 130 mol/L).
Hiponatremi sering terjadi pada anakdengan Shigellosis dan pada anak
malnutrisi berat dengan oedema. Oralit aman dan efektif untuk terapi
darin hamper semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak berhasi,
koreksi Na dilakukan berasama dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu:
memakai Ringer Laktat atau Normal (Juffrie, 2010)
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. Analisa Data
NIC
N Diagnosa NOC
(Nursing Intervention
O Keperawatan (Nursing Outcome)
Clasification)
1. Kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang popok/
cairan tubuh keperawatan selama 2 x 24 pembalut (jika
berhubungan jam, keseimbangan cairan klien diperlukan)
dengan terpenuhi. 2. Pertahankan catatan
kehilangan cairan Kriteria hasil: intake dan output
Indikator IR ER yang akurat
Tekanan darah 4 5 3. Monitor status
dalam batas hidrasi (kelembaban
yang membran, nadi,
diharapkan adekuat, tekanan
Rata-rata 4 5 darah ortosstatik)
tekanan arteri Monitor hasil
dalam batas laboratorium yang
yang sesuai dengan
diharapkan 4 5 retensi cairan (BUN,
Tekanan vena HMT, Osmolaritas
sentral dalam urin)
batas yang 4. Monitor vital sign
diharapkan 4 5 5. Monitor masukan
Nadi perifer makanan atau cairan
teraba jelas 4 5 dan hitung intake
Tidak ada kalori harian
hipotensi 6. Kolaborasi
ortostatik 4 5 pemberian cairan
Intake dan atau makanan
output 24 jam 7. Monitor status nutrisi
seimbang 4 5 8. Dorong masukan
Tidak ada oral
suara nafas 9. Dorong keluarga
tambahan 4 5 untuk membantu
Berat badan pasien makan
stabil
Tidak ada asites 4 5
JVP tidak 4 5
tampak 4 5
Tidak terdapat 4 5
edema perifer 4 5
Tidak ada
sunken-eyes 4 5
Pusing tidak
ada 4 5
Tidak
terdapat haus
abnormal 4 5
Hidrasi kulit
Membrane
mukosa lembab 4 5
Elektrolit
serum
dalam batas
normal 4 5
Hematokrit
dalam
batas normal 4 5
Tidak terdapat
endapan urin
endapan urin
Keterangan :
1. Keluhan ektrim
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
2. Hipertermi Setelah dilakukan tindakan 1. Mengkaji saat
berhubungan keperawatan selama 2x24 jam timbulnya demam
dengan proses hipertermi dapat teratasi dapat 2. Mengobservasi tanda-
infeksi virus teratasi. tanda vital
dengue Kriteria Hasil: 3. Menganjurkan pasien
Indikator IR ER untuk banyak minum
Suhu tubuh 4 5 2,5 liter / 24 jam
menurun dan jelaskan
Suhu tubuh 4 5 manfaatnya bagi
dalam batas pasien.
normal 4. Memberikan kompres
Pasien bebas 4 5 (pada daerah axilla
dari demam dan lipat paha).
Keterangan : 5. Menganjurkan untuk
1. Keluhan ektrim tidak memakai
2. Keluhan berat selimut dan pakaian
3. Keluhan sedang yang tebal.
4. Keluhan ringan 6. Anjurkan memakai
5. Tidak ada keluhan pakaian tipis
7. Memberikan terapi
cairan intravena dan
obat-obatan sesuai
dengan program
(masalah kolaborasi).