Anda di halaman 1dari 12

Nama : Syafiqatul Fuady

NIM : 200104500002

TOPIK
“Hukum termodinamika”

A. Ontologi Hukum Termodinamika

Hukum ke Nol Termodinamika


Termodinamika, yaitu ilmu yang menghubungkan panas dengan mekanika. Topik
utama yang akan kita bahas adalah pemanfaatan energi yang dihasilkan akibat adanya proses
dalam gas untuk menghasilkan kerja.
Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu. Berkaitan dengan
keseimbangan panas, kita memiliki hukum ke nol termodinamika. Hukum ini menyatakan:
“Jika benda A berada dalam keseimbagan panas dengan benda B, dan benda B berada
dalam keseimbangan panas dengan benda C maka Benda A berada dalam keseimbangan
panas dengan benda C
Hukum ke-0 termodinamika merupakan landasan bagi pembuatan alat ukur suhu.
Ketika termometer diberi skala maka sebenarnya termometer tersebut dibuat dalam
kesetimbangan termal dengan benda yang telah diketahui suhunya (benda referensi).
Termometer yang telah memiliki skala digunakan untuk mengukur suhu benda-benda lain.
Saat termometer berada dalam keseimbangan termal dengan benda yang sedang diukur
maka benda yang sedang diukur tersebut berada dalam kesetimbangan termal dengan benda
yang digunakan saat memberi skala pada termometer. Jadi, suhu benda yang diukur
disimpulkan sama dengan suhu benda standar yang digunakan untuk memberi skala pada
thermometer.

Hukum ke 1 Termodinamika
Hukum termodinamika 1 menunjukkan hukum kekekalan energi. “Energi tidak dapat
diciptakan ataupun dimusnahkan, melainkan hanya bisa diubah bentuknya saja” Terdapat
persamaan matematik yang menjelaskan hukum ini, yaitu:
Dimana adalah kalor/panas yang diterima/dilepas (J), adalah energi/usaha (J),
dan adalah perubahan energi (J). J adalah satuan internasional untuk energi atau usaha,
yaitu Joule. Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa seluruh kalor yang diterima atau
dilepas oleh benda akan dijadikan usaha ditambahkan dengan perubahan energi.

Hukum ke 2 Termodinamika
Hukum 2 termodinamika menunjukkan kondisi alami dari alur kalor suatu objek dengan
sistem “Kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke benda yang dingin; kalor tidak
akan mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas tanpa dilakukan usaha”

Hukum ke 3 Termodinamika
“Entropi dari suatu kristal sempurna pada absolut nol adalah sama dengan nol,”

Proses-proses Termodinamika
Proses termodinamika terbagi menjadi empat macam, tergantung dari keadaan tekanan,
volume, dan suhu saat terjadinya proses tersebut. Proses-proses tersebut umumnya
digambarkan dalam diagram P-V, yaitu diagram yang menggambarkan tekanan (P) dan volume
(V) saat proses terjadi. Ada dua hal penting yang harus diingat dari berbagai jenis proses-proses
termodinamika, yaitu variabel yang berubah dan usaha yang dilakukan. Usaha yang terjadi
pada suatu proses termodinamika dapat diketahui dengan menghitung luasan grafik P-V.

1. Isobarik
Isobarik adalah proses termodinamika yang tidak mengubah nilai tekanan sistem (
). Nilai usaha dapat dihitung dengan persamaan berikut.

Dari rumus tersebut, diketahui juga bahwa apabila volume membesar (terjadi
pemuaian) maka usaha bernilai positif, dan bila volume mengecil (terjadi penyusutan) maka
usaha bernilai negatif.
2. Isokhorik
Isokhorik adalah proses termodinamika yang tidak mengubah nilai volume sistem (
). Pada proses ini, nilai usaha adalah 0 karena tidak terdapat suatu luasan bangun
yang terdapat pada gambar P-V.

3. Isotermik
Isotermik adalah proses termodinamika yang tidak mengubah nilai suhu sistem (
).

Nilai usaha pada proses isotermik dinyatakan dengan persamaan berikut:

Dimana n adalah jumlah zat yang dinyatakan dengan satuan mol, R adalah konstanta
gas, dan T adalah suhu. Rumus ini didapatkan dengan menggabungkan persamaan usaha di
diagram P-V dengan persamaan gas ideal.
4. Adibatik
Adiabatik adalah proses termodinamika yang tidak mengubah nilai kalor sistem (
).

Pada gas monoatomic, usaha yang dilakukan pada proses adiabatik dapat dinyatakan
dengan persamaan:

Jika diperhatikan dengan sekilas, proses adiabatik dan isotermik memiliki diagram P-
V yang serupa. Secara detil, dapat dilihat bahwa proses adiabatik memiliki kemiringan yang
lebih curam dibandingkan proses isotermik seperti contoh grafik berikut.

Jika semua proses tersebut digambarkan menjadi suatu diagram P-V, dapat didapatkan
grafik berikut. Patut diingat bahwa satuan-satuan yang digunakan dalam perhitungan adalah
Satuan Internasional. Sebagai contoh, satuan untuk suhu yang digunakan adalah Kelvin,
satuan untuk volume adalah m3, dan satuan untuk jumlah zat adalah mol.
Mesin Carnot dan Mesin Kalor
Mesin Carnot adalah suatu model mesin ideal yang memiliki efisiensi paling tinggi dari
semua mesin yang mungkin diciptakan. Mesin Carnot bekerja berdasarkan suatu proses
termodinamika yang membentuk siklus, disebut juga siklus Carnot.
Pada siklus Carnot, terdapat 4 proses, yaitu pemuaian Isotermal dari A ke B, pemuaian
adiabatic dari B ke C, pemampatan isothermal dari C ke D, dan pemampatan adiabatic dari D
ke A. Selama proses siklus Carnot sistem menerima kalor Qh dari reservoir bersuhu tinggi
Th dan melepas kalor Qc ke reservoir bersuhu rendah Tc

Usaha yang dilakukan oleh mesin Carnot dapat dinyatakan dengan mengaplikasikan
Hukum Termodinamika 1.

Sedangkan, untuk mengukur efisiensi mesin dapat digunakan persamaan-persamaan berikut.


Dikarenakan pada siklus Carnot berlaku hubungan , efisiensi mesin Carnot juga
dapat dinyatakan dengan:

Jika dilihat pada rumus efisiensi tersebut, nilai efisiensi 100% dapat diperoleh jika .
Hal ini tidak mungkin terjadi di dunia nyata, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
sistem di dunia nyata yang mampu mencapai efisiensi 100%.

Mesin Pendingin
Mesin pendingin seperti AC itu kebalikan dari mesin carnot. Mesin pendingin
membuang kalor dari tempat dingin ke tempat panas dan membutuhkan usaha supaya proses
tersebut bisa berjalan. Mesin pendingin membutuhkan usaha.
Kenapa perlu usaha? Ini karena proses pada mesin pendingin adalah tidak spontan.
Usaha yang dibutuhkan untuk menjalankan mesin pendingin dapat dihitung menggunakan
persamaan.

W = Q1 -Q2
Seperti mesin carnot, mesin pendingin juga tidak ideal, alias tidak dapat mengubah
semua usaha untuk membuang panas. Ada sebagian usaha yang dilakukan terbuang menjadi
panas lagi, menjadi bunyi, dan atau menjadi getaran. Jika mesin pendingin itu ideal, maka
persamaan yang berlaku adalah

Ketidakidealan mesin pendingin dapat dilihat dari koefisien performansi. Pada dasarnya,
ini adalah “efisiensi versi mesin pendingin”. Koefisien performansi ditunjukkan dengan
Karena W = Q1 - Q2, maka

Atau, karena , maka

B. Epistemologi Hukum Termodinamika


Sejarah berkembangnya ilmu termodinamika berawal sejak manusia mulai
“memikirkan” tentang panas. Orang yang pertama kali melakukannya adalah Aristoteles
(350 SM). Dia mengatakan bahwa panas adalah bagian dari materi atau materi tersusun dari
panas. Penalaran yang dilakukan oleh Aristoteles diteruskan oleh Galileo Galilei (1593) yang
menganggap bahwa panas adalah sesuatu yang dapat diukur dengan penemuannya berupa
termometer air.
Beberapa abad setelahnya Sir Humphrey Davy dan Count Rumford (1799) menegaskan
bahwa panas adalah sesuatu yang mengalir. Kesimpulan ini mendukung prinsip kerja
termometer, tapi membantah pernyataan Aristoteles. Seharusnya hukum ke-nol
termodinamika dirumuskan saat itu, tapi karena termodinamika belum berkembang sebagai
ilmu, maka belum terpikirkan oleh para ilmuwan. “dua sistem dalam keadaan setimbang
dengan sistem ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya”.
Pada tahun 1778, Thomas Alfa Edison memperkenalkan mesin uap pertama yang
mengkonvesi panas menjadi kerja mekanik. Mesin tersebut disempurnakan oleh Sardi Carnot
(1824). Saat itu, dia berupaya menemukan hubungan antara panas yang digunakan dan kerja
mekanik yang dihasilkan. Hasil pemikirannya merupakan titik awal perkembangan ilmu
termodinamika klasik dan beliau dianggap sebagai Bapak Termodinamika.
Pada tahun 1845, James P. Joule menyimpulkan bahwa panas dan kerja adalah dua
bentuk energi yang satu sama lain dapat dikonversi. Kesimpulan ini didukung pula oleh
Rudolf Clausius, Lord Kelvin (William Thomson), Helmhozt, dan Robert Mayer.
Selanjutnya, para ilmuwan ini merumuskan hukum pertama termodinamika (1850). Setahun
sebelumnya, Lord Kelvin telah memperkenalkan istilah termodinamika melalui makalahnya:
An Account of Carnot’s Theory of the Motive Power of Heat. Buku pertama tentang
termodinamika ditulis oleh William Rankine pada tahun 1859. “perubahan energi dalam dari
suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energi panas yang
disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem” ∆U = Q + W Setelah
mempelajari mesin Carnot, Lord Kelvin, Planck, dan menyimpulkan bahwa pada suatu mesin
siklik tidak mungkin kalor yang diterima mesin diubah semuanya menjadi kerja, selalu ada
kalor yang dibuang oleh mesin. Hal ini karena adalah sifat sistem yang selalu menuju
ketidakteraturan, entropi (S) meningkat.
Saat itu hukum kedua termodinamika diperkenalkan (1860). Menurut Clausius,
besarnya perubahan entropi yang dialami oleh suatu sistem, ketika sistem tersebut mendapat
tambahan kalor (Q) pada temperatur tetap dinyatakan melalui persamaan di bawah : “total
entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring
dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya” Selama tahun 1873-1976,
fisikawan matematika Amerika Josiah Willard Gibbs menerbitkan tiga makalah, salah
satunya adalah On the Equilibrium of Heterogeneous Substances. Makalah tersebut
menunjukkan bahwa proses termodinamika dapat dijelaskan secara matematis, dengan
mempelajari energi, entropi, volume, temperatur dan tekanan sistem, sedemikian rupa untuk
menentukan apakah suatu proses akan terjadi secara spontan.
Pada awal abad ke-20, ahli kimia seperti Gilbert N. Lewis, Merle Randall, dan EA
Guggenheim mulai menerapkan metode matematis Gibbs tersebut untuk analisis proses
kimia yang disebut termodinamika kimia. Pada tahun 1885, Boltzman menyatakan bahwa
energi dalam dan entropi merupakan besaran yang menyatakan keadaan mikroskopis sistem.
Pernyataan ini mengawali berkembangnya termodinamika statistik, yaitu pendekatan
mikroskopis tentang sifat termodinamis suatu zat berdasarkan perilaku kumpulan partikel-
partikel yang menyusunnya. Dasar-dasar termodinamika statistik ditetapkan oleh fisikawan
seperti James Clerk Maxwell, W. Nernst, Ludwig Boltzmann, Max Planck, Rudolf Clausius
dan J. Willard Gibbs .Willard Gibbs. Pada tahun 1906 Giauque dan W. Nernst merumuskan
hukum ketiga termodinamika. “pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut,
semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum”
Pada tahun 1911, Einstein menyatakan bahwa massa merupakan perwujudan dari
energi (E=mc2). Hal ini kemudian dibenarkan oleh ilmuwan mekanika kuantum (1900-1940)
bahwa radiasi sebagai bentuk energi bisa bersifat sebagai partikel. Pernyataan ini seakan-
akan membenarkan penalaran Aristoteles sebelumnya bahwa materi = energi. Pada tahun
1950, para ilmuwan, seperti Carl Anderson menemukan adanya partikel antimateri yang bisa
memusnahkan materi.

C. Aksiologi Hukum Termodinamika

Selain pada proses termodinamika dan manusia, penerapan hukum I termodinamika


juga dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, misal:

1. Termos

Pada alat rumah tangga tersebut terdapat aplikasi hukum I termodinamika dengan
sistem terisolasi. Dimana tabung bagian dalam termos yang digunakan sebagai wadah air,
terisolasi dari lingkungan luar karena adanya ruang hampa udara di antara tabung bagian
dalam dan luar. Maka dari itu, pada termos tidak terjadi perpindahan kalor maupun benda
dari sistem menuju lingkungan maupun sebaliknya.

2. Mesin kendaraan bermotor


Pada mesin kendaraan bermotor terdapat aplikasi termodinamika dengan sistem
terbuka. Dimana ruang didalam silinder mesin merupakan sistem, kemudian campuran
bahan bakar dan udara masuk kedalam silinder, dan gas buang keluar sistem melalui
knalpot.

3. Refferigerator (Lemari Es)

Lemari es memanfaatkan sifat ini. Bahan pendingin yang digunakan sudah menguap
pada suhu -200C. panas yang diperlukan untuk penguapan ini diambil dari ruang pendingin,
karena itu suhu dalam ruangan ini akan turun. Penguapan berlangsung dalam evaporator
yang ditempatkan dalam ruang pendingin. Karena sirkulasi udara, ruang pendingin ini akan
menjadi dingin seluruhnya.
Lemari Es merupakan kebalikan mesin kalor. Lemari Es beroperasi untuk mentransfer
kalor keluar dari lingkungan yang sejuk kelingkungn yang hangat. Dengan melakukan kerja
W, kalor diambil dari daerah temperatur rendah TL (katakanlah, di dalam lemari Es), dan
kalor yang jumlahnya lebih besar dikeluarkan pada temperature tinggi Th (ruangan).
Sistem lemari Es yang khas, motor kompresor memaksa gas pada temperatur tinggi
melalui penukar kalor (kondensor) di dinding luar lemari Es dimana Qhdikeluarkan dan gas
mendingin untuk menjadi cair. Cairan lewat dari daerah yang bertekanan tinggi , melalui
katup, ke tabung tekanan rendah di dinding dalam lemari es, cairan tersebut menguap pada
tekanan yang lebih rendah ini dan kemudian menyerap kalor (QL) dari bagian dalam lemari
es. Fluida kembali ke kompresor dimana siklus dimulai kembali.
Lemari Es yang sempurna (yang tidak membutuhkan kerja untuk mengambil kalor
dari daerah temperatur rendah ke temperatur tinggi) tidak mungkina ada. Ini merupakan
pernyataan Clausius mengenai hukum Termodinamika kedua. Kalor tidak mengalir secara
spontan dari benda dingin ke benda panas. Dengan demikian tidak akan ada lemari Es yang
sempurna.

4. Pendingin Ruangan (AC)

Air Conditioner (AC) alias Pengkondision Udara merupakan


seperangkat alat yang mampu mengkondisikan ruangan yang kita
inginkan, terutama mengkondisikan ruangan menjadi lebih rendah
suhunya dibanding suhu lingkungan sekitarnya. Filter (penyaring)
tambahan digunakan untuk menghilangkan polutan dari udara. AC yang
digunakan dalam sebuah gedung biasanya menggunakan AC sentral.
Selain itu, jenis AC lainnya yang umum adalah AC ruangan yang
terpasang di sebuah jendela. Kunci utama dari AC adalah refrigerant,
yang umumnya adalah fluorocarbon, yang mengalir dalam sistem,
menjadi cair dan melepaskan panas saat dipompa (diberi tekanan), dan
menjadi gas dan menyerap panas ketika tekanan dikurangi. Mekanisme
berubahnya refrigerant menjadi cairan lalu gas dengan memberi atau
mengurangi tekanan terbagi mejadi dua area. Sebuah penyaring udara,
kipas, dan cooling coil (kumparan pendingin) yang ada pada sisi
ruangan dan sebuah kompresor (pompa), condenser coil (kumparan
penukar panas), dan kipas pada jendela luar.
Udara panas dari ruangan melewati filter, menuju ke cooling coil
yang berisi cairan refrigerant yang dingin, sehingga udara menjadi
dingin, lalu melalui teralis/kisi-kisi kembali ke dalam ruangan. Pada
kompresor, gas refrigerant dari cooling coil lalu dipanaskan dengan cara
pengompresan. Pada condenser coil, refrigerant melepaskan panas dan
menjadi cairan, yang tersirkulasi kembali ke cooling coil.
Sebuah thermostatmengontrol motor kompresor untuk mengatur suhu
ruangan.

SUMBER RUJUKAN

Abdullah, Mikrajuddin. (2016). Fisika Dasar 1. Bandung : ITB


Giancoli, Douglas C.. 2014. Fisika: Prinsip dan Aplikasi Edisi ke 7 Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Halliday-Resnick.1990.Fisika. Alih Bahasa Silaban-Sucipto. Erlangga, Jakarta.
http://www.fisika-indonesia.co.cc/2010/07/termodinamika.html
http://allinkblog.wordpress.com/2010/01/02/peristiwa-peristiwa-penting-perkembangan-
termodinamika/
http://tokoh-ilmuwan-penemu.blogspot.com/2010/02/ilmuwan-kimia-fisika-belanda.html
http://www.mustofaabihamid.blogspot.com
http://mythermodynamicsblog.blogspot.com/2015/03/aplikasi-termodinamika-dalam-
kehidupan.html

Anda mungkin juga menyukai