Anda di halaman 1dari 12

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Gambaran Umum Puskesmas

Puskesmas Rejoso terletak di daerah dataran rendah di lingkungan instansi yang ada
di wilayah Kecamatan Rejoso, didepan Puskesmas terdapat institusi Pendidikan, disebelah
kiri terdapat pemukiman penduduk, disebelah kanan dan belakang Puskesmas adalah
persawahan.5
Wilayah kerja Puskesmas Rejoso berbatasan dengan:
 Sebelah Utara : Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro.

 Sebelah Selatan : Kecamatan Wilangan, Nganjuk, dan Sukomoro.

 Sebelah Barat : Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun.

 Sebelah Timur : Kecamatan Gondang dan Ngluyu

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Rejoso

Luas wilayah kerja Puskesmas Kedungadem kira-kira 78,84 Km 2, yang meliputi 24


Desa/Kelurahan, yaitu :
1. Desa Banjarejo
2. Desa Benda Asri
3. Desa Gempol
4. Desa Jatirejo
5. Desa Jintel
6. Desa Kedung Padang
7. Desa Klagen
8. Desa Mlorah
9. Desa Mojorembun
10. Desa Mungkung
11. Desa Musir Kidul
12. Desa Musir Lor
13. Desa Ngadiboyo
14. Desa Ngangkatan
15. Desa Puh Kerep
16. Desa Rejoso
17. Desa Sambi Kerep
18. Desa Setren
19. Desa Sidokare
20. Desa Sukorejo
21. Desa Talang
22. Desa Talun
23. Desa Tritik
24. Desa Wengkal

A. Demografis
Wilayah kerja Puskesmas Rejoso berada pada titik koordinat antara garis lintang -
7,504866 dengan titik 111.876766 garis bujur. Berdasarkan data tahun 2018 jumlah
penduduk di wilayah kerja Puskesmas Rejoso berkisar 68.832 jiwa dengan jumlah laki-laki
yaitu 34.098 jiwa dan jumlah perempuan yaitu 34.734 jiwa yang tersebar pada 24 Desa.

B. Tingkat Pendidikan

Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Rejoso yang berumur 15 tahun keatas yang
melek huruf yaitu sebesar 43.257 (95%). Hal ini berarti mayoritas penduduk melek huruf.
Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Rejoso sebagian besar adalah
belum tamat SD sejumlah 12.375 orang (27,18%), dantamat SMA/ sederajat sejumlah 9.235
orang (20,28%) artinya dapat diharapkan sebagian besar penduduk dalam usia wajib belajar
(sekolah) sampai usia produktif. Adapun sebaran tingkat Pendidikan dapat dilihat pada tabel
2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Melek Huruf dan Ijazah
Tertinggi di Wilayah Puskesmas Rejoso Tahun 2020
No. Desa Jumlah Persentase (%)
1. Penduduk berumur 15 tahun ke atas 45.534
2. Penduduk berumur 15 tahun ke atas yang
43.257 95.00
melek huruf
3. Persentase pendidikan tertinggi yang
ditamatkan:
a. tidak memiliki ijazah SD 12.375 27,18
b. SD/MI 22.520 49,46
c. SMP/MTS 12.652 27,79
d. SMA/MA 9.235 20,28
e. Sekolah Menengah Kejuruan 279 0,61
f. Diploma I/Diploma II 81 0,18
g. Akademi/Diploma III 147 0,32
h. Universitas/Diploma IV 761 1,67
i. S2/S3 (Master/Doktor) 34 0,12

2.2 Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular

2.2.1 Penyakit Tidak Menular (PTM)

Penyakit tidak menular merupakan salah satu masalah kesehatan yang


menjadi perhatian nasional maupun global pada saat ini. Dilihat dari beban penyakit
(diseases burden) yang diukur menggunakan Disability Adjusted Life Years (DALYs),
telah terjadi transisi epidemiologi dalam tiga dekade terakhir; penyakit
menular/KIA/gizi telah menurun dari 51,3% pada tahun 1990 menjadi 23,6% pada
tahun 2017, penyakit tidak menular (PTM) naik dari 39,8% pada tahun 1990 menjadi
69,9% pada tahun 2017, serta cedera turun dari 8,9% pada tahun 1990 menjadi 6,5%
pada tahun 2017. Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah
triple burdendiseases, yaitu penyakit menular yang masih menjadi masalah, kejadian
re-emergingdiseases dan new emerging diseases yang masih sering terjadi, dan di sisi
lain kejadian PTM cenderung meningkat dari waktu ke waktu.Kecenderungan
peningkatan PTM yang terjadi dalam beberapa dekade
terakhir ini di tingkat global juga terjadi di Indonesia baik angka kesakitan
(morbiditas) maupun angka kematiannya (mortalitas). Penyebab kematian terkait
PTM yang dikembangkan oleh WHO menunjukkan bahwa penyakit kardiovaskular
merupakan penyebab kematian tertinggi di negara-negara Asia Tenggara, termasuk di
Indonesia yaitu sebesar 37%.6,7
Adanya pandemi COVID-19 di tahun 2020 juga harus dipergunakan sebagai
pembelajaran terkait kesiapsiagaan menghadapi penyakit baru muncul (new emerging
diseases), khususnya dalam menyiapkan sistem kesehatan yang mampu merespon
kegawatdaruratan kesehatan masyarakat.8
Penyakit tidak menular diketahui sebagai penyakit yang tidak dapat
disebarkan dari seseorang terhadap orang lain dan biasanya bersifat kronis. Proporsi
penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun adalah
penyakit kardiovaskuler (39%), diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernapasan
kronis, penyakit pencernaan dan PTM lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30%
kematian serta 4% disebabkan oleh diabetes mellitus. Terdapat empat tipe utama
penyakit tidak menular yaitu penyakit kardiovaskuler, kanker, penyakit pernapasan
kronis, dan diabetes melitus.9,10
1. Penyakit Kardiovaskuler
Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu secara
global. Penyakit ini terdiri dari penyakit jantung koroner, penyakit
serebrovaskuler, penyakit arteri perifer, penyakit jantung rematik, penyakit janutng
bawaan, dan gagal jantung. Penyebab utama penyakit kardiovaskuler adalag
merokok, aktivitas fisik yang kurang dan diet yang tidak sehat. Lebih dari 80%
kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di negara berpenghasilan rendah
sampai menengah. Status ekonomi yang rendah meningkatkan paparan faktor
risiko dan kerentanan terhadap penyakit kardiovaskuler.10
2. Hipertensi

Menurut World Health Organization (WHO), hipertensi merupakan suatu


keadaan dimana peningkatan darah sistolik berada diatas batas normal yaitu lebih
dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Kondisi ini
menyebabkan pembuluh darah terus meningkatkan tekanan. Tekanan darah normal
sendiri berada pada nilai 120 mmHg sistolik yaitu pada saat jantung berdetak dan
80 mmHg diastolik yaitu pada saat jantung berelaksasi. Jika nilai tekanan melewati
batas itu, maka bi dikatakan bahwa tekanan darah seseorang tinggi. Seperti yang
diketahui bahwa darah dibawa keseluruh tubuh dari jantung melewati pembuluh
darah. Setiap kali jantung berdetak untuk memompa darah, maka tekanan darah
akan tercipta dan mendorong dinding pembuluh darah (arteri). Jika tekanan darah
semakin tinggi, maka secara otomatis jantung akan semakin keras memompa
darah. Hipertensi dapat menghadirkan beragam penyakit serius mulai dari jantung,
ginjal, hingga otak. risiko hipertensi sendiri saat ini lebih banyak ditemukan di
negara-negara berkembang yang memiliki penghasilan rendah. Hipertensi sendiri
dikenal sebagai “silent killer” atau pembunuh diam-diam dimana orang yang
memiliki hipertensi tidak memiliki gejala sama sekali.

3. Penyakit pernapasan kronis


Penyakit pernapasan kronis adalah penyakit pada saluran udara dan struktur
paru lainnya seperti asma dan alergi pernapasan, penyakit paru obstruktif kronis,
penyakit paru kerja (kerusakan paru akibat debu, uap, atau gas berbahaya yang
terhirup pekerja di tempat kerja), sleep apnea syndrome, dan hipertensi pulmonal.
Penyakit pernapasan kronis sering kurang diperhatikan, underdiagnosed, kurang
diobati, dan tidak dicegah dengan baik. Faktor risiko penyakit ini adalah merokok
(baik aktif maupun pasif), terpapar polusi udara, paparan allergen, infeksi saluran
pernapasan berulang pada anak, serta debu kerja dan bahan kimia.10
4. Diabetes Mellitus
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan
cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
yang dihasilkan.Risiko kematian orang yang
menderita diabetes mellitus adalah dua kali lipat dibandingkan orang tanpa
diabetes mellitus.Ada dua tipe diabetes, yaitu diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes
mellitus tipe 2. Diabetes mellitus tipe 1 ditandai dengan kurangnya produksi
insulin; tanpa pemberian insulin harian, diabetes mellitus tipe 1 akan berakibat
fatal. Diabetes mellitus tipe 2 disebabkan karena penggunaan insulin yang tidak
efektif; diabetes mellitus tipe 2 merupakan 90% tipe dari penderita diabetes di
seluruh dunia, hal ini merupakan dampak dari kelebihan berat badan dan
kurangnya aktivitas fisik. Peningkatan kadar gula darah adalah efek dari diabetes
yang tidak terkontrol sehingga perlahan dapat merusak jantung, pembuluh darah,
mata, ginjal, dan saraf sehingga memiliki implikasi yang buruk terhadap kesehatan
dan kualitas hidup.10
Dari empat penyakit tidak menular diatas, bebrapa faktor risiko tersering yang
mendukung terjadinya penyakit tidak menular yaitu merokok, konsumsi alkohol, pola makan
yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik. Faktor risiko ini menyebabkan terjadinya
gangguan metabolik berupa:10
1. Peningkatan tekanan darah
2. Kelebihan berat badan/obesitas
3. Tingginya kadar glukosa darah
4. Peningkatan kadar kolesterol
Gangguan metabolik yang terjadi pada seseorang akan sangat berpengaruh pada
munculnya penyakit tidak menular yang nantinya akan meningkatkan morbiditas dan
mortalitas. WHO dalam mengendalikan penyakit tidak menular mendukung negara-negara
anggota untuk mengembangkan dan melaksanakan kebijakan yang komprehensif dan
terpadu. Komponen program yang disarankan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit
tidak menular yaitu:10
1. Pencegahan dan pengendalian penyakit kardiovaskuler
pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan asupan diet makanan yang sehat
dan meningkatkan aktivitas fisik, menghentikan kebiasaan merokok, dan
melakukan pemeriksaan untuk mengetahui kemungkinan risiko.
2. Pencegahan dan pengendalian hipertensi
Strategi kunci untuk pencegahan hipertensi adalah dengan asupan diet makanan
yang sehat dan meningkatkan aktivitas fisik, menghentikan kebiasaan merokok,
mengurangi asupan garam dan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui
kemungkinan risiko.
3. Pencegahan dan pengendalian penyakit pernapasan kronis
Fokus pencegahan penyakit ini yaitu dengan menghindari merokok, deteksi dini
penyakit paru yang berhubungan dengan paparan, pengaturan diet dan nutrisi,
memperhatikan kualitas udara yang dihirup.
4. Kontrol diabetes melitus
Untuk mencegah penyakit dan komplikasi dari penyakit ini yaitu dengan menjaga
berat badan ideal, melakukan aktivitas fisik yang cukup, deteksi dini, melakukan
pengobatan dan menghentikan kebiasaan merokok. Pengendalian penyakit diabetes
mellitus dengan cara mengontrol tekanan darah, pemberian insulin atau tatalaksana
sesuai, perawatan kaki diabetes untuk mencegah komplikasi lanjutan, skrining dan
pengobatan retinopati, dan mengontrol kadar lipid darah.
Pengetahuan yang baik tentang faktor risiko pada individu sangat berperan penting
dalam mencegah dan menurunkan angka kejadian penyakit tidak menular. Namun meskipun
perilaku individu sangat penting, terdapat ruang mellaui perumusan kebijakan dan
implementasi yang juga berperan untuk menurunkan angka PTM.10

2.2.2 Penyakit Tidak Menular di Jawa Timur

Penyakit Tidak Menular merupakan penyakit yang diharapkan dapat ditekan


angkanya dengan pelaksanaan program GERMAS melalui posbindu. Program
Pencegahan dan Pengendalian diprioritaskan pada upaya deteksi dini faktor risiko PTM.
Adapun kegiatan deteksi di faktor risiko PTM pada usia produktif (usia 15 – 59 tahun)
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan indeks masa tubuh / IMT, tekanan darah dan
gula darah.11,12
Berdasarkan data yang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun
2019 dan 2020 dapat dilihat perbandingan cakupan pelayanan kesehatan usia produktif di
Provinsi Jawa Timur tahun 2019 dan 2020. Pada tahun 2019, cakupan pelayanan kesehatan
usia produktif di Provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 64,5% dan tahun 2020 capaiannya
mengalami penurunan yaitu sebesar 46%.11,12
Gambar 2. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Produktif per Kabupaten Provinsi Jawa
Timur Tahun 201911

Gambar 3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia produktif per Kabupaten Provinsi Jawa
Timur Tahun 202012
1. Hipertensi
Pada tahun 2019, Jumlah estimasi penderita hipertensi yang berusia ≥ 15 tahun di
Provinsi Jawa Timur sekitar 11.952.694 penduduk, dengan proporsi laki-laki 48%
dan perempuan 52%. Dari jumlah tersebut, yang mendapatkan pelayanan kesehatan
penderita hipertensi sebesar 40,1% atau 4.792.862 penduduk. Namun pada tahun
2020, cakupan pelayanan kesehatan pada penderita hipertensi mengalami
penurunan yaitu jumlah estimasi penderita hipertensi yang berusia ≥ 15 tahun di
Provinsi Jawa Timur sekitar 11.008.334 penduduk, dengan proporsi laki-laki
48,83% dan perempuan 51,17%. Dari jumlah tersebut, penderita hipertensi yang
mendapatkan pelayanan kesehatan sebesar 35,60% atau 3.919.489 penduduk.11,12
2. Diabetes Mellitus (DM)
Pada tahun 2019, cakupan pelayanan kesehatan penderita DM Provinsi Jwa Timur
yaitu sekitar 95,1% dan pada tahun 2020 mengalami penurunan yaitu sebesar
89,71%. Cakupan pelayanan kesehatan penderita diabetes mellitus per kabupaten
tahun 2019 dan 2020 dapat dilihat pada gambar 4 dan gambar 5 berikut.11,12

Gambar 4. Cakupan Pelayanan Kesehatan Penderita DM per Kabupaten Provinsi Jawa


Timur Tahun 201911
Gambar 5. Cakupan Pelayanan Kesehatan penderita DM per Kabupaten Provinsi Jawa
Timur Tahun 202012
2.2.3 Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular di Indonesia

Periode tahun 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, sehingga
merupakan periode pembangunan jangka menengah yang sangat penting dan
strategis. RPJMN 2020-2024 akan memengaruhi pencapaian target
pembangunan dalam RPJMN, di mana pendapatan perkapita Indonesia akan
mencapai tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan
menengah atas (Upper-Middle Income Country) yang memiliki kondisi
infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, pelayanan publik, serta
kesejahteraan rakyat yang lebih baik.13
Saat ini baik dunia maupun Indonesia sedang mengalami pandemi COVID-19.
Berdasarkan data dari beberapa negara yang merawat pasien COVID-19,
disebutkan bahwa PTM merupakan komorbid yang banyak diderita dan
memperburuk dampak dari COVID-19. Hal ini disebabkan antara lain adalah karena
kerusakan organ tubuh pada penyandang PTM sehingga rawan terinfeksi
meningkatkan komplikasi berat pada penyandang penyakit jantung, kemoterapi
dan radioterapi yang berdampak pada menurunnya sistem imunitas tubuh
penyandang kanker dan peningkatan reseptor ACE-2 pada penyandang hipertensi
dan diabetes.13
Berdasarkan Direktorat P2PTM dalam rencana aksi kerja P2PTM tahun 2020,
disebutkan bahwa tujuan pencegahan dan pengendalian PTM yaitu meningkatnya upaya
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular secara berhasil-guna dan berdaya-guna
dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi tingginya. Sasaran kegiatan pengendalian penyakit tidak menular adalah
menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit tidak menular; meningkatnya
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular.13
Target kinerja merupakan penilaian dari pencapaian program yang diukur secara
berkala dan dievaluasi pada akhir tahun 2024. Sasaran Kegiatan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular dalam Rencana Aksi Kegiatan ditetapkan dengan merujuk pada sasaran
yang ditetapkan dalam RPJMN dan Renstra selama lima tahun dan berakhir pada tahun
2024.8,13
Indikator pencapaian sasaran tersebut pada tahun 2020 adalah:8,13
1. Kabupaten/kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM ≥ 80% sebanyak 514
kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
2. Kabupaten/kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebanyak 514
kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
3. Kabupaten/kota yang menyelenggarakan layanan Upaya Berhenti Merokok
(UBM) sebanyak 350 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
4. Kabupaten/kota yang melakukan pelayanan terpadu (Pandu) PTM di ≥ 80%
puskesmas sebanyak 514 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
5. Kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera pada ≥ 40%
populasi sebanyak 514 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
6. Kabupaten/kota yang melakukan deteksi dini penyakit kanker di ≥ 80% populasi
usia 30-50 tahun sebanyak 514 kabupaten/kota di akhir tahun 2024.
Arah kebijakan dan strategi kegiatan Direktorat P2PTM adalah mendukung kebijakan
dan strategi Ditjen P2P dan Kementerian Kesehatan yang didukung oleh inovasi dan
pemanfaatan teknologi ditetapkan arah kebijakan Direktorat P2PTM sebagai berikut:13
1. Penguatan deteksi dini dan faktor risiko PTM
2. Penguatan kapasitas dan pengembangan Sumber Daya manusia
3. Penguatan sinergisme, kolaborasi dan integrasi program
4. Perluasan pemanfaatan teknologi tepat guna
5. Promosi Kesehatan dan Penurunan Faktor Risiko
Upaya-upaya strategis yang dapat dilakukan untuk menurunkan faktor risiko penyakit
menular khususnya faktor metabolik dan faktor perilaku yaitu diantaranya peningkatan
upaya promotif dan preventif serta edukasi kepada masyarakat terkait pencegahan faktor
risiko, peningkatan skrining dan deteksi dini PTM di semua puskesmas, jejaring dan
jaringannya (pendekatan PIS-PK), penguatan upaya pemberdayaan masyarakat terkait
pengendalian penyakit tidak menular (penguatan posbindu, pos UKK), perbaikan mutu
pelayanan melalui penguatan pelayanan kesehatan primer sebagai garda depan (gate keeper)
dan sistem rujukan antara FKTP dan FKRTL dan peningkatan aksi multisektoral terkait
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).13
Strategi program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2020 – 2024 serta
mengacu pada strategi Kementerian Kesehatan yang kemudian dijabarkan melalui strategi
aksi kegiatan sebagai berikut:8,13
1. Perluasan cakupan deteksi dini penyakit dan faktor risiko
2. Peningkatan respon kejadian penyakit dan faktor risik
3. Peningkatan inovasi dalam deteksi dini dan respon penyakit dan factor risiko
4. Peningkatan komunikasi dan advokasi
5. Penguatan akuntabilitas
6. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia
7. Kerjasama lintas sektor dan program

Anda mungkin juga menyukai