Anda di halaman 1dari 2

Nama:Mochamad Andre Prayudi

NPM:194301097
Kelas:B
Dosen:Prof. H. Dwidja Priatno, S.H., M.H.
Dr. Mas Putra Zenno Januarsyah, S.H., M.H.

Tugas terkait ajaran penyertaan yang terdapat di luar KUHP.

Penyertaan (Deelneming) diluar KUHP

Penyertaan (Deelneming), merupakan suatu peristiwa pidana terdapat lebih dari 1 orang
pelaku, selain diatur didalam KUHPidana itu sendiri , Pernyertaan (deelneming) juga diatur
didalam peraturan perundang-undangan lainya . Perbedaan anatara Penyertaan didalam
KUHPidana dan Peraturan Perundang-undangan itu hanya terletak dalam pemindanaannya
saja.Penyertaan juga merupakan cara bagaimana para pelaku tindak pidana melakukan
suatu tindak pidana, sehingga harus dicari pertanggungjawaban dan peranan masing-
masing dalam peristiwa tersebut , adapun bentuk-bentuk penyertaan diluar KUHP terdapat,
yaitu:

Penyertaan dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa latin “corruptio”, yang berarti kerusakan atau kebobrokan. Ada
pula yang berpendapat bahwa dari segi istilah “korupsi” yang berasal dari kata “corrupeia”
yang dalam bahasa latin berarti “bribery” atau “seduction”, maka yang diartikan dengan
“corruptio” dalam bahasa latin ialah “corrupter” atau “seducer”, bribery dapat diartikan
sebagai memberikan kepada seseorang agar seseorang tersebut berbuat untuk keuntungan
pemberi. Sementara “seduction” berarti sesuatu yang menarik agar seseorang
menyeleweng.Dalam naskah kuno negara Kertagama arti harafiah dari corrupt menunjukkan
kepada perbuatan yang rusak, busuk, bejad, tidak jujur yang disangkutpautkan dengan
keuangan. Pengertian korupsi secara yuridis, baik arti maupun jenisnya telah dirumuskan, di
dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No.20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam pengertian yuridis, pengertian
korupsi tidak hanya terbatas kepada perbuatan yang memenuhi rumusan delik dapat
merugikan keuangan negara atau perkenomian negara, tetapi meliputi juga perbuatan-
perbuatan yang memenuhi rumusan delik, yang merugikan masyarakat atau orang
perseorangan. Korupsi merupakan persoalan hukum danekonomi suatu bangsa yang telah
ada sejak ribuan tahun yang lalu, baik dinegara maju, maupun di negara berkembang.
Perkembangan masalah korupsi di Indonesia saat ini sudah sedemikian parah, yang mana
sering diidentikkan dengan pejabat atau pegawai negeri yang menyalahgunakan keuangan
negara. Salah satu ciri-ciri dari Tindak Pidana Korupsi adalah bahwa Korupsi senantiasa
melibatkan lebih dari satu orang, Dalam hal melibatkan lebih dari satu orang, tentunya tidak
akan jauh dari hal penyertaan dalam suatu tindak pidana Didalam UU No. 31 Tahun 1999 jo.
UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi terdapat aturan
mengenai penyertaan yang dapat dikatakan sebagai penyertaan tindak pidana korupsi,
tetapi pasal tersebut tidak dimuat dalam suatu bab khusus tentang hal tersebut.

Penyertaan dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tercantum dalam Pasal 15 dan Pasal 16 nya. Pasal
15 didalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi berbunyi :

Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau pemufakatan jahat untuk
melakukan tindak pidana korupsi, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana
dimaksud Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14.

Pasal 16 didalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi berbunyi :

Setiap orang di luar wilayah negara Republik Indonesia yang memberikan bantuan,
kesempatan, sarana, atau keterangan untuk terjadi` tindak pidana korupsi dipidana dengan
pidana yang sama sebagai pelaku tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14. Maksud penyertaan dalam Pasal
tersebut adalah Orang yang membantu pelaku tindak pidana korupsi dikenakan ancaman
pidana yang sama dengan yang dikenakan kepada pelaku korupsi (Pasal 15). Ketentuan ini
juga berlaku untuk setiap orang yang berada di luar wilayah Indonesia yang membantu
pelaku tindak pidana korupsi (Pasal 16). Penyertaan didalam UU Tindak Pidana Korupsi
sangatlah berbeda dengan Penyertaan dalam KUHP, dimana perihal penyertaan dalam
bentuk pembantuan dan pemufakatan jahat dipidana sama dengan pelaku tindak pidana
korupsi. Dengan kata lain, tidak terdapat pengurangan seperti pembantuan didalam Pasal
57 KUHPidana.

Anda mungkin juga menyukai