Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PENGLIHATAN KATARAK

OLEH:
ARYANI C. LALAY
640028218

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA
KUPANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duany(Ilyas,
S., 2009). Kekeruhan ini dapat mengganggu jalannya cahaya yang melewati lensa sehingga
pandangan dapat menjadi kabur hingga hilang sama sekali. Penyebab utama katarak adalah
usia, tetapi banyak hal lain yang dapat terlibat seperti trauma, toksin, penyakit sistemik
(seperti diabetes), merokok dan herediter(Vaughan & Asbury, 2009) . Berdasarkan studi
potong lintang prevalensi katarak pada usia 65 tahun adalah 50% dan prevalensi ini
meningkat hingga 70% pada usia lebih dari 75 tahun (Vaughan & Asbury, 2009).
Katarak merupakan masalah penglihatan yang serius karena katarak dapat
mengakibatkan kebutaan. Menurut WHO pada tahun 2002 katarak merupakan penyebab
kebutaan yang paling utama di dunia sebesar 48% dari seluruh kebutaan di dunia.
Setidaknya terdapat delapan belas juta orang di dunia menderita kebutaan akibat katarak. Di
Indonesia revalensi katarak tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan
Bali (2,7%). Prevalensi katarak terendah ditemukan di DKI Jakarta (0,9%) diikuti Sulawesi
Barat (1,1%). Tiga alasan utama penderita katarak belum dioperasi adalah karena
ketidaktahuan (51,6%), ketidakmampuan (11,6%), dan ketidakberanian (8,1%).(Litbang
Kemkes, 2013)
Katarak memang dianggap sebagai penyakit yang lumrah pada lansia. Akan tetapi, ada
banyak faktor yang akan memperbesar resiko terjadinya katarak. Faktor-faktor ini antara lain
adalah paparan sinar ultraviolet yang berlebihan terutama pada negara tropis, paparan
dengan radikal bebas, merokok, defesiensi vitamin (A, C, E, niasin, tiamin, riboflavin, dan
beta karoten), dehidrasi, trauma, infeksi, penggunaan obat kortikosteroid jangka panjang,
penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, genetik dan myopia.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam paper ini, yaitu sebagai berikut.
1. Apa pengertian katarak?
2. Bagaimana anatomi fisiologi mata?
3. Bagaimana etiologi dari katarak?
4. Bagaimana tanda dan gejala katarak?
5. Bagaimana klasifikasi katarak?
6. Bagaimana pathway dari katarak?
7. Bagaimana patofisiologi dari katarak?
8. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari katarak
9. Bagaimana penatalaksanaan medis dari katarak?
10. Bagaimana komplikasi dari katarak?
11. Bagaimana pengkajian keperawatan dari katarak?
12. Bagaimana diagnosis keperawatan yang mungkin muncul dari katarak?
13. Bagaimana rencana keperawatan dari katarak?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan paper ini, yaitu sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dari katarak.
2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi mata.
3. Untuk mengetahui etiologi dari katarak.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala katarak.
5. Untuk mengetahui klasifikasi katarak.
6. Untuk mengetahui pathway dari katarak.
7. Untuk mengetahui patofisiologi dari katarak.
8. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostik dari katarak.
9. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis dari katarak.
10. Untuk mengetahui komplikasi dari katarak
11. Untuk mengetahui bagaimana pengkajian keperawatan dari katarak
12. Untuk mengetahui apa diagnosis keperawatan yang mungkin muncul dari katarak.
13. Untuk mengetahui bagaimana rencana keperawatan dari katarak.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan paper ini, yaitu untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan
pada pasien dengan katarak.
BAB II
PEMBAHASAN

I. KONSEP DASAR KATARAK

A. Pengertian
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi
akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital).
(Brunner & Suddarth, 2001).
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya.(Tamsuri, 2011)
Katarak merupakaan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa di dalam kapsul lensa atau suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi
keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein. Kekeruhan dapat terjadi akibat
gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu(Ilyas,
2005).
Katarak menyebabkan penglihatan  menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan
keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau
denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut
merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan
berkurang (Corwin, 2000)
Jadi dapat disimpulkan Katarak adalah penyakit pada mata yang menyebabkan
penglihatan menjadi buram akibat hidrasi pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul
lensa atau suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh sehingga ketajaman
penglihatan berkurang, biasanya terjadi akibat proses penuaan.
B. Anatomi dan Fisiologi

Bola mata adalah organ penglihat.  Struktur yang berhubungan dilindungi dan


dilingkupi dalam tulang berongga bulat dianamakan orbita, serta dilindungi sejumla
struktur, seperti kelopak mata,alis, konjungtiva, dan alat-alat lakrimal (aparatu
lakrimalis). Bola mata yang menempati bagian kecil dari orbita, dilindungi dan dialasi
oleh lemak yang terletak di belakang bola mata. Saraf dan pembuluh darah yang
mensuplai nutrisi dan mentransmisikan impuls ke otak juga dalam orbita. Orbita
merupakan rongga berpotensi untuk terkumpulnya cairan, darah, dan udara karena letak
anatominya yang dekat dengan sinus dan pembuluh darah. Pendesakan komponen lain ke
lengkungan orbita dapat menyebabkan pergseran, penekanan, atau protusi bola mata dan
struktur di sekitarnya. Meskipun ada perbedaan individual pada mata tiap orang, biasanya
ukuran dan posisinya mendekati semetris.
Bagian - bagian biji mata mulai dari depan hingga belakang       :
1. Kornea, merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan
skelera yang putih dan tidak tembus cahaya, kornea terdiri atas berberapa
lapisan. Lapisan tepi adalah epitelium berlapis yang bersambung dengan
konjungtiva.
2. Bilik anterior ( kamera okuli anterior),yang terletak antara kornea dan iris.
3. Iris adalah tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput
koroid. Iris berisi 2 kelopak serabut otot tak sadar atau otot polos-kelompok
yang satu mengecilkan ukuran pupil, sementara kelompok yang lain
melebarkan ukuran pupil itu.
4. Pupil, bintik tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah dalam iris,
tempat cahaya yang masuk guna mencapai retina.
5. Bilik posterior( kamera okuli posterior) terletak di antara iris dan lensa. Bilik
kanan. Baik bilik anterior maupun bilik anterior maupun bilik posterior diisi
dengan akueus humor.
6. Akueus humor. Cairan ini berasal dari korpus siliare dan diserap kembali ke
dalam aliran darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang
dikenal sebagai saluran schlemm.
7. Lensa adalah sebuah benda transparan bikonveks(cembung depan belakang)
yang terdiri atas berberapa lapisan. Lensa terletak peris di belakang iris.
Membran yang dikenal sebagai ligamentum suspesorium terdapat di depan
maupun dibelakang lensa itu, yang berfungsi mengaitkan lensa itu pada korpus
siliare. Bila legamentum suspensorium mengendur, lensa mengerut dan
menebal, sebaliknya bila ligamen mengendurnya lensa dikendalikan kontraksi
otot siliare.
8. Vitreus humor. Darah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga
retina, diisi cairan penuh albumen berwarna keputih-putihan seprti agar-agar
yaitu vitreus humor. Vitreus humor berfungsi memberi bentuk dan kekokohan
pada mata, serta mempertahankan hubungan antara retina dan selaput koroid
dan sklerotik.
C. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000):
1. Usia lanjut dan proses penuaan 
2. Kongenital atau bisa diturunkan
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh factor lingkungan, seperti merokok atau bahan
beracun lainnya.  
4. Katarak bias disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolic (misalnya diabetes)
dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).  
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/ gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik 

D. Tanda dan Gejala


1. Penglihatan akan suatu objek benda atau cahaya menjadi kabur, buram. bayangan
benda terlihat seakan seperti bayangan semu atau seperti asap
2. Kesulitan melihat ketika malam hari
3. Mata terasa sensitif bila terkena cahaya
4. Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkaran
5. Membutuhkan pasokan cahaya yang cukup terang untuk membaca atau beraktifitas
lainnya.
6. Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena merasa sudah tidak nyaman
menggunakannya
7. Warna cahaya memudar dan cenderung berubah warna saat melihat, misalnya cahaya
putih yang ditangkap menjadi cahaya kuning
8. Jika melihat dengan satu mata, bayangan benda atau cahaya terlihat ganda

E. Klasifikasi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut:
1. Katarak perkembangan (developmental) dan degenerative
2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata
3. Katarak komplikata (sekunder): penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM
dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan
katarak komplikata.
4. Berdasarkan usia pasien , katarak dapat dibagi dalam :
a. Katarak kongenital , katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir ( sudah
terlihat pada usia dibawah 1 tahun )
b. Katarak juvenil , katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan dibawah usia 40
tahun
c. Katarak presentil ,katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, katarak yang terjdi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak
ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ) dan yang paling sering
ditemukan
Adapun tahapan katarak senilis
1) Katarak insipien: pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih
sangat minimal , ahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat perriksa.
Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur.
Penderita pada stadium ini sering kali tidak merasa akan keluhan atau
gangguan pada pengelihatannya sehingga cenderung diabaikan.
2) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
3) Katarak matur : pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan
bertambah sampai menyeluruh bagian lensa sehngga keluhan yang sering
disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan membaca ,
penglihatan kabur dan kesulitan melakukan aktifitas sehari- hari
4) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes
melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata
yang lainnya.
A. Pathway
B. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan
yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya
usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju
pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalamui
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.

C. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan: penurunan mungkin karena massa tumor, karotis,  glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
e. Tes Provokatif: menentukan adanya/ tipe glaucoma
f. Oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
g. Darah lengkap, LED: menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
j. Keratometri.
k. Pemeriksaan lampu slit.
l. A-scan ultrasound (echography).
m. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
n. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.

D. Penatalaksanaan Medis
Tersedia dua teknik terapi pada katarak melalui pembedahan yaitu ekstraksi katarak
intra kapsular (EKIK) dan ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK). Indikasi dari
pembedahan adalah kehilangan penglihatan yang menggangu aktivitas normal atau
katarak yang menyebabkan glaukoma. Katarak diangkat dibahwah anestesi local dengan
rawat jalan. Kehilangan penglihatan berat dan akhirnya kebutaan akan terjadi kecuali
dilakukan pembedahan(Baughman, 2000).
a. Secara Medis
Solusi untuk menyembuhkan penyakit katarak secara medis umumnya dengan
jalan operasi.penilaian bedah didasarkan pada lokasi,ukuran dan kepadatan
katarak.Katarak akan dibedah bila sudah terlalu luas mengenai bagian dari lensa mata
atau katarak total.Lapisan mata diangkat dan diganti lensa buatan(lensa
intraokuler).pembedahan katarak bertujuan untuk mengeluarkan lensa yang
keruh.Lensa dapat dikeluarkan dengan pinset atau batang kecil yang
dibekukan.kadang kadang dilakukan dengan menghancurkan lensa dan mengisap
keluar.Adapun tekhnik yang digunakan pada operasi katarak adalah :
1) Fakoemulsifikasi
Merupakan teknologi terkini,hanya dengan melakukan sayatan (3mm)
pada kornea. Getaran ultrasonic pada alat fakoemulsifikasi dipergunakan untuk
mengambil lensa yang mengalami katarak,lalu kemudian diganti dengan lensa
tanam permanent yang dapat dilipat. Luka hasil sayatan pada kornea kadang
tidak memerlukan penjahitan, shg pemulihan penglihatan segera dapat
dirasakan. Teknik fakoemulsifikasi memakan waktu 20-30 menit dan hanya
memerlukan pembiusan topical atau tetes mata selama operasi.
2) Ekstra kapsuler
Dengan teknik ini diperlukan sayatan kornea lebih panjang, agar dapat
mengeluarkan inti lensa sec utuh, kemudian sisa lensa dilakukan aspirasi.
Lensa mata yang telah diambil digantikan dengan lensa tanam permanent.
Diakhiri dengan menutup luka dengan beberapa jahitan.
a) Ekstra Capsular Catarak Ekstraktie(ECCE)
Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan untuk
mencegah prolaps vitreus, melindungi retina dari sinar ultraviolet dan
memberikan sokongan untuk implantasi lensa intra okuler.
b) Intra Capsular Catarak Ekstraktie(ICCE)
 Lensa diangkat seluruhnya
 Keuntungannya prosedur mudah dilakukan
 Kerugiannya mata berisiko mengalami retinal detachment (lepasnya
retina )
b. Terapi
Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan. Ini dapat diberikan
pada pasien dengan katarak yang belum begitu keparahan. Senyawa aktif dalam obat
tetes mata dari keben yang bertanggung jawab terhadap penyembuhan penyakit
katarak adalah saponin. Saponin ini memiliki efek meningkatkan aktifitas
proteasome yaitu protein yang mampu mendegradasi berbagai jenis protein menjadi
polipeptida pendek dan asam amino. Karena aktivitas inilah lapisan protein yang
menutupi lensa mata penderita katarak secara bertahap “diicuci” shg lepas dari lensa
dan keluar dari mata berupa cairan kental berwarna putih kekuningan.
SARAN
Untuk pencegahan penyakit katarak dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi
buah-buahan yang banyak mengandung vit.C, vit.A, dan vit E.
E. Komplikasi
a. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka
gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan resikoterjadinya
glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan
satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan
lensa intraocular sesegera mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
b. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca
operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil
mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan
pembedahan.
c. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun jarang terjadi

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI


KATARAK
A. Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang
penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama
pasien dirawat di rumah sakit.
a. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/ bangsa,
pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan masalah
primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda,
atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan apakah
masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien
sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah
pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang
terakhir diderita pasien.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia mengenakan
kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus)
pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton
televisi?, bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan
penglihatan lateral atau perifer.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-nenek.
c. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil
sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop(Smeltzer, 2002). Katarak
terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan
oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara
rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya
terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid
umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan
penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa
menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata
sebelumnya (Bruce, Cris, & Anthiny, 2005)
d. Perubahan pola fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah sebagai berikut :
1) Persepsi tehadap kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan
merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi
terhadap obat, makanan atau yang lainnya.
2) Pola aktifitas dan latihan
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan diri,
dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3=
perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu.
3) Pola istirahat tidur
Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau
masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.
4) Pola nutrisi metabolik
Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah
diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami
perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat
badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.
5) Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan. Untuk
BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna,
bau dan frekuensi.
6) Pola kognitif perseptual
Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar,
melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri
karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.
7) Pola konsep diri
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri,
ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.
8) Pola koping
Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan menghadapi
perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga setelah sakit.
9) Pola seksual reproduksi
Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah masalh
saat menstruasi.
10) Pola peran hubungan
Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung dalam
menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama pasien dirawat di
rumah sakit.
11) Pola nilai dan kepercayaan
Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan atas sakit yang diderita.
e. Pemeriksaan Diagnostik
1) Kartu mata Snellen / mesin telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral
penglihatan): mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau
penglihatan ke retina atau jalan optik.
2) Pemeriksaan oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
3) Darah lengkap, laju sedimentasi (LED): menunjukkan anemi sistemik / infeksi
4) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: dilakukan untuk memastikan
aterosklerosis.
5) Tes toleransi glukosa / FBS: menentukan adanya/ kontrol diabetes.

B. Diagnosis Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan Katarak
b. Risiko cedera yang dibuktikan oleh faktor internal (peningkatan tekanan intra
orbital (TIO)), Gangguan penglihatan
c. Ansietas berhubungan dengan rencana operasi, kekhawatiran
(SDKI, 2018)
C. Rencana Keperawatan

Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan intervensi - Minimalisasi
penglihatan berhubungan keperawatan selama ….x24 Rangsangan
Katarak jam, maka Persepsi Sensori 1. Periksa status mental,
Membaik status sensori, dan tingkat
Gejala dan Tanda Mayor kenyamanan (misalnya
Subjektif : Kriteria Hasil: nyeri, kelelahan)
1. Mendengar suara bisikan 5 (menurun) 2. Diskusikan tingkat
atau melihat bayangan 1. Verbalisasi mendengar toleransi terhadap beban
2. Merasakan sesuatu melalui bisikan sensori (misalnya bising,
indera perabaan, penciuman 2. Verbalisasi melihat bayangan terlalu terang)
atau pengecapan 3. Verbalisasi merasakan 3. Jadwalkan aktivitas
Objektif : sesuatu melalui indra harian dan waktu
1. Distorsi sensori perabaan istirahat
2. Respon tidak sesuai 4. Verbalisasi merasakan 4. ajarkan cara
3. Bersikap seolah melihat, sesuatu melalui indra meminimalisasi stimulus
mendengar, mengecap, penciuman (misalanya mengatur
meraba, atau mencium 5. Verbalisasi merasakan pencahayaan ruangan,
sesuatu sesuatu melalui indra mengurangi kebisingan,,
Gejala dan Tanda Minor pengecapan membatasi pengunjung)
Subjektif: 6. Distorsi sensori 5. Kolaborasi pemberian
1. Menyatakan kesal 7. Perilaku halusinasi obat yang mempengaruhi
Objektif: 8. Menarik diri persepsi stimulus
1. Menyendiri 9. Melamun
2. Melamun 10. Curiga
3. Konsentrasi buruk 11. Mondar-mandir
4. Disorientasi waktu, tempat, 5 (membaik)
orang atau situasi 1. Respon sesuai stimulus
5. Curiga 2. Konsentrasi
6. Melihat ke satu arah orientasi
7. Mondar-mandir
8. Bicara sendiri

Risiko cedera yang Setelah dilakukan intervensi - Pencegahan Cedera


dibuktikan oleh faktor keperawatan selama ….x24 1. Identifikasi area
internal (peningkatan jam, maka Tingkat Cedera lingkungan yang
tekanan intra orbital (TIO)), Menurun. berpotensi menyebabkan
Gangguan penglihatan cedera
Kriteria Hasil: 2. Sediakan pencahayaan
Dengan Faktor Risiko: 5 (meningkat) yang memadai
Eksternal : 1. Toleransi aktivitas 3. Sosialisasikan pasien dan
1. Terpapar patogen 2. Nafsu makan keluarga dengan
2. Terpapar zat kimia 3. Toleransi makanan lingkungan ruang ruawat
toksik 5 (menurun) (mis. penggunaan,
3. Terpapar agen 1. Kejadian cedera telepon, tempat tidur,
nosocomial 2. Luka/lecet penerangan ruangan,
4. Ketidakamanan 3. Ketegangan otot lokasi kamar mandi)
transportasi 4. Fraktur 4. Gunakan pengaman
Internal : 5. Perdarahan tempat tidur sesuai
1. Ketidaknormalan profil 6. Ekspresi wajah dengan kebijakan
darah kesakitan fasilitas pelayanan
2. Perubahan orientasi 7. Agitasi kesehatan
afektif 8. Iritabilitas 5. Diskusikan bersama
3. Perubahan sensasi 9. Gangguan mobilitas anggota keluarga yang
4. Disfungsi autoimun 10. Gangguan kognitif dapat mendampingi
5. Disfungsi biokimia 5 (membaik) pasien
6. Hipoksia jaringan 1. Tekanan darah 6. Jelaskan alas an
7. Kegagalan mekanisme 2. Frekuensi nadi intervensi pencegahan
pertahanan tubuh 3. Frekuensi napas jatuh ke pasien dan
8. Malnutrusi 4. Denyut jantung apical keluarga
9. Perubahan fungsi 5. Denyut jantung
psikomotor radialis
10. Perubahan fungsi 6. Pola istirahat/tidur
kognitif
Ansietas berhubungan Setelah dilakukan intervensi -Reduksi Ansietas
dengan rencana operasi , keperawatan selama ….x24 1. Identifikasi saat tingkat
kekhawatiran mengalami jam, maka tingkat ansietas ansietas berubah (mis,
kegagalan. menurun. kondisi, waktu, stressor)
Dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda-tanda
Gejala dan Tanda mayor 5 (menurun) ansietas (verbar dan
Subyektif : 1. verballsasi kebingungan nonverbal)
1. Merasa bingung 2. verballsasi khawatir 3. Ciptakan suasana
2. Merasa khawatir dengan akibat kondisi yang terapeutik untuk
akibat kondisi yang dihadapi menumbuhkan
dihadapi 3. perilaku gelisah kepercayaan
3. Sulit berkonsentrasi 4. perilaku tegang 4. Temani pasien untuk
Objektif: 5. keluhan pusing mengurangi kecemasan,
1. Tampak gelisah 6. anoreksia jika perlu
2. Tampak tegang 7. palpitasi 5. Motivasi
3. Sulit tidur 8. frekuensi pernapasan mengidentifikasi situasi
9. frekuensi nadi yang memicu kecemasan
Gejala dan Tanda Minor 10. tekanan darah 6. Anjurkan keluarga untuk
Subyektif: 11. diaphoresis tetap bersama pasien, jika
1. Mengeluh pusing 12. tremor perlu
2. Anoreksia 13. pucat 7. Latih kegiatan
3. Palpitasi 5 (membaik) pengalihan untuk
4. Merasa tidak berdaya 1. konsentrasi mengurangai ketegangan
Objektif: 2. pola tidur
1. frekuensi nafas meningkat 3. perasaan keberdayaan 8. Latih teknik relaksasi
2. frekuensi nadi meningkat 4. kontak mata
3. tekanan darah meningkat 5. pola berkemih - Persiapan Pembedahan
4. diaforesis 6. orientasi 1. Identifikasi kondisi
5. tremor umum pasien (mis.
6. muka tampak pucat kesadaran, hemodinamik,
7. suara bergetar konsumsi antikoagulan,
8. kontak mata buruk jenis operasi, jenis
9. sering berkemih anastesi, penyakit
10. berorientasi pada masa lalu penyakit,[seperti DM,
hipertensi, jantung,
PPOK, asma],
pengetahuan tentang
operasi, kesiapan
psikologis)
2. Onitor tekanan, darah,
suhu, nadi, pernapasan,
BB, EKG
3. Monitor kadar gula
4. Puasakan minimal 6 jam
sebelum pembedahan
5. Jelaskan tentang
prosedur, waktu dan
lamanya operasi
6. Kolaborasi dengan dokter
bedah jika mengalami
peningkatan suhu tubuh,
hiperglikemi,
hipoglikemi atau
perburukan kondisi
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat
proses penuaan tetapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital). (Brunner &
Suddarth, 2001)
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain: usia lanjut dan proses
penuaan, pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan beracun lainnya. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik
(misalnya diabetes) dan obat- obatan tertentu (misalnya kortikosteroid).
Tersedia dua teknik terapi pada katarak melalui pembedahan yaitu ekstraksi katarak
intra kapsular (EKIK) dan ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK). Indikasi dari
pembedahan adalah kehilangan penglihatan yang menggangu aktivitas normal atau katarak
yang menyebabkan glaukoma. Katarak diangkat dibahwah anestesi local dengan rawat jalan.
Kehilangan penglihatan berat dan akhirnya kebutaan akan terjadi kecuali dilakukan
pembedahan.(Baughman, 2000)
3.2 Saran
Sebagai calon perawat hendaklah bisa menerapkan dan memahami mengenai konsep
dasar asuhan keperawatan, sehingga dalam memberikan pelayanan bisa dilakukan secara
tepat dan optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, D. C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku Untuk Brunner dan Suddart,
alih bahasa oleh Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Bruce, J., Cris, C., & Anthiny, B. (2005). Lecture Notes Oftamology, alih bahasa oleh Asri Dwi
Rachmanwati. Jakarta: Erlangga.
Brunner, & & Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Corwin. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Ilyas, S. (2005). Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga (3rd ed.). Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Ilyas, S. (2009). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. In Perpustakaan Universitas
Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Litbang Kemkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesi (SDKI) (I).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Smeltzer, S. C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta:
EGC.
Tamsuri, A. (2011). Klien Gangguan Dan Penglihatan : Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Vaughan, & Asbury. (2009). Opthamology Umum (17th ed.). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai