OLEH:
ARYANI C. LALAY
640028218
A. Pengertian
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi
akibat proses penuaan tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital).
(Brunner & Suddarth, 2001).
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya.(Tamsuri, 2011)
Katarak merupakaan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan
lensa di dalam kapsul lensa atau suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi
keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein. Kekeruhan dapat terjadi akibat
gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu(Ilyas,
2005).
Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan
keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau
denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut
merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan
berkurang (Corwin, 2000)
Jadi dapat disimpulkan Katarak adalah penyakit pada mata yang menyebabkan
penglihatan menjadi buram akibat hidrasi pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul
lensa atau suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh sehingga ketajaman
penglihatan berkurang, biasanya terjadi akibat proses penuaan.
B. Anatomi dan Fisiologi
E. Klasifikasi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut:
1. Katarak perkembangan (developmental) dan degenerative
2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata
3. Katarak komplikata (sekunder): penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM
dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan
katarak komplikata.
4. Berdasarkan usia pasien , katarak dapat dibagi dalam :
a. Katarak kongenital , katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir ( sudah
terlihat pada usia dibawah 1 tahun )
b. Katarak juvenil , katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan dibawah usia 40
tahun
c. Katarak presentil ,katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, katarak yang terjdi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis katarak
ini merupakan proses degeneratif (kemunduran ) dan yang paling sering
ditemukan
Adapun tahapan katarak senilis
1) Katarak insipien: pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih
sangat minimal , ahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat perriksa.
Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur.
Penderita pada stadium ini sering kali tidak merasa akan keluhan atau
gangguan pada pengelihatannya sehingga cenderung diabaikan.
2) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
3) Katarak matur : pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan
bertambah sampai menyeluruh bagian lensa sehngga keluhan yang sering
disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan membaca ,
penglihatan kabur dan kesulitan melakukan aktifitas sehari- hari
4) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes
melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata
yang lainnya.
A. Pathway
B. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan
yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya
usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju
pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalamui
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.
C. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
b. Lapang Penglihatan: penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
e. Tes Provokatif: menentukan adanya/ tipe glaucoma
f. Oftalmoskopi: mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
g. Darah lengkap, LED: menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
j. Keratometri.
k. Pemeriksaan lampu slit.
l. A-scan ultrasound (echography).
m. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
n. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
D. Penatalaksanaan Medis
Tersedia dua teknik terapi pada katarak melalui pembedahan yaitu ekstraksi katarak
intra kapsular (EKIK) dan ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK). Indikasi dari
pembedahan adalah kehilangan penglihatan yang menggangu aktivitas normal atau
katarak yang menyebabkan glaukoma. Katarak diangkat dibahwah anestesi local dengan
rawat jalan. Kehilangan penglihatan berat dan akhirnya kebutaan akan terjadi kecuali
dilakukan pembedahan(Baughman, 2000).
a. Secara Medis
Solusi untuk menyembuhkan penyakit katarak secara medis umumnya dengan
jalan operasi.penilaian bedah didasarkan pada lokasi,ukuran dan kepadatan
katarak.Katarak akan dibedah bila sudah terlalu luas mengenai bagian dari lensa mata
atau katarak total.Lapisan mata diangkat dan diganti lensa buatan(lensa
intraokuler).pembedahan katarak bertujuan untuk mengeluarkan lensa yang
keruh.Lensa dapat dikeluarkan dengan pinset atau batang kecil yang
dibekukan.kadang kadang dilakukan dengan menghancurkan lensa dan mengisap
keluar.Adapun tekhnik yang digunakan pada operasi katarak adalah :
1) Fakoemulsifikasi
Merupakan teknologi terkini,hanya dengan melakukan sayatan (3mm)
pada kornea. Getaran ultrasonic pada alat fakoemulsifikasi dipergunakan untuk
mengambil lensa yang mengalami katarak,lalu kemudian diganti dengan lensa
tanam permanent yang dapat dilipat. Luka hasil sayatan pada kornea kadang
tidak memerlukan penjahitan, shg pemulihan penglihatan segera dapat
dirasakan. Teknik fakoemulsifikasi memakan waktu 20-30 menit dan hanya
memerlukan pembiusan topical atau tetes mata selama operasi.
2) Ekstra kapsuler
Dengan teknik ini diperlukan sayatan kornea lebih panjang, agar dapat
mengeluarkan inti lensa sec utuh, kemudian sisa lensa dilakukan aspirasi.
Lensa mata yang telah diambil digantikan dengan lensa tanam permanent.
Diakhiri dengan menutup luka dengan beberapa jahitan.
a) Ekstra Capsular Catarak Ekstraktie(ECCE)
Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan untuk
mencegah prolaps vitreus, melindungi retina dari sinar ultraviolet dan
memberikan sokongan untuk implantasi lensa intra okuler.
b) Intra Capsular Catarak Ekstraktie(ICCE)
Lensa diangkat seluruhnya
Keuntungannya prosedur mudah dilakukan
Kerugiannya mata berisiko mengalami retinal detachment (lepasnya
retina )
b. Terapi
Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan. Ini dapat diberikan
pada pasien dengan katarak yang belum begitu keparahan. Senyawa aktif dalam obat
tetes mata dari keben yang bertanggung jawab terhadap penyembuhan penyakit
katarak adalah saponin. Saponin ini memiliki efek meningkatkan aktifitas
proteasome yaitu protein yang mampu mendegradasi berbagai jenis protein menjadi
polipeptida pendek dan asam amino. Karena aktivitas inilah lapisan protein yang
menutupi lensa mata penderita katarak secara bertahap “diicuci” shg lepas dari lensa
dan keluar dari mata berupa cairan kental berwarna putih kekuningan.
SARAN
Untuk pencegahan penyakit katarak dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi
buah-buahan yang banyak mengandung vit.C, vit.A, dan vit E.
E. Komplikasi
a. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka
gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan resikoterjadinya
glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan
satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan
lensa intraocular sesegera mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
b. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca
operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil
mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan
pembedahan.
c. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun jarang terjadi
B. Diagnosis Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan Katarak
b. Risiko cedera yang dibuktikan oleh faktor internal (peningkatan tekanan intra
orbital (TIO)), Gangguan penglihatan
c. Ansietas berhubungan dengan rencana operasi, kekhawatiran
(SDKI, 2018)
C. Rencana Keperawatan
Baughman, D. C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku Untuk Brunner dan Suddart,
alih bahasa oleh Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Bruce, J., Cris, C., & Anthiny, B. (2005). Lecture Notes Oftamology, alih bahasa oleh Asri Dwi
Rachmanwati. Jakarta: Erlangga.
Brunner, & & Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Corwin. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Ilyas, S. (2005). Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga (3rd ed.). Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Ilyas, S. (2009). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. In Perpustakaan Universitas
Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Litbang Kemkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013. Laporan Nasional 2013.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesi (SDKI) (I).
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Smeltzer, S. C. (2002). Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta:
EGC.
Tamsuri, A. (2011). Klien Gangguan Dan Penglihatan : Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Vaughan, & Asbury. (2009). Opthamology Umum (17th ed.). Jakarta: EGC.