Anda di halaman 1dari 11

“..Aaarrgghhh... Gagal closing lagi, gagal closing lagi...


“Padahal chat yang masuk banyak, tapi kok yang beli dikit ya?..”
“Aku kudu piye Mas, cuma pada tanya-tanya doank nih, aku di-PHP-in mulu”

Sering denger keluhan kayak gini dari temen-temen yang jualan online?
Atau malah justru Anda sendiri yang mengalami nih?
Nyesek iya, sakit iya, pedih iya, hehe..
Tapi yang pasti kalau emang kita udah komitmen mau serius jualan online dan membangun
bisnis online, kita harus ANTI BAPER, dan punya mental baja
Karena hal-hal seperti itu lumrah dan wajar

Namanya juga jualan, orang belum tentu langsung beli produk yang kita tawarkan.
Hanya tuhan yang akan menuntun hatinya tergerak membeli produk kita Lebay,
hahaha....

“Make it undercontrol”
Sebenarnya kita bisa menentukan agar orang yang kita tawari untuk membeli produk kita,
asalkan kita tau polanya, kita tau tekniknya

Nah, di eBook ini kita kupas strategi agar closingan semakin banyak, transferan yang masuk ke
rekening pun semakin banyak

Selamat membaca halaman per halaman dan selamat mempraktekkan ilmu yang sangat
aplikatif ini

Apa saja masalah atau keberatan yang sering muncul dari calon buyer?
Sebelum kita melangkah ke pembahasan tentang teknik follow up, kita harus paham dulu,
sebenarnya apa saja kendala dan keberatan orang kenapa ga bersegera untuk beli

Kita ambil beberapa masalah yang sering terjadi ya, seperti :


- Mereka baru tertarik, tapi belum punya uang
- Udah tanya-tanya, tapi lupa mau transfer
- Lagi membanding-bandingkan dengan toko lain
- Mereka belum tau benefit detail dari produk kita
- Mereka kurang nyaman dengan pelayanan kita
- Bingung milih produk yang mana yang mau dibeli
-
-
-
-
-

Apa lagi? Anda bisa menambahkan masalah-masalah lain yang bisa dijumpai

Kalau sudah tau kebanyakan masalah, kita bisa menghadirkan solusi dan follow up yang tepat
Karena beda masalah, maka beda juga teknik follow up nya.

Selain permasalahan di atas, ada faktor lain yang juga mempengaruhi tingkat closing kita Apa
itu? Tipe market

Yup, tipe market juga punya peranan penting yang menentukan tingkat keberhasilan kita untuk
menjual produk
Orang yang udah pernah beli ke kita pasti lebih besar kemungkinannya untuk repeat order,
karena sudah trust dengan kita dan tau kualitas produk dan pelayanan kita

Bandingkan dengan orang baru atau prospek baru yang belum kenal dengan kita, mereka tentu
bakal cari tau dulu tentang kita, siapa kita, gimana produk kita, banyak testimoni kepuasan
dari byer-buyer kita sebelumnya atau enggak

Biasanya, prospek baru ini lah yang sering kali menunda untuk beli dengan berbagai alasan

So, coba kita pelajari dulu tipe market dan bagaimana cara memperlakukan masing-masing tipe
market ya
KATEGORI MARKET

Jadi inget sebuah peribahasa


"Tak Kenal Maka Tak Sayang, Kalau Ngaku Sayang Kapan Mau Ngelamar??"
Eh gitu bukan sih? :D

Nyatanya emang gitu,dalam bisnis, tingkat TRUST pembeli ke si penjualan jadi salah satu
faktor terpenting yg jadi alasan kenapa mereka mau beli
Kepercayaan terbentuk karena adanya kedekatan, kedekatan terbentuk karena sudah kenal &
ada rasa nyaman

Sayangnya,
Banyak di antara kita yg mungkin pukul rata semua market tanpa pandang bulu Dijualin
semua, entah udah kenal ataupun belum.
Jangankan yg belum kenal, yg udah kenal aja kadang males dijualin

Nah, kali ini Saya mau menjelaskan kategori market yang dibagi jadi 3 -
Cold Market
- Warm Market
- Hot Market
Sebagai bahan temen2 yg belum tau maupun yg sudah tau, utk kembali membedakan leads /
friendlist di FB mana saja yg termasuk dalam kategori2 market tsb
● COLD MARKET
Prospek baru yg sama sekali belum kenal kita, belum tau produk kita, belum pernah beli sama
kita, ya iyalah kenal juga enggak 😄 😅

Lampu Merah,
Jangan langsung dijualin

Inget ilmu 'KepoSelling'

PDKT dulu, kenalan, tanya kesibukan dia,


Like postingan FBnya
Kalo dia jualan, tanya2 dulu ttg bisnis/jualannya

Udah sampe segitu aja

Kita kepoin dia dulu, biasanya nanti dia bakal kepo balik, tanya2 ke kita

Disitu baru deh edukasi pelan2

● WARM MARKET
Mereka ini, buyer kita, belum jadi customer, karena hasil konversi edukasi tadi. Baru
beli 1x

Udah kenal kita, udah pernah transaksi sama kita

Nah, gimana memperlakukannya?

Sering2 tanya kabar, tanya impact apa yg sudah dirasakan setelah baca buku yg dia beli

Terus jaga komunikasi & kedekatan

Kalo dia ngerasain benefit dari buku & nyaman dengan servis kita, mudah bikin dia tertarik
dengan penawaran kita berikutnya

● HOT MARKET
kalo yg ini sih, udah enak
Ga ada perlakuan khusus
Udah kenal kita, udah beberapa kali transaksi, jadi customer, bahkan temen curhat biasanya

Gak perlu penawaran pake copywriting yg panjang lebar


Penawaran simpel aja bisa closing kalo emang produknya dia butuh, ato kita bisa bikin dia
ngrasa butuh, huehehe

Beda Market, beda perlakuan


Tapi yang jelas terus bangun kedekatan agar terbentuk Trust

Inget kata Ari Lasso,


"Sentuh lah dia tepat di hati nya..."
Dapet AHA dari kategori market di atas?
Yup, intinya beda market maka beda perlakuannya
Biasanya tipe market yang paling sering menunda adalah tipe COLD MARKET

Teknik follow up sangat penting kita terapkan pada bisnis kita


Di media apapun, apakah kita main Sosial Media Marketing, Messenger Marketing, Email
Marketing, dimana pun

Analogi simpelnya gini,


Calon buyer bisa ga kita closingkan di interaksi atau di penawaran pertama?
Bisa jadi,
Tapi nyatanya gini,
Calon buyer kebanyakan ga langsung beli di penawaran pertama
Jadi kalau ada orang tanya-tanya dan gak beli, itu bukan berarti “Gak beli”, tapi bisa jadi
“Belum beli”
Jangan ngerasa di-PHP-in, bisa emang kita nya yang ga jago ngeClosingin
Ga closing di penawaran pertama, bisa jadi closing di penawaran kedua
Ga closing di penawaran kedua, bisa jadi closing di penawaran ketiga
Ga closing di penawaran ketiga, bisa jadi closing di penawaran keempat Tugas
kita adalah menjelaskan lebih detail tentang benefit produk

Sampai sini paham??


7 TEKNIK FOLLOW UP
Setelah Anda berusaha keras membuat pembaca status Anda tertarik beli produk Anda,
sayangnya tidak semua orang langsung closing dalam waktu seketika. Terkadang, kita
membutuhkan tindak lanjut (follow up) untuk memastikan mereka sudah melakukan transaksi.
Karena kenyataannya di lapangan, tidak semua yang order, benar-benar transfer. Ah, PHP
(pemberi harapan palsu)...

Masalahnya, saat kita melakukan follow up, banyak dari prospek justru malah tidak jadi beli.
Dan sadarkah Anda, teknik closing dan teknik follow up adalah dua hal yang berbeda. Serupa,
tapi tak sama. Ibarat adik kakak...

Karenanya, kita perlu melakukan yang namanya follow up Bahkan, ada


sebuah fakta menarik dari risetnya Hubspot, yakni:

"80% Pembelian membutuhkan 5 kali follow up, tapi 44% pebisnis online berhenti saat
penawaran pertama...” (Hubspot)

Artinya, ada 44% pebisnis online yang akan mengalami kegagalan dalam 80% penjualan yang
mereka lakukan. Bayangkan, sebanyak itu. Apakah Anda ingin membiarkannya hilang begitu
saja? Tentu tidak, bukan?

Oleh karena itu, diperlukan skill follow up agar mereka benar-benar beli dan transfer uangnya
ke kita.

Caranya?

Anda bisa lakukan 7 trik berikut ini:

1. Ajukan Pertanyaan Pilihan

Prinsipnya, cara ini sama persis seperti yang sudah Saya jelaskan di teknik double binding
dan asumsi use of or. Masih ingat?

Ya, banyak orang gagal memfollow up, karena mereka salah bertanya, misalkan:

• "Mba, jadi beli kerudungnya enggak?". Jawab: enggak.


• "Mas, jadi beli kaosnya enggak?". Jawab: enggak
Itupun mending kalau dijawab, kebanyakan malah nggak dibalas sama sekali. Pernah
ngalamin?

Makanya, Anda perlu mengajukan pertanyaan pilihan yang jawabannya pasti "YA".
Misalkan:
• "Mba, orderan kemarin, mau dikirim pake JNE atau TIKI?"
• "Mas, orderan kemarin, mau dikirim hari ini atau besok?"
• "Bu, orderan kemarin, mau ditransfer ke BCA atau Mandiri?" Pola ini memiliki rumus:
"Mas/Mba, orderan yang kemarin, mau [sugesti] (x) atau (y)?"

2. Asumsikan Pasti Beli

Ini yang sering terjadi pada para penjual online. Mereka mengasumsikan calon pembelinysa
tidak jadi beli. Maksudnya?

Asumsinya pun dinyatakan secara terang-terangan, persis seperti kasus sebelumnya: "Mba,
jadi beli kerudungnya enggak?", "Mas, jadi beli kaosnya enggak?".

Ya jelas, pertanyaan tersebut diasumsikan bahwa si calon pembeli boleh beli boleh tidak.
Masih ingat 7 asumsi terselubung yang kita bahas sebelumnya? Nah, itu.

Terus, gimana caranya?

Ya gunakan asumsi terselubung seperti yang Saya jelaskan di atas. Misalkan:

• "Oh ya Mba, sebelum transfer, masih ada yang ingin ditanyakan mengenai
produknya?". Asumsinya, dia bakalan transfer.

• "Oh ya Mas, kira-kira mas rencana mau transfer kapan ya?". Asumsinya, dia bakalan
transfer. Cuma, kapan?

• "Oh ya Mas, karena kemarin mas sudah tertarik ikut pelatihannya, Saya penasaran,
kira-kira mas mau selesaikan pembayarannya siang ini atau sore?". Asumsinya, dia
bakalan bayar. Cuma, mau bayar siang atau sore?

• "Oh ya Mas, karena sebelumnya mas udah tertarik ikut pelatihannya, sebelum transfer,
Saya kepingin tahu, apakah mas udah tahu seberapa besar manfaat yang mas dapatkan
setelah join di pelatihan ini?. Wow, asumsinya ditumpuk-tumpuk. Silakan analisa
sendiri. hehe...
3. Tanyakan Alasan Beli

Cara ini masih memanfaatkan asumsi pasti beli. Karena ketika kita tanya kenapa mereka
mau beli di kita, maka mereka cenderung menjawab, "karena.... bla bla bla", seperti yang
sudah Saya jelaskan di bab sebelumnya.

Saat mereka mengungkapkan alasannya, artinya mereka sudah benar-benar setuju untuk beli
produk kita. Paham?

Misalnya:

• "Mba, kalau boleh tahu, kenapa ya pengen beli produknya dari Saya, bukan dari yang
lain?"

• "Mas, kalau boleh tahu, kenapa mas tertarik beli produk ini?"
Kebayang?

4. Tunjukkan Testimoni

Dengan Anda memberikan testimoni, entah itu screen shoot gambar atau cerita dari
pembeli produk Anda sebelumnya, akan membuat calon pembeli semakin yakin dengan
produk Anda. Terkadang, mereka menunda beli atau transfer, bukan karena apa-apa,
melainkan kurang yakin dan banyak pertimbangan. Tapi ketika Anda tunjukkan
testmonitesmimoninya, pastinya mereka akan semakin yakin untuk beli produk Anda.

5. Tawarkan Bantuan

Ini adalah cara yang paling sering Saya gunakan khususnya saat memfollow up calon
pembeli lewat email. Alhasil, gara-gara cara ini konversi penjualan Saya dari order ke
transfer melesat hingga 65%. Karena berdasarkan pengalaman kawan-kawan Saya, mereka
hanya mendapatkan 35-45% saja.

Caranya, Anda bisa bertanya kepada calon pembeli Anda, misalnya:

• "Mas, apakah mas butuh bantuan?"


• "Mba, ada yang ingin ditanyakan terkait produk yang kemarin?"
Kebayang?
6. Bayang-Bayangi Terus

Sebenarnya, cara ini cukup efektif untuk membuat orang lain ingat dengan orderan.
Caranya? Kita hanya sekedar membuat orang aware bahwa mereka sudah pernah janji
untuk mau transaksi dengan kita. Misalnya, Anda bisa berikan like di statusnya,
mengomentari statusnya, dan share statusnya. Ingat, Anda nggak harus mengingatkan ia
untuk transfer, cukup bangun intreraksi seperti biasa saja. Orang yang punya otak, ketika
melihat nama Anda pun, akan langsung sadar bahwa mereka telah berjanji untuk melakukan
pembelian. Kebayang?

Nanti, ketika Anda gunakan FB Ads, tepatnya retargeting, Anda bisa bayang-bayangi
mereka dengan cara ini. Okey?

7. Telepon Langsung

Ini adalah solusi terakhir dalam melakukan follow up calon pembeli. Jika sebelumnya Anda
sudah memiliki nomor telepon mereka, maka cobalah follow up dengan cara telepon
langsung. Cara ini terbukti cukup ampuh untuk menentukan apakah mereka mau beli atau
tidak. Karenanya, goal dari cara ini adalah satu, yakni mendapatkan kepastian apakah dia
mau beli atau tidak. Setidaknya, ketika Anda sudah mendapatkan jawaban dan kepastian,
Anda bisa lanjut memfollow up calon pembeli lainnya. Sip?

Itulah 7 trik follow up yang bisa Anda gunakan saat memfollow up calon pembeli yang sempat
menunda untuk bertransaksi dengan Anda. Silakan coba!

E-Book Ini Dibuat oleh BILLIONAIRE STORE


Kiblatnya Pengusaha Indonesia

Anda mungkin juga menyukai