Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN

BENAR

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa


Indonesia Semester I

Dosen Pengampu : Herlinda, Dr, M.A

Disusun oleh :

1.Riska Aditia:12111321390
2.Winda Asmarani:12111321962
3.Wonszu Fatham Mubina:12111314139

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN LOKAL 1C
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
(UIN SUSKA RIAU)
1442H/2021M

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb…

Segala puji dan syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan bimbingan-Nya makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan
rencana. Makalah yang berjudul “Pengunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
” Ini sebagai pemenuhan tugas dari Dosen Pengampu Bahasa Indonesia.

Selama penyusunan makalah ini banyak kendala yang dihadapi, namun


berkat kerja sama, kami dapat menyelesaikannya. Pada kesempatan ini dengan
ketulusan hati kami ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-
banyaknya kepada yang terhormat dosen pengampu.

Kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis


penulisan maupun materi, Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan bagi pihak
yang membutuhkan, Amin.

ii
Pekanbaru, 16 september 2021

DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................... ii
Daftar Isi .......................................................................................... iii
BAB I .......................................................................................... 1
L. Belakang .......................................................................................... 1
R. Masalah .......................................................................................... 2
BAB II .......................................................................................... 3
Pengertian .......................................................................................... 3
Tata Cara .......................................................................................... 5
Manfaat .......................................................................................... 9
BAB III .......................................................................................... 11
Kesimpulan .......................................................................................... 11
Saran .......................................................................................... 11
Daftar Pustaka .......................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah bahasa Indonesia yang baik telah dikenal oleh masyarakat secara
luas dalam kehidupan sehari-hari. Namun pengenalan istilah tidak menjamin
secara komperhensif konsep dan makna istilah bahasa Indonesia yang baik itu.
Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat
bahwa bahasa Indonesia yang baik sama dengan bahasa Indonesia yang baku
atau bahasa Indonesia yang benar. Bahasa Indonesia yang baku dan bahasa
indonesia yang benar belum tentu dapat menjamin tersampaikannya maksud
dan tujuan kepada lawan bicara. Sehingga dibutuhkan susunan bahasa
indonesia yang fleksibel yang artinya dapat dengan mudah menyesuaikan diri
dengan situasi dan kondisi.

Bahasa Indonesia adalah salah satu Bahasa yang memiliki sejarah


cukup Panjang dalam pembentukannya, baik lisan maupun dalam Bahasa
tulisanya. Bahasa Indonesia merupakan Bahasa melayu yang sudah berada di
Nusantara sejak zaman kerajaan-kerajaan di Nusantara.

Dengan gambaran kondisi yang demikian itu, dimana pengetahuan


masyarakat masih kurang tepat dan terbatas berkaitan dengan penggunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam
makalah ini penulis akan membahas tentang pengertian bahasa Indonesia yang
baik, cara berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-
hari, serta manfaat penggunaan bahasa Indonesia.

1
B. Rumusan Masalah

Bahasa Indonesia yang baik merupakan kemampuan berbahasa yang


sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia yang baik
bukan berarti bahasa Indonesia yang baku, namun merupakan suatu susunan
bahasa yang dikemas secara fleksibel untuk mempermudah berkomunikasi
dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu kita perlu mengetahui dan menguasai
bahasa Indonesia yang baik, dengan mempelajari penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari, serta manfaat
bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari.

1. Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar ?

2. Bagaimana cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar


dalam kehidupan sehari-hari ?

3. Apa saja manfaat menggunakan bahasa Indonesia ?

4. Apa itu bahasa Indonesia yang baku dan tidak baku

C. Tujuan

1. Dalam makalah ini terdapat beberapa tujuan yang terdiri yaitu :

2. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar

3. Mengetahui cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
kehidupan sehari-hari

4. Mengetahui manfaat menggunakan bahasa Indonesia


5. Mengetahui perbedaan bahasa Indonesia yang baku dan tidak baku serta tau
menempatkan bahasa Indonesia yang benar

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar

Berbahasa Indonesia yang baik adalah berbahasa Indonesia yang sesuai


dengan tempat tempat terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan siapa lawan
bicara, dan sesuai dengan topic pembicaraan, intinya Bahasa Indonesia yang baik
adalah berbahasa yang disesuaikan dengan situasi dan konteksnya. Berbahasa
Indonesia yang benar adalah berbahasa menggunakan kaidah kaidah tata bahasa
yang terdapat di PUEBI (pedoman umum ejaan bahasa Indonesia). Jadi bahasa
Indonesia yang baik dan benar berarti menyampaikan pikiran dengan informasi
yang lengkap secara teratur. Ragam bahasa yang digunakan dapat berupa ragam
bahasa formal atau non formal tergantung pada konteksnya. Bahasa Indonesia
yang baik tidak selalu perlu beragam baku. Yang perlu diperhatikan dalam
berbahasa Indonesia yang baik adalah pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi
menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa. Orang yang mahir
menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apa
pun jenisnya itu, dianggap berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan ragam yang
tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah
yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang harus mengenai
sasarannya tidak selalu perlu bergam baik (Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1988, halaman 19). Jadi jika kita
berbahasa benar belum tentu baik untuk mencapai sasarannya, begitu juga
sebaliknya, jika kita berbahasa baik belum tentu harus benar, kata benar dalam
hal ini mengacu kepada bahasa baku. Contohnya jika kita melarang seorang anak

3
kecil naik ke atas meja, “Hayo adek, nggak boleh naik meja, nanti jatuh!” Akan
terdengar lucu jika kita menggunakan bahasa baku, “Adik tidak boleh naik ke
atas meja, karena nanti engkau bisa jatuh!”. Pemakaian bahasa Indonesia yang
baik perlu memperhatikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan
sasarannya .(Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1988, halaman 20).

Kalo kita cermati kutipan-kutipan di atas tentang apa itu bahasa


Indonesia yang baik, erat sekali hubungannya dengan ragam bahasa. Berarti
untuk lebih memahaminya kita juga perlu tahu apa saja ragam bahasa yang ada
di dalam bahasa Indonesia. Sepertinya perlu pembahasan tersendiri mengenai hal
itu. Jadi yang penting dalam masalah “yang baik dan benar” kali ini adalah kita
tetap berbahasa sesuai keadaan, situasi, dengan siapa kita berbicara, dan untuk
tujuan apa kita berbahasa.

Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif


bahasa. Hal itu berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita
harus memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh
sebab itu, unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan
sudut pandang khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita
berbahasa kepada anak kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa
tentu berbeda. Penggunaan bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi
dan berpendidikan rendah tentu tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat
menyampaikan pengertian mengenai jembatan, misalnya, dengan bahasa yang
sama kepada seorang anak SD dan kepada orang dewasa. Selain umur yang
berbeda, daya serap seorang anak dengan orang dewasa tentu saja berbeda. Lebih
lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek komunikasi, maka unsur-unsur
komunikasi menjadi penting, yakni pengirim pesan, isi pesan, media
penyampaian pesan, dan penerima pesan. Mengirim pesan adalah orang yang
akan menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu pendengar atau
pembacanya, bergantung pada media yang digunakannya. Jika pengirim pesan
menggunakan telepon, media yang digunakan adalah media lisan. Jika ia

4
menggunakan surat, media yang digunakan adalah media tulis. Isi pesan adalah
gagasan yang ingin disampaikan kepada penerima pesan.

Marilah kita gunakan contoh sebuah majalah atau buku. Pengirim pesan
dapat berupa penulis artikel atau penulis cerita, baik komik, dongeng, atau narasi.
Isi pesan adalah permasalahan atau cerita yang ingin disampaikan atau
dijelaskan. Media pesan merupakan majalah, komik, atau buku cerita. Semua
bentuk tertulis itu disampaikan kepada pembaca yang dituju. Cara artikel atau
cerita itu disampaikan tentu disesuaikan dengan pembaca yang dituju. Berarti,
dalam pembuatan tulisan itu akan diperhatikan jenis permasalahan, jenis cerita,
dan kepada siapa tulisan atau cerita itu ditujukan.

B. Menggunakan Bahasa Indonesia Dalam Kehidupan Sehari-hari

Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar harus dalam


kehidupan sehari-hari harus sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku.
Misalnya dalam situasi nonformal seperti di warung, di pasar, di rumah dan lain-
lain hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang tidak terlalu terikat.
Contohnya, “ Berapa nih, Bu, ikannya ? “.

Sedangkan pada situasi formal seperti kuliah, seminar, rapat dan lainlain,
menggunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal serta memperhatikan
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, seperti kaidah ejaan, kaidah pembentukan
kata, kaidah penyusunan kalimat dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah –
kaidah bahasa kurang ditaati, maka pemakaian bahasa Indonesia tersebut tidak
benar atau tidak baku. Jadi, berbahasa Indonesia yang baik dan benar adalah
pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan juga mengikuti
kaidah bahasa yang benar. Agar penggunaan bahasa Indonesia dapat digunakan
dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat, ada beberapa langkah yang
perlu dilakukan antara lain sebagai berikut :

1. Isi atau makna, yaitu berhubungan dengan pikiran, gagasan atau


perasaan yang disampaikan

5
2. Keadaan pemakaian bahasa, yaitu yang berhubungan dengan suasana
tempat, atau waktu bahasa

3. Khalayak/sasaran, yaitu yang berkenaan dengan usia, kelamin,


pendidikan, pekerjaan dan kedudukan

4. Sarana saluran yang digunakan, umpamanya melalui telepon, radio,


televisi

5. Cara berhubungan langsung atau tidak langsung, misalnya melalui


forum rapat, televisi, radio, dan surat

Untuk itu ada baiknya kita tetap harus selalu berbahasa Indonesia yang baik
dan benar yang berarti pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya
dan di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang benar. Ungkapan bahasa
Indonesia yang baik dan benar sebaliknya mengacu ke ragam bahasa yang
sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.

Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat kita
menggunakan bahasa Indonesia yaitu :

1. Tata bunyi (fonologi), fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yang
meliputi :

a) Fonetik, adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi ujaran


yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana menghasilkan
bunyibunyi tersebut dengan alat ucap manusia.
b) Fonemik, adalah ilmu yang mempelajari bunyi atau ujaran yang dalam fungsinya
sebagai pembeda arti.

Kalau dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan
oleh alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam
fonemik kita mempelajari dan menyelidiki kemungkinankemungkinan, bunyi-
bunyi yang dapat mempunyi fungsi untuk membedakan arti.

2. Tata bahasa (kalimat),

6
Masalah definisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan karena sudah
terlalu banyak definisi kalimat yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa. Yang
lebih penting untuk diperhatikan ialah apakah kalimat-kalimat yang klita
hasilkan dapat memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar (gramatikal). Selain
itu, apakah kita dapat mengenali kalimat-kalimat gramatikal yang dihasilkan
orang lain. Dengan kata lain, kita dituntut untuk memiliki wawasan bahasa
Indonesia dengan baik agar kita dapat menghasilkan kalimat-kalimat yang
gramatikal dalam komunikasi baik lisan maupun tulis, dan kita dapat mengenali
kalimat-kalimat yang dihasilkan orang lain apakah gramatikal atau tidak. Suatu
pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu terdapat predikat dan
subjek. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan
tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Pernyataan tersebut adalah pengertian
kalimat dilihat dari segi kalengkapan gramatikal kalimat ataupun makna untuk
kalimat yang dapat mandiri, kalimat yang tidak terikat pada unsure lain dalam
pemakaian bahasa. Dalam kenyataan pemakaian bahasa sehari-hari terutama
ragam lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri dari atas unsur subjek saja,
predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.

3. Kosakata,

Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita dituntut
untuk memilih dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita harus bisa
membedakan antara ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku, baik tulis
maupun lisan. Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur terhadap kawan
bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika dituliskan). Sikap
itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai. Perbedaan-perbedaan itu tampak
dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata bahasa. Sering pula raga mini
disebut gaya. Pada dasarnya setiap penutur bahasa mempunyai kemampuan
memakai bermacam ragam bahasa itu. Namun, keterampilan menggunakan
bermacam ragam bahasa itu bukan merupakan warisan melainkan diperoleh
melalui proses belajar, baik melalui pelatihan maupun pengalaman. Keterbatasan

7
penguasaan ragam/gaya menimbulkan kesan bahwa penutur itu kurang luas
pergaulannya. Jika terdapat jarak antara penutur dengan kawan bicara (jika lisan)
atau penulis dengan pembaca (jika ditulis), akan digunakan ragam bahasa resmi
atau apa yang dikenal bahasa baku. Makin formal jarak penutur dan kawan
bicara, akan makin resmi dan berarti makin tinggi tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin rendah pula
tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

4. Ejaan,

Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam tanda


yang digunakan untuk membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas
bahasa lisan. Segala macam tanda tersebut untuk menggambarkan
perhentian antara , perhentian akhir, tekanan, tanda Tanya dan lain-lain.
Tanda-tanda tersebut dinamakan tanda baca. Ejaan suatu bahasa tidak saja
berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran
serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi
juga meliputi hal-hal seperti: bagaimana memotong-motong suku kata,
bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan
maupun antara kata dengan kata. Pemotongan itu harus berguna terutama
bagaimana kita harus memisahkan huruf-huruf itu pada akhir suatu baris,
bila baris itu tidak memungkinkan kita menuliskan seluruh kata di sana.
Kecuali itu, penggunaan huruf kapital juga merupakan unsur penting yang
harus diperhatikan dalam penulisan dengan ejaan yang tepat. Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa keseluruhan peraturan bagaimana
menggambarkan lambing-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-
relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya)
dalam suatu bahasa disebut ejaan. Ejaan sangat sangat penting dalam
berbahasa Indonesia baik secara tulisan maupun ejaan. Pentingnya sistem
ejaan pada bahasa Indonesia untuk mempertegas atau menyamakan kata

8
yang digunakan. Dari sistem ejaan juga penting untuk mengatur pengunaan
bahasa dan peraturan berbahasa.

5. Makna

Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan


kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak
tepat digunakan kata-kata yang bermakna konotatif (kata kiasan tidak tepat
digunakan dalam ragam bahasa ilmu). Jadi, pemakaian bahasa yang benar
adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa. Kriteria
pemakaian bahasa yang baik adalah ketepatan memilih ragam bahsa yang
sesuai dengan kebutuhan komunikasi. Pemilihan ini bertalian dengan topik apa
yang dibicarakan, tujuan pembicaraan, orang yang diajak berbicara (kalau
lisan) atau orang yang akan membaca (kalau tulis), dan tempat pembicaraan.
Selain itu, bahasa yang baik itu bernalar, dalam arti bahwa bahasa yang kita
gunakan logis dan sesuai dengan tata nilai masyarakat kita.

C. Manfaat Menggunakan Bahasa Indonesia

1. Mempermudah dalam komunikasi,

Sebagai Bahasa Nasional, Bahasa Indonesia adalah untuk mempererat


hubungan antar suku di Indonesia. Sebelumnya sudah ditegaskan dalam butir
ketiga ikrar Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan Bahasa Indonesia”. komunikasi
merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan
sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.
Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah
dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang
sezaman dengan kita. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran
perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita
menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam
aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita

9
(Gorys Keraf, 1997 : 4). Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat
komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu, kita ingin dipahami oleh
orang lain, kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang
lain, kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita, kita ingin
mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil
pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak
sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan
memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita. Pada saat
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga
mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan mudah dipahami orang
lain atau tidak. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang
komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan
tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti
oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami
dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas,
rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum.
Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan memberi nuansa lain pada bahasa
kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, nuansa tradisional.

2. Mempermudah kita untuk berintegrasi dan beradaptasi secara social,

Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan


pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari
dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar
berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat
dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi,
lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan
kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan
kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan
untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan
integrasi (pembauran) yang sempurna bagi tiap individu dengan

10
masyarakatnya (Gorys Keraf, 1997 : 5). Cara berbahasa tertentu selain
berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan
adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu,
kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan
kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada
orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di
lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau
orang-orang yang kita hormati.

D. Bahasa Indonesia yang baku dan tidak baku

Bahasa Indonesia yang baku adalah bentuk bahasa yang telah mengalami
proses standardisasi, yaitu tahap menegagakan tata bahasabahasa dan kamus
normatif. Penetapan bahasa baku biasanya melibatkan kodifikasi norma
kebahasaan dan sistem ejaan, serta penerima konvensi ini oleh khalayak umum.
Contoh kata baku abjad, akhirat, aktif dan lain lain.

Adapun ciri ciri dari bahasa baku:

1. Kata baku tidak dipengaruhi oleh bahasa daerah


2. Kata baku tidak dipengaruhi oleh bahasa asing

3. Pada lemak imbuan kata baku ini bersifat eksplisit

4. Kata baku digunakan seusai dengan konteks kalimat

Bahasa Indonesia yang tidak baku adalah kata yang tidak

sesuai dengan kaidah bahasa yang ada. Kata tidak baku juga memiliki ejaan yang
tidak sesuai dengan KBBI. Kata tidak baku biasanya muncul karena adanya
kebiasaan menggunakan kata yang salah baik dalam penulisan maupun pengucapan.
Contoh bahasa tidak baku abjat, akherat, aktip dan lain lain.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulan, yaitu :

1. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang


pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi dengan
memperhatikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan
sasarannya.

2. Cara menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari


adalah dengan menggunakan bahasa yang baku sesuai dengan kaidah
ejaan atau ejaan yang disempurnakan.

3. Manfaat yang kita peroleh dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar adalah mempermudah dalam berkomunikasi dan dapat
mempermudah dalam beradaptasi di lingkungan bermasyarakat.

12
B. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, kita harus menggunakan bahasa


Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
menggunakan bahasa yang baku sesuai dengan kaidah ejaan atau ejaan yang
disempurnakan. Kita juga harus menanamkan rasa cinta terhadap Bahasa
Indonesia dikarenakan Bahasa Indonesia sangat penting bagin NKRI.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alwi, Hasan. Dkk. 2003, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2. Jakarta:
Balai Pustaka
2. Arifin, Zaenal, 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akapress
3. Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar. Jakarta: Gramedia
4. Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Edisi
Revisi. Jakarta: Rineka Cipta
5. Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar.
Jakarta: Pustaka Jaya
6. Kartomihardjo, S. 1988. Bahasa Cermin Kehidupan Masyarakat. Jakarta: P2
LPTK
7. Moeliono, Anton. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
8. Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka
9. Prihartini, Niniek. Ejaan Yang Disempurnakan. Surabaya: Mitra Jaya
Compugrafi
10. Sabariyanto, Dirgo. 1999. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam

13
Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya
11. Sugono, Dendy. 1989. Berbahasa Indonesia Dengan Benar. Jakarta: Priastu 12.
Tarigan, Henry Guntur. 1988. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
Bandung: Angkasa

14

Anda mungkin juga menyukai