OLEH:
RIDWAN HASIM
2006110868
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah yang maha esa.
Karena atas berkat rahmatnya saya dapat menyelesaikan praktikum serta laporan
akhir pengantar bioteknologi pertanian.
Adapun isi dari laporan akhir ini adalah kumpulan dari setiap laporan
mingguan selama praktikum berlangsung. Laporan ini merupakan syarat untuk
dapat mengikuti ujian praktikum dan merupakan syarat dalam mengontrak mata
kuliah pengantar bioteknologi pertanian.
Laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik
serta saran yang membangun masih saya harapkan untuk penyempurnaan laporan
akhir ini. Semoga laporan akhir pengantar bioteknologi pertanian ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Juga bermanfaat bagi kami selaku penulis
Pekanbaru, 24 november
2021
Ridwan Hasim
ii
DAFTAR ISI
iii
3.3.1 Pembuatan kompos ............................................................................... 24
3.3.2 Pengenalan alat laboratorium................................................................ 24
3.3.3 Pembuatan larutan stok dan media ....................................................... 25
3.3.4 Sterilisasi dan penananman secara in vitro ........................................... 25
3.3.5 Cara kerja subkultur dan pengamatan ................................................... 26
3.3.6 Cara kerja aklimatisasi .......................................................................... 27
BAB IV ................................................................................................................. 28
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 28
4.1 HASIL ......................................................................................................... 28
4.1.1 Pembuatan kompos ............................................................................... 28
4.1.2 Pengenalan alat-alat laboratorium ........................................................ 28
4.1.3 Pembuatan larutan stok media .............................................................. 30
4.1.4 Perbanyakan dengan kultur in vitro ...................................................... 30
4.1.5 Subkultur dan pengamatan botol .......................................................... 30
4.1.6 Aklimatisasi .......................................................................................... 31
4.2 PEMBAHASAN ......................................................................................... 31
4.2.1 Pembuatan kompos ............................................................................... 31
4.2.2 Pengenalan alat laboratorium................................................................ 32
4.2.3 Pembuatan larutan stok media .............................................................. 35
4.2.4 Perbanyakan dengan kultur in vitro ...................................................... 36
4.2.5 Sub kultur dan pengamatan botol ......................................................... 38
4.2.6 Aklimatisasi .......................................................................................... 39
BAB V................................................................................................................... 41
PENUTUP ............................................................................................................. 41
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 43
LAMPIRAN .......................................................................................................... 47
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB I
PENDAHULUAN
7
Ada beberapa pengertian mengenai Bioteknologi Menurut Para
Pakar, atau ahli diantarnya;
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui salah satu metode pemanfaatan boteknologi tradisional
yaitu pembuatan biofertilizer dan biodecomposer memanfaatkan limbah
pertanian dan rumah tangga.
2. Untuk menghemat bahan kimia dan efisiensi tempat dan teknik pekerjaan,
untuk mengurangi resiko kesalahan dalam penimbangan dan memudahkan
untuk menghitung media agar akurat
3. Untuk mengetahui teknik perbanyakan tanaman jeruk dan papaya secara in
vitro
4. Untuk mengetahui bagaimana proses subkultur
5. Agar praktikan mampu menganalisis data pengamatan terhadap proses
kultur jaringan
6. Agar praktikan mengetahui cara aklimatisasi dan mengetahui pentingnya
aklimatisasi
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bioteknologi berasal dari kata: Bios: hidup; Teuchos; alat; Logos: ilmu;
sehingga bioteknologi dapat diartikan sebagai cabang ilmu yang
mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-
lain) maupun produk dari makhluk hidup (protein bioaktif, enzim, vitamin,
asma basa organik, alkohol, dan lain-lain) dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa dalam meningkatkan kesejahteraan umat
manusia (Nugroho, 2018).
9
Juwono, 2001). Secara umum, bioteknologi dapat diklafikasikan menjadi
dua aras yaitu: bioteknologi konvensional dan bioteknologi modern.
10
2) Teknologi DNA rekombinan (recombinant DNA technology) adalah
suatu metode untuk merekayasa genetik dengan cara menyisipkan (insert)
gena - 11 - Diktat Bioteknologi yang dikehendaki ke dalam suatu
organisme. Transgenik adalah suatu metode untuk. Rekayasa protein
(protein engineering).
2.2 Kompos
Kompos adalah hasil penguraian, pelapukan dan pembusukan
bahan organik seperti kotoran hewan, daun maupun bahan organik lainnya.
Bahan kompos tersedia disekitar kita dalam berbagai bentuk. Beberapa
contoh bahan kompos adalah batang, daun, akar tanaman, serta segala
sesuatu yang dapat hancur (Soeryoko, 2011).
11
penguraian dari bahan-bahan organik Proses pengomposan bisa terjadi
secara aerobik atau memakai oksigen ataupun anaerobik atau tanpa
oksigen proses yang dijelaskan sebelumnya merupakan proses aerobik
proses pengomposan dapat juga menggunakan cara anaerobik tetapi jarang
digunakan karena baunya tidak sedap proses anaerobik menciptakan
senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap seperti asam-asam organik atau
asam asetat hasil akhir dari pengomposan sendiri adalah rumus dan
temperatur normal dan tidak mengeluarkan bau hasil ini yang cocok
digunakan sebagai pupuk bagi tanaman.
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya Aspek
Lingkungan : 1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan
pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri
metanogen di tempat pembuangan sampah 2. Mengurangi kebutuhan lahan
untuk penimbunan Aspek bagi tanah/tanaman: 1. Meningkatkan kesuburan
tanah 7 2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah 3. Meningkatkan
kapasitas penyerapan air oleh tanah 4. Meningkatkan aktivitas mikroba
tanah 5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah
panen) 6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman 7. Menekan
pertumbuhan/serangan penyakit tanaman 8. Meningkatkan
12
retensi/ketersediaan hara di dalam tanah Peran bahan organik terhadap
sifat fisik tanah di antaranya merangsang granulasi, memperbaiki aerasi
tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air.
13
di atas medium secara aseptik dalam ruangan yang terkendali, sehingga
bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri dan meregenerasi
menjadi tanaman yang lengkap. Prinsip kultur In Vitro terdapat pada teori
sel yang dikemukakan oleh dua orang ahli biologi dari German yaitu
Schleiden dan Schwann. Teori tersebut menyatakan bahwa sel tumbuhan
bersifat autonom dan bersifat totipotensi. Sel bersifat autonom artinya
dapat melakukan metabolisme, tumbuh dan berkembang secara mandiri
jika diisolasi tunas dari jaringan induknya. Totipotensi diartikan sebagai
kemampuan dari sel untuk tumbuh dan meregenerasi menjadi tanaman
lengkap kembali (Indriyanto, 2003)
14
2.4 Larutan stok
larutan stok merupan larutan yang berisi satu atau lebih komponen
media yang konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi komponen
tersebut dalam formulasi media yang akan dibuat. Larutan stok biasanya
dibuat dengan konsentrasi 10, 100, atau 1000 kali lebih pekat. Jika larutan
stok dibuat pembuatan media dapat dilakukan dengan cara mengambil
sejumlah larutan stik sehingga konsentrasinya menjadi sesuai dengan yang
terdapat pada formulasi media yang dikehendaki (Yusnita,2003)
15
2.5 Sterilisasi dan penanaman
Sterilisasi merupakan upaya yang dilakukan untuk menghilangkan
semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit, dan virus) termasuk
endospora bakteri dari benda-benda mati atau instrument yang menempel
(Sursilah, 2010). Sterilisasi adalah proses untuk mematikan atau
menonaktifkan spora dan mikroorganisme sampai ke tingkat yang tidak
memungkinkan lagi berkembang biak atau menjadi sumber kontaminan
selama proses perkembangan berlangsung.
16
Eksplan yang telah ditanam, agar dapat tumbuh menjadi kalus dan
kemudian menjadi planlet, membutuhkan pemeliharaan yang rutin dan
tepat. Artinya, eksplan atau kalus yang sudah waktunya untuk dipindahkan
ke dalam media tanam yang baru harus segera dilaksanakan, tidak boleh
sampai terlambat. Pemindahan yang terlambat dapat menyebabkan
pertumbuahn eksplan atau kalus dapat terhenti atau dapat
mengalami brownig atau terkontaminasi oleh jamur atau bakteri.Sebelum
digunakan, enkas harus diterilisasi dengan menggunakan hand sprayer
berisi spirtus atau campuran formalin 10% dan alkohol 70%, dengan
perbandinga 1:1. setelah disemprot kemudian dibiarkan terlebih dahulu
kurang lebih 10 menit, baru kemudian boleh digunakan. Alat-alat
dissecting –set dan glass ware yang akan digunakan untuk kultur jaringan,
setelah dicuci dan dikeringkan kemudian dibungkus dengan kertas payung
dan disterilisasi di dalam autoklaf dengan suhu 121 oC, tekanan 15 lb, dan
lama sterilsiasi 20-30 menit.Botol-botol eksplan yang sudah berisi medium
setelah ditutup dengan alumunium foil, kemudian disterilisasi. Sterilisasi
medium lebih sedikit waktunya dibandingkan dengan sterilisasi alat-alat,
yakni 15 menit, tetapi suhu dan tekannya sama (Hendra,2007).
2.6 Pengamatan
a. Waktu muncul tunas (HSK)
17
tanaman pisang barangan dilakukan setiap dua minggu sekali pada umur 2
MSK, 4 MSK, 6 MSK dan 8 MSK. Pada akhir bulan kedua, eksplan dapat
menumbuhkan 2-4 tunas aksilar (Sulistiani dan Yani, 2012).
Pengamatan Penunjang:
18
sejak eksplan ditanam, sedangkan pengamatan terhadap intensitas cahaya
dilakukan pada awal masa kultur menggunakan lux meter.
2.7 Subkultur
Sub kultur merupakan salah satu tahap dalam perbanyakan
tanaman melalui kultur jaringan. Prinsip dasarnya sub kultur ialah
19
memotong, membelah dan menanam kembali eksplan yang telah tumbuh
sehingga jumlah tanaman akan bertambah banyak (Hendrayono, 1994).
Sub kultur adalah memindahkan eksplan ke media
multiplikasi dengan tujuan perbanyakan atau pengakaran suatu eksplan.
Sub kultur dilakukan jika eksplan pada medium kultur mengalami browing
sebagai indikasi dari kematian sel dan ketidakpratisan fungsi media (Yann
dkk., 2012). Eklspan yang baru saja ditanam dan diinkubasikan dalam
ruangan incubator akan menghasilkan kalus. Bila kalus sudah cukup umur
maka dapat dilakukan sub kultur. Kalus yang terlambat disub-kulurkan
tidak dapat berkembang dengan baik.
Subkultur adalah usaha untuk mengganti media tanam kultur
jaringan dengan media yang baru, sehingga kebutuhan nutrisi untuk
pertumbuhan kalus atau protokormus dapat terpenuhi. Sub kultur
dilakukan atas dasar suspensi atau kandungan nutrisi dalam media tidak
mencukupi untuk pertumbuhan planlet, baik dipengaruhi oleh hilangnya
nutrisi yang menyebabkan perlunya penambahan nutrisi dalam medium
dan hilangnya karbohidrat yang kesemuanya dibutuhkan dalam proses
metabolisme (Boisson dkk., 2012).
Kegiatan sub kultur disesuai dengan jenis tanaman yang
dikulturkan. Setiap tanaman memiliki karakteristik dan kecepatan tumbuh
yang berbeda-beda yang menyebabkan cara dan waktu sub kultur juga
berbeda-beda. Secara garis besar teknik sub kultur dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Teknik sub kultur untuk tanaman yang harus segera atau cepat di
sub kultur.
2. Teknik sub kultur untuk tanaman yang relatif lama di sub kultur.
3. Teknik sub kultur untuk tanaman yang diperbanyak dengan
multifikasi tunas, maka subkultur dapat dilakukan dengan
memisahkan anakan tanaman dari koloninya atau melakukan
penjarangan.
4. Untuk tanaman yang tipe pertumbuhannya dengan pemanjangan
batang maka sub kultur bisa dilakukan dengan memotong tanaman
per ruas tanaman yang ada. Namun jika ada planlet yang masih
20
terlalu kecil dan beresiko tinggi untuk dipotong, maka sub
kulturnya cukup dilakukan dengan dipisahkan dari induknya dan
ditanam kembali secara terpisah (Hendrayono, 1994).
2.8 Aklimatisasi
Aklimatisasi merupakan kegiatan akhir teknik kultur jaringan.
Aklimatisasi adalah proses pemindahan planlet dari lingkungan yang
terkontrol (aseptik dan heterotrof) ke kondisi lingkungan tidak terkendali,
baik suhu, cahaya, dan kelembaban, serta tanaman harus dapat hidup
dalam kondisi autotrof, sehingga jika tanaman (planlet) tidak
diaklimatisasi terlebih dahulu tanaman (planlet) tersebut tidak akan dapat
bertahan dikondisi lapang. Aklimatisasi dilakukan untuk mengadaptasikan
tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum ditanam
dan dijadikan tanaman induk untuk produksi dan untuk mengetahui
kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang
aseptik. Aklimatisasi adalah suatu proses dimana suatu tanaman
beradaptasi sengan perubahan lingkungan (Torres, 1989).
Pada tahap ini (aklimatisasi) diperlukan ketelitian karena tahap ini
merupakan tahap kritis dan seringkali menyebabkan kematian planlet.
Kondisi mikro planlet ketika dalam botol kultur adalah dengan
kelembaban 90-100 %. Beberapa sumber menuliskan penjelasan yang
berkaitan dengan hal tersebut.Bibit yang ditumbuhkan secara in vitro
mempunyai kutikula yang tipis dan jaringan pembuluh yang belum
sempurna (Wetherell, 1982).
Kutikula yang tipis menyebabkan tanaman lebih cepat kehilangan
air dibanding dengan tanaman yang normal dan ini menyebabkan tanaman
tersebut sangat lemah daya bertahannya. Walaupun potensialnya lebih
tinggi, tanaman akantetap menjadi layu karena kehilangan air yang tidak
terbatas (Pospisilova et al, 1996). Kondisi tersebut menyebabkan tanaman
tidak dapat langsung ditanam dirumah kaca (Wetherelll, 1982).
Selain itu, tanaman juga memerlukan akar untuk menyerap hara
agar dapat tumbuh dengan baik sehingga dalam tahap aklimatisasi ini
21
diperlukan suatu media yang dapat mempermudah pertumbuhan akar dan
dapat menyediakan hara yang cukup bagi tanaman (planlet) yang
diaklimatisasi tersebut. Media yang remah akan memudahkan
pertumbuhan akar dan melancarkan aliran air, mudah mengikat air dan
hara, tidak mengandung toksin atau racun, kandungan unsur haranya
tinggi, tahan lapuk dalam waktu yang cukup lama. Media aklimatisasi
bibit kultur jaringan krisan dan kentang di Indonesia saat ini adalah media
arang sekam atau media campuran arang sekam dan pupuk kandang
(Marzuki, 1999).
22
BAB III
METODOLOGI
23
3.2.5 Subkultur dan pengamatan
Alat dan bahan yang digunakan adalah pisau, gunting, cawan petri,
lampu spiritus, laminar air flow cabinet, pinset, scalpel, botol kultur. Bahan yang
di gunakan adalah media, eksplan tanaman yang sudah siap disubkultur, alkohol.
3.2.6 Aklimatisasi
Alat dan bahan yang digunakan adalah media tanam, plantlet, dithan,
pot dan rumah kaca
24
3.3.3 Pembuatan larutan stok dan media
1. Pembuatan larutan stok
1) Timbang bahan kimia yang akan digunakan menggunakan timbangan
analitik. Stok A= 4,95 g, stok B= 5,7 g, stok C=1,32 g
2) Larutkan dengan aguades. Cara ukur aquades sebanyak 90 ml untuk stok
A, homogenkan dengan magnetic stirrer dengan keceatan 600mpm,
masukkan sisa dari aquades tadi
3) Siapkan wadah masukkan larutan tadi lalu tutup dengan aluminium foil
lalu diber label
4) Begitu juga untuk larutan stok-stk lainnya
2. Pembuatan media
1) Timbang gula sebanyak 30 g
2) Siapkan larutan stok yang akan digunakan pastikan botol kultur steril
3) Larutkan gula dan aquades 510 ml masukkan ke magnetic stirrer diputas
600 mpm
4) Siapkan larutan stok A 30 ml dan stok B 30 ml setelah larutan stok A
kemudian lakukan secara bertahap untuk stok B
5) Tambahkan sampai larutannya 900 ml
6) Jika sudah pas tambahkan menjadi 1000 ml
7) Setelah itu homogenkan selanjutnya panaskan larutan dengan agar-agar 8
gr menggunakan panic dan masak hingga menggelembung
8) Masukkan ke dalam botol kultur dalam keadaan panas 25 ml tutup
botolnya dengan aluminium foil dan plastic wrap
9) Beri label pada botol dan jangan sampai terkontaminasi
25
1) Hidupkan uv, blower dan lampu laminar air flow
2) Letakkan alat dan bahan ke dalam laminar
3) Sebelum penanaman pinset disterilisasi menggunakan Bunsen sebanyak
3x
4) Ambil biji jeruk dan letakkan dipetri
5) Rendam dalam Clorox selama 1menit
6) Bilas dengan aquades keringkan dengan tisu
7) Kulit ari dipisahkan dari biji menggunakan pisau yang sudah disterilkan
8) Sterilkan media(botol) dengan cara membakar mulut botol
9) Tanam eksplan ke dalam media pastiakn tertancap
10) Sterilisasi mulut botol mulut botol dan aluminium foil
11) Tutup mulut botol dengan aluminium foil den plastic wraps
12) Beri label (nama, tgl, jenis tanaman) dan letakkan diruang inkubasi
3. Penanaman anter papaya
1) Sterilisasi bunga papaya dengan dilewatka diapi
2) Kupas bunga dan ambil anter
3) Sterilakan media dengan membakar mulut botol
4) Ambil anter dan tanah ke dalam media
5) Bakar mulut botol dan aluminium foil
6) Tutup dengan aluminium foil dan plastic wrap
7) Beri label (nama, tgl, jenis tanaman) dan letakkan diruang inkubasi
26
3.3.6 Cara kerja aklimatisasi
1) Pilih plantlet yang sudah cukup kriterianya, lalu platlet dikeluarkan dari
botol dan direndam selama 5-10 menit dengan dithan
2) Sediakan media berupa tanah dicampur pasir 1:1
3) Lalu plantlet disusun dalam 1 pot sebanyak 2-3 plantlet
4) Kemudian pot diletakkan dirumah kaca.
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.1.1 Pembuatan kompos
Hasil dari praktikum ini adalah mahasiswa mengetahui kompos yang baik,
yaitu kompos yang baik, yaitu kompos yang tidak berbau busuk, berwarna coklat
kehitaman, tidak memicu tumbuhnya gulma, gembur, dan jika dites dengan cara
dimasukkan kedalam air maka air tersebut tidak kotor dan tetap jernih.
28
Mengambil bahan
10. Spatu kimia dalam ukuran -
kecil.
1. Masukkan zat cair yang akan
Menyemprotkan zat disemprotkan kedalam botol
11. Botol semprot
cair. semprot.
2. semprotkan zat cair tersebut
1. Hidupkan lampu bunsen
Untuk sterilisasi alat dengan menyalakan apinya.
12. Lampu bunsen
dan media. 2. Letakkan alat yang akan
disterilkan
1. Hidupkan kompor
Untuk memasak atau
13. Kompor 2. Lalu panaskan larutan
memanaskan larutan.
diatasnya
Untuk mendinginkan
bahan labor, Letakkan alat atau bahan yang
Kulkas atau
14. mensterilkan alat akan di sterilkan, didinginkan,
freezer
labor, dan atau diawetkan didalam kulkas.
mengawetkan bahan.
Meletakkan botol
Letakkan sampel, botol kultur
kultur jaringan, dan
15. Ruang inkubasi jaringan, dll yang akan
sebagai ruang steril
diinkubasi.
untuk sampel.
1. Sambungkan batang kable
ke ph meter, pastikan batang
Mengukur ph dan kabel bersih.
Ph meter dan
16. media kultur 2. Bilas batang kabel dengan
batang kabel
jairngan aquades lalu lap hingga kering
3. Lakukan proses kalibrasi.
4. Alat siap digunakan
1. Colokkan alat kelistrik.
2. Letakkan gelas beaker yang
berisi larutan.
Menghomogenkan
17. Magnetik spiral 3. Letakkan batang pengaduk
suatu larutan
4. Atur kecepatan putaran dan
tunggu hingga larutan
tercampur rata.
1. Pastikan alat berisi air,
masukkan alat atau bahan yang
ingin disterilkan.
2. Tutup autoclaf, jangan
Untuk mensterilkan
terlalu rapat (ruang untuk uap
alat dan media
18. Autoclaf keluar).
dengan sistem uap
3. Atur waktu autoclaf 15
(dikukus).
menit, tekan tombol on, lalu
tunggu hingga selesai.
4. Setelah selesai, diamkan
selama 30 menit, baru alat atau
29
bahan tersebut dapat
dipindahkan keluar.
1.Pastikan gelombang udara
berada ditengah, colokkan alat
ke listrik, lalu tekan tombol on
dan didiamkan selama 3-4
Untuk menimbang
menit.
Timbangan massa media atau
19. 2. Atur satuan yang dimau.
analitik bahan kiia dalam
3. Setelah timbangan
jumlah kecil.
menunjukkan 0,0
4. Masukkan bahan.
5. Ambil data, setelah selesai
tekan tombol off.
Buka tutup laminar, sterilkan
dengan alkohol 70%.
Masukkan alat atau bahan, lalu
Tempat penanaman
tutup, colokkan listrik agar
Laminar air kultur jaringan yang
20. laminar airflow dapat
flow steril, ruang steril
dihidupkan.
bagi sampel.
Tekan tombol on dan UV,
tunggu selama 30 menit,
hidupkan laminar dan blower
Table 1. Alat-alat Laboratorium
4.1.3 Pembuatan larutan stok media
Hasil dari praktikum ini adalah stok media yang sudah jadi dan siap
digunakan dalam kultur jaringan
30
8 Ada misellium putih Kuning
9 Steril Kuning
10 Steril Kuning
11 Steril Bersih
12 Steril Bersih
13 Steril Bersih
14 Steril Bersih
15 Steril Bersih
Table 2. Pengamatan Botol Subkultur
4.1.6 Aklimatisasi
-
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Pembuatan kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/ tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artisifal oleh populasi berbagai
macam mikrob dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan bersifat
aerobik/anaerobik. Kompos merupakan pupuk yang terbuat dari sampah organik
yang sebagian besar berasal dari sampah rumah tangga. Untuk membuat pupuk
kompos diperlukan proses pengomposan. Pengomposan adalah proses biologis
yang menggunakan mikroorganisme sebagai dekomposer untuk mempercepat
penguraian dari bahan-bahan organik.
31
busuk, berwarna coklat kehitaman, tidak memicu tumbuhnya gulma, gembur, dan
jika di tes dengan cara dimasukkan kedalam air maka air tersebut tidak kotor dan
tetap jernih. Dengan hasil yang baik, kompos dapat langsung digunakan untuk
pemupukan tanaman. Pupuk kompos termasuk kedalam jenis pupuk organik yang
baik bagi tanah.
32
Tempat menanam
Botol kultur Letakkan/ tanam kultur
6. eksplan kultur
jaringan jaringan didalamnya.
jaringan
Menghancurkan dan 1. Letakkan bahan yang akan
Lumpang dan
7. menghaluskan zat dihaluskan kedalam lumpang.
alu
padat. 2. Haluskan dengan alu
Jepit bahan yang ingin
Memindahkan dan
8. Pinset dipindahkan dengan ujung
mengambil eksplan
pinset.
Potong eksplan yang akan
9. Skalpel Memotong eksplan
dipotong.
Mengambil bahan
10. Spatu kimia dalam ukuran -
kecil.
1. Masukkan zat cair yang akan
Menyemprotkan zat disemprotkan kedalam botol
11. Botol semprot
cair. semprot.
2. semprotkan zat cair tersebut
1. Hidupkan lampu bunsen
Untuk sterilisasi alat dengan menyalakan apinya.
12. Lampu bunsen
dan media. 2. Letakkan alat yang akan
disterilkan
1. Hidupkan kompor
Untuk memasak atau
13. Kompor 2. Lalu panaskan larutan
memanaskan larutan.
diatasnya
Untuk mendinginkan
bahan labor, Letakkan alat atau bahan yang
Kulkas atau
14. mensterilkan alat akan di sterilkan, didinginkan,
freezer
labor, dan atau diawetkan didalam kulkas.
mengawetkan bahan.
Meletakkan botol
Letakkan sampel, botol kultur
kultur jaringan, dan
15. Ruang inkubasi jaringan, dll yang akan
sebagai ruang steril
diinkubasi.
untuk sampel.
1. Sambungkan batang kable
ke ph meter, pastikan batang
Mengukur ph dan kabel bersih.
Ph meter dan
16. media kultur 2. Bilas batang kabel dengan
batang kabel
jairngan aquades lalu lap hingga kering
3. Lakukan proses kalibrasi.
4. Alat siap digunakan
1. Colokkan alat kelistrik.
2. Letakkan gelas beaker yang
berisi larutan.
Menghomogenkan
17. Magnetik spiral 3. Letakkan batang pengaduk
suatu larutan
4. Atur kecepatan putaran dan
tunggu hingga larutan
tercampur rata.
33
1. Pastikan alat berisi air,
masukkan alat atau bahan yang
ingin disterilkan.
2. Tutup autoclaf, jangan
terlalu rapat (ruang untuk uap
Untuk mensterilkan
keluar).
alat dan media
18. Autoclaf 3. Atur waktu autoclaf 15
dengan sistem uap
menit, tekan tombol on, lalu
(dikukus).
tunggu hingga selesai.
4. Setelah selesai, diamkan
selama 30 menit, baru alat atau
bahan tersebut dapat
dipindahkan keluar.
1.Pastikan gelombang udara
berada ditengah, colokkan alat
ke listrik, lalu tekan tombol on
dan didiamkan selama 3-4
Untuk menimbang
menit.
Timbangan massa media atau
19. 2. Atur satuan yang dimau.
analitik bahan kiia dalam
3. Setelah timbangan
jumlah kecil.
menunjukkan 0,0
4. Masukkan bahan.
5. Ambil data, setelah selesai
tekan tombol off.
Buka tutup laminar, sterilkan
dengan alkohol 70%.
Masukkan alat atau bahan, lalu
Tempat penanaman
tutup, colokkan listrik agar
Laminar air kultur jaringan yang
20. laminar airflow dapat
flow steril, ruang steril
dihidupkan.
bagi sampel.
Tekan tombol on dan UV,
tunggu selama 30 menit,
hidupkan laminar dan blower
Table 3 alat-alat laboraturium
Pada praktikum pengantar bioteknologi pertanian ini alat laboratorium
yang digunakan adalah alat untuk melakukan kultur jaringan pada tanaman.
Kultur jaringan adalah suatu teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif.
Prinsip perbanyakan dengan teknik kultur jaringan adalah menggunakan bagian
vegetatif tanaman di media buatan yang dilakukan ditempat yang steril. Oleh
karna itu kultur jaringan dilakukan dilaboratorium yang tempatnya bisa dibilang
steril dari lingkungan luar.
34
4.2.3 Pembuatan larutan stok media
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan
diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin,
dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan
lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang ditambahkan juga bervariasi, baik
jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari kultur jaringan yang
dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau botol-botol
kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya
dengan autoklaf.
Perbanyakan tanaman secara in vitro yaitu memperbanyak tanaman
menggunakan bagian-bagian tanaman seperti jaringan, sel dan organ yang
dikulturkan dalam media buatan yang kaya akan sumber nutrisi dan zat pengatur
tumbuh (ZPT) serta dalam kondisi yang aseptik sehingga tanaman dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap. Media yang
digunakan dalam perbanyakan tanaman secara in vitro ada beberapa jenis, salah
satunya yaitu Murashige and Skoog (MS), media ini terdiri dari unsur hara makro,
mikro, zat besi, vitamin, serta dilengkapi dengan zat pengatur tumbuh (ZPT) guna
menunjang pertumbuhan eksplan. Keberhasilan perbanyakan tanaman secara in
vitro dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain media yang digunakan, jenis
eksplan, dan zat pengatur tumbuh (Fauziah, 2019).
Larutan media dasar (media MS) ditambahkan glukosa sebanyak 20 g/l,
kemudian diberi ZPT sesuai dengan kombinasi dan taraf konsentrasi perlakuan
yaitu 2,4-D (0, 0,5, dan 1 ppm) dan kinetin (0, 1, dan 2 ppm) untuk induksi kalus.
Kertas pH meter digunakan untuk mengukur tingkat keasaman media. Pengaturan
tingkat keasaman media dilakukan dengan penambahan HCl atau NaOH sehingga
pH media 5,6-5,8. Setelah pH larutan sesuai, larutan media ditambahkan dengan
3,5 g/l gelrite sebagai zat pemadat. Media tersebut kemudian dipanaskan hingga
mendidih dan diaduk sampai homogen. Selanjutnya media dituang dalam botol
kultur sebanyak 20 ml/botol. Botol berisi media ditutup rapat kemudian
dimasukkan ke dalam autoklaf dengan suhu 121oC selama 20 menit. Setelah
selesai, media disimpan dalam ruang penyimpanan media (Hendriyani, 2020)
35
Setiap tanaman dalam pertumbuhannya membutuhkan paling sedikit 16
unsur hara. Ada unsur yang dibutuhkan dalam jumlah besar yang disebut unsur
makro dan ada pula yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit tetapi harus tersedia
yang disebut unsur mikro. Jenis-jenis yang termasuk unsur makro adalah Nitrogen
(N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Calsium (Ca), dan Magnesium (Mg).
unsur-unsur makro ini biasa diberi-kan dalam bentuk NH4NO3, KH2PO4, KNO3,
MgSO4.7H2O, CaCl2.2H2O. Sedangkan jenis-jenis unsur hara mikro adalah Klor
(Cl), Mangan (Mn), Besi (Fe), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Boron (B), dan
Molibdenum (Mo). Unsur-unsur mikro ini diberikan dalam bentuk MnSO4,
4H2O, ZnSO4 4H2O, H3BO3, KI, NaMo4 2H2O, CuSO4 5H2O, dan CaCl2
6H2O. Disamping unsur hara makro dan mikro seperti yang telah disebutkan di
atas media tumbuh ini juga dilengkapi dengan penambahan gula (sukrosa),
vitamin (myoinositol, thiamin HCl, pyridoksin HCl, niacin), asam amino (glysin).
Bahan pemadat yang paling banyak digunakan adalah agar-agar karena agar-agar
mempunyai kelebihan diantaranya:
1. Agar-agar membeku pada suhu 45o C dan mencair pada suhu 100o C.
2. Tidak dicerna oleh enzim tanaman.
3. Tidak bereaksi dengan persenyawaan penyusun media.
Beberapa jenis agar yang dapat digunakan adalah : agar batangan, agar serbuk
(seperti agar swallow), gelrite, pytagel (Suwirmen, 2020).
36
kemampuan dari sel untuk tumbuh dan meregenerasi menjadi tanaman lengkap
kembali (Indriyanto, 2003).
Tujuan dari kultur In Vitro adalah untuk memperbanyak tanaman dengan
waktu relatif singkat, sebagai langkah dalam pemuliaan tanaman serta
menghasilkan jenis tanaman yang kita inginkan. Berbagai jenis tanaman dapat
dibudidayakan melalui kultur di antaranya ialah tanaman Pisang Raja Bulu
Kuning (Musa Paradisiaca. L) . Keuntungan dari kultur In Vitro ialah untuk
pengadaan bibit tidak tergantung lagi pada musim, bibit dapat diproduksi dalam
jumlah besar dengan waktu yang relatif cepat, bibit yang dihasilkan bersifat
seragam, bebas terhadap penyakit (Nurheti, 2010).
Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan sangat dipengaruhi oleh
media, lingkungan dan zat pengatur tumbuh yang digunakan. Salah satu zat
pengatur tumbuh yang sering digunakan ialah auksin dan sitokinin yang
mempunyai fungsi untuk mengontrol pertumbuhan dan pembelahan sel.
Perbandingan auksin dan sitokinin merupakan sebuah aturan penting dalam
inisiasi tunas dan perpanjangan tunas. Khusus kultur jaringan akan berhasil
dengan baik apabila syarat-syarat yang diperlukan bagi proses pembiakan tersebut
dapat terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi perlakuan komposisi ZPT yang
tepat, pemilihan eksplan atau bahan tanaman, penggunaan media yang cocok,
pengaturan udara yang baik dan keadaan aseptik (Nugroho, 2002).
Keuntungan kultur jaringan:
1. Menghasilkan tanaman anakan yang serupa persis dengan tanaman induk
2. Menghasilkan tanaman anakan dengan lebih cepat
3. Menghasilkan tanaman langka yang susah tumbuh dari benih
4. Dapat mengendalikan kualitas yang dihasilkan
Kerugian kultur jaringan:
1. Tidak ada keragaman genetik pada tanaman anakan
2. Tidak dapat menghasilkan varietas baru
3. Akar tanaman dari metode seperti pencangkokan lebih lemah
37
upaya untuk menghilangkan mikoorganisme penyebab kontaminan pada eksplan.
Kontaminasi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi keberhasilan dalam
teknik kultur jaringan terutama pada eksplan. Beberapa bahan kimia yang dapat
digunakan untuk mensterilkan permukaan eksplan adalah sunligth cair, clorox,
(NaOCl), HgCl2 , AgNo3 dan alkohol. Sugiharto et al., (2007) menggunakan
larutan clorox dengan konsentrasi 5% selama 3 menit kemudian dilakukan
pembilasan berulang menggunakan aquades steril. Eksplan dari jenis tanaman
yang berbeda, kadangkala berbeda pula teknik dan bahan sterilannya, sehingga
perlu pengkajian.
Pada dasarnya kultur In Vitro adalah metode untuk mengisolasi bagian-
bagian tanaman seperti sel, jaringan atau organ yang ditumbuhkan di atas medium
secara aseptik dalam ruangan yang terkendali, sehingga bagian tanaman tersebut
dapat memperbanyak diri dan meregenerasi menjadi tanaman yang
lengkap. Totipotensi diartikan sebagai kemampuan dari sel untuk tumbuh dan
meregenerasi menjadi tanaman lengkap kembali . Tujuan dari kultur In Vitro
adalah untuk memperbanyak tanaman dengan waktu relatif singkat, sebagai
langkah dalam pemuliaan tanaman serta menghasilkan jenis tanaman yang kita
inginkan. Keuntungan dari kultur In Vitro ialah untuk pengadaan bibit tidak
tergantung lagi pada musim, bibit dapat diproduksi dalam jumlah besar dengan
waktu yang relatif cepat, bibit yang dihasilkan bersifat seragam, bebas terhadap
penyakit. Kegagalan pada teknik kultur jaringan sering disebabkan oleh adanya
kontaminan pada eksplan dan media kultur. Sterilisasi merupakan salah satu
upaya untuk menghilangkan mikoorganisme penyebab kontaminan pada eksplan.
38
7 Steril Kuning
8 Ada misellium putih Kuning
9 Steril Kuning
10 Steril Kuning
11 Steril Bersih
12 Steril Bersih
13 Steril Bersih
14 Steril Bersih
15 Steril Bersih
Table 4 pengamatan botol kultur
4.2.6 Aklimatisasi
Kultur Jaringan (TC) merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk
menghasilkan bibit berkualitas tinggi bukan menggunakan stek tradisional.
Memiliki fekunditas tinggi, memproduksi ribuan propagul seperti teknik
konvensional (Yusnita, 2003).
Aklimatisasi merupakan kegiatan akhir teknik kultur jaringan. Aklimatisasi
adalah proses pemindahan planlet dari lingkungan yang terkontrol (aseptik dan
heterotrof) ke kondisi lingkungan tidak terkendali, baik suhu, cahaya, dan
kelembaban, serta tanaman harus dapat hidup dalam kondisi autotrof, sehingga
jika tanaman (planlet) tidak diaklimatisasi terlebih dahulu tanaman (planlet)
tersebut tidak akan dapat bertahan dikondisi lapang. Aklimatisasi dilakukan untuk
mengadaptasikan tanaman hasil kultur jaringan terhadap lingkungan baru sebelum
ditanam dan dijadikan tanaman induk untuk produksi dan untuk mengetahui
kemampuan adaptasi tanaman dalam lingkungan tumbuh yang kurang aseptik.
Aklimatisasi adalah suatu proses dimana suatu tanaman beradaptasi sengan
perubahan lingkungan (Gunawan, 1985).
Pada tahap ini (aklimatisasi) diperlukan ketelitian karena tahap ini
merupakan tahap kritis dan seringkali menyebabkan kematian planlet. Kondisi
mikro planlet ketika dalam botol kultur adalah dengan kelembaban 90-100 %.
Beberapa sumber menuliskan penjelasan yang berkaitan dengan hal tersebut.Bibit
yang ditumbuhkan secara in vitro mempunyai kutikula yang tipis dan jaringan
pembuluh yang belum sempurna (Zulkarnaen, 2009).
39
Kutikula yang tipis menyebabkan tanaman lebih cepat kehilangan air
dibanding dengan tanaman yang normal dan ini menyebabkan tanaman tersebut
sangat lemah daya bertahannya. Walaupun potensialnya lebih tinggi, tanaman
akantetap menjadi layu karena kehilangan air yang tidak terbatas. Kondisi tersebut
menyebabkan tanaman tidak dapat langsung ditanam dirumah kaca.
Mengacu pada penjelasan tersebut di atas maka planlet terlebih dahulu harus
ditanam didalam lingkungan yang memadai untuk pertumbuhannya kemudian
secara perlahan dilatih untuk terus dapat beradaptasi dengan lingkungan
sebenarnya di lapang. Lingkungan yang tersebut secara umum dapat diperoleh
dengan cara memindahkan planlet kedalam plastik atau boks kecil yang terang
dengan terus menurunkan kelembaban udaranya. Planlet-planlet tersebut
kemudian diaklimatisasi secara bertahap mengurangi kelembaban relatif
lingkungannya, yaitu dengan cara membuka penutup wadah plastik atau boks
secara bertahap pula (Yusnita, 2003).
Selain itu, tanaman juga memerlukan akar untuk menyerap hara agar dapat
tumbuh dengan baik sehingga dalam tahap aklimatisasi ini diperlukan suatu media
yang dapat mempermudah pertumbuhan akar dan dapat menyediakan hara yang
cukup bagi tanaman (planlet) yang diaklimatisasi tersebut. Media yang remah
akan memudahkan pertumbuhan akar dan melancarkan aliran air, mudah
mengikat air dan hara, tidak mengandung toksin atau racun, kandungan unsur
haranya tinggi, tahan lapuk dalam waktu yang cukup lama. Media aklimatisasi
bibit kultur jaringan krisan dan kentang di Indonesia saat ini adalah media arang
sekam atau media campuran arang sekam dan pupuk kandang (Marlin, 2009).
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kompos adalah hasil penguraian parsial/ tidak lengkap dari campuran
bahan organik yang biasa didapatkan dari sampah rumah tangga yang proses
penguraiannya dipercepat dengan bantuan mikrob-mikrob lainnya yang bekerja
sebagai dekomposer. Kompos yang baik adalah kompos yang tidak berbau busuk
dan menyengat, gembur, berwarna coklat kehitam-hitaman, dan tidak mengotori
air jika dicampurkan kedalam air.
41
5. Menghasilkan tanaman anakan yang serupa persis dengan tanaman induk
6. Menghasilkan tanaman anakan dengan lebih cepat
7. Menghasilkan tanaman langka yang susah tumbuh dari benih
8. Dapat mengendalikan kualitas yang dihasilkan
Kerugian kultur jaringan:
4. Tidak ada keragaman genetik pada tanaman anakan
5. Tidak dapat menghasilkan varietas baru
6. Akar tanaman dari metode seperti pencangkokan lebih lemah
42
DAFTAR PUSTAKA
Anitasari, F., R. Sarwitri dan A. Suprapto. 2015. Pengaruh Pupuk Organik Dan
Dolomit Pada Lahan Pantai Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kedelai.
The 2nd University Research Coloquium, 2 (1) : 315 – 324.
43
Hendriyani, dkk. 2020. PENGARUH JENIS EKSPLAN DAN KOMBINASI
ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) TERHADAP INDUKSI KALUS
Begonia bimaensis Undaharta & Ardaka SECARA IN VITRO. Buletin
Kebun Raya 23(1): 82–90
Indrianto, A. 2003. Kultur Jaringan Tumbuhan. Fakultas Biologi Universitas
Gadjahmada, Yogyakarta.
Jumin, H.B. 2002. Agronomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Khaniyah, N. 2012. Pertumbuhan Kalus Daun Dewa (Gynura procumbens (Lour)
Merr.) dengan Kombinasi 2,4- Dichorophenoxyacetic Acid dan Kinetin
secara In Vitro. Jurnal Biosaintifika, Vol: 4(2): 112-115
Nugroho, Arinto dan Heru Sugito. 2002. Pedoman Pelaksanaan Teknik Kultur
Jaringan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Nurheti. 2010. Kultur Jaringan Tanaman Skala Rumah Tangga. Yogyakarta: Lily
Publisher.
Rahardja, N. 1995. Peranan Beberapa Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Tanaman Pada
Kultur In Vitro. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia.
Rainiyati, Jasminarni, Neliyati dan Henny. 2011. Proses Penyediaan Bahan Setek
Kentang Asal Kultur Jaringan untuk Produksi Bibit Kentang Mini pada
44
Kelompok Tani Kentang di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci
Provinsi Jambi. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat, No. 52.
Rizqiani, N., F.A. Erlina & W.Y. Nasih. 2007. Pengaruh Dosis dan Frekuensi
Pemberian Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Buncis.
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan VII (1) : 43-45.
45
Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan. Solusi Perbanyakan Tanaman Budidaya. Bumi
Aksara. Jakarta. 250 halaman.
46
LAMPIRAN
� �
Kebutuhan Larutan Stok =
b. Komposisi Media MS
c. Dokumentasi Praktikum
47
Jamur Bakteri
Media kering diserap oleh pisang Kalus tumbuh pada lidah mertua
48
c. Kesan dan Pesan Asprak
49
50