Anda di halaman 1dari 4

Massa N : Massa O dalam senyawa III = 36,84 : 63,16

= 1 : 1,714 3
≈1: 2

Massa N dalam senyawa I = senyawa II = senyawa III. Sedangkan massa O


dalam senyawa I, senyawa II, dan senyawa III merupakan bilangan bulat dan 1
sederhana, sehingga ketiga senyawa tersebut memenuhi Hukum Dalton.
3 a. Persamaan Reaksi Pembakaran Gas 𝐂𝟐𝐇𝟔 2
2 C2H6 (g) + 7 O2 (g) ⟶ 4 CO2(g) + 6 H2O (g)

b. Perbandingan Koefisien Setiap Zat pada Persamaan Reaksi


C2H6 : O2 : CO2 : H2 O 2
2 : 7 : 4 : 6

c. Menentukan Volume Gas Oksigen yang Diperlukan


Koefisien O2
Volume O2 = . Volume C2H6
Koefisien C 2H 6
7 3
Volume O2 = . 12 L
2
𝐕𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐎𝟐 = 𝟒𝟐 𝐋

d. Menentukan Volume Gas 𝐂𝐎𝟐 yang Dihasilkan


Koefisien CO2
Volume CO = . Volume C H 6
2 Koefisien C2H6 2
4
3
Volume CO2 = . 12 L
2
𝐕𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐂𝐎𝟐 = 𝟐𝟒 𝐋

Menentukan Volume Uap Air yang Dihasilkan


Koefisien H2O
Volume H2O = . Volume C2H6
Koefisien C 2H 6
6
Volume H2O = . 12 L 3
2
𝐕𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐇𝟐𝐎 = 𝟑𝟔 𝐋

4 massa uang koin = 65 g


massa Ag dalam uang koin = 92,5 . 65 g
100
2
= 60,125 g

Menentukan Jumlah (n) Ag


massa Ag
𝑛 Ag = 1
mm Ag

21
60,125 g
𝑛 Ag = 108 g 2
mol
𝑛 Ag = 0,5567 mol

Menentukan Jumlah Atom Perak dalam Uang Koin


𝑥 Ag = 𝑛 Ag . 𝐿
6,02 x 1023 atom
𝑥 Ag = 0,5567 mol .
mol 4
𝑥 Ag = 3,351 x 1023 atom

Jadi, jumlah atom perak dalam uang koin tersebut sebanyak 3,351 x 1023 atom.

Skor Total 63

Rumus Penilaian : KONVERSI TINGKAT PENGUASAAN :


90 - 100% = Baik Sekali
80 - 89% = Baik
Skor yang diperoleh 70 - 79% = Cukup
Nilai = x 100
Skor total < 70% = Kurang

E. BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK


1) REAKSI PEMBAKARAN
Pembakaran dapat didefinisikan sebagai kombinasi secara kimiawi dari unsur
oksigen dengan unsur yang mudah terbakar dari bahan bakar (reaksi oksidasi) yang
berlangsung secara cepat maupun lambat pada suhu dan tekanan tertentu. Pada reaksi
oksidasi yang berlangsung cepat dihasilkan sejumlah energi elektromagnetik (cahaya),
energi panas dan energi mekanik (suara).
Pada semua jenis pembakaran, kondisi campuran udara dan bahan bakar merupakan
faktor utama yang harus diperhatikan untuk mendapatkan campuran yang sempurna, pada
reaksi pembakaran pada unsur – unsur yang dapat terbakar dari bahan bakar menghasilkan
pembebasanenergi yang tergantung pada produk pembakaran yang terbentuk tiga unsur
utama yang dapat terbakar pada sebagian besar bahan bakar adalah karbon, hidrogen dan
belerang.
Pada reaksi pembakaran, berlaku kekekalan massa sehingga massa dari produk
pembakaran sama dengan massa dari reaktan. Total massa untuk masing-masing unsur
yang bereaksi sebelum dan sesudah reaksi adalah sama meskipun masing-masing unsur
memiliki rumus kimia yang berbeda. Oksigen yang digunakan dalam proses pembakaran
biasanya berasal dari udara yang mengakibatkan terikutnya unsur lain dalam unsur yang
tidak dapat terbakar dalam bahan bakar dan akan melewati proses pembakaran tanpa
mengalami perubahan dan akan membentuk polutan (NO2).
Pembakaran adalah “oksidasi cepat yang menghasilkan panas dan juga oksidasi

22
lambat yang disertai oleh sedikit panas dan tanpa api”. Definisi ini menekankan pada
dasarnya pembakaran merupakan proses transformasi energi antara ikatan kimia yang
berupa panas dan dapat digunakan dalam berbagai cara, dengan kata lain pembakaran
dapat menghasilkan api. Definisi lain dari pembakaran adalah : “reaksi kimia yang
meliputi kombinasi bahan bakar dan oksigen yang menghasilkan panas produk
pembakaran”.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, terlihat bahwa proses pembakaran selalu
membutuhkan oksigen sebagai oksidan, hal ini sangat bertentangan dengan realita yang
terjadi, bahwa selama proses pembakaran sebagai oksidannya adalah udara yang pada
kenyataannya mengandung 21% Oksigen 78% Nitrogen dan 1% merupakan unsur lain.
Untuk tujuan perhitungan, gas nitrogen dianggap hanya melewati proses pembakaran
tanpa mengalami perubahan.Pada dasarnya proses pembakaran terdiri dari dua kondisi,
yaitu :
a) Kondisi Pembakaran Stoikiometrik (Teoritis)
Kondisi pembakaran stoikiometrik adalah dimana relatif jumlah bahan bakar dan
udara secara teoritis dibutuhkan minimal untuk memberikan pembakaran yang
sempurna, dan dapat dihitung melalui analisa pada bahan bakar gas yang bereaksi
dengan oksigen.
Tabel 2. Spesifikasi Bahan Bakar LPG
Rumus Massa Jumlah Fraksi
Jenis BB % Berat
Kimia Molar Zat Mol
Propana C3H8 44 11 0,25 0,14
Isobutana C 4 H10 58 31 0,53 0,30
n-butana C H
4 10 58 58 1,00 0,56
Jumlah 100 1,78 1,00

Berdasarkan tabel 2, persamaan reaksi pembakaran stoikiometriknya adalah sebagai


berikut :
Propana : C3H8 + 5 O2 + 18,8 N2 → 3 CO2 + 4 H2O + 18,8 N2
Isobutana : C4H10 + 6,5 O2 + 24,4 N2 → 4 CO2 + 5 H2O + 24,4 N2
n-Butana : C4H10 + 6,5 O2 + 24,4 N2 → 4 CO2 + 5 H2O + 24,4 N2

Sebagai contoh untuk persamaan reaksi pembakaran teoritis gas propana :


C3H8 + 5 O2 + 18,8 N2 → 3 CO2 + 4 H2O + 18,8 N2
1 mol 5 mol 18,8 mol 3 mol 4 mol 18,8 mol

Jadi secara teoritis dapat dilihat bahwa kebutuhan bahan bakar dan udara sebanding
dengan jumlah koefisien masing-masing reaktan dan produk. Sehingga konsentrasi
CO2 pada produk pembakaran stoikiometrik :
3 mol
% CO2 (wet) = . 100% = 11,628%
(3 + 4 + 18,8) mol
3 mol
(
% CO2 dry = ) . 100% = 13,761%
(3 + 18,8) mol
23
Kondisi pembakaran secara stoikiometri pada umumnya sulit untuk dicapai, hal ini
dikarenakan laju reaksi yang terbatas dan adanya proses pencampuran bahan bakar
yang tidak sempurna, sehingga pembakaran biasanya diekspresikan dengan excess
air. Hal ini akan menjamin tidak adanya bahan bakar yang terbuang dan sempurna-
nya proses pembakaran.

b) Pembakaran dengan Udara Lebih (Aktual)


Pembakaran dalam prakteknya adalah sukar untuk daerah kondisi stoikiometrik.
Beberapa burner untuk industri beroperasi pada rasio udara/gas yang mendekati nilai
teoritisnya tetapi sebagian besar burner penentuan udaranya melebihi kondisi
stoikiometrinya, hal ini untuk meyakinkan bahwa pembakaran terjadi dengan
sempurna.
Alasan utama untuk menentukan udara lebih (excess air) adalah kegagalan aliran gas
dan udara untuk bercampur secara sempurna sebelum terjadinya proses pembakaran.
Terjadinya pembakaran tergantung pada tumbuhan molekul bahan bakar dengan

molekul oksigen. Jika terjadi kekurangan campuran pada kedua fluida tersebut, maka oksigen
harus diberikan untuk menambah terjadinya tumbukan molekul.
Metode yang tepat untuk menentukan udara aktual didalam sebuah sistem
pembakaran terhadap jumlah ketentuan teoritisnya diekspresikan sebagai ratio udara
volume
aktual yang digunakan ( bahan bakar) terhadap kebutuhan udara
volume
volume
stoikiometrik ( bahan bakar) :
volume
udara aktual yang digunakan
AF =
kebutuhan udara stoikiometrik

Presentase udara lebih dapat diekspresikan sebagai 100 . (A F – 1) excess air dapat
ditentukan oleh kandungan karbon dioksida atau oksigen dari produk pembakaran
dengan menggunakan persamaan :
V0 CO2st − CO2act
AF−1=( ) .
A0 CO2act
Dimana :
volume
V0 = produk pembakaran kering stoikiometrik ( bahan bakar)
volume
volume

24

Anda mungkin juga menyukai