Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN KARYA INOVASI PEMBELAJARAN

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil


Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII di SLB Negeri Bontang

OLEH :

ANISSAA ALHAQQOH DARWIS


NIP. 19750816 200312 2 011

LOMBA INOVASI PEMBELAJARAN GURU


PENDIDIKAN KHUSUS TINGKAT NASIONAL
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaykum Warrahmatullahi wabarakatuh,

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayah dan karuniaNya hingga dapat menyelesaikan PTK yang berjudul :
“Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk
Meningkatkan Nilai Hasil Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII di SLB Negeri
Bontang” ini.

Dalam penyelesaiannya, penulis banyak mendapat dukungan baik berupa moril


maupun materiil dari berbagai pihak, antara lain :

1. Suami dan keempat buah hati kami yang telah merelakan sebagian waktu mereka
untuk penyelesaian karya tulis ini.
2. Kepala SLB Negeri Bontang beserta rekan-rekan guru dan karyawan yang telah
turut memberikan sumbangsihnya dalam pembelajaran yang penulis laksanakan.
3. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya PTK ini.

Terimakasih atas dukungan yang diberikan kepada penulis, semoga Allah SWT
memberikan balasan atas kebaikan tersebut.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin menyelesaikan karya hasil penelitian


dalam pembelajaran ini, sesuai dengan kaidah dan kriteria penulisan PTK. Namun,
kemungkinan terdapat kesalahan tetaplah ada, karena seperti kata pepatah, “tak ada
gading yang tak retak”. Untuk itu, penulis menerima sumbang saran untuk
perbaikan kesalahan dalam penulisan karya selanjutnya di masa yang akan datang.

Demikianlah pengantar ini, selamat membaca, semoga karya ini menginspirasi kita
untuk dapat berbuat secara maksimal. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita
semua, khususnya siswa tunanetra.

Waalaykumsalam Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Bontang, Juni 2017

Penulis

iii
ABSTRAK

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA


Untuk Meningkatkan Nilai Hasil Belajar Siswa Tunanetra
Kelas VIII di SLB Negeri Bontang

Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd


(Guru Kelas Tunanetra di SLB Negeri Bontang, Kalimantan Timur)

Abstrak. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar. Khususnya pada pembahasan mengenai pertumbuhan dan
perkembangan mahluk hidup, untuk siswa reguler biasanya dibantu dengan
visualisasi berupa gambar atau penggunaan multimedia lainnya sehingga
pengetahuan yang diperoleh lebih lengkap dan siswa juga lebih memahami
bahasa pengetahuan tersebut sebagai bagian hidupnya. Namun, bagi siswa
tunanetra, pengetahuan tersebut sangat abstrak dan rumit untuk dibayangkan.
Tujuan penggunaan media ensiklopedia taktil ini adalah untuk a) memotivasi
siswa untuk aktif dalam belajar IPA khususnya pada pembahasan tentang
pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup, b) membantu
memvisualisasikan suatu materi kepada siswa sehingga memperoleh gambaran
semi konkrit yang mendekati objek, c) meningkatkan nilai hasil belajar IPA
siswa tunanetra. Dengan menggunakan media ensiklopedia taktil dalam
pembelajaran tentang pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup,
pemahaman siswa mengalami peningkatan. Nilai hasil belajar IPA sebelum
penggunaan media ensiklopedia taktil sebesar : Dd : MR : SW = 35% : 20% :
30% mengalami peningkatan pemahaman rata-rata 45% masing-masing siswa.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran dan tes hasil belajar siswa beserta
pengolahannya, dapat disimpulkan bahwa media ensiklopedia taktil dapat
membantu pemahaman siswa terhadap pembelajaran sehingga mengalami
peningkatan nilai hasil belajar. Dengan demikian disarankan supaya media
ensiklopedia taktil dapat digunakan sebagai alternatif untuk membantu
pemahaman siswa tunanetra dalam belajar.

Kata Kunci : Media Ensiklopedia Taktil, Siswa Tunanetra.

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Rancangan Inovasi ................................................................................ 4
C. Tujuan ................................................................................................... 5
D. Manfaat .................................................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 6
A. Ensiklopedia Taktil ................................................................................ 6
B. Hakikat Tunanetra .................................................................................. 7
BAB III KARYA INOVASI PEMBELAJARAN ....................................... 12
A. Ide Dasar ............................................................................................ 12
B. Alat dan Bahan .................................................................................. 12
C. Prosedur Pengembangan ................................................................... 13
D. Penggunaan Dalam Pembelajaran ...................................................... 15
E. Analisis Data ...................................................................................... 24
F. Testimoni .......................................................................................... 32
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 34
LAMPIRAN ...................................................................................................... 35

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Nilai Hasil Tes Pra Pembelajaran tentang Pertumbuhan dan
Perkembangan Mahluk Hidup ....................................................... 24
Tabel 3.2 : Nilai Hasil Tes Pembelajaran tentang Pertumbuhan dan Perkembangan
Mahluk Hidup Menggunakan Ensiklopedia Taktil Siklus I, Pertemuan
Kesatu, Rabu 03 Agustus 2016 ........................................................ 25
Tabel 3.3 : Nilai Hasil Tes Pembelajaran tentang Pertumbuhan dan Perkembangan
Mahluk Hidup Menggunakan Ensiklopedia Taktil Siklus I, Pertemuan
Kedua, Rabu 10 Agustus 2016 ....................................................... 26
Tabel 3.4 : Nilai Hasil Tes Pembelajaran tentang Pertumbuhan dan Perkembangan
Mahluk Hidup Menggunakan Ensiklopedia Taktil Siklus II, Pertemuan
Kesatu, Rabu 24 Agustus 2016 ...................................................... 27
Tabel 3.5 : Nilai Hasil Tes Pembelajaran tentang Pertumbuhan dan Perkembangan
Mahluk Hidup Menggunakan Ensiklopedia Taktil Siklus II, Pertemuan
Kedua, Rabu 31 Agustus 2016 ........................................................ 27
Tabel 3.6 : Rekapitulasi Nilai Hasil Tes Belajar tentang Pertumbuhan dan
Perkembangan Mahluk Hidup ........................................................ 28
Tabel 3.7 : Rekapitulasi Prosentase Peningkatan Nilai Hasil Belajar Dalam
Pelajaran IPA Kelas VIII Siswa Tunanetra SLB Negeri Bontang ..... 30

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Rancangan Inovasi ......................................................................... 4


Gambar 3.1 Alat dan Bahan ............................................................................... 12
Gambar 3.2 Membuat Adonan Clay .................................................................... 13
Gambar 3.3 Tiruan Bentuk dengan Clay ............................................................ 14
Gambar 3.5 Tata Letak Teks Awas dan Braille ................................................. 14
Gambar 3.6 Penulisan Judul Pada Ilustrasi Clay ................................................ 15
Gambar 3.7 Media Ensiklopedia Taktil ............................................................... 15
Gambar 3.8 Diagram Prosentase Peningkatan Hasil Belajar IPA Terhadap
Pelajaran IPA Pokok Bahasan Pertumbuhan dan Perkembangan
Mahluk Hidup ................................................................................ 31
Gambar 3.9 Testimoni Didi ............................................................................... 32
Gambar 3.10 Testimoni Sri Wahyuni ................................................................ 32
Gambar 3.11 Testimoni Muhammad Riswan .................................................... 32

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003


dalam pasal 5 ayat 1 dinyatakan bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu” lebih lanjut
dikemukakan dalam ayat 2 bahwa “Warga negara yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan
khusus”.

Tunanetra merupakan bagian dari bangsa ini yang telah dijamin haknya
berdasarkan undang-undang tersebut. Kepada mereka diberikan bekal
pendidikan dan keterampilan yang sesuai dengan kemampuannya untuk hidup
di masa depan bersama warga negara lainnya. Dipandang dari segi bahasa, kata
tunanetra terdiri dari kata tuna dan netra. Tuna berarti rusak, luka, kurang, tidak
memiliki, sedangkan netra artinya mata. Tunanetra artinya rusak matanya atau
tidak memiliki mata yang berarti buta atau kurang dalam penglihatan (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1990 : 613,971).

Salah satu ilmu yang perlu dipelajari tunanetra adalah IPA, karena merupakan
ilmu yang sarat dengan pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan dan sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari manusia.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk
terhadap lingkungan. Di tingkat SMPLB diharapkan ada penekanan
pembelajaran yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan
membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi pekerja
ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri
ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja
dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup.

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 1
Oleh karena itu pembelajaan IPA bagi tunanetra di SMPLB menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (KTSP 2006; 2007).

Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk


mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses
pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga
dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih
mendalam tentang alam sekitar.

Khususnya pada pembahasan mengenai pertumbuhan dan perkembangan


mahluk hidup, untuk siswa reguler biasanya dibantu dengan visualisasi berupa
gambar atau penggunaan multimedia lainnya sehingga pengetahuan yang
diperoleh lebih lengkap dan siswa juga lebih memahami bahasa pengetahuan
tersebut sebagai bagian hidupnya. Namun, bagi siswa tunanetra, pengetahuan
tersebut sangat abstrak dan rumit untuk dibayangkan.

Dan bila dikaitkan antara materi pembelajaran dengan pengertian penguasaan


ilmu, maka siswa diharapkan tidak hanya tahu tetapi memahami. Refleksi
pemahaman biasanya dapat terukur dari kemampuan mereka mengerjakan soal-
soal ujian, karena kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari rangkaian
perencanaan-pelaksanaan-penilaian yang merupakan rangkaian dan akan selalu
berjalan dalam penjabaran tujuan pendidikan yang tertulis dalam kurikulum.
Disinilah guru sebagai mediator, memiliki tugas utama untuk mentransfer apa
yang ada dalam kurikulum itu dengan mencari cara terbaik agar tidak terkesan
sulit untuk diterima dan difahami siswa.

Sebagai generasi yang akan meneruskan pembangunan bangsa ini, siswa


tunanetra pun juga dituntut untuk memiliki pemahaman terhadap pelajaran yang
diterimanya dengan bimbingan guru yang juga berperan sebagai fasilitator yang

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 2
harus bertanggung jawab untuk dapat memilih metode paling tepat dengan
kelengkapan media pengajaran dalam upaya membantu siswa belajar. Meskipun
bahwa pada kenyataannya tidak ada satu media pun yang paling baik untuk
semua tujuan, dan media juga harus disesuaikan dengan sifat pembelajarannya.

Berangkat dari pengalaman mengajar di kelas tunanetra selama ini dan


kesadaran akan tanggung jawab sebagai seorang fasilitator tersebut, penulis
kemudian berupaya membuat ensiklopedia taktil bagi kelas VIII dengan harapan
dapat memudahkan siswa memahami pelajaran IPA terutama dalam
Pembelajaran tentang pertumbuhan dan perkembangan pada mahluk hidup.

Secara etimologi, kata ensiklopedia diambil dari bahasa Yunani “enkyklios


paideia” yang berarti sebuah lingkaran atau pengajaran yang lengkap. Dengan
kata lain, ensiklopedia merupakan sebuah pendidikan paripurna yang mencakup
semua lingkaran ilmu pengetahuan (id.m.wikipedia.org; 2015). Lebih lanjut,
dijelaskan bahwa ensiklopedia adalah sejumlah tulisan yang berisi penjelasan
yang menyimpan informasi secara komperehensif dan cepat pahami serta
dimengerti mengenai keseluruhan cabang ilmu pengetahuan atau khusus dalam
satu cabang ilmu pengetahuan tertentu yang tersusun dalam bagian artikel-
artikel dengan satu topik bahasan dalam bentuk rangkaian buku. Sedangkan
taktil/tak·til/a berkaitan dengan sentuhan atau rabaan.

Dengan demikian ensiklopedia taktil yang penulis buat adalah merupakan wadah
pengetahuan yang memuat pembahasan lengkap tentang pertumbuhan dan
perkembangan mahluk hidup yang terdapat dalam pelajaran IPA kelas VIII dan
bisa diraba.

Media ensiklopedia taktil ini telah digunakan dalam pelajaran IPA pokok
bahasan pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup bagi siswa tunanetra
kelas VIII tunanetra di SLB Negeri Bontang.

Dalam beberapa waktu penggunaan ensiklopedia ini, maka sesuai harapan


penulis, ensiklopedia taktil ini sangat membantu siswa dalam memahami
pelajarannya. Siswapun terlibat secara lebih aktif untuk mencari tahu

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 3
pengetahuan yang didengarnya dan tervisualisasikan melalui gambar-gambar
taktil. Beragam pertanyaan yang mereka lontarkan merupakan wujud
ketertarikan terhadap pelajaran yang semula hanya mereka terima sebagai
kumpulan informasi yang abstrak.

Untuk itu, maka pada kesempatan ini, penulis akan menyajikan uraian tentang
pembelajaran dengan menggunakan ensiklopedia taktil tersebut secara lebih
rinci.

B. Rancangan Inovasi

Media ensiklopedia taktil ini dibuat berdasarkan rancangan sebagai berikut :

Gambar 1.1 Rancangan Inovasi

Berdasarkan fakta di lapangan, bahwa nilai IPA terutama pada materi


pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup yang di peroleh siswa tunanetra
kelas VIII di SLB Negeri Bontang, sangat rendah. Siswa tidak memahami
pembelajaran karena tidak terpenuhinya prinsip-prinsip pembelajaran tunanetra
seperti prinsip individual, kekonkritan, totalitas, dan selfactivity.

Kemudian, guru menggunakan media yang dibuat dengan memperhatikan


prinsip-prinsip pembelajaran tunanetra. Ekspektasi penggunaan media
ensiklopedia taktil dalam pelajaran IPA ini adalah siswa lebih memahami materi
yang diindikasi dengan peningkatan nilai hasil belajarnya.

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 4
C. Tujuan

Tujuan penggunaan Ensiklopedia Taktil dalam pelajaran IPA kelas VIII bagi
siswa tunanetra di SLB Negeri Bontang adalah untuk :
a. Memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar IPA khususnya pada
pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup.
b. Membantu memvisualisasikan suatu materi kepada siswa sehingga
memperoleh gambaran semi konkrit yang mendekati objek.
c. Meningkatkan nilai hasil belajar IPA siswa tunanetra.

D. Manfaat

Pembelajaran menggunakan ensiklopedia taktil yang telah penulis laksanakan


sangat bermanfaat bagi berbagai pihak sebagai berikut :

a. Bagi Siswa :

a) Mengalami peningkatan dalam pemahaman terhadap pengetahuan yang


diperolehnya.

b) Lebih mudah mengikuti pembelajaran karena memperoleh stimulasi yang


tepat dalam kegiatan belajar mengajar.

c) Mengalami peningkatan hasil belajar IPA.

b. Bagi Sekolah :
a) Karya tulis ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan mengajar
untuk mendorong pihak sekolah dalam pengembangan pembelajaran.
b) Dapat dijadikan sebagai model pembelajaran yang dapat diterapkan di
sekolah.
c. Bagi Penulis
Karya ini dapat dijadikan dasar acuan untuk melaksanakan pembelajaran
yang lebih baik, lebih kreatif dan inovatif di masa datang.

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 5
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Ensiklopedia Taktil

Secara etimologi, kata ensiklopedia diambil dari bahasa Yunani “enkyklios


paideia” yang berarti sebuah lingkaran atau pengajaran yang lengkap. Dengan
kata lain, ensiklopedia merupakan sebuah pendidikan paripurna yang mencakup
semua lingkaran ilmu pengetahuan (id.m.wikipedia.org; 2015). Lebih lanjut,
dijelaskan bahwa ensiklopedia adalah sejumlah tulisan yang berisi penjelasan
yang menyimpan informasi secara komperehensif dan cepat pahami serta
dimengerti mengenai keseluruhan cabang ilmu pengetahuan atau khusus dalam
satu cabang ilmu pengetahuan tertentu yang tersusun dalam bagian artikel-
artikel dengan satu topik bahasan dalam bentuk rangkaian buku.

Pada era modern kata ensiklopedia pertama kali dipakai oleh Paul Scalich,
seorang penulis Jerman pada tahun 1559. Lalu filsuf Inggris yang bernama
Francis Bacon pada awal abad ke-17. Tetapi makna kata ensiklopedia baru
dipakai dalam artinya pada saat ini setelah Denis Diderot seorang filsuf dan
penulis Perancis juga memakai kata ini untuk memberi nama proyek yang
sedang dikerjakannya. Proyeknya yang berlangsung pada abad ke-18 selama 30
tahun yang bertujuan untuk menulis secara sistematis semua pengetahuan yang
diketahui oleh umat manusia.

Di Indonesia, sejarah ensiklopedia mulai dikenal pada tahun 1954 dengan


diterbitkannya Ensiklopedia Indonesia, disusul kemudian tahun 1977 sebuah
Ensiklopedia Umum Indonesia. Pada era pasca kemerdekaan Indonesia, terbitlah
Ensiklopedia Nasional Indonesia yang terdiri dari 18 jilid. Lalu pada dasawarsa
terakhir abad ke-20 muncul pula ensiklopedia yang berasaskan agama Islam dan
disebut Ensiklopedia Islam Indonesia yang ditulis oleh Nurcholish Madjid. Lalu
ada pula ensiklopedia dengan ajaran Katholik berjudul Ensiklopedia Gereja

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 6
disusun oleh Adolf Heuken. Selain itu ada pula beberapa ensiklopedia kecil
merupakan terjemahan dari bahasa asing. Biasanya ensiklopedia ini merupakan
ensiklopedia bagi remaja dan anak-anak.

Namun, dari sekian banyaknya ensiklopedia yang beredar, belum satupun yang
mengakomodir kebutuhan tunanetra, sedangkan mereka juga memerlukan
pengetahuan yang sama terutama pada usia anak-anak dan remaja. Padahal pada
usia tersebutlah, keinginan untuk bereksplorasi seluas-seluasnya perlu
pengarahan yang benar.

Sedangkan taktil/tak·til/a berkaitan dengan sentuhan atau rabaan (KKBI Online,


2012). Dengan demikian, ensiklopedia taktil dapat diartikan sebagai wadah
pengetahuan yang berkaitan erat dengan perabaan atau dengan kata lain,
ensiklopedia taktil adalah penjelasan tentang sebuah ilmu pengetahuan yang bisa
diraba.

Untuk membahas perkembangan mahluk hidup lainnya, misalnya tumbuhan dan


hewan. Mengumpulkan bahan pelajaran untuk semua jenis pembahasan
pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup sesuai kurikulum, sangatlah
memakan waktu dan biaya. Apatah lagi, pada usianya yang demikian, siswa juga
membutuhkan alat atau media pembelajaran semi konkrit yang dapat membantu
pemahaman mereka semaksimal mungkin, dengan memperhatikan efisiensi
waktu dan biaya.

B. Hakikat Tunanetra

a. Pengertian Tunanetra

Dipandang dari segi bahasa, kata tunanetra terdiri dari kata tuna dan netra.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tuna mempunyai arti rusak, luka,
kurang, tidak memiliki, sedangkan netra artinya mata. Tunanetra artinya rusak
matanya atau tidak memiliki mata yang berarti buta atau kurang dalam
penglihatannya. Menurut White Confrence pengertian tunanetra adalah sebagai
berikut:

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 7
a) Seseorang dikatakan buta baik total maupun sebagian (low vision) dari
kedua matanya sehingga tidak memungkinkan lagi baginya untuk
membaca sekalipun dibantu dengan kacamata.
b) Seseorang dikatakan buta untuk pendidikan bila mempunyai ketajaman
penglihatan 20/200 atau kurang pada bagian mata yang terbaik setelah
mendapat perbaikan yang diperlukan atau mempunyai ketajaman
penglihatan lebih dari 20/200 tetapi mempunyai keterbatasan dalam
lantang pandangnya sehingga luas daerah penglihatannya membentuk
sudut tidak lebih dari 20 derajat.

Menurut pendidikan, kebutaan (blindness) difokuskan pada kemampuan siswa


dalam menggunakan penglihatan sebagai suatu saluran belajar. Anak yang
tidak dapat menggunakan penglihatannya dan bergantung pada indera lain
seperti pendengaran, perabaan, inilah yang disebut buta secara pendidikan.

Seseorang dikatakan buta secara legal apabila ketajaman pengelihatannya


20/200 atau kurang pada mata yang terbaik setelah dikoreksi, atau lantang
pandangannya tidak lebih besar dari 20 derajat. Dalam definisi ini, 20 feet atau
6 meter adalah jarak dimana ketajaman penglihatan diukur. Sedangkan 200 feet
atau 60 meter dalam definisi ini menunjukkan jarak dimana orang dengan mata
normal dapat membaca huruf yang terbesar dalam kartu snellen.

Seseorang dikatakan buta apabila mempergunakan kemampuan perabaan dan


pendengaran sebagai saluran utama dalam belajar. Mereka mungkin
mempunyai sedikit persepsi cahaya atau bentuk atau sama sekali tidak dapat
melihat (buta total). Seseorang dikatakan buta secara fungsional apabila
saluran utama dalam belajar mempergunakan perabaan atau pendengaran.

Mereka dapat menggunakan sedikit sisa pengelihatannya untuk memperoleh


informasi tambahan dari lingkungan. Orang seperti ini biasanya
mempergunakan huruf Braille sebagai media membaca dan memerlukan
latihan orientasi dan mobilitas. Dan seseorang dikatakan mempunyai
pengelihatan low vision atau kurang lihat apabila ketunanetraan berhubungan
dengan kemampuannya dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Saluran utama

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 8
dalam belajar mempergunakan penglihatan dengan mempergunakan alat bantu
baik yang direkomendasikan oleh dokter maupun bukan.

Media huruf yang digunakan sangat bervariasi tergantung pada sisa


pengelihatan dan alat bantu yang dipergunakannya. Latihan orientasi dan
mobilitas diperlukan oleh siswa low vision untuk mempergunakan sisa
penglihatannya.

a. Penyebab Tunanetra

Faktor penyebab terjadinya ketunanetraan adalah sebagai berikut :


a) Prenatal, adalah kondisi sebelum persalinan, dimana individu masih
dalam kandungan seorang ibu. Pada massa ini penyebab ketunanetraan
selalu diidentikkan dengan faktor hereditas (keturunan) dan
perkembangan janin.
b) Faktor Herediter
c) Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor herediter terjadi akibat
perkawinan antara sesama individu pembawa gen tuna netra atau individu
dengan individu pembawa gen tuna netra, serta perkawinan antar saudara.
d) Perkembangan Janin
e) Perkembangan janin sebagian besar mempengaruhi kesehatan calon bayi.
Seorang bayi bisa saja mengalami gangguan penglihatan akibat gangguan
sewaktu ibu hamil. Ketunanetraan juga dapat terjadi akibat ibu hamil
memiliki penyakit menahun, infeksi atau luka, dan kurang vitamin yang
menyebabkan terhambatnya pembentukan sistem saraf pada janin, serta
merusak sel-sel darah tertentu selama perkembangan janin dalam
kandungan.
f) Natal, adalah kondisi selama persalinan berlangsung. Seseorang bayi
memiliki resiko mengalami ketunanetraan akibat premature atau proses
persalinannya kurang tepat, misalnya penggunaan alat berbentuk cop
untuk memudahkan bayi keluar. Proses persalinan yang seperti itu
membawa resiko rusaknya susunan syaraf di otak bayi, mengingat pada
usia yang demikian kepala bayi masih sangat rapuh.

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 9
g) Postnatal, adalah kondisi setelah persalinan. Penyebab ketunanetraan
yang terjadi setelah bayi lahir antara lain akibat accidental (kecelakaan)
dan kekurangan gizi.
h) Faktor-faktor penyebab ketunanetraan diatas tidak menjamin tingkat
keparahan seseorang penderita gangguan penglihatan. Hal tersebut
tergantung pada intensitas penyebab gangguan tersebut.

c. Pendidikan Untuk Tunanetra

Penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran pada anak tunanetra lebih


banyak berorientasi pada pendidikan umum, terutama menyangkut tujuan dan
muatan kurikulum. Dalam strategi pembelajaran, tugas guru adalah
mencermati setiap bagian dari kurikulum, mana yang bisa disampaikan secara
utuh tanpa harus mengalami perubahan, mana yang harus dimodifikasi, dan
mana yang harus dihilangkan sama sekali.

Layanan pendidikan tunanetra dikelompokkan menjadi:


a) Mereka mampu membaca cetakan standart
b) Mampu membaca cetakan standart dengan menggunakan kaca pembesar
c) Mampu membaca cetakan besar (ukuran huruf:18)
d) Mampu membaca cetakan kombinasi cetakan reguler dan catakan besar
e) Membaca cetakan besar dengan kaca pembesar
f) Menggunakan Braille tetapi masih bisa melihat cahaya (sangat berguna
untuk mobilitas) Menggunakan Braille tetapi tidak punya persepsi cahaya
Karena keterbatasan anak tunanetra, maka pembelajarannya harus mengacu
kepada prinsip-prinsip:

a) Kebutuhan akan pengalaman konkret


b) Kebutuhan akan pengalaman memadukan kebutuhan akan berbuat dan
bekerja dalam belajar.

Dalam pembelajaran anak tunanetra, terdapat prinsip-prinsip yang harus


diperhatikan, antara lain :

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 10
a) Prinsip Individual
Prinsip individual adalah prinsip umum dalam pembelajaran manapun (PLB
maupun pendidikan umum) guru dituntut untuk memperhatikan adanya
perbedaan-perbedaan individu.
b) Prinsip kekonkritan/pengalaman penginderaan
Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memungkinkan anak
tunanetra mendapatkan pengalaman secara nyata dari apa yang
dipelajarinya.
c) Prinsip totalitas
Strategi pembelajaran yang dilakukan guru haruslah memungkinkan siswa
untuk memperoleh pengalaman objek maupun situasi secara utuh dapat
terjadi apabila guru mendorong siswa untuk melibatkan semua pengalaman
penginderaannya secara terpadu dalam memahami sebuah konsep.
d) Prinsip aktivitas mandiri (selfactivity)
Strategi pembelajaran haruslah memungkinkan atau mendorong anak
tunanetra belajar secara aktif dan mandiri. Anak belajar mencari dan
menemukan, sementara guru adalah fasilitator yang membantu
memudahkan siswa untuk belajar dan motivator yang membangkitkan
keinginannya untuk belajar.

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 11
BAB III

KARYA INOVASI PEMBELAJARAN

A. Ide Dasar

Beberapa ide dasar pembuatan inovasi pembelajaran ini adalah sebagai


berikut :
a. Semua materi tentang pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup
pada kelas VIII memiliki penjelasan yang abstrak dan selalu diikuti
dengan visualisasi untuk mengurangi derajat keabstrakannya, contoh
melalui video, gambar, display, dan sebagainya.
b. Sedangkan siswa tunanetra mengalami keterbatasan visual, namun
masih memiliki potensi lain yang dapat digunakan untuk membantu
pemahamannya, yaitu melalui taktil atau perabaan.
c. Tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan tersebut, dapat
divisualisasikan pada siswa tunantera dengan gambar timbul sesuai
kontur pertumbuhan dan perkembangan secara lengkap, semacam
ensiklopedia; sehingga dapat diraba.
d. Ensiklopedia taktil dengan materi pertumbuhan dan perkembangan
mahluk hidup ini belum pernah ada, sehingga perlu dikembangkan
supaya pelajaran IPA dengan materi sama dapat disajikan secara lebih
lengkap pada siswa tunanetra.

B. Alat dan Bahan


a. Map bekas (kertas berbahan keras)
b. Tepung terigu
c. Tepung maizena
d. Lem kayu (fox)
e. Gambar contoh siklus hidup ayam,
kupu-kupu, dan tumbuhan paku
f. Cat air Gambar 3.1 Alat dan Bahan

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 12
g. Gunting
h. Pisau roti
i. Kuas kecil

j. Prosedur Pengembangan
a. Deskripsi

Media ensiklopedia taktil tidak hanya digunakan tunanetra, melainkan


juga untuk siswa lainnya yang bisa melihat, karena berupa gambar
timbul. Ensiklopedia taktil ini memuat materi tentang tahap pertumbuhan
dan perkembangan mahluk hidup (ayam, kupu-kupu, dan tumbuhan
paku) secara lengkap yang dilengkapi dengan teks braille.

a. Langkah-langkah Pengembangan

a). Buat adonan clay dari campuran tepung terigu, tepung maizena, lem
fox, dan sedikit air. Diuleni hingga kalis dan dapat dibentuk, seperti
pada gambar :

Gambar 3.2 Membuat Adonan Clay

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 13
b). Bentuklah clay sesuai gambar contoh dan susunlah sesuai siklus
pada map bekas :

Gambar 3.3 Tiruan Bentuk dengan Clay


c). Biarkan satu malam hingga menempel kuat pada map dan cukup
kering.
d). Beri warna sesuai contoh.

Gambar 3.4 Mewarnai Clay Sesuai Contoh

e) Tuliskan tahap-tahap perkembangan mahluk hidup sesuai contoh


dalam huruf Braille pada plastik cover. Lalu cetak pula dalam huruf
awas. Tempelkan (dengan lem fox) teks awas pada map lalu ditutup
dengan teks braille.

Gambar 3.5 Tata Letak Teks Awas dan Braille

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 14
f). Tuliskan judul pada bagian atas ilustrasi clay

Gambar 3.6 Penulisan Judul Pada Ilustrasi Clay

h). Media ensiklopedia taktile siap digunakan.

Gambar 3.7 Media Ensiklopedia Taktil

k. Penggunaan dalam Pembelajaran

Media ensiklopedia taktil digunakan dalam pelajaran IPA sebagai


visualisasi materi. Pembelajaran dilaksanakan awal semester I Kelas VIII
tunanetra di SLB Negeri Bontang sejumlah tiga orang pada tahun pelajaran
2016-2017.

Kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara kolaborator dalam penelitian


tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus. Berdasarkan hasil diskusi
dengan rekan sejawat, diperoleh kesimpulan : (a) permasalahan yang
diangkat adalah yang berkaitan dengan kurangnya pemahaman siswa
terhadap pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan mahluk

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 15
hidup terindikasi dari nilai hasil belajar, (b) pelaksanaan penelitian
berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran, (c) pelaksanaan
dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dengan teman guru sebagai
observer.

Siklus I
Pertemuan kesatu

a. Kegiatan awal :

Kegiatan diawali dengan mengucap salam dilanjutkan dengan berdoa,


apersepsi dilaksanakan dengan meminta siswa menceritakan
pertumbuhan dan perkembangan manusia, mulai dari bayi hingga tua
secara berurutan, demikian sebaliknya, memotivasi siswa dengan
memberikan pujian bagi yang bisa dan bimbingan bagi siswa yang belum
percaya diri setelah itu membahasnya bersama. Selanjutnya,
menyampaikan tujuan belajar yaitu setelah pelajaran selesai siswa dapat
memahami pertumbuhan dan perkembangan pada embrio ayam.

b. Kegiatan inti :
a) Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan pada embrio ayam :

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 16
- Pada umur 1 hari, terlihat adanya peta takdir yang nantinya akan
menentukan cikal bakal adanya pertumbuhan jantung pada
embrio. Lapisan ovaka yang menjadi cikal bakal sistem
pencernaan dan pembuluh darah, kemudian corion alantois yang
berfungsi sebagai tempat perkembangan dari embrio itu sendiri.
Zona vasikulata yang menjadi cikal bakal terbentuknya tulang,
kuning telur atau yolk merupakan sumber nutrisi untuk embrio.
Setelah itu adanya albumin dan kalaza yang fungsinya menjaga
keseimbangan telur agar tetap berada ditengah.
- Pada umur 2 hari, pengamatan dengan mikroskopis akan
memperlihatkan adanya jantung. Setelah itu, pembuluh darahnya
sudah mulai berkembang.
- Pada umur 3 hari, jantung yang mulai berdenyut, sudah adanya
cikal bakal dari kepala dan pembuluh darah yang melebar serta
tampaknya cikal bakal adanya ekor pada embrio tersebut.
- Pada umur 4-5 hari, hampir memiliki karakteristik yang
bersamaan seerti pembuluh darah yang melebar dan bertambah
banyak. Terbentuknya kepala, ekor, jantung yang berdetak,
terbentuknya mata. Kemudian adanya selaput otak, paruh yang
terlihat dan adanya cikal bakal terbentuknya sayap.
- Pada umur 6 hari, mata embrio yang tampak membesar, alat
pencernaan yang terbentuk sayap yang membesar, kepala yang
membesar dan pembuluh darah yang masuk ke dalam tubuh
embrio tersebut.
- Pada umur 7 hari, semua organ sudah mulai terbentuk, mata mulai
mengeras dan kuning telur yang semakin berkurang karena sudah
terambil oleh embrio sebagai zat makanannya.
- Pada umur 8 hari, mata embrio semakin membesar, tumbuhnya
tengkorak, leher yang semakin jelas dan tampaknya alat
ektremitasnya.

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 17
- Pada umur 14 hari, bulunya hampir menyelimuti seluruh
permukaan tubuh, kaki yang tampak dan adanya ceker.
- Pada umur 18 hari, ekstremitas semakin berkembang, bulu
semakin lebat dan kepala perlahan mengarah ke kantong udara.
- Pada umur 20 hari, embrio memenuhi kerabang telur, paruh yang
mengarah ke kantong udara dan paru-paru yang mulai aktif.
b) Selama guru menjelaskan perkembangan tersebut, siswa dibimbing
untuk memperhatikan gambar pada ensiklopedia taktil untuk setiap
fase.

c. Kegiatan Penutup

Siswa bertanyajawab dengan guru tentang perkembangan embrio ayam


yang baru dipelajarinya. Setelah itu, siswa menyimpulkan pelajaran
dengan bimbingan guru.

Pertemuan kedua

a. Kegiatan awal :

Kegiatan diawali dengan mengucap salam dilanjutkan dengan berdoa,


apersepsi dilaksanakan dengan meminta siswa menunjukkan salah
satu fase perkembangan yang ada pada ensiklopedia taktil kemudian
menceritakan apa yang terjadi pada fase tersebut.

b. Kegiatan inti :
a) Guru mengingatkan siswa untuk selalu mensyukuri nikmat
kehidupan yang diberikan Allah SWT, karena bagaimanapun
keadaan mereka, Allah telah memberikan yang terbaik dan pantas
untuk mahlukNya.
b) Siswa menunjuk salah satu gambar pada ensiklopedia taktil,
kemudian siswa ditugaskan untuk menjelaskan perkembangan
embrio ayam tersebut dalam bahasanya sendiri.

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 18
c) Siswa yang lain menanggapi penjelasan temannya dengan
mengemukakan alasan menggunakan bahasa yang baik.
d) Siswa secara bergantian menunjuk dan menjelaskan gambar pada
salah satu fase perkembangan, kemudian siswa yang lain
bergantian menanggapi.
e) Siswa menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan
perkembangan embrio ayam.
c. Kegiatan Penutup
Siswa membahas soal tes yang diberikan bersama guru, kemudian
pemberian tugas.

Pembelajaran Siklus II

Pertemuan kesatu

a. Kegiatan Awal :

Guru memberikan salam, berdoa, appersepsi tentang tugas IPA yang


telah diberikan sebelumnya yaitu metamorfosis kupu-kupu.
mempraktikkan dengan mengerjakan serangkaian latihan, dalam
mengerjakan latihan peran guru adalah membimbing bagi mereka
yang belum paham dan memberikan pengayaan bagi siswa yang sudah
menguasai.

b. Kegiatan Inti :

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 19
a) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang metamorfosis kupu-
kupu

- Metamorfosis merupakan perubahan bentuk tubuh yang terjadi


pada suatu organisme (meta= perubahan; morfom= bentuk).
Kelompok hewan insekta (serangga) mengalami perubahan
bentuk tubuh dalam fase hidupnya. Metamorfosis menjadi dasar
pengelompokan serangga. Ada dua macam metamorfosis yang
terjadi pada serangga, sempurna dan tidak sempurna. Serangga
dikelompokkan dalam kelompok metamorfosis sempurna
apabila memiliki bentuk hewan muda dengan hewan dewasa
sangat berbeda. Hewan muda disebut dengan istilah larva yang
memiliki jenis makana yng berbeda dibanding hewan dewasa.
Sedangkan kelompok metamorfosis tidak sempurna ialah jika
serangga memiliki bentuk hewan muda yang sama dengan
hewan dewasanya.

- Kupu-kupu merupakan serangga yang mengalami metamorfosis


sempurna.

Adapun tahapan-tahapan proses metamorfosis dari kupu- kupu ialah


sebagai berikut:

Telur : Hewan muda kupu – kupu merupakan herbivora, maka dari


itu, telur- telur ini akan diletakkan di atas daun –daun tumbuhan.
Telur- telur kupu –kupu erukuran sangat kecil, biasanya induk betina

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 20
akan meletakkan banyak telur di atas daun dengan harapan bebrapa
dari telur –telur itu dapat bertahan hidup. Spesies kupu –kupu
memiliki ciri khas hanya memakan satu jenis tumbuhan, maka dapat
kita temukan ulat tertentu pada spesies tumbuhan. Setelah
pendaratan dia atas daun, telur –telur ini akan membuat daun
menggulur. Telur akan berkembang sampai waktu tertentu, setelah
perkembangan embrio di dalam telur maka embrio akan siap keluar
dari telur membentuk larva.

Larva : Disebut juga ulat. Hewan muda dari kupu –kupu ini disebut
juga dalam fase makan karena larva senantiasa aktif memakan
dedauan yang dihinggapinya. Dengan demikian ukuran ulat lambat
laun akan semakin besar membuat ulat berganti kulit sebanyak
empat sampai lima kali. Ulat akan banyak makan yang akan
disimpan untuk perkembangan menjadi dewasa.

Ukuran larva dapat sampai 100 kali lebih besar dibanding ukuran
saat dewasa.

Pupa : Disebut juga sebagai fase transisi terjadi ketika larva telah
sempurna berkembang, maka larva akan berhenti memakan dedauan
dan membentuk pupa atau kepompong. Larva akan membentuk
struktur yang dibentuk dari ludahnya yang membentuk seperti
anyaman benang-benang halus yang kuat disebut dengan kokon.
Pada kupu- kupu biasanya ulat akan membentuk pupa di bawah
cabang batang, di awah dauh, atau di bawah serah-serah daun, hal
ini tergantung pada spesies kupu- kupunya. Fase kepompong pada
kupu –kupu berlangsung dengan waktu yang bervariasi, ada yang
berkisar beberapa minggu, bulan, bahkan ada yang sampai
tahunan. Fase pupa merupakan fase yang amat penting bagi kupu-
kupu karena pada fase ini akan mempersiapkan perubahan yang
besar. Sel- sel larva akan berubah membentuk sayap, kaki, mata, dan
bagian- bagian tubuh lainnya. Pada fase ini memerlukan energi yang

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 21
sangat besar, yang diperoleh dari simpanan makanan pada saat fase
larva.

Imago : Terlihat perubahan bentuk yang amat jauh pada kupu- kupu
muda dengan kupu- kupu dewasa. Setelah melewati masa- masa
kepompong, kupu –kupu mengalami perubahan bentuk yang amat
besar. Fase dewasa ini merupakan fase persiapan untuk reproduksi.
Kupu –kupu dewasa merupakan pemakan madu yang diperoleh dari
sari –sari bunga. Beberapa kupu –kupu memiliki masa hidup pada
fase dewasa selama satu atau dua minggu. Namun beberapa spesies
ditemukan melakukan hibernasi selama musim dingin dan akan
hidup untuk beberapa bulan setelahnya. Kupu- kupu dewasa
merupakan hewan dengan mobilitas yang tinggi dengan sayapnya
dibanding ketika fase larva yang sangat lamban. Fase dewasa ini
bertanggung jawab atas kelangsungan jenisnya dan menentukan
dimana individu- indivu baru akan berkembang.

- Selama penjelasan tersebut, siswa dibimbing untuk memperhatikan


gambar taktil pada ensiklopedia per fase metamorfosis.

b) Siswa bertanyajawab dengan guru tentang pembahasan metamorfosis


kupu-kupu yang kurang difahaminya.
c) Siswa menyelesaikan soal tes yang diberikan guru.
c. Kegiatan Penutup
Siswa menyimpulkan pelajaran dengan bimbingan guru.

Pertemuan kedua
a. Kegiatan Awal :
Guru memberi salam, berdoa, dan appersepsi-siswa diingatkan kembali
tentang metamorfosis kupu-kupu. Guru mengingatkan kembali kepada
siswa untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah.
b. Kegiatan Inti :
a) Siswa memperhatikan penjelasan guru sebagai berikut :

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 22
- Metagenesis adalah pergiliran keturunan dari fase gametofit ke
fase sporofit. Peristiwa ini terjadi pada tumbuhan lumut dan paku-
pakuan. Tumbuhan tersebut mengalami 2 fase yang berbeda dalam
siklus hidupnya, yaitu sporofit dan gametofit.

- Dalam fase sporofit, spora dihasilkan. Sedangkan dalam fase gametofit,


gametlah yang dihasilkan. Pada tumbuhan paku, fase sporofit lebih
dominan dibandingkan dengan fasegametofit. Karena pada
fase sporofit ini, tumbuhan paku terlihat bertumbuh. Berkebalikan
dengan lumut, fase gametofit lebih dominan daripada fase sporofitnya.
Pada fasegametofit, tumbuhan lumut tumbuh, mengalami fertilisasi dan
kemudian menghasilkan gamet.

- Metagenesis Tumbuhan Paku : terdiri dari Daur hidup tumbuhan paku

mengenal metagenesis /pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase


utama:gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat
merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk
generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus)
atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa
lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi
memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun.
Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembap. Dari
prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 23
spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium,
organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan
bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju
archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang
pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.

b) Selama penjelasan tersebut, siswa memperhatikan gambar taktil.


c) Siswa bertanyajawab dengan guru tentang penjelasan yang belum
difahaminya.
d) Siswa menyelesaikan soal yang diberikan guru sesuai pembahasan
c. Kegiatan Penutup
Siswa menyimpulkan pembelajaran dengan bimbingan guru. Pemberian
tugas.

l. Analisis Data

Berikut ini data hasil tes pra pembelajaran tentang pertumbuhan dan
perkembangan mahluk hidup :

Tabel 3.1 : Nilai Hasil Tes Pra Pembelajaran tentang


Pertumbuhan dan Perkembangan Mahluk Hidup

NO SUBJEK PENELITIAN NILAI


1 Dd 35
2 MR 20
3 SW 30
Jumlah 85

Rata-rata 28,3

Berangkat dari hasil observasi awal terhadap pembelajaran tersebut dan


refleksi bersama rekan sejawat, penulis kemudian memutuskan untuk
melaksanakan kembali pembelajaran tentang pertumbuhan dan

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 24
perkembangan embrio ayam menggunakan media pembantu belajar yaitu
ensiklopedia taktil.

Setelah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media ensiklopedia


taktil pada pertemuan ke-1 Siklus I, diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 3.2 : Nilai Hasil Tes Pembelajaran tentang Pertumbuhan dan


Perkembangan Mahluk Hidup Menggunakan Ensiklopedia Taktil
Siklus I, Pertemuan Kesatu, Rabu 03 Agustus 2016

NO SUBJEK PENELITIAN NILAI


1 Dd 85
2 MR 70
3 SW 76
Jumlah 231

Rata-rata 77

Dengan hasil tes belajar pada pertemuan ke-1 tersebut, guru kembali
mendiskusikannya dengan rekan sejawat. Hasil diskusi yang diperoleh
merekomendasikan untuk meneruskan pembelajaran menggunakan
ensiklopedia taktil. Hal ini sangat baik dilakukan sebagai tindak lanjut
pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi sejenis,
disamping itu untuk mengetahui dampak positif penggunaan media ini.

Sehingga penulis melaksanakan lagi pembelajaran untuk Siklus I pada


pertemuan ke-2 yaitu pada pelajaran IPA minggu berikutnya : Rabu, 10
Agustus 2016, masih membahas perkembangan embrio ayam untuk
memantapkan pemahaman siswa. Dari pembelajaran tersebut diperoleh hasil
sebagai berikut :

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 25
Tabel 3.3 : Nilai Hasil Tes Pembelajaran tentang Pertumbuhan dan
Perkembangan Mahluk Hidup Menggunakan Ensiklopedia Taktil
Siklus I, Pertemuan Kedua, Rabu 10 Agustus 2016

NO SUBJEK PENELITIAN NILAI


1 Dd 75
2 MR 65
3 SW 72
Jumlah 212
Rata-rata 70,7

Data hasil observasi pembelajaran Siklus I pertemuan ke-2 diatas


menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Penggunaan
ensiklopedia taktil tidak hanya mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa,
melainkan juga mengubah suasana belajar menjadi lebih dinamis. Guru tidak
lagi berperan sebagai sentral pembelajaran, siswa bahkan mampu berdiskusi
dengan menggunakan media belajar yang telah di adaptasi sedemikian rupa
sehingga dapat digunakan tunanetra tanpa bantuan orang awas.

Berdasarkan hasil yang cukup menggembirakan pada siklus I, penulis dan


rekan sejawat kemudian memutuskan untuk melanjutkan pembelajaran pada
siklus II, dengan harapan penggunaan media ensiklopedia taktil ini juga dapat
membantu pemahaman siswa terhadap materi metamorfosis kupu-kupu.

Dengan menggunakan skenario pembelajaran yang sudah dibuat sebelumnya,


penulis melaksanakan pembelajaran pada siklus II pertemuan ke-1, yaitu pada
hari Rabu, 24 Agustus 2016. Dari pembelajaran tersebut, diperoleh data
sebagai berikut :

Data terhadap hasil tes tertulis pembelajaran pada Siklus II pertemuan ke-1
ini menunjukkan hasil sebagai berikut :

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 26
Tabel 3.4 : Nilai Hasil Tes Pembelajaran tentang Pertumbuhan dan
Perkembangan Mahluk Hidup Menggunakan Ensiklopedia Taktil
Siklus II, Pertemuan Kesatu, Rabu 24 Agustus 2016

NO SUBJEK PENELITIAN NILAI


1 Dd 77
2 MR 71
3 SW 80
Jumlah 228

Rata-rata 76

Hasil dan pola interaksi belajar dua arah yang diperoleh kemudian ditelaah
penulis dan rekan sejawat sebagai dampak positif penggunaan media
ensiklopedia taktil dalam pembelajaran.

Namun demikian, untuk lebih meyakinkan hasil penelitian, maka penulis


memutuskan untuk melaksanakan kembali pembelajaran dalam satu
pertemuan lagi pada hari Rabu, 31 Agustus 2016. Dari hasil pembelajaran
tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 3.5 : Nilai Hasil Tes Pembelajaran tentang Pertumbuhan dan


Perkembangan Mahluk Hidup Menggunakan Ensiklopedia Taktil
Siklus II, Pertemuan Kedua, Rabu 31 Agustus 2016

NO SUBJEK PENELITIAN NILAI


1 Dd 76
2 MR 68
3 SW 76
Jumlah 220

Rata-rata 73,3

Demikianlah deskripsi hasil belajar IPA dalam pembelajaran tentang


pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup menggunakan ensiklopedia

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 27
taktil. Hasil-hasil yang diperoleh tersebut akan di analisis pada uraian
berikutnya.

Hasil-hasil pembelajaran yang telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya


akan dianalisis sebagai berikut :
a) Rekapitulasi data nilai hasil belajar siswa

Tabel 3.6 : Rekapitulasi Nilai Hasil Tes Belajar tentang


Pertumbuhan dan Perkembangan Mahluk Hidup
SIKLUS I SIKLUS II
NO SUBJEK PRA JLH
PERT-1 PERT-2 PERT-1 PERT-2

1. Dd 35 85 75 77 76 363

2. MR 20 70 65 71 68 304

3. SW 30 76 72 80 76 344

RERATA 28,3 77 70,7 76 73,3

Dengan menggunakan rumus perhitungan analisis data sederhana sebagai


berikut :
F
P 100%
N
Prosentase pemahaman pada Pra Siklus dengan skor maksimal 100 adalah
sebagai berikut :

PDd = 35 x 100%
100
= 35%
PMR = 20 x 100%
100
= 20%
PSW = 30 x 100%
100
= 30%
Prosentase pemahaman pada Siklus I Pertemuan ke-1 dengan skor maksimal
100 adalah sebagai berikut :

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 28
PDd = 85 x 100%
100
= 85%

PMR = 70 x 100%
100
= 70%
PSW = 76 x 100%
100
= 76%
Pada Siklus I Pertemuan ke-2, dengan skor maksimal 100 diperoleh
prosentase sebagai berikut :

PDd = 75 x 100%
100
= 75%
PMR = 65 x 100%
100
= 65%
PSW = 72 x 100%
100
= 72%
Pembelajaran pada Siklus II Pertemuan ke-1, prosentase pemahaman siswa
sebagai berikut :

PDd = 77 x 100%
100
= 77%
PMR = 71 x 100%
100
= 71%
PSW = 80 x 100%
100
= 80%

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 29
Masih dengan skor maksimal 100, pembelajaran Siklus II Pertemuan ke-2
memperoleh prosentase pemahaman sebagai berikut :

PDd = 76 x 100%
100
= 76%
PMR = 68 x 100%
100
= 68%
PSW = 76 x 100%
100
= 76%
Data prosentase pemahaman siswa terhadap pembelajaran diatas
direkapitulasi sebagai berikut :

Tabel 3.7 : Rekapitulasi Prosentase Peningkatan Nilai Hasil


Belajar Dalam Pelajaran IPA Kelas VIII Siswa Tunanetra
SLB Negeri Bontang

SUBJEK PENELITIAN
NO SESI
Dd MR SW
Pra Siklus (Pembelajaran pra
penggunaan media
1. 35% 20% 30%
ensiklopedia taktil : Rabu, 29
Juli 2015)
Siklus I Pertemuan ke-1
2. 85% 70% 76%
(Rabu, 05 Agustus 2015)
Siklus I Pertemuan ke-2
3. 75% 65% 72%
(Rabu,12 Agustus 2015)
Siklus II Pertemuan ke-1
4. 77% 71% 80%
(Rabu, 19 Agustus 2015)
Siklus II Pertemuan ke-2
5. 76% 68% 76%
(Rabu, 26 Agustus 2015)

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 30
Menggunakan diagram garis, maka data prosentase pemahaman siswa tersebut
disajikan sebagai berikut :

PROSENTASE PEMAHAMAN SISWA


90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Pra Siklus Siklus I/1 Siklus I/2 Siklus II/1 Siklus II/2

Dd MR SW

Gambar 3.8 : Diagram Prosentase Peningkatan Hasil Belajar IPA


Terhadap Pokok Bahasan Pertumbuhan dan Perkembangan
Mahluk Hidup

Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa diatas dan dengan diskusi bersama
rekan sejawat maka disimpulkan bahwa pemahaman siswa terhadap pembelajaran
mengalami peningkatan melalui penggunaan media ensiklopedia taktil.
Peningkatan pemahaman tersebut dapat diketahui dengan cara membandingkannya
dengan prosentase sebelum digunakan media ensiklopedia takltil dalam
pembelajaran (Pra Siklus), sebagai berikut :

a) Pada subjek penelitian Dd : 50% pada Siklus I Pertemuan ke-1, 40% pada Siklus
I Pertemuan ke-2, 42% pada Siklus II Pertemuan ke-1, dan 41% pada Siklus II
Pertemuan ke-2.
b) Pada subjek penelitian MR : 50% pada Siklus I Pertemuan ke-1, 45% pada Siklus
I Pertemuan ke-2, 51% pada Siklus II Pertemuan ke-1, dan 48% pada Siklus II
Pertemuan ke-2.

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 31
c) Pada subjek penelitian SW : 46% pada Siklus I Pertemuan ke-1, 42% pada Siklus
I Pertemuan ke-2, 50% pada Siklus II Pertemuan ke-1, dan 46% pada Siklus II
Pertemuan ke-2.

F. Testimoni

Setelah menyelesaikan program pembelajaran IPA dengan media ensiklopedia


taktil, guru kemudian meminta pendapat siswa tentang penggunaan media
tersebut. Berikut testimoni siswa :

Didi. Selama ini kita selalu melewatkan materi


yang banyak gambarnya. Alhamdulillah ada buku
seperti ini...seolah-olah saya dapat melihat gambar,
bu!

Gambar 3.9 Testimoni Didi

Sri Wahyuni. Terimakasih bu sudah siapkan buku


seperti ini. Materinya jadi lebih jelas...saya
mengerti sekarang bentuknya embrio ayam..

Gambar 3.10 Testimoni Sri Wahyuni

Muhammad Riswan. Syukur sekarang ada buku


ensiklopedia taktil ini...saya tidak perlu susah-
susah lagi membayangkan materinya...semoga
materi-materi lainnya juga dapat dibuat seperti
ini...

Gambar 3.11 Testimoni Muhammad Riswan

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 32
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang bisa diambil dari hasil pelaksanaan pembelajaran
menggunakan ensiklopedia taktil adalah sebagai berikut :
a. Dengan menggunakan media ensiklopedia taktil dalam pembelajaran
tentang pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup, pemahaman siswa
mengalami peningkatan. Hasil belajar IPA sebelum penggunaan media
ensiklopedia taktil sebesar : Dd : MR : SW = 35% : 20% : 30% mengalami
peningkatan pemahaman rata-rata 45% masing-masing siswa.
b. Berdasarkan tes hasil belajar siswa beserta pengolahannya, dapat
disimpulkan bahwa media ensiklopedia taktil dapat membantu pemahaman
siswa terhadap pembelajaran yang terindikasi dengan peningkatan hasil
belajarnya.

B. Saran

Media ensiklopedia taktil dapat digunakan sebagai alternatif untuk membantu


pemahaman siswa tunanetra terhadap materi pertumbuhan dan perkembangan
mahluk hidup sehingga nilai hasil belajarnya mengalami peningkatan.

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 33
DAFTAR PUSTAKA

Widdjajantin, Anastasia dan Imanuel Hitipeuw. 1994. Ortopedagogik


Tunanetra 1. FIP – IKIP MALANG.

UU No. 20 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.

Wardani I.G.A.K Wihardit K. Nasution (2006). Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta: Universitas Terbuka.

Arikunto, Suharsimi.2007. Metodologi Penelitian. Bandung : Remaja Rosda


Karya.
__________. 2008. Pedoman Penelitian Bagi Pengawas. Jakarta : Direktorat
Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan
Nasional.

Henry G, dkk. 2009. IPA untuk SMP/MTS Kelas VIII. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Depdiknas.

_________________.2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI). Online.

Idm.m.wikipedia.org. 2015. Definisi Ensiklopedia . Online.

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 34
Lampiran 1 : Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran

DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBELAJARAN

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 35
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 36
MEDIA ENSIKLOPEDIA TAKTIL

Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 37
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 38
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

A. Identitas
Jenjang Sekolah : SMPLB
Mata Pelajaran : IPA Terpadu
Kelas / Semester : VIII / I Tunanetra
Alokasi waktu : 6 x 40 menit ( 3 x Pertemuan )

B. Standar Kompetensi
1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia.

C. Kompetensi Dasar
1.1. Menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat memahami konsep pertumbuhan dan perkembangan pada hewan.
2. Siswa dapat menjelaskan perkembangan embrio ayam
3. Siswa dapat menjelaskan metamorfosis yang dialami kupu-kupu
4. Siswa dapat menjelaskan perbedaan metamorfosis sempurna dan tidak sempurna
5. Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan hewan.
6. Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan.
7. Siswa dapat menjelaskan metagenesis yang dialami tumbuhan paku

 Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline )


Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Ketelitian ( carefulness)

E. Materi Pembelajaran
Pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.
Perkembangan Embrio Ayam
- Pada umur 1 hari, terlihat adanya peta takdir yang nantinya akan menentukan cikal
bakal adanya pertumbuhan jantung pada embrio. Lapisan ovaka yang menjadi cikal
bakal sistem pencernaan dan pembuluh darah, kemudian corion alantois yang
berfungsi sebagai tempat perkembangan dari embrio itu sendiri. Zona vasikulata yang
menjadi cikal bakal terbentuknya tulang, kuning telur atau yolk merupakan sumber
nutrisi untuk embrio. Setelah itu adanya albumin dan kalaza yang fungsinya menjaga
keseimbangan telur agar tetap berada ditengah.
- Pada umur 2 hari, pengamatan dengan mikroskopis akan memperlihatkan adanya
jantung. Setelah itu, pembuluh darahnya sudah mulai berkembang.
- Pada umur 3 hari, jantung yang mulai berdenyut, sudah adanya cikal bakal dari kepala
dan pembuluh darah yang melebar serta tampaknya cikal bakal adanya ekor pada
embrio tersebut.
- Pada umur 4-5 hari, hampir memiliki karakteristik yang bersamaan seerti pembuluh
darah yang melebar dan bertambah banyak. Terbentuknya kepala, ekor, jantung yang
berdetak, terbentuknya mata. Kemudian adanya selaput otak, paruh yang terlihat dan
adanya cikal bakal terbentuknya sayap.
- Pada umur 6 hari, mata embrio yang tampak membesar, alat pencernaan yang
terbentuk sayap yang membesar, kepala yang membesar dan pembuluh darah yang
masuk ke dalam tubuh embrio tersebut.
- Pada umur 7 hari, semua organ sudah mulai terbentuk, mata mulai mengeras dan
kuning telur yang semakin berkurang karena sudah terambil oleh embrio sebagai zat
makanannya.
- Pada umur 8 hari, mata embrio semakin membesar, tumbuhnya tengkorak, leher yang
semakin jelas dan tampaknya alat ektremitasnya.
- Pada umur 14 hari, bulunya hampir menyelimuti seluruh permukaan tubuh, kaki yang
tampak dan adanya ceker.
- Pada umur 18 hari, ekstremitas semakin berkembang, bulu semakin lebat dan kepala
perlahan mengarah ke kantong udara.
- Pada umur 20 hari, embrio memenuhi kerabang telur, paruh yang mengarah ke
kantong udara dan paru-paru yang mulai aktif.
Metamorfosis Kupu-kupu

- Metamorfosis merupakan perubahan bentuk tubuh yang terjadi pada suatu


organisme (meta= perubahan; morfom= bentuk). Kelompok hewan insekta
(serangga) mengalami perubahan bentuk tubuh dalam fase hidupnya.
Metamorfosis menjadi dasar pengelompokan serangga. Ada dua macam
metamorfosis yang terjadi pada serangga, sempurna dan tidak sempurna.
Serangga dikelompokkan dalam kelompok metamorfosis sempurna apabila
memiliki bentuk hewan muda dengan hewan dewasa sangat berbeda. Hewan
muda disebut dengan istilah larva yang memiliki jenis makana yng berbeda
dibanding hewan dewasa. Sedangkan kelompok metamorfosis tidak
sempurna ialah jika serangga memiliki bentuk hewan muda yang sama
dengan hewan dewasanya.

- Kupu-kupu merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna.

Adapun tahapan-tahapan proses metamorfosis dari kupu- kupu ialah sebagai


berikut:

Telur : Hewan muda kupu – kupu merupakan herbivora, maka dari itu, telur-
telur ini akan diletakkan di atas daun–daun tumbuhan. Telur-telur kupu –kupu
berukuran sangat kecil, biasanya induk betina akan meletakkan banyak telur di
atas daun dengan harapan bebrapa dari telur –telur itu dapat bertahan hidup.
Spesies kupu –kupu memiliki ciri khas hanya memakan satu jenis tumbuhan,
maka dapat kita temukan ulat tertentu pada spesies tumbuhan. Setelah
pendaratan dia atas daun, telur –telur ini akan membuat daun menggulur. Telur
akan berkembang sampai waktu tertentu, setelah perkembangan embrio di
dalam telur maka embrio akan siap keluar dari telur membentuk larva.
Larva : Disebut juga ulat. Hewan muda dari kupu –kupu ini disebut juga
dalam fase makan karena larva senantiasa aktif memakan dedauan yang
dihinggapinya. Dengan demikian ukuran ulat lambat laun akan semakin besar
membuat ulat berganti kulit sebanyak empat sampai lima kali. Ulat akan
banyak makan yang akan disimpan untuk perkembangan menjadi dewasa.

Ukuran larva dapat sampai 100 kali lebih besar dibanding ukuran saat dewasa.

Pupa : Disebut juga sebagai fase transisi terjadi ketika larva telah sempurna
berkembang, maka larva akan berhenti memakan dedauan dan membentuk
pupa atau kepompong. Larva akan membentuk struktur yang dibentuk dari
ludahnya yang membentuk seperti anyaman benang-benang halus yang kuat
disebut dengan kokon. Pada kupu- kupu biasanya ulat akan membentuk pupa
di bawah cabang batang, di awah dauh, atau di bawah serah-serah daun, hal ini
tergantung pada spesies kupu- kupunya. Fase kepompong pada kupu –kupu
berlangsung dengan waktu yang bervariasi, ada yang berkisar beberapa
minggu, bulan, bahkan ada yang sampai tahunan. Fase pupa merupakan fase
yang amat penting bagi kupu- kupu karena pada fase ini akan mempersiapkan
perubahan yang besar. Sel- sel larva akan berubah membentuk sayap, kaki,
mata, dan bagian- bagian tubuh lainnya. Pada fase ini memerlukan energi yang
sangat besar, yang diperoleh dari simpanan makanan pada saat fase larva.

Imago : Terlihat perubahan bentuk yang amat jauh pada kupu- kupu muda
dengan kupu- kupu dewasa. Setelah melewati masa- masa kepompong, kupu –
kupu mengalami perubahan bentuk yang amat besar. Fase dewasa ini
merupakan fase persiapan untuk reproduksi. Kupu –kupu dewasa merupakan
pemakan madu yang diperoleh dari sari –sari bunga. Beberapa kupu –kupu
memiliki masa hidup pada fase dewasa selama satu atau dua minggu. Namun
beberapa spesies ditemukan melakukan hibernasi selama musim dingin dan
akan hidup untuk beberapa bulan setelahnya. Kupu- kupu dewasa merupakan
hewan dengan mobilitas yang tinggi dengan sayapnya dibanding ketika fase
larva yang sangat lamban. Fase dewasa ini bertanggung jawab atas
kelangsungan jenisnya dan menentukan dimana individu- indivu baru akan
berkembang.
Metagenesis Tumbuhan Paku

- Metagenesis Tumbuhan Paku : terdiri dari Daur hidup tumbuhan paku


mengenal metagenesis /pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase
utama:gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan
bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit
dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud
tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar
(tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun.
Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembap. Dari
prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil
spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ
penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air
sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang
terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi
tumbuhan paku baru.

F. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Pembelajaran kontekstual
2. Metode : Diskusi, informasi, dan percobaan / observasi
3. Model Pembelajaran : Pembelajaran langsung dan pembelajaran kooperatif.

G. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Motivasi
1) Bagaimana pertumbuhan dan perkembanganmu dari bayi sampai sekarang?
2) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi peristiwa anak ayam menjadi
ayam dewasa ?
b. Pengetahuan Prasyarat
Siswa telah memahami ciri-ciri makhluk hidup terutama tumbuh dan berkembang
biak.
2. Kegiatan Inti
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
 Menjelaskan konsep pertumbuhan dan perkembangan pada hewan.
 Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan pada embrio ayam.
 Siswa memperhatikan penjelasan perkembangan yang dialami embrio ayam
menjadi anak ayam
 Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan hewan
 melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain;
 memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
 melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
 memfasilitasi peserta didik untuk mengeksplorasi pembelajaran menggunakan
alat bantu belajar berupa media ensiklopedia taktil

 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
 Berdiskusi dengan bimbingan guru tentang pertumbuhan dan perkembangan
hewan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan bantuan charta
 memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut;
 memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
 memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
 memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik
lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
 memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok;
 memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan

3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
 Dengan dibantu guru, siswa membuat kesimpulan dari hasil pembelajarannya.
 Guru memberi tugas rumah.

Pertemuan Kedua
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Motivasi
1) Disebut apakah proses kecebong menjadi katak kecil ?
2) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi peristiwa anak ayam menjadi
ayam dewasa ?
b. Pengetahuan Prasyarat
Siswa telah memahami ciri-ciri makhluk hidup terutama tumbuh dan berkembang
biak.
2. Kegiatan Inti
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
 Menjelaskan konsep pertumbuhan dan perkembangan pada hewan.
 Siswa dapat menjelaskan perbedaan metamorfosis sempurna dan tidak
sempurna
 Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan hewan
 melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain;
 memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
 melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
 Berdiskusi dengan bimbingan guru tentang pertumbuhan dan perkembangan
hewan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan bantuan charta
 memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut;
 memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
 memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
 memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik
lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
 memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok;
 memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan;
 memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa
 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan

3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
 Dengan dibantu guru, siswa membuat kesimpulan dari hasil pembelajarannya.
 Guru memberi tugas rumah.

Pertemuan Ketiga
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Motivasi
1) Bagaimana perbedaannya antara pertumbuhan dengan perkembangan pada
tumbuhan rumput teki ?
2) Faktor-faktor apakah yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan
pada tanaman mangga ?
b. Pengetahuan Prasyarat
Siswa telah memahami pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan

2. Kegiatan Inti
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
 Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan..
 Siswa dapat menceritakan metagenesis yang dialami tumbuhan paku.
 melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain;
 memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
 melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
 Siswa melakukan diskusi dengan bimbingan guru tentang pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dibantu
dengan charta.
 Siswa melakukan percobaan tentang pertumbuhan tanaman.
 memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut;
 memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
 memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
 memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik
lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
 memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok;
 memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan;
 memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
 memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
 memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber,
 memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan,
 memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna
dalam mencapai kompetensi dasar:
 berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa
yang baku dan benar;
 membantu menyelesaikan masalah;
 memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi;
 memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
 memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.

3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
 bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
 melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;

Anda mungkin juga menyukai