OLEH :
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
hidayah dan karuniaNya hingga dapat menyelesaikan PTK yang berjudul :
“Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk
Meningkatkan Nilai Hasil Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII di SLB Negeri
Bontang” ini.
1. Suami dan keempat buah hati kami yang telah merelakan sebagian waktu mereka
untuk penyelesaian karya tulis ini.
2. Kepala SLB Negeri Bontang beserta rekan-rekan guru dan karyawan yang telah
turut memberikan sumbangsihnya dalam pembelajaran yang penulis laksanakan.
3. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya PTK ini.
Terimakasih atas dukungan yang diberikan kepada penulis, semoga Allah SWT
memberikan balasan atas kebaikan tersebut.
Demikianlah pengantar ini, selamat membaca, semoga karya ini menginspirasi kita
untuk dapat berbuat secara maksimal. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita
semua, khususnya siswa tunanetra.
Penulis
iii
ABSTRAK
Abstrak. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar. Khususnya pada pembahasan mengenai pertumbuhan dan
perkembangan mahluk hidup, untuk siswa reguler biasanya dibantu dengan
visualisasi berupa gambar atau penggunaan multimedia lainnya sehingga
pengetahuan yang diperoleh lebih lengkap dan siswa juga lebih memahami
bahasa pengetahuan tersebut sebagai bagian hidupnya. Namun, bagi siswa
tunanetra, pengetahuan tersebut sangat abstrak dan rumit untuk dibayangkan.
Tujuan penggunaan media ensiklopedia taktil ini adalah untuk a) memotivasi
siswa untuk aktif dalam belajar IPA khususnya pada pembahasan tentang
pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup, b) membantu
memvisualisasikan suatu materi kepada siswa sehingga memperoleh gambaran
semi konkrit yang mendekati objek, c) meningkatkan nilai hasil belajar IPA
siswa tunanetra. Dengan menggunakan media ensiklopedia taktil dalam
pembelajaran tentang pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup,
pemahaman siswa mengalami peningkatan. Nilai hasil belajar IPA sebelum
penggunaan media ensiklopedia taktil sebesar : Dd : MR : SW = 35% : 20% :
30% mengalami peningkatan pemahaman rata-rata 45% masing-masing siswa.
Berdasarkan hasil observasi pembelajaran dan tes hasil belajar siswa beserta
pengolahannya, dapat disimpulkan bahwa media ensiklopedia taktil dapat
membantu pemahaman siswa terhadap pembelajaran sehingga mengalami
peningkatan nilai hasil belajar. Dengan demikian disarankan supaya media
ensiklopedia taktil dapat digunakan sebagai alternatif untuk membantu
pemahaman siswa tunanetra dalam belajar.
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Nilai Hasil Tes Pra Pembelajaran tentang Pertumbuhan dan
Perkembangan Mahluk Hidup ....................................................... 24
Tabel 3.2 : Nilai Hasil Tes Pembelajaran tentang Pertumbuhan dan Perkembangan
Mahluk Hidup Menggunakan Ensiklopedia Taktil Siklus I, Pertemuan
Kesatu, Rabu 03 Agustus 2016 ........................................................ 25
Tabel 3.3 : Nilai Hasil Tes Pembelajaran tentang Pertumbuhan dan Perkembangan
Mahluk Hidup Menggunakan Ensiklopedia Taktil Siklus I, Pertemuan
Kedua, Rabu 10 Agustus 2016 ....................................................... 26
Tabel 3.4 : Nilai Hasil Tes Pembelajaran tentang Pertumbuhan dan Perkembangan
Mahluk Hidup Menggunakan Ensiklopedia Taktil Siklus II, Pertemuan
Kesatu, Rabu 24 Agustus 2016 ...................................................... 27
Tabel 3.5 : Nilai Hasil Tes Pembelajaran tentang Pertumbuhan dan Perkembangan
Mahluk Hidup Menggunakan Ensiklopedia Taktil Siklus II, Pertemuan
Kedua, Rabu 31 Agustus 2016 ........................................................ 27
Tabel 3.6 : Rekapitulasi Nilai Hasil Tes Belajar tentang Pertumbuhan dan
Perkembangan Mahluk Hidup ........................................................ 28
Tabel 3.7 : Rekapitulasi Prosentase Peningkatan Nilai Hasil Belajar Dalam
Pelajaran IPA Kelas VIII Siswa Tunanetra SLB Negeri Bontang ..... 30
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tunanetra merupakan bagian dari bangsa ini yang telah dijamin haknya
berdasarkan undang-undang tersebut. Kepada mereka diberikan bekal
pendidikan dan keterampilan yang sesuai dengan kemampuannya untuk hidup
di masa depan bersama warga negara lainnya. Dipandang dari segi bahasa, kata
tunanetra terdiri dari kata tuna dan netra. Tuna berarti rusak, luka, kurang, tidak
memiliki, sedangkan netra artinya mata. Tunanetra artinya rusak matanya atau
tidak memiliki mata yang berarti buta atau kurang dalam penglihatan (Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 1990 : 613,971).
Salah satu ilmu yang perlu dipelajari tunanetra adalah IPA, karena merupakan
ilmu yang sarat dengan pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan dan sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari manusia.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk
terhadap lingkungan. Di tingkat SMPLB diharapkan ada penekanan
pembelajaran yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan
membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi pekerja
ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri
ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja
dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup.
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 1
Oleh karena itu pembelajaan IPA bagi tunanetra di SMPLB menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (KTSP 2006; 2007).
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 2
harus bertanggung jawab untuk dapat memilih metode paling tepat dengan
kelengkapan media pengajaran dalam upaya membantu siswa belajar. Meskipun
bahwa pada kenyataannya tidak ada satu media pun yang paling baik untuk
semua tujuan, dan media juga harus disesuaikan dengan sifat pembelajarannya.
Dengan demikian ensiklopedia taktil yang penulis buat adalah merupakan wadah
pengetahuan yang memuat pembahasan lengkap tentang pertumbuhan dan
perkembangan mahluk hidup yang terdapat dalam pelajaran IPA kelas VIII dan
bisa diraba.
Media ensiklopedia taktil ini telah digunakan dalam pelajaran IPA pokok
bahasan pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup bagi siswa tunanetra
kelas VIII tunanetra di SLB Negeri Bontang.
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 3
pengetahuan yang didengarnya dan tervisualisasikan melalui gambar-gambar
taktil. Beragam pertanyaan yang mereka lontarkan merupakan wujud
ketertarikan terhadap pelajaran yang semula hanya mereka terima sebagai
kumpulan informasi yang abstrak.
Untuk itu, maka pada kesempatan ini, penulis akan menyajikan uraian tentang
pembelajaran dengan menggunakan ensiklopedia taktil tersebut secara lebih
rinci.
B. Rancangan Inovasi
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 4
C. Tujuan
Tujuan penggunaan Ensiklopedia Taktil dalam pelajaran IPA kelas VIII bagi
siswa tunanetra di SLB Negeri Bontang adalah untuk :
a. Memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar IPA khususnya pada
pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup.
b. Membantu memvisualisasikan suatu materi kepada siswa sehingga
memperoleh gambaran semi konkrit yang mendekati objek.
c. Meningkatkan nilai hasil belajar IPA siswa tunanetra.
D. Manfaat
a. Bagi Siswa :
b. Bagi Sekolah :
a) Karya tulis ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan mengajar
untuk mendorong pihak sekolah dalam pengembangan pembelajaran.
b) Dapat dijadikan sebagai model pembelajaran yang dapat diterapkan di
sekolah.
c. Bagi Penulis
Karya ini dapat dijadikan dasar acuan untuk melaksanakan pembelajaran
yang lebih baik, lebih kreatif dan inovatif di masa datang.
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Ensiklopedia Taktil
Pada era modern kata ensiklopedia pertama kali dipakai oleh Paul Scalich,
seorang penulis Jerman pada tahun 1559. Lalu filsuf Inggris yang bernama
Francis Bacon pada awal abad ke-17. Tetapi makna kata ensiklopedia baru
dipakai dalam artinya pada saat ini setelah Denis Diderot seorang filsuf dan
penulis Perancis juga memakai kata ini untuk memberi nama proyek yang
sedang dikerjakannya. Proyeknya yang berlangsung pada abad ke-18 selama 30
tahun yang bertujuan untuk menulis secara sistematis semua pengetahuan yang
diketahui oleh umat manusia.
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 6
disusun oleh Adolf Heuken. Selain itu ada pula beberapa ensiklopedia kecil
merupakan terjemahan dari bahasa asing. Biasanya ensiklopedia ini merupakan
ensiklopedia bagi remaja dan anak-anak.
Namun, dari sekian banyaknya ensiklopedia yang beredar, belum satupun yang
mengakomodir kebutuhan tunanetra, sedangkan mereka juga memerlukan
pengetahuan yang sama terutama pada usia anak-anak dan remaja. Padahal pada
usia tersebutlah, keinginan untuk bereksplorasi seluas-seluasnya perlu
pengarahan yang benar.
B. Hakikat Tunanetra
a. Pengertian Tunanetra
Dipandang dari segi bahasa, kata tunanetra terdiri dari kata tuna dan netra.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tuna mempunyai arti rusak, luka,
kurang, tidak memiliki, sedangkan netra artinya mata. Tunanetra artinya rusak
matanya atau tidak memiliki mata yang berarti buta atau kurang dalam
penglihatannya. Menurut White Confrence pengertian tunanetra adalah sebagai
berikut:
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 7
a) Seseorang dikatakan buta baik total maupun sebagian (low vision) dari
kedua matanya sehingga tidak memungkinkan lagi baginya untuk
membaca sekalipun dibantu dengan kacamata.
b) Seseorang dikatakan buta untuk pendidikan bila mempunyai ketajaman
penglihatan 20/200 atau kurang pada bagian mata yang terbaik setelah
mendapat perbaikan yang diperlukan atau mempunyai ketajaman
penglihatan lebih dari 20/200 tetapi mempunyai keterbatasan dalam
lantang pandangnya sehingga luas daerah penglihatannya membentuk
sudut tidak lebih dari 20 derajat.
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 8
dalam belajar mempergunakan penglihatan dengan mempergunakan alat bantu
baik yang direkomendasikan oleh dokter maupun bukan.
a. Penyebab Tunanetra
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 9
g) Postnatal, adalah kondisi setelah persalinan. Penyebab ketunanetraan
yang terjadi setelah bayi lahir antara lain akibat accidental (kecelakaan)
dan kekurangan gizi.
h) Faktor-faktor penyebab ketunanetraan diatas tidak menjamin tingkat
keparahan seseorang penderita gangguan penglihatan. Hal tersebut
tergantung pada intensitas penyebab gangguan tersebut.
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 10
a) Prinsip Individual
Prinsip individual adalah prinsip umum dalam pembelajaran manapun (PLB
maupun pendidikan umum) guru dituntut untuk memperhatikan adanya
perbedaan-perbedaan individu.
b) Prinsip kekonkritan/pengalaman penginderaan
Strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru harus memungkinkan anak
tunanetra mendapatkan pengalaman secara nyata dari apa yang
dipelajarinya.
c) Prinsip totalitas
Strategi pembelajaran yang dilakukan guru haruslah memungkinkan siswa
untuk memperoleh pengalaman objek maupun situasi secara utuh dapat
terjadi apabila guru mendorong siswa untuk melibatkan semua pengalaman
penginderaannya secara terpadu dalam memahami sebuah konsep.
d) Prinsip aktivitas mandiri (selfactivity)
Strategi pembelajaran haruslah memungkinkan atau mendorong anak
tunanetra belajar secara aktif dan mandiri. Anak belajar mencari dan
menemukan, sementara guru adalah fasilitator yang membantu
memudahkan siswa untuk belajar dan motivator yang membangkitkan
keinginannya untuk belajar.
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 11
BAB III
A. Ide Dasar
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 12
g. Gunting
h. Pisau roti
i. Kuas kecil
j. Prosedur Pengembangan
a. Deskripsi
a. Langkah-langkah Pengembangan
a). Buat adonan clay dari campuran tepung terigu, tepung maizena, lem
fox, dan sedikit air. Diuleni hingga kalis dan dapat dibentuk, seperti
pada gambar :
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 13
b). Bentuklah clay sesuai gambar contoh dan susunlah sesuai siklus
pada map bekas :
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 14
f). Tuliskan judul pada bagian atas ilustrasi clay
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 15
hidup terindikasi dari nilai hasil belajar, (b) pelaksanaan penelitian
berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran, (c) pelaksanaan
dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dengan teman guru sebagai
observer.
Siklus I
Pertemuan kesatu
a. Kegiatan awal :
b. Kegiatan inti :
a) Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan pada embrio ayam :
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 16
- Pada umur 1 hari, terlihat adanya peta takdir yang nantinya akan
menentukan cikal bakal adanya pertumbuhan jantung pada
embrio. Lapisan ovaka yang menjadi cikal bakal sistem
pencernaan dan pembuluh darah, kemudian corion alantois yang
berfungsi sebagai tempat perkembangan dari embrio itu sendiri.
Zona vasikulata yang menjadi cikal bakal terbentuknya tulang,
kuning telur atau yolk merupakan sumber nutrisi untuk embrio.
Setelah itu adanya albumin dan kalaza yang fungsinya menjaga
keseimbangan telur agar tetap berada ditengah.
- Pada umur 2 hari, pengamatan dengan mikroskopis akan
memperlihatkan adanya jantung. Setelah itu, pembuluh darahnya
sudah mulai berkembang.
- Pada umur 3 hari, jantung yang mulai berdenyut, sudah adanya
cikal bakal dari kepala dan pembuluh darah yang melebar serta
tampaknya cikal bakal adanya ekor pada embrio tersebut.
- Pada umur 4-5 hari, hampir memiliki karakteristik yang
bersamaan seerti pembuluh darah yang melebar dan bertambah
banyak. Terbentuknya kepala, ekor, jantung yang berdetak,
terbentuknya mata. Kemudian adanya selaput otak, paruh yang
terlihat dan adanya cikal bakal terbentuknya sayap.
- Pada umur 6 hari, mata embrio yang tampak membesar, alat
pencernaan yang terbentuk sayap yang membesar, kepala yang
membesar dan pembuluh darah yang masuk ke dalam tubuh
embrio tersebut.
- Pada umur 7 hari, semua organ sudah mulai terbentuk, mata mulai
mengeras dan kuning telur yang semakin berkurang karena sudah
terambil oleh embrio sebagai zat makanannya.
- Pada umur 8 hari, mata embrio semakin membesar, tumbuhnya
tengkorak, leher yang semakin jelas dan tampaknya alat
ektremitasnya.
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 17
- Pada umur 14 hari, bulunya hampir menyelimuti seluruh
permukaan tubuh, kaki yang tampak dan adanya ceker.
- Pada umur 18 hari, ekstremitas semakin berkembang, bulu
semakin lebat dan kepala perlahan mengarah ke kantong udara.
- Pada umur 20 hari, embrio memenuhi kerabang telur, paruh yang
mengarah ke kantong udara dan paru-paru yang mulai aktif.
b) Selama guru menjelaskan perkembangan tersebut, siswa dibimbing
untuk memperhatikan gambar pada ensiklopedia taktil untuk setiap
fase.
c. Kegiatan Penutup
Pertemuan kedua
a. Kegiatan awal :
b. Kegiatan inti :
a) Guru mengingatkan siswa untuk selalu mensyukuri nikmat
kehidupan yang diberikan Allah SWT, karena bagaimanapun
keadaan mereka, Allah telah memberikan yang terbaik dan pantas
untuk mahlukNya.
b) Siswa menunjuk salah satu gambar pada ensiklopedia taktil,
kemudian siswa ditugaskan untuk menjelaskan perkembangan
embrio ayam tersebut dalam bahasanya sendiri.
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 18
c) Siswa yang lain menanggapi penjelasan temannya dengan
mengemukakan alasan menggunakan bahasa yang baik.
d) Siswa secara bergantian menunjuk dan menjelaskan gambar pada
salah satu fase perkembangan, kemudian siswa yang lain
bergantian menanggapi.
e) Siswa menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan
perkembangan embrio ayam.
c. Kegiatan Penutup
Siswa membahas soal tes yang diberikan bersama guru, kemudian
pemberian tugas.
Pembelajaran Siklus II
Pertemuan kesatu
a. Kegiatan Awal :
b. Kegiatan Inti :
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 19
a) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang metamorfosis kupu-
kupu
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 20
akan meletakkan banyak telur di atas daun dengan harapan bebrapa
dari telur –telur itu dapat bertahan hidup. Spesies kupu –kupu
memiliki ciri khas hanya memakan satu jenis tumbuhan, maka dapat
kita temukan ulat tertentu pada spesies tumbuhan. Setelah
pendaratan dia atas daun, telur –telur ini akan membuat daun
menggulur. Telur akan berkembang sampai waktu tertentu, setelah
perkembangan embrio di dalam telur maka embrio akan siap keluar
dari telur membentuk larva.
Larva : Disebut juga ulat. Hewan muda dari kupu –kupu ini disebut
juga dalam fase makan karena larva senantiasa aktif memakan
dedauan yang dihinggapinya. Dengan demikian ukuran ulat lambat
laun akan semakin besar membuat ulat berganti kulit sebanyak
empat sampai lima kali. Ulat akan banyak makan yang akan
disimpan untuk perkembangan menjadi dewasa.
Ukuran larva dapat sampai 100 kali lebih besar dibanding ukuran
saat dewasa.
Pupa : Disebut juga sebagai fase transisi terjadi ketika larva telah
sempurna berkembang, maka larva akan berhenti memakan dedauan
dan membentuk pupa atau kepompong. Larva akan membentuk
struktur yang dibentuk dari ludahnya yang membentuk seperti
anyaman benang-benang halus yang kuat disebut dengan kokon.
Pada kupu- kupu biasanya ulat akan membentuk pupa di bawah
cabang batang, di awah dauh, atau di bawah serah-serah daun, hal
ini tergantung pada spesies kupu- kupunya. Fase kepompong pada
kupu –kupu berlangsung dengan waktu yang bervariasi, ada yang
berkisar beberapa minggu, bulan, bahkan ada yang sampai
tahunan. Fase pupa merupakan fase yang amat penting bagi kupu-
kupu karena pada fase ini akan mempersiapkan perubahan yang
besar. Sel- sel larva akan berubah membentuk sayap, kaki, mata, dan
bagian- bagian tubuh lainnya. Pada fase ini memerlukan energi yang
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 21
sangat besar, yang diperoleh dari simpanan makanan pada saat fase
larva.
Imago : Terlihat perubahan bentuk yang amat jauh pada kupu- kupu
muda dengan kupu- kupu dewasa. Setelah melewati masa- masa
kepompong, kupu –kupu mengalami perubahan bentuk yang amat
besar. Fase dewasa ini merupakan fase persiapan untuk reproduksi.
Kupu –kupu dewasa merupakan pemakan madu yang diperoleh dari
sari –sari bunga. Beberapa kupu –kupu memiliki masa hidup pada
fase dewasa selama satu atau dua minggu. Namun beberapa spesies
ditemukan melakukan hibernasi selama musim dingin dan akan
hidup untuk beberapa bulan setelahnya. Kupu- kupu dewasa
merupakan hewan dengan mobilitas yang tinggi dengan sayapnya
dibanding ketika fase larva yang sangat lamban. Fase dewasa ini
bertanggung jawab atas kelangsungan jenisnya dan menentukan
dimana individu- indivu baru akan berkembang.
Pertemuan kedua
a. Kegiatan Awal :
Guru memberi salam, berdoa, dan appersepsi-siswa diingatkan kembali
tentang metamorfosis kupu-kupu. Guru mengingatkan kembali kepada
siswa untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah.
b. Kegiatan Inti :
a) Siswa memperhatikan penjelasan guru sebagai berikut :
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 22
- Metagenesis adalah pergiliran keturunan dari fase gametofit ke
fase sporofit. Peristiwa ini terjadi pada tumbuhan lumut dan paku-
pakuan. Tumbuhan tersebut mengalami 2 fase yang berbeda dalam
siklus hidupnya, yaitu sporofit dan gametofit.
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 23
spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium,
organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan
bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju
archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang
pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru.
l. Analisis Data
Berikut ini data hasil tes pra pembelajaran tentang pertumbuhan dan
perkembangan mahluk hidup :
Rata-rata 28,3
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 24
perkembangan embrio ayam menggunakan media pembantu belajar yaitu
ensiklopedia taktil.
Rata-rata 77
Dengan hasil tes belajar pada pertemuan ke-1 tersebut, guru kembali
mendiskusikannya dengan rekan sejawat. Hasil diskusi yang diperoleh
merekomendasikan untuk meneruskan pembelajaran menggunakan
ensiklopedia taktil. Hal ini sangat baik dilakukan sebagai tindak lanjut
pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi sejenis,
disamping itu untuk mengetahui dampak positif penggunaan media ini.
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 25
Tabel 3.3 : Nilai Hasil Tes Pembelajaran tentang Pertumbuhan dan
Perkembangan Mahluk Hidup Menggunakan Ensiklopedia Taktil
Siklus I, Pertemuan Kedua, Rabu 10 Agustus 2016
Data terhadap hasil tes tertulis pembelajaran pada Siklus II pertemuan ke-1
ini menunjukkan hasil sebagai berikut :
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 26
Tabel 3.4 : Nilai Hasil Tes Pembelajaran tentang Pertumbuhan dan
Perkembangan Mahluk Hidup Menggunakan Ensiklopedia Taktil
Siklus II, Pertemuan Kesatu, Rabu 24 Agustus 2016
Rata-rata 76
Hasil dan pola interaksi belajar dua arah yang diperoleh kemudian ditelaah
penulis dan rekan sejawat sebagai dampak positif penggunaan media
ensiklopedia taktil dalam pembelajaran.
Rata-rata 73,3
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 27
taktil. Hasil-hasil yang diperoleh tersebut akan di analisis pada uraian
berikutnya.
1. Dd 35 85 75 77 76 363
2. MR 20 70 65 71 68 304
3. SW 30 76 72 80 76 344
PDd = 35 x 100%
100
= 35%
PMR = 20 x 100%
100
= 20%
PSW = 30 x 100%
100
= 30%
Prosentase pemahaman pada Siklus I Pertemuan ke-1 dengan skor maksimal
100 adalah sebagai berikut :
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 28
PDd = 85 x 100%
100
= 85%
PMR = 70 x 100%
100
= 70%
PSW = 76 x 100%
100
= 76%
Pada Siklus I Pertemuan ke-2, dengan skor maksimal 100 diperoleh
prosentase sebagai berikut :
PDd = 75 x 100%
100
= 75%
PMR = 65 x 100%
100
= 65%
PSW = 72 x 100%
100
= 72%
Pembelajaran pada Siklus II Pertemuan ke-1, prosentase pemahaman siswa
sebagai berikut :
PDd = 77 x 100%
100
= 77%
PMR = 71 x 100%
100
= 71%
PSW = 80 x 100%
100
= 80%
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 29
Masih dengan skor maksimal 100, pembelajaran Siklus II Pertemuan ke-2
memperoleh prosentase pemahaman sebagai berikut :
PDd = 76 x 100%
100
= 76%
PMR = 68 x 100%
100
= 68%
PSW = 76 x 100%
100
= 76%
Data prosentase pemahaman siswa terhadap pembelajaran diatas
direkapitulasi sebagai berikut :
SUBJEK PENELITIAN
NO SESI
Dd MR SW
Pra Siklus (Pembelajaran pra
penggunaan media
1. 35% 20% 30%
ensiklopedia taktil : Rabu, 29
Juli 2015)
Siklus I Pertemuan ke-1
2. 85% 70% 76%
(Rabu, 05 Agustus 2015)
Siklus I Pertemuan ke-2
3. 75% 65% 72%
(Rabu,12 Agustus 2015)
Siklus II Pertemuan ke-1
4. 77% 71% 80%
(Rabu, 19 Agustus 2015)
Siklus II Pertemuan ke-2
5. 76% 68% 76%
(Rabu, 26 Agustus 2015)
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 30
Menggunakan diagram garis, maka data prosentase pemahaman siswa tersebut
disajikan sebagai berikut :
Dd MR SW
Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa diatas dan dengan diskusi bersama
rekan sejawat maka disimpulkan bahwa pemahaman siswa terhadap pembelajaran
mengalami peningkatan melalui penggunaan media ensiklopedia taktil.
Peningkatan pemahaman tersebut dapat diketahui dengan cara membandingkannya
dengan prosentase sebelum digunakan media ensiklopedia takltil dalam
pembelajaran (Pra Siklus), sebagai berikut :
a) Pada subjek penelitian Dd : 50% pada Siklus I Pertemuan ke-1, 40% pada Siklus
I Pertemuan ke-2, 42% pada Siklus II Pertemuan ke-1, dan 41% pada Siklus II
Pertemuan ke-2.
b) Pada subjek penelitian MR : 50% pada Siklus I Pertemuan ke-1, 45% pada Siklus
I Pertemuan ke-2, 51% pada Siklus II Pertemuan ke-1, dan 48% pada Siklus II
Pertemuan ke-2.
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 31
c) Pada subjek penelitian SW : 46% pada Siklus I Pertemuan ke-1, 42% pada Siklus
I Pertemuan ke-2, 50% pada Siklus II Pertemuan ke-1, dan 46% pada Siklus II
Pertemuan ke-2.
F. Testimoni
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang bisa diambil dari hasil pelaksanaan pembelajaran
menggunakan ensiklopedia taktil adalah sebagai berikut :
a. Dengan menggunakan media ensiklopedia taktil dalam pembelajaran
tentang pertumbuhan dan perkembangan mahluk hidup, pemahaman siswa
mengalami peningkatan. Hasil belajar IPA sebelum penggunaan media
ensiklopedia taktil sebesar : Dd : MR : SW = 35% : 20% : 30% mengalami
peningkatan pemahaman rata-rata 45% masing-masing siswa.
b. Berdasarkan tes hasil belajar siswa beserta pengolahannya, dapat
disimpulkan bahwa media ensiklopedia taktil dapat membantu pemahaman
siswa terhadap pembelajaran yang terindikasi dengan peningkatan hasil
belajarnya.
B. Saran
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 33
DAFTAR PUSTAKA
Henry G, dkk. 2009. IPA untuk SMP/MTS Kelas VIII. Jakarta : Pusat
Perbukuan, Depdiknas.
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 34
Lampiran 1 : Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 35
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 36
MEDIA ENSIKLOPEDIA TAKTIL
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 37
Penggunaan Media Ensiklopedia Taktil Dalam Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Nilai Hasil
Belajar Siswa Tunanetra Kelas VIII Di SLB Negeri Bontang By Anissaa Alhaqqoh Darwis, S.Pd 38
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
A. Identitas
Jenjang Sekolah : SMPLB
Mata Pelajaran : IPA Terpadu
Kelas / Semester : VIII / I Tunanetra
Alokasi waktu : 6 x 40 menit ( 3 x Pertemuan )
B. Standar Kompetensi
1. Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia.
C. Kompetensi Dasar
1.1. Menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat memahami konsep pertumbuhan dan perkembangan pada hewan.
2. Siswa dapat menjelaskan perkembangan embrio ayam
3. Siswa dapat menjelaskan metamorfosis yang dialami kupu-kupu
4. Siswa dapat menjelaskan perbedaan metamorfosis sempurna dan tidak sempurna
5. Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan hewan.
6. Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan.
7. Siswa dapat menjelaskan metagenesis yang dialami tumbuhan paku
E. Materi Pembelajaran
Pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup.
Perkembangan Embrio Ayam
- Pada umur 1 hari, terlihat adanya peta takdir yang nantinya akan menentukan cikal
bakal adanya pertumbuhan jantung pada embrio. Lapisan ovaka yang menjadi cikal
bakal sistem pencernaan dan pembuluh darah, kemudian corion alantois yang
berfungsi sebagai tempat perkembangan dari embrio itu sendiri. Zona vasikulata yang
menjadi cikal bakal terbentuknya tulang, kuning telur atau yolk merupakan sumber
nutrisi untuk embrio. Setelah itu adanya albumin dan kalaza yang fungsinya menjaga
keseimbangan telur agar tetap berada ditengah.
- Pada umur 2 hari, pengamatan dengan mikroskopis akan memperlihatkan adanya
jantung. Setelah itu, pembuluh darahnya sudah mulai berkembang.
- Pada umur 3 hari, jantung yang mulai berdenyut, sudah adanya cikal bakal dari kepala
dan pembuluh darah yang melebar serta tampaknya cikal bakal adanya ekor pada
embrio tersebut.
- Pada umur 4-5 hari, hampir memiliki karakteristik yang bersamaan seerti pembuluh
darah yang melebar dan bertambah banyak. Terbentuknya kepala, ekor, jantung yang
berdetak, terbentuknya mata. Kemudian adanya selaput otak, paruh yang terlihat dan
adanya cikal bakal terbentuknya sayap.
- Pada umur 6 hari, mata embrio yang tampak membesar, alat pencernaan yang
terbentuk sayap yang membesar, kepala yang membesar dan pembuluh darah yang
masuk ke dalam tubuh embrio tersebut.
- Pada umur 7 hari, semua organ sudah mulai terbentuk, mata mulai mengeras dan
kuning telur yang semakin berkurang karena sudah terambil oleh embrio sebagai zat
makanannya.
- Pada umur 8 hari, mata embrio semakin membesar, tumbuhnya tengkorak, leher yang
semakin jelas dan tampaknya alat ektremitasnya.
- Pada umur 14 hari, bulunya hampir menyelimuti seluruh permukaan tubuh, kaki yang
tampak dan adanya ceker.
- Pada umur 18 hari, ekstremitas semakin berkembang, bulu semakin lebat dan kepala
perlahan mengarah ke kantong udara.
- Pada umur 20 hari, embrio memenuhi kerabang telur, paruh yang mengarah ke
kantong udara dan paru-paru yang mulai aktif.
Metamorfosis Kupu-kupu
Telur : Hewan muda kupu – kupu merupakan herbivora, maka dari itu, telur-
telur ini akan diletakkan di atas daun–daun tumbuhan. Telur-telur kupu –kupu
berukuran sangat kecil, biasanya induk betina akan meletakkan banyak telur di
atas daun dengan harapan bebrapa dari telur –telur itu dapat bertahan hidup.
Spesies kupu –kupu memiliki ciri khas hanya memakan satu jenis tumbuhan,
maka dapat kita temukan ulat tertentu pada spesies tumbuhan. Setelah
pendaratan dia atas daun, telur –telur ini akan membuat daun menggulur. Telur
akan berkembang sampai waktu tertentu, setelah perkembangan embrio di
dalam telur maka embrio akan siap keluar dari telur membentuk larva.
Larva : Disebut juga ulat. Hewan muda dari kupu –kupu ini disebut juga
dalam fase makan karena larva senantiasa aktif memakan dedauan yang
dihinggapinya. Dengan demikian ukuran ulat lambat laun akan semakin besar
membuat ulat berganti kulit sebanyak empat sampai lima kali. Ulat akan
banyak makan yang akan disimpan untuk perkembangan menjadi dewasa.
Ukuran larva dapat sampai 100 kali lebih besar dibanding ukuran saat dewasa.
Pupa : Disebut juga sebagai fase transisi terjadi ketika larva telah sempurna
berkembang, maka larva akan berhenti memakan dedauan dan membentuk
pupa atau kepompong. Larva akan membentuk struktur yang dibentuk dari
ludahnya yang membentuk seperti anyaman benang-benang halus yang kuat
disebut dengan kokon. Pada kupu- kupu biasanya ulat akan membentuk pupa
di bawah cabang batang, di awah dauh, atau di bawah serah-serah daun, hal ini
tergantung pada spesies kupu- kupunya. Fase kepompong pada kupu –kupu
berlangsung dengan waktu yang bervariasi, ada yang berkisar beberapa
minggu, bulan, bahkan ada yang sampai tahunan. Fase pupa merupakan fase
yang amat penting bagi kupu- kupu karena pada fase ini akan mempersiapkan
perubahan yang besar. Sel- sel larva akan berubah membentuk sayap, kaki,
mata, dan bagian- bagian tubuh lainnya. Pada fase ini memerlukan energi yang
sangat besar, yang diperoleh dari simpanan makanan pada saat fase larva.
Imago : Terlihat perubahan bentuk yang amat jauh pada kupu- kupu muda
dengan kupu- kupu dewasa. Setelah melewati masa- masa kepompong, kupu –
kupu mengalami perubahan bentuk yang amat besar. Fase dewasa ini
merupakan fase persiapan untuk reproduksi. Kupu –kupu dewasa merupakan
pemakan madu yang diperoleh dari sari –sari bunga. Beberapa kupu –kupu
memiliki masa hidup pada fase dewasa selama satu atau dua minggu. Namun
beberapa spesies ditemukan melakukan hibernasi selama musim dingin dan
akan hidup untuk beberapa bulan setelahnya. Kupu- kupu dewasa merupakan
hewan dengan mobilitas yang tinggi dengan sayapnya dibanding ketika fase
larva yang sangat lamban. Fase dewasa ini bertanggung jawab atas
kelangsungan jenisnya dan menentukan dimana individu- indivu baru akan
berkembang.
Metagenesis Tumbuhan Paku
F. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Pembelajaran kontekstual
2. Metode : Diskusi, informasi, dan percobaan / observasi
3. Model Pembelajaran : Pembelajaran langsung dan pembelajaran kooperatif.
G. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Motivasi
1) Bagaimana pertumbuhan dan perkembanganmu dari bayi sampai sekarang?
2) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi peristiwa anak ayam menjadi
ayam dewasa ?
b. Pengetahuan Prasyarat
Siswa telah memahami ciri-ciri makhluk hidup terutama tumbuh dan berkembang
biak.
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Menjelaskan konsep pertumbuhan dan perkembangan pada hewan.
Menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan pada embrio ayam.
Siswa memperhatikan penjelasan perkembangan yang dialami embrio ayam
menjadi anak ayam
Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan hewan
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain;
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
memfasilitasi peserta didik untuk mengeksplorasi pembelajaran menggunakan
alat bantu belajar berupa media ensiklopedia taktil
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Berdiskusi dengan bimbingan guru tentang pertumbuhan dan perkembangan
hewan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan bantuan charta
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik
lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Dengan dibantu guru, siswa membuat kesimpulan dari hasil pembelajarannya.
Guru memberi tugas rumah.
Pertemuan Kedua
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Motivasi
1) Disebut apakah proses kecebong menjadi katak kecil ?
2) Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi peristiwa anak ayam menjadi
ayam dewasa ?
b. Pengetahuan Prasyarat
Siswa telah memahami ciri-ciri makhluk hidup terutama tumbuh dan berkembang
biak.
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Menjelaskan konsep pertumbuhan dan perkembangan pada hewan.
Siswa dapat menjelaskan perbedaan metamorfosis sempurna dan tidak
sempurna
Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan hewan
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain;
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Berdiskusi dengan bimbingan guru tentang pertumbuhan dan perkembangan
hewan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan bantuan charta
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik
lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa
Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman,
memberikan penguatan dan penyimpulan
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
Dengan dibantu guru, siswa membuat kesimpulan dari hasil pembelajarannya.
Guru memberi tugas rumah.
Pertemuan Ketiga
1. Kegiatan Pendahuluan
a. Motivasi
1) Bagaimana perbedaannya antara pertumbuhan dengan perkembangan pada
tumbuhan rumput teki ?
2) Faktor-faktor apakah yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan
pada tanaman mangga ?
b. Pengetahuan Prasyarat
Siswa telah memahami pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan..
Siswa dapat menceritakan metagenesis yang dialami tumbuhan paku.
melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain;
memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
Siswa melakukan diskusi dengan bimbingan guru tentang pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya dibantu
dengan charta.
Siswa melakukan percobaan tentang pertumbuhan tanaman.
memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut;
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik
lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun
kelompok;
memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta
produk yang dihasilkan;
memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber,
memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan,
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna
dalam mencapai kompetensi dasar:
berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan
peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa
yang baku dan benar;
membantu menyelesaikan masalah;
memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil
eksplorasi;
memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;