Anda di halaman 1dari 9

TUGAS REVIEW VIDEO

Mata Kuliah: Keperawatan Medikal Bedah 1

Dosen Pembimbing: Wahyu Hidayati, M.Kep.Sp.KMB

Disusun Oleh :

Kelompok 3
Kelas A18. 2
Luthfi Hanifah (22020118120002)

Siti Khariroh (22020118120003)

Nurul Hidayah (22020118120025)

Annisa Larasati (22020118120027)

Wahidatun Nisai F. (22020118130054)

Mustika Surya Hatmi (22020118130059)

Ramadhani (22020118130096)

Dwi Cahyati D. (22020118140105)

Zulfida Rahma C. (22020118140109)

Lami’ Nuriyati (22020118140126)

Departemen Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
Tahun 2020
A. Nama intervensi
1. menilai risiko
2. menilai kejang
3. mencegah cedera
4. vital sign+pengkajian saraf

B. Diagnosa keperawatan yang mendasari pemberian intervensi


1. Ketidakefektifan pola napas
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
3. Risiko cidera

C. Tujuan pemberian intervensi


a. Tujuan Penilaian Kejang
1. Untuk mencegah kejang secara berulang karena apabila kejang berulang akan
beresiko terjadi aspirasi
2. Mencegah adanya epilepsy yang berkelanjutan atau mental retardasi
3. Suatu bentuk untuk penormalan kehidupan bagi seseorang yang mengalami
kejang.
4. Untuk menentukan tindakan yang dilakuakn sesuai sldengan tingkat kejang
pada pasien
5. Untuk mengetahui karakteristik dan tingkat kejang pada klien

b. Tujuan adanya Penilain Resiko :


1. Mencegah adanya epilepsy berkelanjutan
2. Penialain terhadap pasien untuk mencegah resiko kejang secara berulang
3. Mencegah lidah tergigit sehingga akan memiliki jalan nafas yang paten
4. Tidak terjadi fraktur
5. Mencegah terjadinya lidah jatuh kebelakang karena dapat mengganggu
sirkulasi udara

c. Tujuan Mengamati Tanda-tanda vital dan Persyarafan :


1. Mempertahankan suhu tubuh sekitar 36.5-37 derajat celcius
2. Mengetahui adanya penyebab perubahan tanda-tanda vital secara berkala
3. Mempertahan kulit agar tidak kemerahan.
4. Untuk mengetahui sirkulasi jaringan pada pasien.
5. Untuk mengetahui fungsi organ" vital dapat berfungsi secara baik

d. Tujuan adanya Pencegahan cedera


1. Apabila pasien terjadi kejang dilantai, akan beresiko terjadi benturan kepala.
Maka pencegahan cedera diperlukan salah satunya dengan memberikan
bantal dan dengan posisi yang tepat dan aman.
2. Pada pasien epilepsy biasanya lidah pasien akan tergigit sehinggak perlu
dilakukan tindakan untuk mencegah lidah tergigit karena bisa mnyebabkan
lidah terputus
3. Mencegah terjadinya lidah jatuh kebelakang karena bisa menutup jalan
napas pasien hal ini dapat sierkulasi oksigen pada pasien akan terganggu
khusunya pada otang karena 3 menit otak tidak mendapatkkan oksigen yang
adekuat dapat menyebabkan kerusakan jaringan pada sel otak
4. Amankan dan letakkan klien di lantai karena untuk menghindari cidera
muskoloskeletal akibat pasien yang cenderung jatuh apabila di letakan di
tempat tidur yang tinggi
5. Jangan masukan jari penolong kemulut klien saat kejang untuk menhindarai
cidera pada penolong akibat tergigit klien

D. Alat dan bahan yang dibutuhkan

Alat dan Bahan Prosedur Suction

a) Sarung tangan steril


b) Alat pelindung diri , Kaca mata, Masker, gaun jika diperlukan
c) Kain pengalas
d) Bantal
e) Alat resusitasi oksigen
f) Selang kateter suction
g) Selang endotracheal
h) Larutan garam steril
i) Obat analgesia
Alat dan bahan prosedur manajemen kejang

a) Sarung tangan steril


b) Alat pelindung diri , Kaca mata, Masker, gaun jika diperlukan
c) Kain pengalas
d) Bantal
e) Seperangkat elektroda (Electroencelophalography/EEG)
f) Kotak untuk meletakkan barang-barang pasien seperti kacamata
g) Kotak obat

E. Tahapan prosedur intervensi


1. Menilai resiko (sebelum kejang)
a) Mempersiapkan oksigen dan suction jika diperlukan
b) Mempersiapkan akses intravena pada pasien untuk pemberian obat anti
kejang
c) Mempersiapkan padded bad training dengan posisi bed lebih rendah
d) Memberikan bantal dibawah kepala yang bertujuan untuk melindungi
kepala pasien
e) Menyingkirkan benda (seperti kacamata) atau baju yang dapat menciderai
pasien
2. Menilai kejang (sebelum kejang)
a) Mengkaji riwayat kejang pasien
b) Mengkaji tahap prodromal pada pasien melalui tanda gejala yang dimiliki
c) Mengkaji tanda gejala aura pada pasien (kalo ada dikaji berapa lama
kejang terjadi
d) Mengkaji kejang yang dialami pasien (lama kejang)
e) Mengkaji tipe kejang pasien
f) Mengkaji obat kejang yang dimiliki pasien (menentukan level obat)
3. Mencegah cedera (saat kejang berlangsung)
Manajemen Kejang
Terapeutik
1) Baringkan pasien agar tidak terjatuh
2) Berikan alas empuk di bawah kepala, jika memungkinkan
3) Pertahankan kepatenan jalan nafas
4) Longgarkan pakaian, terutama di bagian leher
5) Dampingi selama periode kejang
6) Jauhkan benda benda berbahaya terutama benda tajam
7) Catat durasi kejang
8) Reorientasikan setelah periode kejang
9) Dokumentasikan periode terjadinya kejang
10) Pasang akses IV, jika perlu
11) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

1) Anjurkan keluarga menghindari memasukkan apapun ke dalam mulut


pasien saat periode kejang
2) Anjurkan keluarga tidak menggunakan kekerasan untuk menahan
gerakann pasien

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian antikonvulsan, jika perlu

4. Setelah kejang terjadi


a) Pastikan kondisi pasien sudah stabil ( lakukan pengecekan ttv ,pengkajian
saraf dan kepatenan jalan napas)
b) Orientasikan kembali kelamaan pasien setelah kejang
c) Beritahukan kondisi pasien kepada dokter (memberikan drawing blood,
medication, EEG)
- EEG : meletakan elektroda pada bagian tertentu pada otak dengan
menggunakan lem dan diletakkan pada kulit kepala pasien
Fungsi : untuk melihat aktivitas elektrik pada otak
- Yang terpenting dalam melakukan EEG adalah :
Tidak memperbolehkan pasien mengonsumsi caffein dan obat kejang saat
sebelum test karna hal tersebut dapat menstimulasi test EEGnya
- Obat kejang dapat diberikan setelah test EEG
- Bisa makan sebelum test EEG
- Memastikan rambut pasien harus bersih dan kering karna minyak yang ada
pada kulit kepala akan mempengaruhi test EEG
- Menganjurkan pasien untuk tidur sebelum test EEG

F. Resiko yang Mungkin Muncul Akibat Intervensi dan Cara Mengantisipasinya


a. Terapi Farmakologi
Terapi obat-obatan pada penderita epilepsi merupakan terapi utama,
pemberian obat-obatan antiepilepsi berguna agar kejang dapat terkontrol.
Terapi obat-obatan antiepilepsi diperlukan kepatuhan pasien dalam
meminum obat untuk mengurangi terjadinya kejang. Jika terjadi
kegagalan dalam keteraturan meminum obat maka dapat mengakibatkan
terjadinya resistensi obat, reaksi obat, peningkatan morbiditas dan
mortalitas serta dapat mengurangi kualitas hidup.
Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain kesadaran untuk
meminum obat secara teratur, serta perlu adanya dukungan keluarga saat
melakukan pengobatan. Jika pencegahan berhasil maka frekuensi
bangkitan kejang akan berkurang, mencegah terjadinya retensi obat dan
meningkatkan kualitas hidup penderita epilepsi (Ika & Hidayati, 2019).

b. Terapi Bedah Epilepsi


Dilakukan sebagai jalan terakhir dalam penanganan epilepsy ketika
berbagai metode pengobatan telah gagal dan resistensi obat serta
epilepsy tidak dapat dikendalikan lagi.epilepsi yang tidak terkendali
dikahwatirkan akan menimbulkan berbagai masalah lain seperti maslaha
ingatan,depresi,ansietas, bunuh diri,kesulitan keuangan dan hubungan
dengan orang lain terganggu sehingga hal ini harus segera ditangani.
Dalam setiap operasi pasti ada kemungkinan berhasil dan gagal.
Sebelum diputuskan untuk menjalani operasi harus dipertimbangkan
dengan serius dan melalui pemeriksaan yang seksama (MD, 2018)
Resiko :
a. Kemungkinan berhasil dan gagal tidak dapat dipastikan
b. Perdarahan otak
c. Infeksi otak
d. Gangguan fungsi otak
e. Edema pada otak
f. Stroke
g. Pembengkakan otak yang memungkinkan pembedahan otak kedua
h. Kerusakan saraf
i. Kebocoran cairan serebrospinal
Antisipasi :
a. Diskusikan dengan tenaga kesehatan sebeum memutuskan operasi
b. Berdiskusi dengan orang yang telah menjalani operasi
c. Terbuka dan jujur dengan keluarga dan tenaga kesehatan untuk
menghindari salah paham
d. Mencari tahu informasi secara rinci terkait operasi yang akan
dilakukan dan prosedur apa saja yang akan didapatkan
e. Memikirkan sisi positif dan negative setelah operasi dilakukan

c. Terapi Non-Farmakologi (Diet Ketogenik)


Diet ketogenik adalah diet tinggi lemak, rendah karbohidrat, dan cukup
protein. Saat diet berlangsung energi otak berasal dari keton yang
merupakan hasil oksidasi asam lemak. Diet ketogenik dapat diberikan
sebagai terapi penderita epilepsi karena dapat menurunkan kejang
(Wijaya, et al., 2020). Resiko:
a. Jangka Pendek
Asidosis, hipoglikemia, mual muntah, obstipasi, diare, dan
terjadinya refluks gastroesofagus (Sampaio, 2016)
b. Jangka Panjang (terjadi setelah 3 bulan)
Hiperlipidemia, konstipasi, batu ginjal, kegagalan pertumbuhan
dan meningkatkan resiko terjadinya fraktur pada anak-anak, kekurangan
vitamin dan mineral (Sampaio, 2016). Antisipasi:
a. Mematuhi aturan diet ketogenic yang dianjurkan
b. Monitoring diet oleh dokter
c. Berkonsultasi secara teratur dengan dokter
d. Pada anak, jika dirasa anak tidak dapat melakukan diet ketogenik,
dapat meminta saran diet epilepsi yang lain
e. Mengurangi asupan karbohidrat secara bertahap untuk membiasakan
tubuh terhadap perubahan metabolisme yang terjadi
f. Menjaga asupan mineral dan vitamin

G. Kelebihan dan kekurangan video


Kelebihan Video:
a) Pemateri menjelaskan sesuai dengan konteks dan tidak bertele tele
b) Materi dijelaskan dengan memberikan contoh sehingga mudah
dipahami
c) Materi dijelaskan secara urut mulai dari hal sederhana hingga
kompleks sehingga penonton tidak bingung
d) Materi dijelaskan dengan disertai tulisan yang menarik sehingga
mempermudah dalam belajar
e) Tersedia ringkasan materi secara garis besar

Kekurangan Video:

a) Pengucapan sedikit sulit dipahami


b) Penjelasan terlalu cepat
c) Posisi pemateri terkadang menutupi tulisan dibelakangnya sehingga
penonton sulit untuk melihat

DAFTAR PUSTAKA

Ika, T., & Hidayati, E. (2019). Family Support on Severe Frequency in Epilepsy Patients in
RSUP. Dr. Kariadi Semarang. Media Keperawatan Indonesia, 2(1), 21-28.
MD, A. Z. (2018, Oktober 15). Risks and Benefits. Retrieved Mei 15, 2020, from Epilepsy:
https://www.epilepsy.com/learn/treating-seizures-and-epilepsy/surgery/risks-and-
benefits.
MD, G. M. (2018, juli ). Epilepsy Surgery. Retrieved mei 15, 2020, from mayfieldclinic:
https://mayfieldclinic.com/pe-epilepsysurg.htm
Sampaio, L. P. D. B. (2016). Ketogenic diet for epilepsy treatment. Arquivos de Neuro-
psiquiatria, 74(10), 842-848.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I). Jakarta.
Retrieved from http://www.inna-ppni.or.id.
Wijaya, J. S., Saing, J. H., & Destariani, C. P. (2020). Politerapi Anti-Epilepsi pada Penderita
Epilepsi Anak. 47(3), 191-194.

Anda mungkin juga menyukai