1. LATAR BELAKANG
Pancasila1 sebagai dasar negara indonesia yang memegang peranan penting dalam setiap
aspek kehidupan masyarakat indonesia sebagai ideolgy bangsa.Pancasila memegang peranan
penting dalam bentuk pola pikir bangsa indonesiasehingga dapat dihargai sebagai salah satu
bangsa yang beradap di dunia
Kita patut bangga dan bersyukur jika kita dilahirkan ditanah indonesia selain keelokan
dan subur alamnya ,indonesia adalah negara yang paling unik di bandingkan negara lainnya
di muka bumi.Banyaknya ratusan bahkan mungkin ribuan suku dan etnis yang berada di
indonesia.Dari yang kulit putih ,sawo matang,coklat hingga hitam.Dari yang mata sipit
sedang hingga lebar/belok,beraneka ragam budaya adat istiadat,bahasa,agama dan lain
sebagainya.
Indonesia ada karena perjuangan pahlawan yang berjuang dengan bercucuran darah dan
bertaruh nyawa.Mengorbankan jiwa dan raganya demi mewujudkan indonesia
merdeka.Mengingat akan kesadaran keanekaragaman suku dan agama.Negara Kesatuan
Republik Indonesia dengan oleh para pendiri dengan semboyan-semboyan ‘’Bhineka
Tunggal Ika’’dan pancasila sebagai pondasi dan landasan hidup berbangsa dan bernegara
Rumusan masalah
1
Lilin Setiyowati,’’Peran Pancasila Terhadap Konflik Sara’’.
rudybyo.blogspot.com/2011/04/pengertian-sara-suku-ras-agama-dan.html
BAB II
LANDASAN TEORI
SARA (Suku, Ras, Agama, dan Antar Golongan) adalah berbagai pandangan dan
tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan, agama,
kebangsaan atau kesukuan dan golongan.Setiap tindakan yang melibatkan kekerasan,
diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan pada identitas diri dan golongan dapat dikatakan
sebagai tindakan SARA.Tindakan ini dianggap melecehkan kemerdekaan dan segala hak-hak
dasar yang melekat pada manusia.Konflik ini biasanya ada karena keegoisan seseorang atau
kelompok yang dilakukan dengan jalan kekerasan.Hal ini bisa juga disebabkan karena hal
sepele, seperti tersinggung, diledek atau hal-hal yang sekiranya tidak perlu dibesar-besarkan.
1. Kategori Individual : merupakan tindakan SARA yang dilakukan oleh individu atau
kelompok. Yang termasuk kategori ini adalah tindakan maupun pernyataan yang
bersifat menyerang, mengintimidasi, melecehkan dan menghina identitas diri maupun
golongan. Misalnya membuli teman sekelasnya dan menjauhinya secara tidak
langsung telah mengintimidasinya dengan cara membuli.
Dalam perngertian lain SARA disebut juga diskriminatifyang merujuk kepada pelayanan
yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan
karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut.
Diskriminatif merupakan suatu kejadian yang biasanya dijumpai dalam masyarakat, yang
disebabkan karena kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain. Ketika
seseorang diperlakukan secara tidak adil karena karakteristik suku, antargolongan, ras, agama
dan karakteristik lain yang diduga merupakan dasar dari tindakan diskriminatif.
Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan
karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya
peluang yang sama. Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral
menjadi diskriminatif saat diterapkan di lapangan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Yang artinya setiap orang mempunyai pendirian
berbeda dan perasaan yang berbeda antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Dari
perbedaan tersebut dapat menimbulkan konflik sosial, sebab dalam menjalin hubungan sosial
seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Maka dari itu kita dapat meredakan
konflik dengan cara bersosialisasi dengan cara lain, seperti berdiskusi atau bermusyawarah
dengan yang lain agar kita dapat mengetahui dan memahami sisi atau pendapat dari orang
lain tersebut.
Faktor agama dari SARA 2hanya menjadi "limbah" suatu masalah yang lebih besar, seperti
masalah penguasaan sumber daya alam, kesiapan bersaing, serta kolusi antara pejabat dan
suatu etnik tertentu.Demikian pula halnya suku dalam SARA
1.Dampak SARA
2
Lilin Setiyowati,’’Peran Pancasila Terhadap Konflik Sara’’. rudybyo.blogspot.com/2011/04/pengertian-sara-
suku-ras-agama-dan.html
BAB III
PEMBAHSAN
CONTOH KASUS:
Konflik horizontal antar umat beragam islam dengan umat beragam kristen diawali dengan
adanya kerusuhan pada tangal 19 januari 1999 bertepatan dengan hari raya Idul Fitri.yang
diawali dengan perkelahian pemuda keturunan bugis yang beragama islam,dengan pemuda
asal mardika beragama kristen.pemuda asal mardika yang bekerja sebagai supir angkot ini
dimintai uang oleh pemuda keturunan bugis tadiyang dikenal sebagai preman.kejadian ini
terjadi di terminal batu merah.Karena pemuda asal mardika tersebut tidak dapat memenuhi
keinginan pemuda keturunan bugis tadi .kejadian ini terjadi berulang sampai tiga kali dan
tetap pemuda asal mardika tersebut tidak dapat memenuhi keinginan pemuda keturunan bugis
tadi.Kejadian ini terjadi berulang sampai tiga kali dan tetap pemuda asal mardika ini tidak
dapat memenuhi keinginan pemuda keturunan bugis sehingga menimbulkan amarah dan
perkelahian diantara mereka..Mereka adu pukul dan ingin membunuh satu sama lain .Pemuda
asal mardika ini merasa terancam dan dia pulang ke rumah an menggambil parang dan
kembali ke terminal Batu merah untuk menemui preman tersebut .Kemudian terjadilah aksi
kejar-kejaran dimana preman tersebut berlari memasuki masuk ke kompleks pasar desa batu
merah .kemudian preman tersebut ditahan oleh warga batu merah dan ia ditanyai tentang
permasalahan yang terjadi,maka preman tersebut menjawab ‘’ia akan dibunuh oleh orang
kristen’’,jawabanya ini kemudian memicu terjadinya kerusuhan yng terjadinya kerusuhan
yang terjadi di Ambon yang dimana antara warga muslim dan wrga kristen saling menyerang.
Warga muslim menyerang warga kristen sebaliknya warga kristen yang muncul untuk
mempertahankan diri. Awalnya masa muslim muncul dari desa batu merah bangkit
menyerang warga kristen di kawasan Mardika yang merupakan tetangga Desa Batu
Merah,dengan menggunakan berbagai alat tajam seperti parang,tombak,panah dan lain-lain
dengan menggunakan ikat kepala warna putih yang seragam.
Mereka sempat melukai dan membakar rumah-rumah warga Kristen . demikian pula pada
saat yang bersamaan beberapa lokasi pemukiman kristen seperti Gulanggung ,Tanah
Rata,Kampung Ohiu,Silale,dengan Waihaong serta mendengar bahwa gereja Silale telah
dibakar maka bangkitlah amarahnya dan kemudian melakukan penyerangan balik ikut di
serang oleh kelompok muslim yang menyebabkan beberapa warga kristen terbunuh,ratusan
rumah dibakar dan sebuah gereja di Silale dirusak dan dibakar .
Warga Kristen yang mendiami Batu Gantung, Kudamati dan sebagainya setelah mendengar
penyerangan warga Muslim terhadap warga Kristen di Mardika, Galunggung, Tanah Rata,
Kampung Ohiu, kawasan Silale, dan Waihaong Konflik berkembang dengan sangat pesat
dengan sebab-sebab yang tidak sepenuhnya dimengerti oleh masyarakat setempat. Konflik
tersebut meluas dan disertai dengan aksi-aksi pembakaran rumah-rumah warga dan tempat
ibadah, pembunuhan serta penghancuran fasilitas-fasilitas umum.
4
Konflik ini terjadi dengan latar belakang yang berbeda yang mana terjadi dalam empat babak
yaitu:
1. Januari-Maret 1999
Peristiwa sepele, dan dianggap biasa oleh masyarakat, yaitu konflik antara preman Batu
Merah yang beragama Muslim dengan supir angkot yang beragama Kristen. Yang kemudian
menyebabkan pertikaian antar kelompok agama dan suku bangsa yang kemudian meledak
menjadi kerusuhan yang besar di Ambon. Akhirnya kerusuhanpun meluas keseluruh pulau
Ambon tanpa dapat terkendali. Kota dan desa-desa di Ambon dibakar dan diratakan dengan
tanah. Kerusuhan yang berlarut-larut itu memakan banyak korban jiwa.
Kota Ambon dan sebagian desa-desa sekitarnya tersegregasi ketat dan terbagi menjadi dua
wilayah yaitu wilayah Islam dan Kristen. Masyarakat dan wilayah Kristen disebut dengan
merah, dan yang Muslim disebut dengan putih. Pemerintah daerah, aparat keamanan,
pemuka-pemuka agama dan adat kemudian sibuk melakukan rekonsiliasi dengan berbagai
gebrakan. Upacara Panas Pela dilakukan disana-sini, sehingga pada akhir Maret sampai
dengan pertengahan Juli 1999, Ambon mulai reda dari kerusuhan besar.
2.Juli-November 1999
Suasana Ambon dalam keadaan tenang-tenang tegang bersamaan dengan adanya kampanye
menjelang pemilu. Setelah pemilu ketegangan pun meningkat dan pecah didaerah Poka dan
kemudian meluas di bagian lain di ambon. Segregasi semakin ketat. Di Ambon hanya tersisa
satu desa yang masyarakatnya masih tetap berbaur yaitu Wayame. Masyarakat semakin
4
Asri Nurwendah dan Fena Meisara,’’Konflik Agama di Ambon Tahun
1999’’,kontensara.blogspot.com/2017/04/konflik-agama-di-ambon-tahun-1999html.
mempersenjatai diri dengan berbagai bentuk senjata, mulai dari parang.
4. April-Agustus 2000
Situasi di Ambon sudah kembali tenang sedangkan upaya rekonsiliasi dilakukan di berbagai
tempat. Tapi gerakan Jihad yang berpusat di Yogyakarta, Jakarta, Bogor mulai meresahkan
masyarakat Ambon. Isu-isu tentang ancaman Jihad mulai muncul dan pernolakan kedatangan
Jihad muncul juga dari masyarakat Muslim, apalagi Kristen. Setelah wakil presiden
berkunjung di Ambon dalam acara SBJ, yang juga dihadiri oleh kelompok Milisia Batumerah
yang beragama muslim dengan Kudamati yang beragama kristen, meyebabkan kerusuhan
mulai merebak dan menjadi berkepanjangan.
Ketidak mampuan pemerintah untuk menangani konflik menyebabkan kebangkitan Front
Kebangkitan Maluku (FKM) pada 2000 yang merupakan sebuah gerakan yang mengangkat
warisan Republik Rakyat Maluku (RMS). RMS kemudian dianggap sebagai gerakan Kristen
yang memperburuk dinamika konflik antar Agama.
BAB IV
Kesimpulan
Tinggal seperti apa cara kita untuk mengahadapi dan menanggapi masalah tersebut, di
saat masing-masing pribadi tidak bisa mengontrol diri disitu lah masalahnya.
Saran
Jangan pernah lupakan sejarah yang terjadi menuju kemerdekaan kita. Tidak ada yang
namanya minoritas ataupun mayoritas, yang ada Indonesia.
MAKALAH
Disusun Oleh
MAUMERE
TAHUN AJARAN
2020/2021