Neraca Lahan Dan Neraca Air
Neraca Lahan Dan Neraca Air
Neraca Air
Nazal N. Navi (1061)
Widya Kusuma (1063)
Mochamad Akmal Rania Daniswara (1064)
Kurnia Cahyani Romadhon (1065)
Gilang Yudha Prasetya (1081)
Rachel Alina S (1096)
NERACA LAHAN
Penyusunan rencana tata ruang wilayah
yang tidak memperhatikan daya dukung
lingkungan hidup, dapat menimbulkan
permasalahan lingkungan hidup seperti
banjir, longsor dan kekeringan
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN?
Daya dukung lingkungan hidup
adalah kemampuan lingkungan
hidup untuk mendukung
perikehidupan manusia dan
makhluk hidup lain.
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN BERBASIS NERACA LAHAN
Mengetahui daya dukung lahan
berdasarkan perbandingan antara
ketersediaan dan kebutuhan lahan bagi
penduduk yang hidup di suatu wilayah.
Gambaran umum apakah daya dukung
lahan suatu wilayah dalam keadaan
Surplus DEFISIT
Neraca Daya Dukung Lahan
Absol Relati
ut f
Neraca Daya Dukung Lahan berbasis Absolut
Adalah interpretasi status “tingkat keberlanjutan” wilayah berbasis
standar daya dukung absolut.
Suatu wilayah dapat memiliki 3 kategori status tingkat keberlanjutan:
Berkelanjutan (sustain), bahwa wilayah dalam keadaan terkelola
dengan baik dan biocapacity wilayahnya terjaga dan mandiri dalam
memenuhi kebutuhan biokapasitasnya
Rawan, bahwa wilayah tersebut dalam keadaan mendekati hilangnya
kemandirian dalam memenuhi kebutuhan bioproduknya.
Daya dukung terlampaui (overshoot), bahwa wilayah tersebut sudah
tidak mandiri dalam memenuhi kebutuhan bioproduknya.
Daya Dukung Lahan
Diagram Penentuan Daya Dukung Lahan
Untuk 20 tahun mendatang
Populasi penduduk
Perkiraan Total Ketersediaan (20thn yad)
produksi di akhir lahan di akhir Kebutuhan
periode perencanaan
seluruh komoditas
periode lahan
setempat perencanaan (20 thn yad) Kebutuhan lahan per
(20 thn yad) (20 thn yad) orang yang diasumsikan
setara dengan luas lahan
untuk menghasilkan 1
ton setara beras/tahun
(20 thn yad)
Status Daya Dukung
Lahan RTRW
Cara Penghitungan
Penghitungan dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Penghitungan Ketersediaan (Supply) Lahan
2. Penghitungan Kebutuhan (Demand) Lahan
3. Penentuan Status Daya Dukung Lahan
1. Penghitungan Ketersediaan (Supply) Lahan
Rumus:
Harga satuan tiap
Produksi aktual tiap jenis jenis komoditas
komoditi (Rp/satuan)
(satuan tergantung kepada jenis di tingkat produsen
komoditas)
Ketersediaan lahan (ha)
Produktivitas beras (kg/ha)
Harga satuan beras (Rp/kg)
di tingkat produsen
Dalam penghitungan ini, faktor konversi yang digunakan untuk menyetarakan produk non beras dengan beras
adalah harga.
Untuk memudahkan penghitungan, dapat digunakan contoh tabel berikut ini dalam menghitung total nilai
produksi { ∑ 𝑷𝒊 𝑯𝒊 }
2. Penghitungan Kebutuhan (Demand) Lahan
Rumus:
Total kebutuhan lahan setara beras (ha)
Jumlah penduduk (orang) Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup layak
per penduduk:
a. Luas lahan yang dibutuhkan untuk kebutuhan hidup
layak per penduduk merupakan kebutuhan hidup layak
per penduduk dibagi produktifitas beras lokal.
b. Kebutuhan hidup layak per penduduk diasumsikan
sebesar 1 ton setara beras/kapita/ tahun.
c. Daerah yang tidak memiliki data produktivitas beras
lokal, dapat menggunaan data rata‐rata produktivitas
beras nasional sebesar 2400 kg/ha/tahun.
3. Penentuan Status Daya Dukung Lahan
Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara
ketersediaan lahan (𝑺𝑳 ) dan kebutuhan lahan (𝑫𝑳 ) .
adalah
Hubungan antara masukan air total dan keluaran air
total yang terjadi pada siklus hidrologi.
Tujuan
Neraca air digunakan untuk mengetahui
jumlah air mengalami kelebihan (surplus)
atau kekurangan (defisit).
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN BERBASIS
NERACA AIR
• Dilakukan dengan menghitung kapasitas ketersediaan air
pada suatu wilayah. Penghitungan ini sangat bergantung
pada kemampuan menjaga dan mempertahankan siklus
hidrologi
• Pemanfaatan sumber‐sumber air yang tak terkendali
menyebabkan pasokan air cenderung berkurang akibat
tidak efisiennya pemakaian air
PENETAPAN STATUS DAYA DUKUNG
LINGKUNGAN BERBASIS NERACA AIR
Suprlus (Lebih) Defisit (Kurang)
Ketersediaan SDA lebih besar • S • D Kebutuhan SDA lebih
daripada kebutuhan besar daripada
ketersediaan
Supply
• S • D Demand
(ketersediaan) (kebutuhan)
Status daya dukung air diperoleh dari pembandingan antara
ketersediaan air (SA) dan kebutuhan air (DA).
• Bila SA > DA , daya dukung air dinyatakan surplus.
• Bila SA < DA , daya dukung air dinyatakan defisit atau terlampaui.
ANALISIS POTENSI SUPLAI AIR
• Konsep ini untuk menentukan jumlah curah hujan lebih,
dalam bentuk limpasan maupun pengisian air tanah yang
berpotensi dikembangkan
• Untuk mengetahui hubungan antara berbagai kondisi
tutupan hutan dengan parameter curah hujan lebih,
limpasan, dan pengisian air tanah
• Untuk mengetahui ketersediaan air permukaan dan air
tanah
Perhitungan Neraca Air
o Ketersediaan Air
o Kebutuhan Air
Ketersediaan Air
Ketersediaan air suatu daerah dapat diketahui
dari
1. Air permukaan
2. Air tanah
3. Curah hujan
Kebutuhan Air
• Kebutuhan air irigasi
• Kebutuhan air penduduk
• Kebutuhan air peternakan
• Kebutuhan air perikanan
• Kebutuhan air industryi
Kebutuhan air total :
Qtotal = Qdom + Qirig + Qptrnk + Q prkn + Qind
Ketersediaan Air
KA = CH x A
KA : ketersediaan air ( 𝟑 )
CH : curah hujan rerata (mm)
𝟐
A : luas wilayah pengaruh hujan ( )
Kebutuhan Air Penduduk
KAP = N x Skp
KAP : Kebutuhan air penduduk ( 𝟑 )
N : Jumlah penduduk (jiwa)
Skp : Merupakan standar kebutuhan air penduduk
Kebutuhan Air Industri
KAI = N x Ski
KAI : Kebutuhan air industri
N : Untuk jumlah industri
Ski : Standar kebutuhan air
Kebutuhan Air Irigasi
𝑰𝑹 𝑬𝒕𝒄 𝑹𝑾 𝑷 𝑬𝑹
𝑰𝑮 𝑨
𝑬𝑰
IG : kebutuhan air irigasi (𝒎𝟑 )
IR : kebutuhan air untuk penyiapan lahan (m/th)
Etc : konsumtif tanaman (m/th)
RW : pengganti lapisan air (m/th)
P : Perkolasi (m/th)
ER : Curah hujan efektif (m/th)
EI : Efisiensi irigasi (%)
A : Luas areal irigasi 𝒎𝟐
Contoh perhitungan
PERHITUNGAN KEMAMPUAN LAHAN
• Berdasarkan kepadatan penduduk
Kawasan
Klasifikasi
Rendah Sedang Padat Sangat Padat
Kepadatan
< 150 jiwa/ha 151 – 200 jiwa/ha 201 – 400 jiwa/ha > 400 jiwa/ha
Penduduk
Reduksi terhadap
15% (maks.) 30% (maks.)
Kebutuhan Lahan
Sumber : SNI 03‐1773‐1989 (tata cara perencanaan kawasan perumahan perkotaan)
Luas permukiman = 500 ha
75.000 – 100.000 jiwa
PERHITUNGAN NERACA LAHAN
• Berdasarkan standar rata‐rata kebutuhan pangan
penduduk
Misal rata‐rata konsumsi Indonesia per‐orang = 0,5
kg/hari
= 182,5 kg/tahun
• Berdasarkan berat hasil produksi per‐luas kawasan
pertanian
1x panen 2x panen
3.750 7500 ton/tahun
ton/tahun
20.547 jiwa 41.095 jiwa
• Air tanah mata air, sumur bor (air tanah dangkal, dan dalam)
Misal rata‐rata mata air di kawasan A memiliki debit = 5 liter/dt, dengan jumlah mencapai 10 mata air
Maka total sumber air baku pada kawasan A = 600 liter/dt
Ketentuan : air tanah diprioritaskan untuk kebutuhan air minum cadangan, sedangkan air permukaan dapat digunakan
untuk air minum (pengolahan dahulu), pertanian, peternakan, sumber energi, dan lainnya)
Total sumber air tanah = 50 liter/dt
= 4.320.000 liter/hari
72.000 jiwa
cadangan kebutuhan air minum
Total sumber air permukaan
Sungai = 250 liter/detik
= 21.600.000 liter/hari ~ .... % air bersih (permukiman)
~ .... % air pertanian (irigasi)
~ .... % air peternakan
~ .... % air penyiraman taman
~ .... % lain‐lain
Danau = 350 liter/detik
= 30.240.000 liter/hari ~ .... % air pertanian (irigasi)
~ .... % air peternakan
~ .... % lain‐lain
CONTOH PERHITUNGAN
PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK
• Berdasarkan perhitungan geometrik
Pn = penduduk pada tahun n
Pn = Po 1 r Po = penduduk pada tahun awal
1 = konstanta
r = angka pertumbuhan penduduk (%)
n = jumlah rentang tahun dari awal hingga tahun
n
• misal jumlah penduduk pada tahun ini = 60.000 jiwa
• proyeksi jumlah penduduk 20 tahun kedepan = 80.000 jiwa
Tahun ke
2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
62.000 64.000 66.000 68.000 70.000 72.000 74.000 76.000 78.000 80.000
SIMULASI SKENARIO I
Berdasarkan kemampuan lahan, dimana luas lahan
permukiman = 500 ha Daya tampung penduduk
maksimal untuk kepadatan rendah adalah < 75.000
jiwa
1. Membutuhkan 13.687,5 ton padi/tahun 2.737,5
ha lahan pertanian
2. Membutuhkan 4.500.000 liter/hari air bersih
sumber debit air baku 52,08 liter/dt untuk
kebutuhan domestik
3. Membutuhkan listrik .....
4. Menghasilkan sampah domestik ....
5. Dan lain‐lain.
SIMULASI SKENARIO II
Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk 20 tahun kedepan
= 80.000 jiwa
1. Membutuhkan 533,33 ha lahan kawasan permukiman
kepadatan rendah kurang 33,33 ha lahan
2. Membutuhkan 14.600 ton padi
3. Membutuhkan 4.800.000 liter air bersih dan ....... Air
pertanian (irigasi)
4. Menghasilkan sampah domestik ....
5. Dan lain‐lain.
ALTERNATIF RENCANA SKENARIO I
Skenario Alternatif Rencana
Membutuhkan 13.687,5 ton/tahun padi Intensifikasi pertanian melalui pola
penanaman yang tepat, sehingga mampu
mencapai 3 kali panen dalam setahun
Intensifikasi pertanian melalui pembangunan
jaringan irigasi pada lahan pertanian kering
atau melalui sistem tumpang sari pada
pertanian lahan kering (padi dan
perkebunan)
Mengurangi luas lahan kawasan peruntukan
permukiman untuk berubah fungsi menjadi
kawasan pertanian mengubah kepadatan
penduduk dari rendah ke sedang/tinggi
Mengimpor padi (beras) dari wilayah lain
Membutuhkan 4.500.000 liter atau 52,08 Pemanfaatan untuk air bersih domestik
liter/dt debit air bersih untuk kebutuhan sebesar 20,8% dari sumber air permukaan
domestik (sungai), sisanya untuk kebutuhan pertanian,
peternakan dan lainnya
Memanfaatkan air permukaan (surplus)
melalui pembangunan atau peningkatan
kapasitas produksi PDAM
ALTERNATIF RENCANA SKENARIO II
Skenario Alternatif Rencana
Membutuhkan 33,33 lahan kawasan Mengubah fungsi kawasan lahan pertanian
permukiman baru kering secara bertahap (prioritas didahulukan
pada kawasan peruntukan permukiman)
menjadi kawasan peruntukan permukiman
Membutuhkan 14.600 ton padi Intensifikasi pertanian melalui pola
penanaman yang tepat, sehingga mampu
mencapai 3 kali panen dalam setahun dan
melalui pembangunan jaringan irigasi pada
lahan pertanian kering atau melalui sistem
tumpang sari pada pertanian lahan kering
(padi dan perkebunan)
Mengimpor padi (beras) dari wilayah lain
Membutuhkan 4.800.000 liter air bersih Pemanfaatan untuk air bersih domestik
sebesar 22,22% dari sumber air permukaan
(sungai), sisanya untuk kebutuhan pertanian,
peternakan dan lainnya
Memanfaatkan air permukaan (surplus)
melalui pembangunan atau peningkatan
kapasitas produksi PDAM
Studi kasus
KA : ketersediaan air ( 𝟑 )
CH : curah hujan rerata (mm)
𝟐
A : luas wilayah pengaruh hujan ( )
Ketersediaan Air Kota Batu
Kecamatan Bumiaji merupakan
kecamatan yang mempunyai
ketersediaan air terbesar, hal
tersebut dipengaruhi karena
Bumiaji memiliki curah hujan
tinggi dan wilayah paling luas.
Kebutuhan Air Penduduk
KAP = N x Skp
KAP : Kebutuhan air penduduk ( 𝟑 )
N : Jumlah penduduk (jiwa)
Skp : Merupakan standar kebutuhan air penduduk
Kebutuhan Air Penduduk
Kebutuhan Air
Penduduk Kota Batu
Kecamatan Batu merupakan
Kecamatan yang mempunyai
kebutuhan air penduduk
terbesar.
Kecamatan Batu membutuhkan
sekitar 60% dari jumlah
kebutuhan total air penduduk.
Kebutuhan Air Industri
KAI = N x Ski
KAI : Kebutuhan air industri
N : Untuk jumlah industri
Ski : Standar kebutuhan air
Kebutuhan Air Industri
Besarnya kebutuhan air industri
dapat diperkirakan dengan
menggunakan standar
kebutuhan air industri
berdasarkan jumlah tenaga kerja
dan jenis industri.
Analisis
• Kecamatan Bumiaji diperoleh hasil sebesar
137.7 menunjukkan bahwa di Kecamatan
Bumiaji daya dukung lingkungannya
berstatus sustain/aman
• Kecamatan Batu diperoleh sebesar 19.8 hal
ini menunjukan bahwa di Kecamatan Batu
daya dukung lingkungannya berstatus
sustain/aman
• Kecamatan Junrejo diperoleh hasil sebesar
6.8 hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan
Junrejo daya dukung lingkungannya juga
berstatus sustain/aman
Kesimpulan
Pentingnya perhitungan neraca lahan dan air untuk perencanaan wilayah dan
kota adalah, karena setiap tahunnya lahan dan air bersih semakin berkurang
sedangkan jumlah penduduk dan kebutuhannya terus bertambah.
Melalui neraca lahan dan air kita dapat mengetahui gambaran umum apakah
suatu wilayah dalam keadaan surplus atau defisit dengan mempertimbangkan
ketersediaan dan kebutuhan lahan dan air pada wilayah tertentu. Sehingga
dapat mendayagunakan lahan dan air secara maksimal
Jika neraca lahan dan air tidak diperhitungkan bahkan diabaikan dalam
perencanaan wilayah, maka lama kelamaan tanpa disadari baik itu penggunaan
lahan maupun air menjadi tidak sesuai antara ketersediaan dan kebutuhan dari
suatu wilayah. Sehingga suatu wilayah tersebut tidak dapat memenuhi
kebutuhan bioproduknya.