Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

SOFT TISSUE TUMOR (STT)

OLEH :

NAMA : VITA CLARA HURSEPUNY

NIM : 1490121110

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

PROGRAM PROVESI NERS XXVII

BANDUNG

2022
1. PENDAHULUAN

Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi


dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma.
(Sjamsuhidayat,2010) Soft tissue tumor adalah suatu kelompok tumor yang biasanya berasal
dari jaringan ikat, dan ditandai sebagai massa di anggonta gerak, badan atau
reptroperitoneum(Toyet,2011). Penyebab pasti timbulnya soft tissue tumor ini belum jelas,
namun banyak faktor yang diduga berperan. Kondisi genitik 66%, paparan radiasi 1%,
infeksi 3% dan trauma 30% merupakan faktor resiko yang berhubungan erat
dengan terjadinya soft tissue tumor. Lokasi yang paling sering ditemukan
yaitu kira-kira 40% terjadi diekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20%
diekstermitas atas, 10% dikepala dan leher dan 30% dibadan dan
retroperitoneum(M.Clevo,2012).

Menurut Organisasi Kesehatan dunia (WHO), Soft Tissue Tumor merupakan


benjolan abnormal yang disebabkan oleh neoplasma. Menurut WHO pada
tahun 2012 angka penderita soft tissue tumor secara global, sekitar 14,1 juta
orang yang menderita soft tissue tumor. Dalam data WHO tahun 2008, Asia
Tenggara menyumbang 725.600 kasus. (ACS, 2012: 2)
Di indonesia, prevalensi tumor mencapai 1,4 per 1000 penduduk. Prevalensi
menurut provinsi berkisar antara 4,1% di Jogjakarta, 2,1% jawa tengah, 2%
bali, Bengkulu dan DKI Jakarta masing-masing 1,9 per mil. (Riskesdas, 2013) Pasien soft
tissue tumor biasanya dibawa oleh keluarga ke rumah sakit atau
unit kesehatan lainnya. Karena keluarga tidak mampu merawat, benjolan
semakin lama semakin membesar dan kadang-kadang pasien mengeluh nyeri.
Beberapa alasan yang lazim keluarga membawa pasien ke rumah sakit yaitu
benjolan semakin lama semakin membesar, keluarga mengira itu kanker dan
pasien merasa nyeri. Soft Tissue Tumor adalah benjolan atau pembengkakan
abnormal yang disebabkan oleh neoplasma. Soft Tissue Tumor (STT) adalah
pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-selnya tidak tumbuh
seperti kanker. (M. Clevo, 2012).
Soft tissue tumor umumnya dapat ditangani dengan tindakan bedah dan
keperawatan. Dalam penatalaksanaan keperawatan pada soft tissue tumor di
lakukan tindakan pembedahan kecil (exsici). Bisanya dalam asuhan
keperawtan soft tissue tumor dengan masalah yang sering muncul adalah
cemas berhubunga dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan setelah
operasi masalah yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera fisik (luka post operasi) dan resiko infeksi.

2. PENGERTIAN
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ).STT adalah pertumbuhan
sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidaktumbuh seperti kanker (Price,
2009).TumorjaringanlunakatauSoftTissueTumor(STT)adalahsuatubenjolanatau
pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru (Pearce, 2010).Jadi
kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang abnormal
didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara kulitdan tulang

3. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Menurut Pearce (2010), anatomi fisiologi jaringan lunak adalah sebagai berikut:
a. Otot Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu
berkontraksibergerak. Otot terdiri atas serabut silindris yang mempunyai sifat yang
sama denganjaringan yang lain, semua ini diikat menjadi berkas-berkas serabut kecil
oleh sejenisjaringan ikat yang mengandung unsur kontraktil
b. Tendon Tendon adalah pengikat otot pada tulang, tendon ini berupa serabut-
serabutsimpai yang berwarna putih, berkilap, dan tidak elastis.
c. Jaringan ikatJaringan ikat melengkapi kerangka badan, dan terdiri dari jaringan areolar
danserabut elastis.

4. ETIOLOGI
Kondisi Genetik ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen
yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
a. Kondisi genetik 
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk  beberapa
tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki  peran
penting dalam diagnosis. 

b. Radiasi 

Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang


mendorong transformasi neoplastic.

c. Lingkungan carcinogens 

Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai carcinogens dan setelah itu dilaporkan
meningkatnya insiden tumor jaringan lunak. 

d. Infeksi Infeksi virus

Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan meningkatkan


kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.

e. Trauma 

Hubungan antara trauma danSoft Tissue Tumorsnampaknya kebetulan. Trauma mungkin


menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada (Muttaqin, 2008).

5.  PATOFISIOLOGI

Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah
proliferasi jaringan mesenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah,
terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak, seperti serabut
luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar
melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi
seperti lekukan-lekukan tubuh(Muttaqin, 2008). Proses alami dari kebanyakan tumor ganas
dapat dibagi atas 4 fase yaitu :

a.  Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi.

b. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.

c. Invasi lokal.

d. Metastasis jauh (Muttaqin, 2008).

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Pemeriksaan imaging 
Sebagai tambahan dari pemerikasaan klinis penderita perlu dikerjakan, selain untuk
menegagkan diagnosis juga untuk staging. Pada pemeriksaan dengan foto polos kadang-kadang
didapatkan gambaran masa dengan kalsifikasi. Foto polos pada ekstremitas dapat digunakan
untuk evaluasi adanya infiltrasi tumor pada tulang. Pemeriksaan imaging lebih lanjut dapat
dengan CT scan, MRI atau PET scan.
b. Biopsi pada tumor primer 
Bagian yang penting sebelum treatment pada penderita soft tissue tumor. Soft tissue
tumor dengan ukuran yang lebih beasar dari 5 cm harus dipertimbangkan untuk dilakukan biopsi
terlebih dahulu. Dengan biopsi dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi dan diharapkan
dapat menentukan grade dari tumor. Grade sangat penting untuk menentukan rencana terapi.
c. Percutaneous core-needle biopsy (CNB) 
Memberikan hasil yang cukup memuaskan untuk diagnosis beberapa soft tissue tumor. CNB
dapat dilakukan secara blind atau dengan image-guided. Dengan image-guided, biopsi akan
lebih terarah pada area tumor (tidak pada area sentral nekrosis).
Insisi biopsi merupakan pilihan kedua apabila dengan CNB diagnostik masih belum bisa
ditegakkan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya morbiditas yang harus dipertimbangkan
dengan tindakan insisi biopsi termasuk resiko anestesi, perdarahan dan penyembuhan luka.
Selain itu insisi biopsi juga memerlukan biaya yang lebih besar. Eksisi biopsi merupakan pilihan
pada neoplama yang kecil dan letaknya superficial.
d. Fine needle aspiration biopsy (FNAB) 
alat bantu untuk menegakkan diagnosis soft tissue neoplasma masih diperdebatkan. Hasil dari
FNA pada lesi mesenchymal sangat bervariasi dan tergantung beberapa faktor, diantaranya skill
dari aspirator dan keahlian interpretasi dari cytopathologist (Muttaqin, 2008).
e. Pemeriksaan X-ray
Xray untuk membantu pemahaman lebihlanjut tentang berbagai tumor jaringan lunak, transpar
ansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika batasnya jelas, sering didiagnosase
bagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapimelihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tu
mor ganas jaringan lunak, situasi terjadi di sarkomasinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya(Sja
msuhidajat, 2010).
f. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan tumor jaringanintern
al, dan oleh karena itu bisa untukmembedakan antara jinak atau ganas. tumor ganas
jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gemasamar-samar, seperti sarkoma otot lurik, myosa
rcoma sinovial, sel tumor ganas berserathistiocytoma seperti. USG dapat membimbinguntuk tu
mor mendalami sitologi aspirasiakupunktur (Sjamsuhidajat, 2010).
g. Pemeriksaan CT-Scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan lunak yang
merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam beberapa tahun terakhir
(Sjamsuhidajat, 2010).
h. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari X-ray dan CT-scan,
MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan tumor dari semua jangkauan,
tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul memperluas ke pinggul atau paha, tumor
fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang,
adalah untuk mendasarkan pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik (Sjamsuhidajat,
2010).
7. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan Medis/Operatif

a. Bedah (Eksisi)

Bedah eksisi adalah salah satu cara tindakan bedah yaitu


membuang atau menghancurkan jaringan (tumor) dengan cara memotong. Tindakan ini
di lakukan untuk berbagai tujuan antara lain untuk pemeriksaan penunjang (biopsy),
pengobatan lesi jinak ataupun ganas dan memperbaiki penampilan.

b. Kemoterapi

Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk
membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang
berhubungan dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
Obat yang diberikan pada saat kemoterapi :

1. Metotreksat
2. Adriamisin
3. Siklofosfamid
4. Vinkristin
5. Sisplatinum (Muttaqin, 2008).

c. Radioterapi
Terapi radiasi atau radioterapi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tyunggal. Tapi, terkadang
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.

Penatalaksanaan Keperawaatan: 

a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien


b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah dilakukan
operasi.

8. ASUHAN KEPERAWATAN

a. Pengkajian

(1) Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien dengan soft tissue


tumor yaitu adanya keluhan nyeri yang menunjukkan tanda ekspansi tumor
yang cepat dan penekanan ke jaringansekiranya. 
(2) Pemeriksaan lokasi tomor, besar, bentuk, batasdan sifat tumor
(3) Adanya gangguan pergerakan sendi akibatadanya tumor, spasme otot dan kekakuantu
lang belakang jika tumor terdapat padatulang belakang.
(4) Pemeriksaan neurologis menentukan adanyapenekan pada tumor pada saraf-saraf tert
entu(Muttaqin, 2008).

b. Analisa Data
c. Analisis data mencakup mengenali pola atau kecenderungan, membandigkan pola ini

dengan kesehatan yang normal, dan menarik konklusi tentang respon klien. Perrawat

memperhatikan pola kencendrungan sambil memeriksa kelompok data. Kelompok

data terdiri atas batas karakteristik (Potter dan Perry, (2005). Batas karekteristik

adalah kreteria klinis yang mendukung adanya katagori diagnostik. Kreteria klinis

adalah tanda dan gejala objektif dan subjektif atau faktor resiko.

d. Diagnosa Keperawatan

Pre Operasi

(1) Nyeri akut berhubungan dengan agen ciderabiologi (tomor/benjolan) yang ditandai


dengan ekspresi wajah nyeri
(2) Hambatan berjalan berhubungan dengan nyeri yang ditandai dengan tidak mampu
berjalan dengan jarak tertentu
(3) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan penyakit yang ditandai dengan
wajah tegang

Post Op
(1) Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan luka post operasi yang ditandai
dengan kemerahan

e. Perencanaan dan intervensi Keperrawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan NIC: Manajemen Nyeri (1400)


berhubungan keperawatan selama 3 x 24
1. Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan tumor yang jam pasien menunjukkan hasil
komprehensif yang meliputi lokasi,
ditandai dengan :
karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
ekspresi wajah
Kepuasan kualitas, intensitas beratnya nyeri dan faktor
nyeri
Klien: Menejemen Nyeri pencetus;
2. Observasi adanya petunjuk
No Indikator
nonverbalmengalami ketidaknyamanan
terutama pada mereka yang tidak dapat
1 Nyeri terkontrol
berkomunikasi secara edektif
2 Tingkat Nyeri 3. Gunakan strategi komunikasi terapuetik
untuk mengetahui pengalaman nyeri dan
3 Mengambil sampaikan penerimaan pasien terhadap
tindakkan untuk : nyeri
mengurangi nyeri 4. Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien
mengenai nyeri
4 Mengambil
5. Ajarkan prinsip-prinsip menejemen nyeri
tindakkan untuk :
memberi 6. Kolaborasi pemberian analgesik guna
kenyamanan pengurangi nyeri

5 Pendekatan preventif
menejemen nyeri NIC: Monitor Tanda-tanda Vital (6680)

6 Menejemen nyeri 7. Monitor Tekanan Darah , Nadi, Respirasi


sesuai budaya budaya dan Suhu
8. Monitoring tekanan darah setelah pasien
meminum obat
9. Monitoring dan laporkan tanda dan gejala
Keterangan:
hipotermia dan hiperternia
1. Keluhan ekstrime 10. Monitoring nadi paradoks
2. Keluhan berat 11. Monitoring irama dan tekanan jantung
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
NIC: Terapi relaksasi (6040)
5. Tidak ada keluhan

12. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat


relaksasi serta jenis relaksasi yang tersedia
 Nyeri terkontrol
13. Pertimbangkan keinginan pasien untuk
 Tingkat
berpartisipasi, kemampuan berpartisipasi,
nyeri berkurang
pilihan, pengalaman masa lalu dan
 Mengambil tindakkan
kontraindikasi sebelum memilih strategi
untuk : dapat mengura
tertentu
ngi
14. Dorong klien untuk mengambil posisi
nyeri menggunakan
yang nyaman dengan pakaian longgar dan
terapi farmakologis
mata tertutup
dan non farmakologis
15. Minta klien untuk rileks dan merasakan
 Mengambil tindakkan
sensasi yang terjadi
untuk : dapat
16. Dorong klien untuk mengulangi
mengatur posisi yang
[praktik teknis relaksasi,
nyaman
 Pendekatan preventif jikamemungkinkan
menejemen nyeri : 17. Evaluasi dan dokumentasi respon
dapat  mengetahui terhadap terapi relaksasi
tentang nyeri dan cara
mengatasinya
NIC: Pemberian Analgesik (2210)
menggunakan terapi
farmakologis maupun
18. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas
non farmakologis
dan keparahan nyeri sebelum mengobati
 Menejemen nyeri
pasien
sesuai budaya 19. Cek perintah pengobatan meliputi obat,
budaya : dapat dosisi dan frekuensi obat analgesik yang
melakukan terapi diresepkan
relaksasi untuk 20. Monitoring tanda-tanda vital sebelum
mengurangi nyeri dan setelah memberikan analgesik narkotik
pada dosisi pertama kalau jika ditemukan
tanda-tanda yang tidak biasa

21. Jelaskan tindakan keselamatan pada pasien


yang menerima analgesik narkotik, sesuai
kebutuhan

2 Hambatan berjalan Setelah dilakukan tindakanke NIC: Terapi latihan :Ambulasi (0221)


berhubungan perawatan selama 3 x 24
1. Beri pasien pakaian yang tidak
dengan nyeri yang jam pasien menunjukkan hasil
mengekang
ditandai dengan :
2. Bantu pasien untuk menggunakan alas
tidak mampu
Ambulasi (0200) kaki yang memfasisilitasi pasien untuk
berjalan dengan
berjalan dan mencegah cedera
jarak tertentu
Indikator
3. Sediaqkan tempat tidur yang rendah yang
No
sesuai
1 Menopang berat 4. Konsultasikan pada ahli terapi fisik
mengenai rencana ambulasi sesuai
badan kebutuhan
5. Bantu pasien untuk berpindah sesuai
2 Berjalan dengan
kebutuhan
langkah yang efektif
6. Bantu pasien dengan ambulasi awal dan
3 Berjalan dengan pelan jika diperlukan
7. Monitor penggunaan kruk pasien atau alat
4 Berjalan dengan
bantu pasien lainnya
kecepatan sedang
8. Bantu pasien untuk berdiri dan ambulasi
5 Berjalan dengan cepat dengan jarak tertentu dan dengan sejumlah
staf tertentu
6 Berjalan menaiki
9. Dorong ambulasi dalam batas aman
tangga
10. Dorong pasien untuk bangkit sebanyaknya
7 Berjalan menuruni
dan sesering yang diinginkan
tangga

3 Ansietas Setelah dilakukan tindakan NIC: Pengurangan kccemasan (5820)


berhubungan keperawatan selama 3 x 24
11. Berikan informasi faktual terkait
dengan kurang jam pasien menunjukkan hasil
diagnosis, perawatan dan prognosis
pengetahuan :
12. Tingkatkan rasa aman dan kurangi
penyakit
Status Pernafasan: Tingkat ketakutan
kecemasan (1211) 13. Berikan objek untuk memberikan rasa
aman
N 14. Puji perilaku pasien dengan tepat
Indikator Tujuan
o. 15. Lakukan usapan punggung/leher dengan
1 2 3 4 5 cara tepat
Tidak 16. Instruksikan klien menggunakan teknik
dapat relaksasi
1. √
beristirah 17. Bantu klien mengidetifikasi situasi yang
at mmicu kecemasan
2. Berjalan
mondar-
mandir NIC: Terapi relaksasi (6040)
Merenas
1. Ciptakan lingkungan yang tenagng dan
3. –remas
tanoa distraksi
tangan
2. Dorong klin mengambil posisi nyaman
Perasaan
4 3. Tunjukkan dan praktikkan teknik
gelisah
relaksasi pada pasien
Otot
5 4. Dapatkan perilaku yang mnunjukkan
tegang
relaksasi (bernafas dalam, menguap,
Wajah pernafasan perut, bayangan
6
tegang yang menenangkan)
Iritabilita 5. Minta pasien untuk rileks dan menikmati
7
s sensasi yang terjadi
Peningka 6. Dorong pengulangan teknik praktik
8
tan TD secara berkala
Peningka
7. Evaluasi dan dokumentasikan respon
tan
9 terhadap terapi relaksasi
frekuensi
nadi
Peningka
tan
10 frekuensi
pernapas
an
Dilatasi
11
pupil
Berkerin
12 gat
dingin
13 Pusing
14 Fatigue
Ganggua
15
n tidur
Keterangan:

1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
4 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan NIC: Perawatan daerah (area) sayatan
integritas jaringan keperawatan selama 3 x 24
1. periksa daerah sayatan terhadap
berhubungan jam pasien menunjukkan hasil
kemerahan, bengkak, atau tanda-tanda
dengan prosedur :
dehiscene atau eviscerasi
bedah yang
NOC: Integritas jaringan: 2. catat karakteristik drainase
ditandai dengan
kulit dan membran 3. monitor proses penyembuhan di daerah
kerusakan jaringan
mukosa (1101) sayatan
4. bersihkan daerah sayatan dengan
Indikator
pembersih yang tepat
No
5. gunakan kapas steril untuk pembersihan
1 Suhu kulit jahitan benang luka yang efisien
6. jaga posisi selang drainase
2 Sensasi
7. anjurkan pasien menggunakan
3 Elastisitas pakaian longgar
8. arahkan pasien merawat luka insisi saat
4 Hidrasi
mandi
5 Keringat 9. arahkan pasien meminimalkan tekanan
pada daerah insisi
6 Integritas Kulit

7 Pengerasan Kulit

8 Eritema
9 Penebalan Kulit

5 Risiko infeksi area  Setelah dilakukan tindakanke NIC: PerawatanDaerah


pembedahan perawatan selama 3 x 24 (Area) Sayatan (3440)
berhubungan jam pasien menunjukkan hasil
a. Periksa daerahsayatan terhadapkemeraha
dengan luka post :
n, bengkak, atautanda-tandadehiscience ata
operasi yang
Kontrol Risiko: Proses Infe ueviserasi
ditandai dengan
ksi(1924) b. Monitor prosespenyembuhandidaerah sa
yatan
Indikator
c. Monitor daerahsayatan untuktanda-tanda 
No
dangejala infeksi
1 Mengidentifikasi d. Berikan salepantiseptic
factor risiko infeksi e. Gunakan pakaianyang sesuai untukmelin
dungi sayatan
2 Mengenali
factor resiko
individu terkait
infeksi

3 Mengetahui
konsekuensi
terkait infeksi

4 Mengidentifikasi
tanda gejala infeksi

5 Mencuci tangan

Keterangan:

6. Tidak menunjukan
7. Jarang menunjukan
8. Kadang-kadang menu
njukan
9. Sering menunjuka
10. Secara konsisten me
nunjukan
 Mampu mengidentifi
kasi factor risiko infe
ksi
 Mampu mengenali fa
ctor resikoindividu ter
kait infeksi
 Mampu mengetahui k
onsekuensiterkait infe
ksi
 Mampu mengidentifi
kasi tanda
gejala infeksi
 Mampu mencuci tang
an 6 langkah

f. Evaluasi

(1) Merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatam evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan
tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Perawatan mempunyai tiga alternatif
dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai
(2) Berhasil: perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan
(3) Tercapai sebagian: pasien menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
dalam pernyataan tujuan
(4) Belum tercapai: pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang
diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan.

Anda mungkin juga menyukai