OLEH :
NIM : 1490121110
BANDUNG
2022
1. PENDAHULUAN
2. PENGERTIAN
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ).STT adalah pertumbuhan
sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidaktumbuh seperti kanker (Price,
2009).TumorjaringanlunakatauSoftTissueTumor(STT)adalahsuatubenjolanatau
pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru (Pearce, 2010).Jadi
kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang abnormal
didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara kulitdan tulang
4. ETIOLOGI
Kondisi Genetik ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen
yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
a. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk beberapa
tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran
penting dalam diagnosis.
b. Radiasi
c. Lingkungan carcinogens
Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai carcinogens dan setelah itu dilaporkan
meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
e. Trauma
5. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah
proliferasi jaringan mesenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah,
terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak, seperti serabut
luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar
melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi
seperti lekukan-lekukan tubuh(Muttaqin, 2008). Proses alami dari kebanyakan tumor ganas
dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
c. Invasi lokal.
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan imaging
Sebagai tambahan dari pemerikasaan klinis penderita perlu dikerjakan, selain untuk
menegagkan diagnosis juga untuk staging. Pada pemeriksaan dengan foto polos kadang-kadang
didapatkan gambaran masa dengan kalsifikasi. Foto polos pada ekstremitas dapat digunakan
untuk evaluasi adanya infiltrasi tumor pada tulang. Pemeriksaan imaging lebih lanjut dapat
dengan CT scan, MRI atau PET scan.
b. Biopsi pada tumor primer
Bagian yang penting sebelum treatment pada penderita soft tissue tumor. Soft tissue
tumor dengan ukuran yang lebih beasar dari 5 cm harus dipertimbangkan untuk dilakukan biopsi
terlebih dahulu. Dengan biopsi dapat dilakukan pemeriksaan histopatologi dan diharapkan
dapat menentukan grade dari tumor. Grade sangat penting untuk menentukan rencana terapi.
c. Percutaneous core-needle biopsy (CNB)
Memberikan hasil yang cukup memuaskan untuk diagnosis beberapa soft tissue tumor. CNB
dapat dilakukan secara blind atau dengan image-guided. Dengan image-guided, biopsi akan
lebih terarah pada area tumor (tidak pada area sentral nekrosis).
Insisi biopsi merupakan pilihan kedua apabila dengan CNB diagnostik masih belum bisa
ditegakkan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya morbiditas yang harus dipertimbangkan
dengan tindakan insisi biopsi termasuk resiko anestesi, perdarahan dan penyembuhan luka.
Selain itu insisi biopsi juga memerlukan biaya yang lebih besar. Eksisi biopsi merupakan pilihan
pada neoplama yang kecil dan letaknya superficial.
d. Fine needle aspiration biopsy (FNAB)
alat bantu untuk menegakkan diagnosis soft tissue neoplasma masih diperdebatkan. Hasil dari
FNA pada lesi mesenchymal sangat bervariasi dan tergantung beberapa faktor, diantaranya skill
dari aspirator dan keahlian interpretasi dari cytopathologist (Muttaqin, 2008).
e. Pemeriksaan X-ray
Xray untuk membantu pemahaman lebihlanjut tentang berbagai tumor jaringan lunak, transpar
ansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika batasnya jelas, sering didiagnosase
bagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapimelihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tu
mor ganas jaringan lunak, situasi terjadi di sarkomasinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya(Sja
msuhidajat, 2010).
f. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan tumor jaringanintern
al, dan oleh karena itu bisa untukmembedakan antara jinak atau ganas. tumor ganas
jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gemasamar-samar, seperti sarkoma otot lurik, myosa
rcoma sinovial, sel tumor ganas berserathistiocytoma seperti. USG dapat membimbinguntuk tu
mor mendalami sitologi aspirasiakupunktur (Sjamsuhidajat, 2010).
g. Pemeriksaan CT-Scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan lunak yang
merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam beberapa tahun terakhir
(Sjamsuhidajat, 2010).
h. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari X-ray dan CT-scan,
MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan tumor dari semua jangkauan,
tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul memperluas ke pinggul atau paha, tumor
fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang,
adalah untuk mendasarkan pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik (Sjamsuhidajat,
2010).
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medis/Operatif
a. Bedah (Eksisi)
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk
membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang
berhubungan dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
Obat yang diberikan pada saat kemoterapi :
1. Metotreksat
2. Adriamisin
3. Siklofosfamid
4. Vinkristin
5. Sisplatinum (Muttaqin, 2008).
c. Radioterapi
Terapi radiasi atau radioterapi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tyunggal. Tapi, terkadang
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
Penatalaksanaan Keperawaatan:
8. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
b. Analisa Data
c. Analisis data mencakup mengenali pola atau kecenderungan, membandigkan pola ini
dengan kesehatan yang normal, dan menarik konklusi tentang respon klien. Perrawat
data terdiri atas batas karakteristik (Potter dan Perry, (2005). Batas karekteristik
adalah kreteria klinis yang mendukung adanya katagori diagnostik. Kreteria klinis
adalah tanda dan gejala objektif dan subjektif atau faktor resiko.
d. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
Post Op
(1) Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan luka post operasi yang ditandai
dengan kemerahan
5 Pendekatan preventif
menejemen nyeri NIC: Monitor Tanda-tanda Vital (6680)
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
4 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan NIC: Perawatan daerah (area) sayatan
integritas jaringan keperawatan selama 3 x 24
1. periksa daerah sayatan terhadap
berhubungan jam pasien menunjukkan hasil
kemerahan, bengkak, atau tanda-tanda
dengan prosedur :
dehiscene atau eviscerasi
bedah yang
NOC: Integritas jaringan: 2. catat karakteristik drainase
ditandai dengan
kulit dan membran 3. monitor proses penyembuhan di daerah
kerusakan jaringan
mukosa (1101) sayatan
4. bersihkan daerah sayatan dengan
Indikator
pembersih yang tepat
No
5. gunakan kapas steril untuk pembersihan
1 Suhu kulit jahitan benang luka yang efisien
6. jaga posisi selang drainase
2 Sensasi
7. anjurkan pasien menggunakan
3 Elastisitas pakaian longgar
8. arahkan pasien merawat luka insisi saat
4 Hidrasi
mandi
5 Keringat 9. arahkan pasien meminimalkan tekanan
pada daerah insisi
6 Integritas Kulit
7 Pengerasan Kulit
8 Eritema
9 Penebalan Kulit
3 Mengetahui
konsekuensi
terkait infeksi
4 Mengidentifikasi
tanda gejala infeksi
5 Mencuci tangan
Keterangan:
6. Tidak menunjukan
7. Jarang menunjukan
8. Kadang-kadang menu
njukan
9. Sering menunjuka
10. Secara konsisten me
nunjukan
Mampu mengidentifi
kasi factor risiko infe
ksi
Mampu mengenali fa
ctor resikoindividu ter
kait infeksi
Mampu mengetahui k
onsekuensiterkait infe
ksi
Mampu mengidentifi
kasi tanda
gejala infeksi
Mampu mencuci tang
an 6 langkah
f. Evaluasi
(1) Merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatam evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan
tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Perawatan mempunyai tiga alternatif
dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai
(2) Berhasil: perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal yang
ditetapkan di tujuan
(3) Tercapai sebagian: pasien menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan
dalam pernyataan tujuan
(4) Belum tercapai: pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang
diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan.