Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari umur

harapan hidup penduduknya. Pembangunan suatu negara dalam bidang industrialisasi

ternyata dapat menyebabkan bertambahnya umur harapan hidup dan kualitas hidup

negara tersebut dengan lebih cepat. Suatu bangsa dengan perkembangannya yang

cukup baik, menyebabkan semakin tinggi umur harapan hidupnya (Darmojo, 2004).

Dengan meningkatnya usia harapan hidup penduduk, mengakibatkan jumlah

penduduk lanjut usia bertambah relatif lebih cepat dibandingkan usia kelompok

lainnya. Tercatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS 1992) diperkirakan akan terjadi

ledakan penduduk usia lanjut, dari hasil prediksi bahwa Indonesia akan mencapai

persentase 11,3% atau tercatat 28,8 juta jiwa lanjut usia dengan harapan hidup 71

tahun pada tahun 2020. Hal ini menunjukan bahwa penduduk lanjut usia meningkat

secara konsisten dari waktu ke waktu (Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia

Lanjut, 2010).

Meningkatnnya usia harapan hidup menyebabkan struktur masyarakat

Indonesia berubah dari masyarakat populasi muda menjadi populasi tua pada tahun

2020. Perubahan struktur penduduk ini juga akan mempengaruhi rasio

ketergantungan golongan usia lanjut. Fenomena ini jelas mendatangkan sejumlah

1
2

konsekuensi antara lain timbulnya masalah fisik, mental, sosial, serta kebutuhan

pelayanan kesehatan (Nugroho, 2008).

Usia lanjut merupakan suatu proses alami yang disebut sebagai tahap akhir

dalam sebuah kehidupan, dalam masa ini akan terjadi proses penuaan yaitu suatu

proses menghilangnya perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri

dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994

dalam Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, 2004).

Proses menua ini adalah kombinasi dari adanya kerusakan sistem imun tubuh

berbentuk sebagai proses hetero-imunitas maupun auto-imunitas, adanya kerusakan

sel, jaringan dan organ tubuh akibat radikal bebas serta proses yang telah ditentukan

secara genetik pada setiap spesies (Nugroho, 2008).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4

yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun,

lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia, seseorang dikatakan lanjut usia apabila sudah memasuki

usia 60 tahun ke atas (Nugroho, 2008). Sedangkan menurut Koesoemato

Setyonegoro, usia lanjut di bagi menjadi : Usia dewasa muda (Elderly adulthood :

18/20-25 tahun), Usia dewasa penuh (Middle : 26-65 tahun), lanjut usia (Geriatric

age : lebih dari 65/70 tahun), Young old : 70-75 tahun, old 75-80 tahun, : lebih dari 80

tahun (Nugroho, 2008).


3

Saat ini masalah psikologik yang dialami oleh golongan usia lanjut yaitu

pertama kali mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka

hadapi, antara lain kemunduran badaniah dan kebingungan untuk memikirkannya,

penarikan diri dari masyarakat dan diri pribadi satu sama lain (Brocklehurst dan allen,

1987 dalam Boedhi-Darmojo dan H. Martono, 2010).

Hal diatas dipengaruhi oleh pembawaannya pada waktu muda, sehingga

timbul beberapa karakter yang terjadi pada lansia. Ada lansia yang menikmati

kehidupan masa tuanya, ada juga yang selalu bersikap pasif dan tidak inisiatif, ada

yang selalu menolak bantuan dan seringkali emosinya tidak terkontrol, ada yang

selalu mengeluh dan bersifat curiga, selalu menyalahkan diri sendiri dan menderita.

Karakter-karakter inilah yang seringkali ditemukan pada lansia dengan masalah dan

latar belakang yang berbeda-beda. Oleh sebab itu lanjut usia yang tidak dapat

menanggung beban hidupnya maka lanjut usia tersebut tidak akan bertahan,

melainkan mereka ingin mengakhiri hidupnya (Boedhi-Darmojo dan H. Martono,

2004).

Dari hasil statistik kasus bunuh diri menunjukan angka yang lebih tinggi

presentasenya pada golongan lanjut usia ini, apalagi pada mereka yang hidup

sendirian (Brocklehurst dn allen, 1987 dalam Buku Geriatri Ilmu Kesehatan Lanjut

Usia, 1999). Kesusahan dan kehilangan seseorang yang dicintai sering kali berakibat

depresi, selain itu depresi juga akan timbul apabila sudah ada perubahan sikap dan

prilaku yang menunjukan lansia menarik diri. Sebuah mood depresi dapat

mempengaruhi fungsi kognitif, bahkan stimulasi demensia yaitu stimulasi yang dapat
4

menyebabkan kesedihan, kesepian, penarikan diri, dan defisit kognitif. (Jeannette et

al, 2009 dalam Boedhi-Darmojo dan H. Martono, 2010)

Hasil penelitian keadaan psiko-sosial lansia, ditemukan hasil lansia yang

merasa kesepian (pria 19% dan wanita 20,8%), tanda-tanda depresi berturut-turut

(4,3% dan 4,2%), menunjukan kelakuan buruk (7,3% dan 3,7%), cepat marah (17,2%

dan 7,1%). Dari hasil terlihat bahwa kesepian lah yang lebih banyak terjadi, kesepian

ini yang akan mempengaruhinya tingkat depresi, semakin banyak lansia yang

kesepian maka semakin banyak pula yang akan mengalami depresi, dan semakin

tinggi angka kematian bunuh diri (Ddarmojo dkk, 2004). Banyak faktor yang

mempengaruhi seperti keadaan sosial ekonomi, status psiko-sosil (Darmojo dkk,

2004), ditinggalkan anggota keluarga (Badan Organisasi Kesehatan Dunia WHO).

Menurut Nugroho (2008) menyatakan bahwa salah satu masalah yang

mendukung terjadinya depresi hingga kematian adalah masalah psikologis, salah

satunya adalah masalah kesepian yang dialami oleh mereka di usiannya yang lanjut.

Menurut Rini (2011), kesepian adalah sebuah perasaan dimana orang mengalami rasa

yang kuat kehampaan dan kesendirian. Kesepian sering di bandingkan dengan

perasaan kosong, tidak di inginkan dan tidak penting (www.e-psikologi.com, 2011).

Orang yang mengalami kesepian akan merasakan kekosongan jiwa sehingga

sulit berkomunikasi dengan orang lain. Berbagai perasaan sedih, putus asa, gelisah,

kuatir, dan keinginan untuk dikasihi atau disayangi begitu kuat menyelimuti hati

seseorang yang dilanda kesepian. Sebagai akibatnya, seseorang yang kesepian akan

merasa "sendiri" meski berada di tengah-tengah keramaian banyak orang. Lebih


5

parah lagi, ia dapat merasa diri ditolak dan ditinggalkan (Brockleshurst dan Allen,

1987 dalam dalam Buku Geriatri Ilmu Kesehatan Lanjut Usia, 2010).

Sebuah studi penelitian menunjukan bahwa tingkat kesepian yang banyak

ditemukan pada lanjut usia yang tinggal di rumah perlindungan sosial sebagian besar

yang mengalami kesepian ringan 69,5%, kesepian sedang 11,6 %, dan kesepian berat

hanya sebagian kecil yaitu 2,1% ( Jurniati, dkk 2008). Dari hasil wawancara

menggunakan loneliness scale pada 8 lansia yang tinggal di Rumah Perlindungan

Sosial Tresna Werdha, didapatkan 6 orang yang mengalami kesepian ringan dan 2

orang yang mengalami kesepian sedang.

Salah satu indikator hidup lanjut usia berkualitas adalah dengan menurunkan

dan menghilangkannya rasa kesepian yang di alami oleh lanjut usia (Darmojo, 2004).

Adapun upaya untuk mengatasi kesepian yaitu menggunakan terapi musik

(www.terapimusik.com). Musik adalah fenomena yang abstrak dan merupakan seni

melukiskan pemikiran dan perasaan manusia lewat keindahan suara, musik juga

sebagai media penenang psikologi manusia yang dapat membebaskan rasa dari

jeratan tekanan batin, rasa kesepian, panik, dan berbagai gangguan mental lainnya

(Djohan, 2006). Musik menurut Aristoteles mempunyai kemampuan mendamaikan

hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme.

(www.wikipedia.com)

Saat ini terapi musik sudah pengaruhi dunia medis, dimana sebagian besar

pasien yang sedang menderita penyakit melalui mendengarkan musik akan

mempercepat kesembuhannya (Djohan, 2006). Ini dibuktikan dalam penelitian di


6

Korea (Yonsei University College of Medicine), perawat dan pasien yang menjawab

bahwa ada psikologis yang positif berubah setelah terapi adalah 77,8% dan 66,7%.

Presentase pasien dan perawat yang menjawab terapi terinspirasi musik memotivasi

dan benar - benar membantu rehabilitasi pengobatan, dan merekomendasikan terapi

musik kepada orang lain adalah 66,7% perawat dan 55,6% pasien (Kim et.al, 2001).

Hasil penelitian menunjukkan sebelum diberikan terapi musik keroncong

terdapat 21 orang dengan depresi ringan (77,8%), depresi sedang 6 orang (22,2%),

setelah diberikan terapi musik keroncong 1 responden (3,7%) mengalami depresi

sedang, 12 orang (44,4%) mengalami depresi ringan, 14 orang (51,9%) menjadi

normal (Purbowinoto, 2011).

Pusat riset terapi musik dan gelombang otak melakukan penelitian mengenai

manfaat terapi musik dan gelombang otak bagi tubuh dan pikiran. Dalam penelitian

ini melihat pola gelombang otak manusia, gelombang otak menentukan aktivitas

tubuh dan pikiran seseorang. Kondisi kesehatan tubuh, kesehatan pikiran, kesehatan

jiwa serta kemampuan otak seseorang bisa ditingkatkan dengan mendengarkan musik

tertentu dan gelombang suara dengan frekuensi yang tepat (www.terapimusik.com).

Bila aktivitas mendengarkan disertai dengan bermain alat musik maka

seseorang tersebut juga akan merasakan suatu kesenangan, meningkatkan

kemampuan sosialisasi dan komunikasi terutama bila bermain musik dilakukan

secara bersamasama (Djohan, 2006).

Dalam psikoligis musik, menurut psikolog Zadeh Muhammadi yang sudah

hampir 20 tahun melakukan penelitian dan praktek terapi musik. Selain jenis musik,
7

alat musik juga punya peranan penting terhadap psikologis manusia, akan tetapi

terapi yang digunakan sebaiknya dengan menggunakan alat musik yang mudah

dimainkan. Selain mudah dimainkan juga tampilan dari alat musik yang menarik

dapat menenangkan jiwa (Muhammad, 2011).

Adapun alat musik yang mudah untuk dimainkan dan unik adalah Angklung.

Angklung adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu dibunyikan dengan

cara digoyangkan dan menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada

(www.angklung-udjo.co.id). Angklung memiliki kekhasan dalam warna musiknya,

suara yang riang serta warna suara yang seragam. Rumpun bambu dapat membuat

seseorang merasa tenang, damai, dan senang. Angklung memiliki filosofi dasar

kesenangan, bersemangat dan kebersamaan (Kusumah, 2003).

Sebuah penelitian memperlihatkan bahwa terapi musik angklung dengan

memainkan alat musik angklung secara berkelompok dapat membuat suasana hati

(mood) dan kemampuan berinteraksi para subjek penelitian meningkat sehingga

menurunkan penghayatan perasaan kesepian (loneliness) karena pada alat musik

angklung terdapat unsur kenyamanan, kesenangan, kebersamaan dan rekreatif saat

memainkannya (Dewi, 2010).

Menurut Kurnia (2008), Angklung adalah alat musik yang bersifat individual.

Masing-masing angklung hanya memiliki satu nada dan apabila dimainkan secara

sendiri-sendiri tentu tidak akan menghasilkan lagu. Ketika masing-masing individu

memainkannya tanpa aturan, yang dihasilkan bukanlah keindahan tapi kebisingan.

Keindahaan memainkan angklung akan terjadi apabila dimainkan secara bersama-


8

sama, apabila semuanya kompak akan menghasilkan bunyi yang indah

(www.ganjarkurnia.unpad.ac.id).

Mengingat Angklung adalah alat musik yang harus dimainkan secara

bersama-sama untuk menciptakan kebersamaan, secara filosofi angklung yang

bernada dasar, menciptakan suasana kesenangan, dari warnanya yang merupakan

warna bambu alam memberikan efek ketenangan, lagu-lagu angklung yang

dimainkan lagu yang menciptakan semangat juang, memainkan angklung secara

bersama-sama menciptakan kebersamaan, mudah untuk dimainkan terutama untuk

lansia.

Jenis musik angklung sesuai dengan kultur masyarakat sunda terutama lansia

yang tinggal di Rumah Perlindungan sosial Tresna Werdha Garut, dan mudah untuk

dimainkan. Oleh sebab itu peneliti ingin melihat pengaruh dari musik dan memainkan

angklung secara bersama-sama terhadap tingkat kesepian pada lanjut usia yang

tinggal di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka dapat dirumuskan

permasalahan yaitu “Adakah Pengaruh terapi musik angklung terhadap kesepian pada

lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Garut Jawa Barat?”.


9

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini untuk mengidentifikasi pengaruh dari terapi

musik angklung terhadap kesepian lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna

Werdha Garut Jawa Barat.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi gambaran tingkat kesepian lansia sebelum memainkan

musik angklung

2) Mengidentifikasi gambaran tingkat kesepian sesudah memainkan musik

angklung

3) Mengidentifikasi pengaruh terapi musik angklung terhadap kesepiam

lansia

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1.4.1.1 Manfaat Bagi Penulis

Berharap dari penelitian ini akan mampu menambah wawasan serta lebih

mengerti dan memahami teori-teori yang didapat selama proses perkuliahan dimana

berhubungan dengan lanjut usia.

1.4.1.2 Manfaat Bagi Akademis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan

khususnya di bidang psikologis lansia.


10

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Manfaat Bagi Keperawatan

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi bagi Perawat

dalam upaya menangani kesepian pada lansia yang berada di panti Serta

mengembangkan bentuk intervensi metode terapi musik dengan menggunakan alat

musik angklung.

1.4.2.2 Manfaat Bagi Panti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi Panti

mengenai kesepian pada lansia dan cara menanggulangi rasa sepinya dengan

memainkan dan mendengakan musik angklung.

1.4.2.3 Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini digunakan sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya

yang berkaitan dengan psikologis lansia khususnya pada rasa kesepian.

1.5 Kerangka Pemikiran

Menua merupakan proses kehilangannya jaringan untuk memperbaiki diri dan

mempertahankan fungsi struktur sehingga mudah terkena infeksi. Selain itu menua

membuat anggota tubuh menjadi tua termasuk kulit yang keriput dan rambut yang

memutih (Constantinides, 1994 dalam Buku Geriatri Ilmu Kesehatan Lanjut Usia,

2004).

Mutasi yang berulang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem

imun, jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan
11

sel maka hal ini dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel yang

mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya (Goldstein,

1989 dalam Buku Geriatri Ilmu Kesehatan Lanjut Usia, 2004).

Proses menua juga membuat sistem indra menjadi kurang sensitif, termasuk

indra pendengaran sehingga membatasi pendengarannya, indra penglihatan akan

menurun dan mengakibatkan membatasi penglihatannya. Selain itu daya ingat pun

menjadi semakin menurun dan sering terjadi gangguan persepsi sehingga membatasi

kemampuan berfikirnya (Nugroho, 2008).

Kehidupan lansia pada umumnya masih mempunyai keluarga masih tinggal

bersama anak-anaknya. Akan tetapi, ada juga lansia yang tidak mempunyai keluarga

dan tinggal di panti. Kehidupan sehari-harinya bagi yang tinggal bersama anaknya

sering menimbang cucu, sedangkan lansia yang tinggal di panti kegiatannya selain

mengikuti program di panti juga mengobrol dengan lansia lainnya dan ada juga yang

diam dikamar menunggu kunjungan keluarga. (Darmojo, 2004)

Masalah psikologik yang dialami oleh lanjut usia dianggap sering sekali

lamban, dengan gaya reaksi yang lamban dan kesigapan yang lamban. Hal ini

sebabkan oleh salah persepsi akibat menurunnya pengihatan menjadi tidak jelas,

pendengaran yang tidak bisa membedakan bunyi, dan menurunnya kemampuan

kognitif sehingga lansia mengalami penurunan proses belajar. Selain itu masalah

psikologik yang dialami oleh lanjut usia juga karena pengaruh lingkungan, kematian

pasangan hidupnya, kehilangan tempat tinggal. Hal ini menyebabkan lansia diatas 65
12

tahun terkadang memiliki masalah mental yang serius diantaranya kesepian,

kecemasan dan berakibat depresi (Nugroho, 2008).

Kesepian merupakan sebuah perasaan dimana orang mengalami rasa yang

kuat kehampaan dan kesendirian. Kesepian sering di bandingkan dengan perasaan

kosong, tidak di inginkan dan tidak penting (www.e-psikologi.com, 2011). Kesepian

sering dialami oleh seorang usia lanjut, terkadang kesepian ini yang dialami oleh

lanjut usia sring kali diabaikan.

Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kesepian pada orang lanjut usia

dengan cara terapi musik. Musik yang digunakan adalah musik yang bernada dasar

yang memberikan ketenangan dan mengingatkan pada masa lalu yang

menggembirakan (www.angklung-udjo.co.id).

Jenis musik akan mempengaruhi keceriaan dan ekspresi seseorang. Jenis

musik yang bernada dasar akan mempengaruhi tekanan darah, denyut jantung,

pernafasaan, persepsi, dan emosi seseorang, menenangkan jiwa, mengatasi berbagai

masalah fisik, psikologis, kognitif (www.terapimuusik.com). Jenis musik juga

pengaruhi psikologis dan biologis seseorang, musik membuat respon gerakan-

gerakan untuk melepaskan ketegangan otot, respon emosi yang dapat menaikan atau

menurunkan emosi seseorang, respon untuk merangsang proses berfikir dan

menghafal, respon untuk melatih kemampuan mendengar (www.angklung-

udjo.ac.id).

Tindakan yang dipilih dalam penelitian ini adalah terapi angklung, karena

angklung merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari alam atau rumpun
13

bambu yang mempunyai nada dasar berbunyi khas dan membuat tenang, damai, dan

senang pendengar maupun yang memainkannya. Selain itu angklung yang terbuat

dari bambu jika dipandang akan menimbulkan ketenangan dengan warna bambunya.

Angklung merupakan alat musik yang mudah untuk dimainkan terutama pada lanjut

usia, dengan cara menggoyangkan saja angkung sudah mengeluarkan bunyi.

Memainkan alat musik angklung bersama-sama akan meningkatkan kerjasama dan

komunikasi antar pemainnya (www.ganjarkurnia.unpad.ac.id).

Sebelum dilakukan terapi angklung responden menandatangani terlebih

dahulu yaitu menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian yang akan

dilaksanakan. Pembagian kuesioner sebelum dilakukan terapi angklung yaitu dengan

menggunakan angket loneliness scale yang terdapat 20 pertanyaan. Setelah dilakukan

terapi angklung dibagikan kuisioner lagi, kemudian membandingkan sebelum dan

sesudah terapi angklung.


14

1.5 Kerangka pemikiran

Aspek Psikologis : Pretest Posttest


 Perubahan kepribadian (pengaruh lingkungan, kematian pasangan hidup, Filosofi Dasar Angklung :
kehilangan teman, perubahan tempat tinggal).  Bernada dasar rendah.
 >65 tahun memiliki permasalahan mental (kesepian, kecemasan, depresi)  Menciptakan suasana
 Tingkah laku : malu, tidak bahagia, kesedihan yang mendalam. kesenangan dengan lagu-lagu
 Trauma, kurang dukungan, kurang percaya diri, tidak memiliki teman. Treatment yang ceria.
Kesepian  Lagu-lagu yang dimainkan lagu
 Sering diabaikan orang lain
 Sulit bergaul dengan orang lain/tidak cocok dengan orang lain. yang menciptakan semangat
juang.
Aspek Biologis :  Memainkan angklung secara
 Kehilangan kemampuan untuk memperbaiki sel- bersama-sama menciptakan
sel, organ, jaringan yang rusak. Terapi kebersamaan.
Usia  Rambut mulai memutih.  Angklung merupakan alat musik
Musik
> 60  Imun menurun. tradisional masyarakat sunda:
tahun  Mudah terserang penyakit.  Angklung terbuat dari bambu.
 Menurunnya daya ingat.  Mudah untuk dimainkan
 Menurunnya penglihatan. terutama untuk lansia.
 Menurunnya pendengaran Angklung dan
Psikologi Terapi Musik
Kehidupan Lansia : Angklung Mempengaruhi :
 Tinggal bersama keluarga.  TD
 Tinggal di panti.  Denyut jantung
 Pernafasan
Mempengaruhi perubahan psikologis dan biologis.  Respon Emosi
Aspek Sosiologis :  Respon gerakan-gerakan melepaskan ketegangan otot.  Respon Persepsi
 Hubungan dengan orang lain.  Respon emosional.  Menenangkan jiwa
 Cendenrung senang menceritakan pengalamannya  Respon merangsang berfikir.  Mengatasi berbagai masalah
dahulu.  Respon mendengar. fisik, psikologis, kognitif.
 Musik ceria mempengaruhi ekspresi seseorang.  Musik bernada dasar
Keterangan:  Meningkatkan komunikasi antar pemain mempengaruhi suasana hati
_______ : Diteliti menjadi tenang.
- - - - - - : Tidak diteliti
= = = = > : Pengaruh

14
Sumber : modifikasi dari (Boedhi-Darmojo dan H. Martono), (Nugroho, 2008) dan (Saung angklung Udjo 2011)
15

Anda mungkin juga menyukai