Anda di halaman 1dari 7

TUGAS DISKUSI DASTEK KELOMPOK 2

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Retno Sri Iswari, S. U.
Dr. Yustinus Ulung Anggraito, M. Si.

Disusun Oleh : Kelompok 2


Dea Titissukma 4401418007
Arifah Jamil 4401418028
Virgin Fortuna 4401419006

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
1. Bayi tabung lebih ke inseminasi siapa yang mengalami ke tidak normal an itu
yang di program kemudian sperma dimasukkan, dulu kan dibuahkan di luar tubuh
baru setelah jadi blastula baru dimasukkan. Inseminasi artinya semua dimasukkan
ke dalam tubuh.

Jawab :

Sperma seorang suami diambil lalu diinjeksikan pada tempat yang sesuai
dalam rahim sang istri dan sel telur istrinya diambil lalu diletakkan pada sebuah
tabung sehingga sperma tadi bisa membuahi sel telur istrinya dalam tabung
tersebut maka diperbolehkan dan etis, tetapi ketika kedua benih, sperma dan sel
telur dalam proses tersebut tidak berasal dari satu pasangan suami istri atau karena
ada wanita yang menyatakan kesediaannya untuk mengandung janin tersebut
adalah wanita ajnabiyah (orang lain) maka tidak diperbolehkan dan tidak etis.

Hukum bayi tabung


Terhadap bayi tabung/inseminasi buatan apabila dilakukan dengan sel sperma
dan ovum suami istri sendiri dan tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim
wanita lain termasuk istrinya sendiri yang lain(bagi suami yang
berpoligami),maka Islam membenarkannya, baik dengan cara mengambil sperma
suami, kemudian disuntikan ke dalam vagina atau uterus istri, maupun dengan
cara pembuahan dilakukan di luar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum)
ditanam di dalam rahim istri, asal keadaan suami istri yang bersangkutan benar-
benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan
cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Sebaliknya,
jika inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor sperma dan atau ovum,
maka hukumnya haram, sama saja dengan zina (prostitusi) meskipun dengan
secara tidak langsung. Dan sebagai akibat hukumnya anak hasil inseminasi
tersebut tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang
melahirkannya. Dan inseminasi buatan dengan donor itu pada hakikatnya
merendahkan harkat martabat manusia (human dignity) sejajar dengan hewan
yang diinseminasi.

2. Teknologi Reproduksi kloning menggunakan sel telur yang di isi dengan sel
somatik biasanya kita membahas domba doli. Intinya bisa digunakan sebagai
reproduksi, jika diterapkan pada manusia bisa menjadi manusia yang pandai
dengan pandai dst. Menghasilkan organisme baru

Jawab:

Dalam hal ini reproduksi manusia secara kloning, mendayagunakan potensi sel
tubuh manusia yang setelah dihilangkan inti selnya ternyata berpotensi seperti
sperma, mampu membuahi sel telur wanita yang telah dimandulkan. Kesuksesan
kloning pada hewan, tumbuhan dan manusia pada dasarnya telah sesuai dengan
sunnatullah, namun demikian tidak menjadi justifikasi hukum Islam terhadap kloning
manusia.

Secara hukum, kloning manusia pada satu sisi memiliki manfaat untuk manusia
atau bisa dikatakan etis dan diperbolehkan yaitu dari sudut ilmu pengetahuan, kloning
manusia dapat menunjang perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Begitu
pula dari segi akidah, tidak melanggar ‘wilayah kodrati Ilahi. Tetapi pada sisi hukum
dan moral dapat dikatakan tidak etis atau tidak diperbolehkan karena kloning manusia
mengancam harkat martabat manusia, karena anak yang dilahirkan walaupun berasal
dari sel tubuh ayah, ovum dan rahim ibunya, namun sifat genetik anak hanya berasal
dan serupa dengan ayahnya dan tidak memiliki sifat genetik dengan ibunya sehingga
memiliki dampak negatif secara sosial, psikologis, dan hukum. Anak-anak hasil
kloning memiliki ciri fisik yang sama sehingga menimbulkan problem dalam
penyelidikan, penyidikan pelaku perkara pidana.

5. Transplantasi organ merupakan salah satu prosedur medis yang penting dilakukan
apabila organ tubuh seseorang mengalami kerusakan berat, sehingga sudah tidak bisa
berfungsi lagi. Ada banyak jenis organ yang bisa didonorkan dan ditransplantasi, seperti
ginjal, hati, jantung, paru-paru, kornea, dan pankreas.Prosedur pemindahan organ ini bisa
menyelamatkan nyawa penerimanya. Namun di sisi lain, tindakan tersebut juga berisiko
tinggi karena “penolakan” dari tubuh rentan terjadi. Sebab, organ baru tersebut dianggap
sebagai benda asing yang harus dilawan. Sehingga, tubuh justru akan memperlakukannya
layaknya penyakit dan akibatnya, organ baru itu tidak bisa bekerja dengan baik.
Manfaat dan risiko transplantasi organ : Prosedur transplantasi organ umumnya dilakukan
apabila kerusakan yang terjadi pada organ tersebut sudah parah, sehingga fungsinya tidak lagi
bisa berjalan dengan normal, bahkan hampir berhenti sama sekali. Sehingga dengan
mengganti organ yang rusak dengan organ yang masih sehat, pasien penerima donor bisa
mendapatkan beberapa manfaat, seperti:
 Menghindari prosedur tertentu yang memakan waktu lebih panjang seperti dialisis
atau cuci darah,
 Meningkatkan angka harapan hidup meningkat.
 Menjalani hidup dengan lebih sehat dan rasa sakit yang sebelumnya dirasakan bisa
hilang,
 Meningkatkan kualitas hidup meningkat,
 Mengurangi risiko terjadinya kecacatan
 Mengurangi jenis operasi yang harus dilakukan
 Mengurangi jenis obat yang harus diminum
 Mengurangi waktu yang harus dihabiskan di rumah sakit

Resiko operasi transplantasi organ yang mungkin muncul, seperti:


 Komplikasi dari obat bius yang diberikan
 Perdarahan saat operasi
 Komplikasi setelah operasi, misalnya infeksi
 Peningkatan risiko infeksi akibat konsumsi obat yang harus dikonsumsi setelah
transplantasi
 Penolakan organ oleh tubuh
 Gagal organ

Manfaat dan risiko selalu ada di setiap prosedur medis, termasuk transplantasi organ.
Namun sejauh ini, manfaat yang bisa didapatkan melalui prosedur ini lebih banyak
ketimbang risiko yang mungkin terjadi. Sehingga, transplantasi organ masih menjadi salah
satu pilihan perawatan bagi orang-orang yang membutuhkannya. Sebab apabila transplantasi
tidak dilakukan, banyak orang yang akan meninggal dunia akibat penyakitnya.
Terdapat pembatasan penggunaan tubuh oleh diri manusia yaitu nilai-nilai kemanusiaan
(kesehatan), dengan maksud setiap penguasaan tubuh oleh diri pribadi tidak boleh
menyebabkan kualitas kesehatan dari diri menjadi turun atau semakin rendahnya nilai
kemanusiaan. Pemahaman hak dengan konsep ‘posession’ ini sebenarnya merupakan bentuk
perlindungan hak asasi manusia yang bersifat universal apalagi mengingat kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan yang masih rendah.
Setiap pihak yang akan melakukan transplantasi organ harus memahami terlebih dahulu
tujuan dasarnya, yaitu untuk tujuan kemanusiaan. Tujuan kemanusiaan ini bersumber dari
nilai-nilai kemanusiaan yang terdapat dalam Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum yang berlaku di Indonesia. Nilai-nilai kemanusiaan inilah yang harus menjadi batasan
dilakukannya transplantasi organ, terutama pemahaman hak atas tubuh. Pemikiran hak atas
tubuh mencuat sebagai bentuk perlindungan dan kepastian hukum bagi pendonor dan pasien
(penerima donor). Pengaturan ini sangat sesuai dengan tujuan transplantasi organ yang sangat
khusus yaitu untuk tujuan kemanusiaan (Pasal 64 ayat (2) UU No. 36 Tahun 2009).
Hal ini sangat penting untuk dipahami mengingat konsep tanggung jawab dapat
mencegah terjadinya praktik jual beli organ atau transplantasi organ yang ilegal sehingga
nilai kemanusiaan dapat tetap terjaga. Hak atas tubuh dalam konsep kemanusiaan hadir
dengan bersumber pada nilai-nilai kemanusiaan sebagaimana digariskan Pancasila. Konsep
‘kemanusiaan’ hak atas tubuh ini sekaligus menjaga harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk yang mulia dan diciptakan secara utuh dengan bagian-bagian tubuhnya untuk
bereksistensi. Oleh sebab itu, konsep hak atas tubuh baik sebagai ‘ownership’ atau
‘possession’ sama sekali tidak tepat diterapkan dalam konteks kemanusiaan terlebih bagi
hukum Indonesia yang menjunjung tinggi moralitas.
6. peminjaman rahim : Praktik sewa rahim sendiri adalah metode sekaligus persetujuan di
mana seorang perempuan mau menjalani kehamilan bagi orang atau pasangan lain. Orang
atau pasangan lain itu akan menjadi orang tua bagi si anak yang dilahirkan oleh perempuan
yang menjadi wadah rahim yang "disewa". Secara medis, praktik sewa rahim atau surogasi
dapat dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, surogasi dengan ibu pengganti tradisional. Ibu
pengganti diinseminasi sperma penyewa/sperma donor. Seorang pengganti tradisional
merupakan ibu kandung dari bayi tersebut karena telurnya dipakai untuk dibuahi. Kedua,
surogasi dengan ibu pengganti gestasional, yang dilakukan lewat teknik fertilisasi in vitro
(IVF). Telur ibu pengganti tidak digunakan, ia hanya meminjamkan rahim sehingga tak
memiliki ikatan genetik dengan bayi. Sperma dan telur berasal dari penyewa maupun donor.
Selain itu di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (UU
Kesehatan) juga menyebutkan bahwa kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan
oleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan hasil pembuahan sperma dan ovum
suami istri yang bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal. dalam
praktik sewa rahim, hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan
tidak ditanamkan pada rahim sang Istri. Melainkan pada rahim perempuan lain yang kelak
akan mengandung benih pasangan suami istri tersebut. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada
26 Mei 2006 juga telah memfatwakan praktik transfer embrio ke rahim titipan merupakan
praktik yang haram, karena menyangkut pada permasalahan nasab dan warisan pada sang
anak. Selain itu, surrogate mother adalah perempuan yang menampung pembuahan suami
isteri dan diharapkan melahirkan anak hasil pembuahan. Dalam bahasa sederhana berarti ‘ibu
pengganti’ atau ‘ibu wali’. Dari sisi hukum, perempuan penampung pembuahan dianggap
‘menyewakan’ rahimnya. Praktik surrogate mother atau lazim diterjemahkan dalam Bahasa
Indonesia dengan ibu pengganti tergolong metode atau upaya kehamilan di luar cara yang
alamiah. Dalam hukum Indonesia, praktik ibu pengganti secara implisit tidak diperbolehkan.
Seperti telah kami jelaskan di atas, praktik ibu pengganti atau sewa menyewa rahim belum
diatur di Indonesia. Oleh karena itu, tidak ada perlindungan hukum bagi para pelaku
perjanjian ibu pengganti ataupun sewa menyewa rahim.
Hal lain yang penting diperhatikan dalam masalah ini adalah hak-hak anak yang
terlahir dari ibu pengganti tidak boleh terabaikan, khususnya hak identitas diri yang
dituangkan dalam akta kelahiran. Ini diatur dalam Pasal 27 Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak sebagai berikut: Identitas diri setiap Anak harus diberikan sejak kelahirannya. Identitas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam akta kelahiran.Pembuatan akta
kelahiran didasarkan pada surat keterangan dari orang yang menyaksikan dan/atau membantu
proses kelahiran.

7. Hewan atau tanaman transgenik

Jawab:

Pandangan masyarakat terhadap tanaman transgenik, yaitu potensi pemanfaatan


tanaman transgenik untuk mengatasi krisis pangan, dan cenderung berpendapat
penggunaan transgenik tidak berbahaya, tetapi tanaman transgenik belum dievaluasi
mendetail untuk keamanan tingkat konsumsinya bagi manusia, bagi lingkungan dan
mempertanyakan asal-usul gen yang diintroduksi ke dalam tanaman.
Adapun Kekurangan Tanaman Transgenik dapat menyebabkan : Berpotensi
Menyebabkan Terjadinya Erosi Palsma Nutfah, terjadinya pergeseran gen,
terbentuknya barier spesies, tanaman mudah diserang penyakit, menimbulkan efek
toksik pada tanaman, dan memicu terganggunya kesehatan

Daftar Pustaka

Suwito. (2011). Problematika Bayi Tabung dan Alternatif Penyelesaiannya. The


Indonesian Journal of Islamic Family Law.
http://jurnalfsh.uinsby.ac.id/index.php/alhukuma/article/download/257/247. Volume
01, Nomor 02. Diakses pada tanggal 18 Juni 2021.

Jamaa. L. (2016). Kloning Manusia Perspektif Hukum Islam Di Indonesia. Jurnal


Sosial & Budaya Syar-i.
http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/download/3163/pdf. Vol. 3 No. 1.
Diakses pada tanggal 18 Juni 2021. DOI: 10.15408/sjsbs.v3i1.3163.
Sugianto. (2017). Kajian Bioetika Tanaman Transgenik.
https://jurnal.biounwir.ac.id/index.php/mangiferaedu/article/view/79. Vol 1 No 2.
Diakses pada tanggal 18 Juni 2021.

Anda mungkin juga menyukai