Discovery Learning
Discovery learning merupakan model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk membangun
pengetahuan baru dengan menemukan fakta melalui penggunaan intuisi, imajinasi dan kreativitas
mereka dan mengkorelasikan pengetahuan baru tersebut dengan pengalaman dan pengetahuan masa
lalu.
1. Pemecahan masalah
Fasilitator berperan untuk membimbing dan memotivasi peserta didik dalam mencari solusi dengan
menggabungkan informasi yang ada dan yang baru diperoleh, kemudian menyederhanakan
pengetahuan tersebut.
Dengan cara ini, peserta didik menjadi pemegang kemudi dalam pembelajaran, mengambil peran aktif
dan membangun keterampilan yang lebih luas melalui kegiatan yang mendorong pemecahan masalah,
dan penyelidikan.
Fasilitator memberikan ruang bagi peserta didik untuk bekerja sendiri atau dengan orang lain, dan
belajar dengan kecepatan mereka sendiri. Fleksibilitas ini membuat belajar menjadi kebalikan dari
pelajaran dan kegiatan yang cenderung statis. Kondisi ini membebaskan peserta didik dari tekanan yang
tidak perlu dan membuat mereka merasa lebih mandiri.
Fasilitator memiliki peran untuk membimbing peserta didik dalan menggabungkan pengetahuan
sebelumnya dengan pengetahuan yang baru, dan mendorong mereka untuk mengaplikasikan
pengetahuan tersebut dalam konteks dunia nyata.
Discovery learning lebih berorientasi pada proses dibandingkan pada hasil akhir, dan didasarkan pada
asumsi bahwa pembelajaran bukan hanya sekadar kegiatan menguumpulkan fakta. Peserta didik
didorong untuk menganalisis dan menafsirkan informasi yang diperoleh selama proses belajar
berlangsung, dibandingkan menghafal jawaban yang benar.
Inquiry-based Learning
1. Confirmation inquiry
Fasilitator memberikan pertanyaan serta metode kepada peserta didik mengenai hal-hal yang sudah
diketahui. Tujuannya adalah untuk mengkonfirmasi pengetahuan dan hasil belajar yang dilakukan
sebelumnya. Hal ini memungkinkan peserta didik untuk memperkuat ide-ide yang sudah matang, dan
untuk melatih keterampilan investigasi mereka.
2. Structured inquiry
Peserta didik diberikan pertanyaan dan metode yang disusun secara terstruktur untuk mencapai hasil.
Tujuannya agar peserta didik dapat memberikan penjelasan yang sudah didukung oleh bukti-bukti yang
dikumpulkan selama dan melalui proses investigasi.
3. Guided inquiry
Fasilitator memberikan topik yang bertujuan mengarahkan peserta didik dalam membuat pertanyaan,
merancang metode investigasi dan kemudian menguji pertanyaan itu sendiri. Jenis penyelidikan ini
biasanya tidak terstruktur seperti bentuk-bentuk yang disebutkan sebelumnya.
4. Open inquiry
Peserta didik harus membentuk pertanyaan mereka sendiri, merancang metode investigasi, dan
kemudian melakukan inkuiri itu sendiri. Mereka harus mempresentasikan hasil mereka di akhir proses.
Dalam discovery learning, peserta didik dianggap sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai
dasar pengembangan pengetahuan baru yang akan diperoleh. Peserta didik kemudian membuat
hipotesis dan melakukan pengumpulan data serta pembuktian melalui kegiatan pengamatan,
percobaan, atau manipulasi objek, sebelum mengambil keputusan sebelum akhirnya menemukan
kebenaran teori.
Model pembelajaran inkuiri sangat sesuai untuk diterapkan pada pembelajaran level berpikir tingkat
tinggi (HOTS, Higher Order Thinking Skills) dan pendekatan saintifik sesuai ciri dari Kurikulum 2013.
Pembelajaran inkuiri akan mampu melibatkan kemampuan peserta didik secara maksimal dalam
pembelajaran, meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik untuk mencari dan
menyelidiki sesuatu (bisa berupa benda, manusia, atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, dan
analitis.
Berikut ini adalah beberapa karakter atau ciri khas dari pembelajaran inkuiri.
3. Peran guru sebagai fasilitator dan pembimbing peserta didik dalam belajar.
4. Menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk merumuskan kesimpulan.
Keduanya sama-sama menekankan pada penemuan konsep yang sebelumnya tidak diketahui oleh
peserta didik.
Perbedaannya adalah pada Discovery Learning, masalah yang berikan kepada peserta didik adalah
masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa.
Dengan demikian, peserta didik harus mampu mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk
mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah tersebut melalui serangkaian proses penelitian.