OLEH:
NI WAYAN YUNA PRATIWI
NIM: 219012688
2. Perfusi
Perfusi paru adalah gerak darah yang melewati sirkulasi paru untuk
dioksigenasi. Darah ini memperfusi paru bagaian respirasi dan ikut serta
dalam proses pertukaran oksigen dan karbondioksida. Sirkulasi paru
merupakan 8-9% dari curah jantung.
3. Difusi
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi
yang lebih tinggi kedaerah dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi
gas pernafasan terjadi di membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi
dapat dipengaruhi oleh kekebalan membrane (Potter & Perry, 2016).
4. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke jaringan
tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Transportasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1) Curah jantung frekuensi denyut nadi
2) Kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan
darah secara keseluruhan, serta elitrosit dan kadar HB
6. Faktor Predisposisi
Faktor presipitasi atau pencetus dari adanya gangguan oksigenasi,
yaitu:
1) Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi
ketidakseimbangan konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia
miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati, dan hipoksia jaringan perifer.
2) Kapasitas darah untuk membawa oksigen.
3) Faktor perkembangan.
4) Perilaku atau gaya hidup. Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopilmonar.
Obesitas yang berat menyebabkan penurunan ekspansi paru. Latihan fisik
meningkatkan aktivitas fisik metabolism tubuh dan kebutuhan oksigen.
Gaya hidup perokok dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk
penyakit jantung, PPOK, dan kanker paru (Potter & Perry, 2016).
7. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi, dan
transportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang
masuk keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapar
obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan
tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli
kejaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas
miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner & Suddarth,
2011).
8. Pathway (terlampir)
9. Manifestasi Klinis
1) Suara nafas tidak normal
2) Perubahan jumlah pernafasan
3) Batuk disertai dahak
4) Penggunaan otot tambahan pernafasan.
5) Dispnea
6) Penurunan haluaran urin
7) Penurunan ekspansi paru
8) Takipnea
4) Pertukaran gas
Merupakan kondisi pada individu yang mengalami penuruanan gas
baik O2 maupun CO2 antara alveoli paru-paru dan sistem vascular.
12. Penatalaksanaan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif
a. Pembersih jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Suctioning
d. Jalan nafas buatan
2) Pola nafas tidak efektif
a. Atur posisi pasien (semi fowler atau fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan relaksasi
3) Gangguan pertukaran gas
a. Atur posisi pasien (semi fowler atau fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Suctioning
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
4) Pengkajian Fisik
Pemerikasaan fisik dilakukan untuk mengkaji tingkat oksigenasi jaringan
klien yang meliputi evaluasi keseluruhan sistem kardiopulmonar. Teknik
inspeksi , palpasi , auskultasi, dan perkusi digunakan dalam pemeriksaan
fisik ini.
a. Mata :
- Konjungtiva pucat (karena anemia)
- Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
- Konjungtiva terdapat perhichia (karena emboli lemak atau endokarditis.
b. Kulit :
- Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
- Penurunan turgor (dehidrasi)
- Edema
- Edema periorbital
c. Jari dan kuku : sianosis, clubbing finger
d. Mulut dan bibir :
- Membrane mukosa sianosis
- Bernafas dengan mengerukan mulut
e. Hidung : pernafasan dengan cuping hidung
f. Dada :
a) Inspeksi
Pemeriksaan mulai dada posterior sampai yang lainnya, pasien
harus duduk.
Observasi dada pada sisi kanan atau kiri serta depan atau
belakang.
Dada posterior amati adanya skar, lesi, dan masa serta
gangguan tulang belakang (kifosis, skoliosis, dan lordosis)
Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan
pergerakan dada.
Observasi pernapasan seperti pernapasan hidung, atau
pernapasan diafragma serta penggunaan otot bantu pernapasan.
Observasi durasi inspirasi dan ekspirasi. Ekspirasi yang
panjang menandakan adanya obstruksi jalan napas seperti pada
pasien Chronic Airflow Limitation (CAL)/ Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD).
Kaji konfigurasi dada.
Kelainan bentuk dada:
Barrel chest : Akibat overinflation paru pada pasien
emfisema.
Funnel chest : Missal pada pasien kecelakaan kerja yaitu
depresi bagian bawah sternum.
Pigeon chest : Akibat ketidaktepatan sternum yang
mengakibatkan peningkatan diameter AP.
Kofiskoliosis : Missal pada pasien osteoporosis dan
kelainan musculoskeletal.
Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan
pergerakan dinding dada mengindikasikan adanya penyakit
paru/ pleura.
Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inpsirasi
yang mengindikasikan adanya obstruksi jalan napas.
b) Palpasi
Untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui tactil
premitus (vibrasi).
c) Perkusi
Mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di sekitarnya, dan
pengembangan (ekskursi) diafragma. Ada dua suara perkusi yaitu:
Suara perkusi normal:
Resonan (sonor) : dihasilkan pada jaringan paru normal,
umumnya bergaung dan bernada rendah.
Dullness : dihasilkan di atas jantung atau paru.
Tympany : dihasilkan di atas perut yang berisi udara.
Suara perkusi abnormal:
Hiperesonan : lebih rendah dari resonan seperti paru
abnormal yang berisi udara.
Flatness : nada lebih tinggi dari dullness seperti perkusi
pada paha, bagian jaringan lainnya.
d) Auskultasi
Suara napas normal
Bronchial/ tubular sound seperti suara dalam pipa, keras,
nyaring, dan hembusan lembut.
Bronkovesikuler sebagai gabungan antara suara napas
bronchial dengan vesikuler.
Vesikuler terdengar lembut, halus, sperti hembusan angin
sepoi – sepoi.
Jenis suara tambahan
Wheezing : suara nyaring, musical, terus – menerus akibat
jalan napas yang menyempit.
Ronchi : suara mengorok karena ada sekresi kental dan
peningkatan produksi sputum.
Pleural friction rub : suara kasar, berciut, dan seperti
gessekan akibat inflamasi dim pleura, nyeri saat bernapas.
Crakles :
Fine cracles : suara meletup akibat melewati daerah
alveoli, seperti suara rambut digesekkan.
Coars cracles: lemah, kasar, akibat ada cairan di jalan
saluran napas yang besar. Berubah jika pasien batuk.
(Brunner & Suddarth, 2010)
2. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan :
a. Sekresi kental atau berlebihan akibat infeksi, fibriosis kistik atau
influenza.
b. Imobilitas statis sekresi dan batuk tidal efektif.
c. Sumbatan jalan nafas karena benda asing
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan :
a. Lemahnya otot pernafasan
b. Penurunan ekspansi paru
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan :
a. Perubahan suplai oksigen
b. Adanya penumpukkan cairan dalam paru
c. Edema paru
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi
Implementasi diberikan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi
a. Diagnosa 1 : menunjukkan adanya kemampuan dalam
1. Menunjukkan jalan nafas paten
2. Tidak ada suara nafas tambahan
3. Mampu melakukan perbaikan bersihan jalan nafas
b. Diagnosa 2 : menunjukkan adanya kemampuan dalam
1. Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman
nafas yang normal
2. Tidak ada sianosis
c. Diagnosa 3 : menunjukkan adanya kemampuan dalam
1. Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
2. Tidak ada gejala distress pernafasan
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal.2018. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : teori dan
alikasi dalam praktik. Jakarta: EGC
Hipoventilasi
/hiperventilasi Terganggunya difusi
(pertukaran O2 dan
Bersihan Jalan Nafas CO2 di alveola)
Tidak Efektif
Takipnea / bradipnea
Gangguan
Pertukaran Gas
Pola Nafas Tidak
Efektif