DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1. Ayu Aprilia Az Zahra
2. Hamza Dinata
3. Ni Luh Nyoman Tri Indahwati
4. Rizkanu Arshiutama
5. Viona Ardhyas Vega Ariesta
1
TINJAUAN TEORI
Fungsi hati :
a. Sekresi
1) Hati memproduksi empedu yang dibentuk dalam sistem retikulo
endotelium yang dialirkan ke empedu yang berperan dalam
emulsifikasi dan absorbsi lemak.
2) Menghasilkan enzim glikogenik yang mengubah glukosa menjadi
glikogen.
b. Metabolisme
1) Hati berperan serta dalam mempertahankan homeostatik gula
darah.
2) Hati menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan
mengubahnya kembali menjadi glukosa jika diperlukan tubuh.
3) Hati mengurai protein dari sel-sel tubuh dan sel darah merah yang
rusak dan hasill penguraian protein menghasilkan urea dari asam
amino berlebih dan sisa nitrogen. Hati menerima asam amino
2
diubah menjadi ureum dikeluarkan dari darah oleh ginjal dalam
bentuk urin.
4) Hati mensintesis lemak dari karbohidrat dan protein.
c. Penyimpanan
1) Hati menyimpan glikogen, lemak, vitamin A, D, E, K dan zat besi
yang disimpan sebagai feritin, yaitu suatu protein yang
mengandung zat besi dan dapat dilepaskan bila zat besi
diperlukan.
2) Mengubah zat makanan yang diabsorbsi dari usus dan disimpan di
suatu tempat dalam tubuh, dikeluarkannya sesuai dengan
pemakaiannya dalam jaringan.
d. Detoksifikasi
1) Hati melakukan inaktivasi hormon dan detoksifikasi toksin dan
obat dan memfagosit eritrosit dan zat asing yang terdisintegrasi
dalam darah.
2) Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk dieksresi dalam
empedu dan urine (mendetoksifikasi).
e. Membentuk dan menghancurkan sel-sel darah merah selama 6 bulan
masa kehidupan fetus yang kemudian diambil alih oleh sumsum tulang
belakang.
3
5) Virus Hepatitis B, C, dan D
4
Ada tiga tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati :
Bagian hati yang terutama terlibat dalam sirosis terdiri atas ruang portal
dan periportal tempat kanalikulus biliaris dari masing-masing lobulus hati
bergabung untuk membentuk saluran empedu dalam hati. Daerah ini
menjadi tempat inflamasi dan saluran empedu akan tersumbat oleh
empedu serta pus yang mengental.
e. Patofisiologi
Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis,
konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang
5
utama. Sirosis terjadi dengan frekuensi paling tinggi pada peminum
minuman keras. Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan
protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis namun asupan
alkohol yang berlebihan merupakan faktor penyebab yang utama pada
perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun demikian,
sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasaan
minum minuman keras dan pada individu yang dietnya normal tetapi
dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Sebagian individu tampaknya lebih rentan terhadap penyakit ini dibanding
individu lain tanpa ditemukan apakah individu tersebut memiliki
kebiasaan meminum minuman keras ataukah menderita malnutrisi. Faktor
lainnya dapat memainkan peranan, termasuk pajanan dengan zat kimia
tertentu (karbon tetraklorida, naftalen terklorinasi, arse atau fosfor) atau
infeksi skistosomiasis yang menular. Jumlah laki-laki penderita sirosis
adalah dua kali lebih banyak daripada wanita, dan mayoritas pasien sirosis
berusia 40 hingga 60 tahun.
Sirosis Laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh episode nekrosis
yang melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang di sepanjang
perjalanan penyakit tersebut. Sel-sel hati yang dihancurkan itu secara
berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut,, akhirnya jumlah jaringan
parut melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Pulau-pulau
jaringan normal yang masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat
menonjol dari bagian-bagian yang berkosntriksi sehingga hati yang sirotik
memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu berkepala besar (hobnail
appearance) yang khas. Sirosis hepatis biasanya memiliki awitan yang
insidious dan perjalanan penyakit yang sangat panjang sehingga kadang-
kadang melewati rentang waktu 30 tahun atau lebih.
f. Manifestasi Klinik
1) Pembesaran hati
Pada awalnya perjalanan sirosis, hati cenderung membesar dan sel-
selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki
6
tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat
terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja
terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati
(kapsula glissoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran
hati akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan
jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati akan teraba
berbenjol-benjol (noduler).
3) Varises gastrointestinal
7
tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita sirosis
sering memperlihatkan distensi pembuluh darah abdomen yang
mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput medusae),
dan distensi pembuluh darah di seluruh traktus gastrointestinal.
Esofagus, lambung dan rektum bagian bawah merupakan daerah
yang sering mengalami pembentukan pembuluh darah kolateral.
Distensi pembuluh darah ini akan membentuk varises atau
hemoroid tergantung pada lokasinya.
4) Edema
8
yang buruk akan mengakibatkan kelelahan hebat yang mengganggu
kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
6) Kemunduran mental
g. Penatalaksanaan
9
h. Komplikasi
1) Perdarahan saluran cerna.
2) Ensefalopati hepatik.
3) Karsinoma Hepatoselular.
4) Varises esofagus
5) Varises gaster
i. Pemeriksaan Diagnostik
Derajat penyakit hati dan bentuk pengobatannya ditentukan setelah
mengkaji hasil hasil pemeriksaan laboratorium. Pada disfungsi
parenkimal hati yang berat, kadar albumin serum cenderung menurun
sementara kadar globulin serum meningkat. Pemeriksaan enzim
menunjukkan kerusakan sel hati yaitu: kadar alkali fosfatase, AST
(SGOT) serta ALT (SGPT) meningkat dan kadar kolinesterase serum
dapat menurun. Pemeriksaan bilirubin dilakukan untuk mengukur
ekskresi empedu atau retensi empedu. Laparoskopi yang dikerjakan
bersama biopsi memungkinkan pemeriksa untuk melihat hati secara
langsung.
Pemeriksaan pemindai USG akan mengukur perbedaan densitas antara
sel-sel parenkim hati dan jaringan parut. Pemeriksaan pemindai CT,
MRI dan pemindai radioisotop hati memberikan informasi tentang
besar hati dan aliran darah hepatik serta obstruksi aliran tersebut.
Analisis gas darah arterial dapat mengungkapkan gangguan
keseimbangan ventilasi perfusi dan hipoksia pada sirosis hepatis.
10
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Data subjektif :
i. Riwayat kesehatan riwayat kesehatan masa lalu : infeksi virus,
hepatitis, obstruksi biliary chronic dan infeksi.
ii. Pajanan obat-obatan yang potensial bersifat hepatotoxic.
iii. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan, seperti meminum
alcohol.
iv. Perawatan dan pengobatan penyakit hepatitis, empedu yang tidak
teratur.
v. Kelemahan dan kelelahan.
Data objektif :
i. Integumen; jaundice, petekie, ekimosis, spider angioma,
palmar eritema, alopecia, peripheral edema, kehilangan
rambut pubis dan aksila, sklera ikterik.
ii. Gastrointestinal : distensi abdomen, asites, dilatasi dinding
vena abdomen, hematemesis, melena hemoroid, pembesaran
lien dan hepar.
iii. Demam.
iv. Anemia, trombositopenia, penurunan serum albumin.
c. Pola eliminasi
Data subjektif
Urine berwarna pekat (seperti teh), penurunan pengeluaran urine,
feses berwarna putih keabu-abuan, feses berwarna hitam, perut
kembung, perubahan kebiasaan BAB, konstipasi dan diare.
11
Perasaan tumpul kuadran kanan, nyeri epigastrium, mati rasa pada
ekstremitas, pruritus.
Data objektif :
Perubahan status mental, gangguan orientasi waktu dan tempat,
bicara kacau, perubahan kepribadian.
2. Diagnosa keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang kurang, mual, muntah, tidak nafsu makan.
b. Perubahan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran fungsi
hati dan peningkatan kadar amonia.
c. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan pembentukan
edema.
3. Perencanaan keperawatan
12
Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang kurang, mual, muntah, tidak nafsu
makan.
Tujuan : Perbaikan status nutrisi
Intervensi :
1. Monitor berat badan bila mungkin.
Rasional : memantau adanya kenaikan atau penurunan berat
badan.
2. Anjurkan pasien untuk makan sesuai diit dan berikan alternatif
makanan yang lebih disukai pasien.
Rasional : diit yang tepat penting untuk pemulihan dan makanan
yang disukai lebih mudah untuk dikonsumsi.
3. Anjurkan makan makanan dengan porsi sedikit tapi sering.
Rasional : makan dalam porsi besar dapat meningkatkan tekanan
intra abdomen/ascites.
Intervensi :
1. Berikan makanan sumber karbohidrat dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : Meningkatkan asupan karbohidrat yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan energi dan mempertahankan protein terhadap
proses pemecahannya.
2. Berikan perlindungan terhadap infeksi
Rasional : Memperkecil risiko terjadinya peningkatan kebutuhan
metabolic lebih lanjut.
3. Pertahankan lingkungan agar tetap hangat dan bebas dari angin
Rasional : Meminimalkan gejala yang mengigil karena akan
meningkatkan kebutuhan metabolic.
13
Intervensi :
1. Batasi natrium seperti yang diresepkan.
Rasional : Meminimalkan pembentukan edema
2. Berikan perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit.
Rasional : Jaringan dan kulit yang edematus menganggu suplai
nutrien dan sangat rentan terhadap tekanan serta trauma.
3. Balik dan ubah posisi pasien dengan sering.
Rasional : Meminimalkan tekanan yang lama dan meningkatkan
mobilisasi edema.
4. Implementasi keperawatan
Disesuaikan dengan intervensi.
5. Evaluasi keperawatan
1. Meningkatkan asupan nutrisi
a. Memperlihatkan asupan nutrient yang tepat dan pantang alcohol
yang dicerminkan oleh catatan diet.
b. Menaikkan berat badan tanpa pertambahan edema dan
pembentukan asites.
c. Melaporkan peredaan gangguan gastrointestinal
14
DAFTAR PUSTAKA
Hardigaloeh, Amanda Trixie, dkk: Kekuatan genggam tangan, skor Child Pugh,
dan massa otot pada pasien dengan sirosis hati. 2018. Jurnal Gizi Klinik Indonesia
Vol 14 No. 3. Januari
Lovena, Angela, dkk. 2017. Karakteristik Pasien Sirosis Hepatis di RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas Vol 6 No. 1
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. EGC
Budhiarta, Dita Mutia Fajarini. 2017. Penatalaksanaan dan Edukasi Pasien Sirosis
Hati dengan Varises Esofagus di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2014. Intisari
Sains Medis Vol 8 No 1 P-ISSN : 2503-3638, E-ISSN : 2089-9084
15