PENDAHULUAN
Ketetapan MPRS Nomor XXIII/MPRS/1966 antara lain menegaskan bahwa
pemerintah harus menyusun anggaran moneter yang terdiri dari empat
komponen, yaitu : a) Anggaran rutin, b) Anggaran pembangunan, c) Anggaran
kredit dan
a) Anggaran devisa.
Dari empat komponen anggaran ini yang ditetapkann dengan undang-undang
tiap tahun hanya komponen : a) angggaran rutin dan b) anggaran
pembangunan, yang kita kenal dengan undang-undang APBN.
Mengenai komponen c) anggaran kredit dan d) anggaran devisa, sejak Order
Baru tidak lagi ditetapkan dengan udang-undang.
Dalam perencanaan anggaran rutin yang pegang peranan adalah
Mentgeri Keuangan dengan aparatnya Direktorat Jenderal
Anggaran. Sedangkan perencanaan anggaran pembangunan
yang pegang peranan adalahketua BAPPENAS.
Mengenai anggaran kredit dan anggaran deivsa yang sekarang merupakan
prognosa, perencanaannya ditangan Gubernur Bank Indonesia. (Suparmoko,
1992).
Gaji Subsidi
Pemerintah
Pajak Konsumsi
Pemerintah
Subsidi Pajak
Rumah Perusahaan
Tangga
Dalam sistem ekonomi tertutup tidak ada perdagangan (ekspor dan impor)
Tujuan kebijakan fiskal adalah kestabilan ekonomi yang lebih
mantap artinya tetap mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang
layak tanpa adanya pengangguran yang berarti atau adanya
ketidakstabilan harga-harga umum. Dengan kata lain tujuan
kebijakan fiskal adalah pendapatan nasional riil terus meningkat
pada laju yang dimungkinkan oleh perubahan teknologi dan tersedianya
faktor-faktor produksi dengan tetap mempertahankan kestabilan
harga-harga umum (Sumarmoko, 1992).
Kebijakan fiskal tercermin pada volume APBN yang dijalankan
pemerintah, karena APBN memuat rincian seluruh penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Dengan demikian APBN dipakai oleh
pemerintah alat stabilisasi ekonomi.
Anggaran yang tidak seimbang akan bisa berpengaruh terhadap
pendaptan nasional. Perubahan pendapatan nasional (tingkat
penghasilan) akan ditentukan oleh besarnya angka multplier (angka
pengganda). Angkap engganda ditentukan oleh besarnya marginal
propensity to consume investasi (I) dan konsumsi ( C ) adalah 1/(1-
MPC), sedangkan untuk lump- sum tax (Tx) dan pembayaran transfer
(Tr) adalah MPC/(1-MPC).
Contoh hipotesis :
Misalkan suatu APBN defisit, dimana Tax (penerimaan) sebesar 10
satuan, G (pengeluaran) sebesar 15 satuan, sedang MPC diketahui 4/5,
maka :
- Dengan Tax sebesar 10 satuan, pendapatan nasional akan
berkurang sebesar 0,8/(1-0,8)10 = 40 satuan
- Dengan G sebesar 15 satuan, pendapatan nasional akan
bertambah sebesar 1/(1-0,8)15 = 75 satuan
- Jadi anggarann defisit tersebut akan menghasilkan tambahan
pendapatan nasional sebesar :
(Y) = (G) – (Tx) = 75 satuan – 40 satuan = 35 satuan.
G – T = B = Bn + Bb + Bf.........................................(1)
Catatan :
G = Seluruh pembelian barang dan jasa (didalam
maupun luar negeri), pembayaran transer dan pemberian
pinjaman bersih.
T = Seluruh penerimaan, termasuk penerimaan pajak dan
bukan pajak
B = Pinjaman total pemerintah
Bn = Pinjaman pemerintah dari masyarakat di luar sektor
perbankan Bb = Pinjaman pemerintah dari sektor perbankan
Bf = Pinjaman pemerintah dari luar negeri
G – T = B = Bb + Bf....................................................................(2)
G – T – B = 0...............................................................................(3)
c. Defisiti Domestik
Saldo anggaran keseluruhan tidak merupakan tolok ukur yang
tepat bagi dampak APBN terhadap pereknomian dalam negeri
maupun erhadap neraca pembayaran. Anne Booth mengemukakan
perlunya dippisahkan dua dampak APBN yang berbeda terhadap
permintaan agregat (G – T), yaitu pengaruhnya terhadap GDP dan
pengaruhnya terhadap neraca pembayaran.
Bila G dan T dipecah menjadi dua bagian (dalam negeri dan
luar negeri)
G = Gd + Gf
T = Td + Tf, maka persamaan (2) di atas menjadi
(Gd – Td) + (Gf – Tf) = + Bf
(Gd – Td) = dampak langsung putaran pertama terhadap PDB
(Gf – Tf) = dampak langsaung putaran pertama terhadap
pembayaran.
(Anne Booth dan Peter McCawley, 1990)
Anwar Nasution menguraikan tentang orientasi domestik dan
orientasi domestik dan orientasi luar negeri dengan persamaan
anggaran berimbang sebagai berikut ;
G = R ……………. (1) Gf + Gd = Rf + Rd ………….
Gd – Rd = Rf – Gf …………. (5) R = Rf + Rd ……... (3)
(6)
Rd = R – Rf …………. (7)
Keterangan :
G = total pengeluaran, R = Total
penerimaan Gf = bunga/cicilan utang
luar negeri + lainnya
Gd = pengeluaran rutin murni + pengeluaran pembangunan
Rf = penerimaan migas + penerimaan pembangunan (utang luar negeri)
Rd = penerimaan non migas
Gf + Gd = Rf + Rd, menunjukkan anggaran berimbang
Gd – Rd = Rf – Gf, menunjukkan defisit anggaran Dn (Gd – Rd)
sama atau ditutup dengan surplus (Rf – Gf)
anggaran LN
G – Gf = pengeluaran netto
domestik R – Rf =
penerimaan netto domestik
Defisit Anggaran DN (gd – Rd) dalam rupiah dibiayai dengan
surplus anggaran Ln (rf – Gf) dalam valuta asing, penukaran
semacam ini akan menambah jumlah uang beredar (melalui
penambahan base money atau uang primer) jika devisa tadi dibeli
langsung oleh Bank Indonesia ataupun bank komersial dengan
menciptakan uang giral.
(Anwar Nasution, 1995).
E. Pembiayaan
1. Pembiayaan dalam negeri
1) Perbankan Dalam Negeri
2) Non-Perbankan dalam negeri
a. Privatisasi
b. Penjualan aset program restruk perbankan
c. Penjualan obligasi pemerintah
2. Pembiayaan Luar Negeir (Neto)
1) Penarikan pinjaman Ln (bruto)
a. Pinjaman program
b. Pinjaman proyek
2) Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri
Keterangan :
TPz = tabungan pemerintah tahun x
TP(x-1) = tabungan pemerintah tahun sebelumnya
B1 = tingkat ketergantungan pembiayaan dari bantuan LN
2) Pengeluaran Anggaran
Pengeluaran pemerintah, perpajakan dan pinjaman dipergunakan
secara terpadu untuk mencapai kestabilan ekonomi.
Dalam jangka panjang diusahakan adanya anggaran belanja
seimbang. Namun pada masa depresi digunakan anggaran defisit,
sedang dalam masa inflasi digunakan anggaran belanja surplus.
Booth, Anne dan McCawley, Peter (1990), “Kebijaksanaan Fiskal” dalam Anne
Booth dan Peter McCawley (Ed), Ekonomi Orde Baru, LP3ES.