S54906-Cindita Vaniakauliqa Syahira PDF
S54906-Cindita Vaniakauliqa Syahira PDF
Abstrak. Penelitian ini membahas pembatasan ketentuan Bentuk Usaha Tetap (BUT) aktivitas
atas pemberian jasa pada tax treaty Indonesia-Jepang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisis keuntungan dan kerugian yang telah didapatkan oleh Pemerintah
Indonesia serta langkah yang akan dilakukan oleh Pemerintah sehubungan dengan tax treaty
yang sudah berlaku efektif selama 30 tahun. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah
pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah keuntungan yang didapat oleh
pemerintah yakni meningkatkan investasi, human resources, ekspor dan pemberian jasa.
Sedangkan kerugian yang didapat oleh pemerintah adalah hilangnya potensi pajak. Pemerintah
Indonesia sedang melakukan proses renegosiasi tax treaty dengan pihak Jepang. Tahap
renegosiasi sudah sampai pada tahap perundingan. Pasal mengenai BUT salah satu pasal yang
sedang dibahas secara mendalam.
Kata Kunci : Perpajakan Internasional, Perjanjian Internasional, Tax treaty Indonesia-
Jepang, BUT Jasa, Renegosiasi Perjanjian
Abstract. This research discusses the limitation provisions of Permanent Establishment (PE)
activities for the provision of services to the tax treaty between Indonesia and Japan. The
purpose of this study is to investigate and analyze the advantages and disadvantages that have
been acquired by the Government of Indonesia and the steps to be taken by the Government in
connection with the tax treaty that has been effective for 30 years. The approach used in this
research is descriptive qualitative approach. The results of this study is the profit made by the
government to increase investment, human resources, export and provision of services. While the
losses were obtained by the government is the potential loss of tax. The Indonesian government
is in the process renegotiate tax treaty with Japan. Renegotiation stage has reached the stage of
negotiations. BUT article about one of the articles that are being discussed in depth.
Keywords : International Taxation, International Agreements, Tax Treaty between
Indonesia-Jepang
50
40
40
30 24
20
13
10
3
0
1981-1985 1986-1990 1991-1995 1996-2000 2001-2005 2006-2010 2011-2014
Tabel 5.1 Jumlah Perjanjian di Bidang Ekonomi Sebelum dan Sesudah Tax Treaty
Indonesia-Jepang efektif diberlakukan
5 Tahun sebelum Tax Treaty 5 Tahun sesudah Tax Treaty
Indonesia-Jepang Indonesia-Jepang
diberlakukan diberlakukan
Tahun Jumlah Tahun Jumlah
Perjanjian Perjanjian
1979 3 1984 16
1980 3 1985 22
1981 4 1986 12
1982 5 1987 25
1983 2 1988 16
Sumber : treaty.kemlu.go.id. Data diolah.
Dari tabel diatas, terdapat perbedaan Ibu Oka yang merupakan Kepala
yang cukup signifikan atas perjanjian kerja Subbidang di Badan Kebijakan Fiskal dalam
sama khususnya di bidang ekonomi sebelum wawancara menjelaskan bahwa tujuan akhir
adanya tax treaty Indonesia-Jepang dengan dari pemberian pembatasan BUT atas jasa
sesudah adanya tax treaty Indonesia-Jepang. dalam tax treaty Indonesia-Jepang itu agar
Hal ini membuktikan bahwa dengan banyaknya investor Jepang yang tertarik
dibuatnya tax treaty antara Indonesia untuk berinvestasi di Indonesia sehingga
dengan Jepang memang meningkatkan menimbulkan multiplier effect yang positif
investasi bagi Indonesia. dilihat dari sisi lain.
dapat memperkirakan berapa jumlah potensi pajak yang didapat oleh Indonesia.
Sesuai grafik di atas, dapat dilihat perusahaan baru tentu saja membutuhkan
bahwa memang Produk Domestik Bruto tenaga kerja yang secara tidak langsung
Indonesia terus mengalami peningkatan dapat menjadi mata pencaharian rakyat
mulai tahun 1990 hingga tahun 2013. Indonesia sehingga kuantitas pekerja di
Penanaman investasi yang dilakukan Indonesia meningkat.
oleh Jepang di Indonesia salah satunya
dengan membentuk anak perusahaan Jepang
di Indonesia. Dengan adanya pembentukan
d. Meningkatkan Ekspor
c. Meningkatkan Pemberian Jasa Menurut penuturan dari Bapak
Tidak hanya dalam investasi di Ramli sebagai Staff dari Subdit Pemeriksaan
Industri manufaktur saja, dari sisi pemberian dan Penyidikan Pajak, banyak perusahaan
jasa dengan adanya peningkatan jumlah Indonesia yang sahamnya dimiliki oleh
perusahaan-perusahaan baru yang didirikan perusahaan Jepang memproduksi barang di
di Indonesia juga butuh banyak pemberian Indonesia dengan tujuan untuk di ekspor ke
jasa seperti jasa konsultasi atau manajemen, Jepang. Susuai dengan kutipan berikut:
apalagi bila pihak manajemen ” Kalau perusahaan
perusahaannya adalah orang asing/Jepang Indonesia yang bertransaksi
mereka butuh orang yang dapat dengan perusahaan Jepang
memberitahukan mereka kondisi-kondisi sih banyak, contohnya
bisnis yang ada di Indonesia, dengan hal ini perusahaan Indonesia yang
pemberian jasa oleh Indonesia juga akan pemegang sahamnya dari
meningkat. Dan atas pemberian jasa yang Jepang, seperti perusahaan
dikatagorikan sebagai jasa kena pajak maka kendaraan bermotor. Tetapi
dapat timbul potensi Pajak Pertambahan mereka rata-rata sudah
Nilai dan juga pajak penghasilan atas membentuk anak perusahaan
pemberian jasa yakni PPh pasal 23. berupa PT disini jadi kalau
untuk BUT jarang.” ”(Kantor
Pusat Direktorat Jenderal sebesar 17%. Dengan hal ini Jepang secara
Pajak, 9 Mei 2014) tidak langsung mempengaruhi peningkatan
Menurut data WHO, Jepang juga Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia
merupakan salah satu negara yang menjadi dan meningkatkan kondisi ekonomi
tujuan ekspor Indonesia dengan persentasi Indonesia.
50% 44%
40% Others
Singapore
30%
USA
0%
Pendapatan
: 1086,3 1169,7 1311,3 1358,1 1529,6 1502 1667,1
-Pajak 839,5 878,6 1032,5 1016,2 1193 1148,4 1280,4
dirasakan oleh perwakilan renegosiasi dari renegosiasi tax treaty yang tertunda. Untuk
Indonesia adalah terbatasnya waktu bagi renegosiasi Indonesia-Jepang sendiri,
kedua pihak mengadakan negosiasi seperti pertemuan kedua yang didalamnya
pendapat Ibu Oka selaku Kepala Subbidang membahas mendalam mengenai BUT harus
Perpajakan Internasional BKF di bawah ini : ditunda dan di jadwalkan kembali karena
“Untuk pertemuan belum menemukan kesepakatan. Hal ini
renegosiasi itu biasanya kita secara tidak langsung juga dibenarkan oleh
hanya diberi waktu paling Bapak Arnold Eberhard dari Kementerian
lama 3 hari setelah itu Luar Negeri, berikut kutipan wawancaranya:
apabila pembahasan belum “Kita tidak bisa bilang kita
selesai kita harus mencari yang men-stop, karena itu
waktu lagi untuk bertemu kan berdasarkan
kembali. Nah mencari kesepakatan kedua belah
waktunya saja sudah susah, pihak dan pada tahun 2012
jarang bisa ketemu waktu belum menemukan
yang dari kedua pihak kesepakatan sehingga belum
kosong. Hal ini tentu saja ada perundingan lagi. Paling
membuat renegosiasi menjadi itu saja yang menjadi
lebih lama”(Kantor Badan alasannya, tidak ada alasan
Kebijakan Fiskal, 30 Mei yang sifatnya lebih khusus
2014) lagi hanya karena ada
Sesuai dengan kutipan wawancara di atas, beberapa pasal yang belum
semakin banyak pasal yang harus dibahas ditemukan jalan tengahnya.
secara mendalam maka kemungkinan Saya rasa memang karena
membutuhkan waktu yang semakin lama. ada deadlock di perundingan
Mencari waktu untuk mempertemukan terakhir sehingga belum ada
otoritas keuangan dari dua negara tidak perundingan
mudah karena kesibukan jadwal masing- lagi.”(Kementerian Luar
masing, hal ini juga yang menyebabkan Negeri, 9 Juni 2014)
hingga sekarang belum ada lagi pertemuan Cara lain agar renegosiasi tidak
lebih lanjut untuk kembali membahas berlarut-larut lamanya adalah dengan
_____. (1998). Perpajakan Internasional Rosdiana, Haula dan Edi Slamet Irianto.
Berdasarkan Undang-Undang (2012). Pengantar Ilmu Pajak:
Domestik Indonesia. Jakarta: Yayasan Kebijakan dan Implementasi di
Pengembangan dan Penyebaran Indonesia. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Pengetahuan Perpajakan Persada
Data Tahun Efektif Berlakunya Tax Treaty Data Perjanjian Bilateral Indonesia-Jepang
diakses dari www.tarif.depkeu.go.id diakses dan diolah dari
treaty.kemlu.go.id
Data Perkembangan Investasi Asing di
Indonesia diakses dari www.bkpm.go.id